FUNGI

Dwi Monika Ningrum, M. Farm., Apt

S1 FARMASI
UNIVERSITAS HAMZANWADI
1
 FUNGI
1. Sifat-sifat:
a. Eukaryot uniseluler/multiseluler
Susunan sel : Nukleus, membran nukleus,
organel dlm sitoplasma: mitokondria,
retikulum endoplasma
b. Umumnya mrpk sel haploid
c. Dinding sel membungkus sitoplasma
Fungi Ergosterol
Mamalia Kolesterol

2
3
2. Dinding sel fungi
a. Mannan : polimer mannol, berikatan dg protein (manno
protein) determinan serologi.
b. Glukan: polimer glukosa menambah kekuatan
dinding sel, sering berhub. dg khitin.
c. Khitin:
- Rantai panjang, tdk bercabang poli N-asetil-
glukosamin
- Komponen inert, tdk larut.
- Komponen utama dinding sel fungi berfilamen
- Pd yeast, penting unt. Mbtk ‘Cross septa dan kanal
memindahkan nukleus (pd pembelahan sel)
Mannan, glukan, dan khitin berikatan satu sama lain
dan berikatan dg protein.
4
 IDENTIFIKASI FUNGI
DIAGNOSA LAB
1. Mikroskopis
a. + larutan KOH 10%
b. + campuran tinta & KOH 30% (1:1)
2. Kultur
a. Media SDA ( Sabouraud Dextrose Agar)
+ 0,005% Kloramfenikol/
+ 20 mg/L penisilin/
+ 40 mg/L streptomisin
b. Sampel kulit : + 0,05% Cycloheximide(actidione)
c. Isolasi fungi dimorfik: media kaya spt: BHI agar
d. Inkubasi 25-28C, 48 jam atau lebih.
3. Serologi
Unt. Penderita infeksi fungi sistemik.
5
IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK

Sampel kuku

KOH mount of infected skin scales (left) and nail material (right)
showing typical dermatophyte hyphae breaking up into arthroconidia.
6
 Epidermophyton floccosum pada media SDA

Macroconidia Epidermophyton floccosum Chlamidoconidia Epidermophyton floccosum

7
 ISTILAH-ISTILAH DLM MYCOLOGY
Conidia : btk propagatif hasil reproduksi aseksual.
Ada 2 jenis: makrokonidia & mikrokonidia
Arthroconidia(arthrospores): struktur yg dihasilkan
oleh fragmentasi suatu hypha mjd sel individual.
Mis pd: Coccidioides immitis.
Blastoconidia (blastospores): struktur sederhana yg
berasal dari ‘budding’ yg kemudian melepaskan diri
dari induknya. mis: yeast.
Chlamidoconidia (chlamidospores): sel terminal atau
intercalary pada hypha membesar dan mbtk dd sel
yg tebal. Struktur ini resisten terhadap situasi yg
tidak menguntungkan. Mengalami germinasi bila
kondisi baik (pertumb. Vegetatif.
8
Dimorfik : fungi yg mempunyai 2 btk (hypha & Yeast)
yg berkembang di dalam atau pada kondisi yg
berbeda. Mis: Histoplasma capsulatum: Hypha (di
alam)
H.capsulatum : Yeast (pada manusia)
Hyphae : Filamen panjang, ada yg bersekat (septat)
dan tdk bersekat (aseptat)
Hyphae vegetatif : tumbuh di bawah permukaan
agar dan berfungsi untuk mengabsorbsi nutrien
Hyphae aerial: tumbuh di atas permukaan agar
(reproduksi)
Fungi imperfecti: fungi yg tidak punya reproduksi
seksual
Fungi perfect: fungi yg bisa reproduksi seksual &
aseksual
9
• Dimorphic: punya 2 btk Hyphae & Yeast
Histoplasma capsulatum di alam : Hyphae
Pd manusia : btk yeast

10
 Reproduksi Aseksual
• Aseksual : Pembelahan, budding, sporulasi
• Jenis spora aseksual :
– Spora yg tjd krn protoplasma dlm suatu sel mbntk
kelompok kecil. Masing2 memiliki membran dan inti
sel. Sel tmpt terbentuknya spora disebut
sporangium, spora yg dihasilkan disebut
sporangiospor
– Spora yg tjd krn ujung suatu hifa berbelah spt
tasbih disebut konidiospora. Sporanya disebut
konidia, tangkainya disebut konidiofor
– Pada bbrp bagian miselium membesar & berdinding
tebal, disebut klamidiospor
– Bagian miselium tdk membesar disebut artospora,
oidiospora (oidia)
11
PROPAGATIF FUNGI HASIL
REPRODUKSI ASEKSUAL
1. Conidiospore
A. flavus
2. Blastoconidia
C. albicans, yeast.
3. Arthroconidia
Coccidioides immitis
4. Chlamidoconidia
C. albicans.
5. Sporangiospore
Rhizopus sp.

12
 Reproduksi seksual
• Reproduksi seksual : peleburan gamet → isogamet
dan heterogamet (mikrogamet u/ jantan, makrogamet
u/ betina)
• Spora seksual :
– Askospora : spora bersel satu, terbentuk dlm kantung
disebut askus. Tdp 8 askospora dlm tiap askus
– Basidiospora : spora bersel satu, terbentuk dlm basidium
– Zigospora : spora besar & berdinding tebal, terbentuk
apabila ujung dua hifa serasi scr seksual, disebut
gametangia
– Oospora : spora terbentuk dlm oogonium. Pembuahan
oosfer o/ gamet jantan dlm anteridium m’hasilkan
oospora.
13
 PROPAGATIF FUNGI HASIL
REPRODUKSI SEKSUAL
1. Ascospore : hsl meiosis 4-8 spora dlm
ascus
2. Basidiospora : Hsl meiosis 4 spora dlm
basidium
3. Zigospora : Ujung hyphae yg berdekatan
mengadakan fusi meiosis besar
dinding menebal zigospora.
Tjd pd Zygomicetes tertentu
14
 KLASIFIKASI FUNGI
1. Ascomycetes
Hsl fusi seksual (askus) mengandung 4/8 ascospora
Spora aseksual(konidia) : dihslkan pd ujung hifa
2. Basidiomycetes
Hsl reproduksi seksual: terbtk basidium, permukaanya ada
basidiospora.
Spora aseksual (konidia) terbtk di ujung hifa.
co: Cryptococcus neoformans.
3. Zigomycetes
miselium tak bersekat
Reproduksi seksual : zigospora (dinding tebal).
Reproduksi aseksual : sporangium.
Co : Rhizopus nigricans (patogen oportunis)
4. Deuteromycetes (fungi imperfecti)
Morfologi spt ascomycetes
Co : Epidermophyton, candida.

15
Ascomycetes

16
BASIDIOMYCETES

17
Zygomycete Rhizopus dapat berreproduksi secara
aseksual atau seksual.

18
REPRODUKSI SEKSUAL & ASEKSUAL FUNGI

19
 PATOGENESIS FUNGI
Kebanyakan fungi adalah OPORTUNIS
infeksi serius pd individu dg sistem imun
rendah.
Proses patogenesis meliputi:
1. Perlekatan pd mukosa
2. Invasif
3. Produk ekstraseluler (protease, elastase dll)
mis: pd candida dan bbrp fungi dimorfik
4. Interaksi dg fagosit

20
1. Perlekatan pd permukaan mukosa

Perlu adesin & reseptor

C.albicans:
Mannoprotein
(adhesin)

Reseptor: fibronectin

21
2. Invasi
1. Trauma: Sporothrix
schenchii.
2. Inhalasi spora/conodia
Arthroconidia
C.immitis ke alveoli
3. Invasi menembus
mukosa C.albicans
mbtk pseudohyphae.

22
4. Interaksi dg Fagosit

Imunitas normal: neutrofil mampu membunuh fungi

Fungi dimorfik: lbh resisten thd fagosit
Yeast H.capsulatum resisten thd pembunuhan
Spherul C.immitis oleh fagosit.
Komp conidia antifagosit 23
 INFEKSI SUPERFISIAL
Dermatophytes : Microsporum, Trichophton,
Epidermaphyton deuteromycetes
Tdpt pd jar. Mati yg berkeratin: kuku,
rambut, stratum corneum kulit.
Sumber infeksi: manusia, binatang, tanah.

24
 GAMBARAN KLINIK
1. Tinea pedis (Athlete’s foot)
Infeksi pd kuku (tinea unguinum)
penyebab : T. rubrum, T.mentagrophytes
Epidermophyton floccosum.
2. Tinea corporis (Ring worm)
Dermatophytosis hanya pd jar.mati & berkeratin
Penyebab: M. canis, T.mentagrophytes
3. Tinea capitis (Ring worm pd kulit kepala)
Penyebab: M. canis, T. transurans
4. Tinea barbae
Daerah jenggot T. rubrum
Pengobatan:
Lap epitel yg mati dibersihkan antifungi topikal
Pd penyebaran : Griseofulvin 1 – 4 minggu
Pd kulit kepala : Griseofulvin 1 – 2 minggu
Pd tubuh : Krem mikonazol, as.undesilinat, as. Salisilat, as.benzoat.
Pd kaki: Acut rendam KMnO4 1 : 5.000 antifungi
Kronis krem antifungi malam hari.

25
 SUPERFISIAL MYCOSIS

Tinea pedis/athlete’s foot disebab Tinea unguinum disebabkan

kan oleh T.rubrum oleh T.rubrum Tinea capitis disebabkan oleh M.canis

Tinea pedis disebabkan oleh

E.floccosum (ki), T.interdigitale (ka) Tinea capitis & corporis disebab
Tinea barbae disebabkan
kan oleh M.canis. oleh T.rubrum

26
Infection Recommended
Terbinafine 250 mg/day
Tinea unguium
6 weeks for finger nails,
[Onychomycosis]
12 weeks for toe nails.
Griseofulvin 500mg/day
Tinea capitis [not less than 10 mg/kg/day]
until cure [6-8 weeks].
Griseofulvin 500 mg/day
until
Tinea corporis cure [4-6 weeks], often
combined with a topical
imidazole agent.
Griseofulvin 500 mg/day
Tinea cruris
until cure [4-6 weeks].
Griseofulvin 500mg/day
Tinea pedis
until cure [4-6 weeks].
Chronic and/or
widespread Terbinafine 250 mg/day
non-responsive for 4-6 weeks.
tinea.
Alternative
Itraconazole 200 mg/day/3-5 months or 400 mg/day for one week
per month for 3-4 consecutive months.
Fluconazole 150-300 mg/ wk until cure [6-12 months].
Griseofulvin 500-1000 mg/day until cure [12-18 months].
Terbinafine 250 mg/day/4 wks.
Itraconazole 100 mg/day/4wks.
Fluconazole 100 mg/day/4 wks
Terbinafine 250 mg/day for 2-4 weeks.
Itraconazole 100 mg/day for 15 days or 200 mg/day for 1week.
Fluconazole 150-300 mg/week for 4 weeks.
Terbinafine 250 mg/day for 2-4 weeks.
Itraconazole 100 mg/day for 15 days or 200 mg/day for 1week.
Fluconazole 150-300 mg/week for 4 weeks.
Terbinafine 250 mg/day for 2-4 weeks.
Itraconazole 100 mg/day for 15 days or 200 mg/day for 1week.
Fluconazole 150-300 mg/week for 4 weeks.
Itraconazole 200 mg/day for 4-6 weeks.
Griseofulvin 500-1000 mg/day until cure [3-6 months].
27
 Patogenesis
Terjadinya infeksi tergantung pada:
1. Kecepatan pertumbuhan jamur
2. Pertumbuhan kulit dan desquamasi
3. Inflamasi (respon)
Pd umumnya self limiting.
Kronis bila :
pertumbuhan jamur
Seimbang
desquamasi
respon inflamasi kurang baik
Infeksi fungi + kortikosteroid?
28
 SUPERFISIAL MIKOSIS yg lain
1. Tinea versicolor (Pityriosis versicolor)
Infeksi kulit: tu. Punggung, dada, perut, leher, lengan atas
lesi tdk berpikmen kecoklatan
Penyebab: Malassezia furfur (flora normal kulit)
Pengobatan: Selenium sulfida 1%
2. Tinea nigra
Lesi tampak coklat muda hitam
Penyebab: Exophiala werneckii
Terapi: As.undesilinat dan azol
3. Piedra
Piedra hitam disebabkan oleh piedra hortae bintik hitam
di sekitar pangkal rambut
Piedra putih disebabkan oleh Trichosporon beigelii lesi
putih – coklat muda pd ketiak,pubis, jenggot dan kulit kepala.
Pengobatan: rambut dibersihkan, diberi antifungi.

29
 SUBCUTANEOUS MYCOSIS
Sporothrix schencii (Sporotrichosis)
Fungi dimorfik, hidup pd tan., kayu, menyebabkan sporothricosis (infeksi
granulomatus kronik).
Pengobatan : sembuh sendiri.
KI oral bbrp mgu, pd cutaneous lymphatic. Amfoterisin inj.& ketokonazol oral,
unt.sistemik
Chromoblastomycosis (Chromomycosis)
Infeksi granulomatus pd kulit disebabkan oleh ‘black mold’. Tjd pd kaki, spt bunga
kol(+ abses)
Obat: eksisi lesi + flucytosin/itraconazol
Mycetoma (Maduramycosis/Madurofoot)
Pietriellidium boydii
Tjd kaki tu. Yg tdk bersepatu, byk di: India, Afrika dan Amerika latin.
Lessi bengkak dg granul padat
Sebab: bbrp fungi & actinomycetes aerob
(Bakteri berfilamen disebut actinomycetoma)
Obat:
Micetoma : ketokonazol, itraconazol
Actinomycetoma: Streptomisin, dapson, trimet - sulfamet
Tindakan operatif

30
Sporotrichosis disebabkan oleh Mycetoma disebabkan oleh
Sporothrix schencii Madurella mycetomatis

Chromoblastomycosis disebabkan
oleh black mold Cladophialophora
carrionii

31
 DEEP MYCOSIS(SISTEMIK MYCOSIS)
Penyebab: fungi tanah yg bersifat dimorfik
Infeksi melalui inhalasi & sebagian besar asimptomatik.

1. Coccidioides immitis
Fungi tanah penyebab coccidiomycosis.
Biasanya dpt sembuh sendiri, tp dpt jg fatal
Endemik di bbrp daerah di Amerika latin/barat daya
Morfologi:
Dimorfik: 20C hyphae, 37 C spherule
Preparat langsung : spherule berisi endospora
Pd Sabouraud: koloni spt kapas mbtk arthro conodia
(melayang) hewan/manusia spherule
Patogenesis:
Infeksi melalui inhalasi 2/3 asimptomatik
Sympton: demam, lemah, batuk (spt flu)
Obat: Amfoterisin B (iv), ketokonazol, fluconazol, itraconazol (oral)
32
 Coccidioidomycosis, tampak lesi Kultur Coccidioides
granulomatus. immitis

Mikroskopis (KOH+ Parker ink)

C.immitis dari kerokan kulit,
tampak endospora dalam spherule
33
2. Blastomyces dermatitidis
Btk seksual : Ajellomyces dermatitidis
Blastomycosis : granulomatous kronis
Pd jar. Mamalia : ‘Budding’
Pada kultur : ‘Mold’
Antigen : Blastomycin
Obat : Amfoterisin B, Ketokonazol,
Itraconazol

34
3. Histoplasma capsulatum
Btk seksual : Ajellomyces capsulatum
Histoplasmosis: mikosis intraseluler pd sist.retikulo
endotelial.
Masuk: conidia inhalasi
Pada sel fagosit/agar darah glukosa-sistein/kultur
jaringan 37 C tampak oval ada ‘budding’
Pd sabouraud: koloni spt kapas, dinding tebal, ada
conidia
Antigen : histoplasmin
Obat : Amfoterisin B & ketokonazol
35
 BLASTOMYCOSIS

Mikroskopis KOH+Parker ink

terlihat budding yeast like cell

Blastomycosis disebabkan oleh

Blastomyces dermatitidis

HISTOPLASMOSIS

Culture H.capsulatum Mikroskopis KOH+Parker ink

terlihat budding yeast cell

36
4. Cryptococcus neoformans
Yeast, kapsul karbohidrat
tebal, pd kultur dan cairan
jaringan. Tdp pd kotoran
burung merpati.
Infeksi pd imunosupresiv
dan imunodefisiensi,
kadang orang normal.
Infeksi melalui sal napas
infeksi paru
sistemik organ.
Obat : Amfoterisin B,
fluconazol (cairan
serebrospinal), flucytosin.

37
5. Paracoccidioides brasiliensis
Pd 37 C (pd jaringan) :
sel ragi, dinding tebal,
multiple bud
Pd suhu kamar :
tumbuh lambat, ada
micel conidia kecil.
Obat: Sulfonamid,
ketokonazol,
amfoterisin B.

38
 CRYPTOCOCCOSIS

Mikroskopis Kultur C.neoformans

Hsl X-Ray, terlihat infeksi Lesi nodular pd kulit krn
pulmonary cryptococcal C.neoformans

PARACOCCIDIOIDOMYCOSIS

Destruksi muka Mikroskopis KOH+Parker ink

fase kontras. Terlihat budding
Destruksi pada
yeast cell. P.brasiliensis
mukosa faring

39
 DEEP MYCOSIS
Organisme Dimorfisme Manifestasi

Coccidioides immitis Hyphae Spherul Pulmonary, meningeal,

osteomielitis

Histoplasma Hyphae Yeast Pulmonary,

capsulatum sist.retikuloendotelial,
kulit
Blastomyces Hyphae Yeast Kulit
dermatitidis

Paraccocidioides Hyphae Yeast Kulit &

brasiliensis sist.retikuloendotelial.

40
 MYCOSIS OPORTUNIS
Sebab: jamur yg biasanya non patogen,
infeksi tjd krn daya tahan tubuh menurun.
Penyebab :
Candida, geotricum, fusarium,
paecilomyces, penicillium, scopulariopsis

41
 C. albicans
Mrpk flora normal pd membran mukosa: sal
napas/pencernaan, genital wanita.
Menyebabkan infeksi pd: mulut, sal. Pernafasan(bronkus,
paru), sal.pencernaan, kulit, kuku, genital wanita,
sistemik (septikemia: endocarditis, meningitis).
Infeksi tjd pd keadaan imunodefisiensi
Morfologi:
Jamur bersel satu, oval, Gram +
Mbtk budding (kalo panjang pseudohifa)
Obat: amfoterisin B,ketokonazol, nistatin (vagina &
intestinal)
Topikal: gentian violet 1%, mikonazol (vagina)

42
 CANDIDIASIS

Kandidiasis mulut pd bayi (ki) & pd pasien Typical moist colonies of

immunosupressed (ka) Candida

“Nappy rash” candidiasis in an infant with spread

to the mouth area

43
Aspergillus (Aspergillosis)
• Koloni invasi ke jar
(cornea yg luka, luka
bakar, luka otitis
eksterna).
• Pada jaringan, eksudat,
sputum Aspergillus
sp tampak filamen
bersekat.
• Pada sabouraud: koloni
berwarna hijau/ abu-abu.
• Obat : amfoterisin B.
Itrakonazol

44
 Mucor, Rhizopus
Invasi dan proliferasi pd dinding pembuluh
darah trombosis. Banyak terjadi pd
rhinocerebral mucor mycosis.
Kadang terjadi infeksi pd paru, gastrointestin
kerusakan jaringan.
Obat: Amfoterisin B dan pengambilan
jaringan yg terinfeksi.

45
ASPERGILOSIS ZYGOMYCOSIS

Rhinocerebral zygomicosis
showing involvement of the
palate

Terlihat lubang di paru yang

berisi aspergiloma

Ulcerated cutaneous zygomycosis

46
 Actinomycetes
Bakteri berfilamen, bersifat Gram +
Bbrp spesies termsk bakteri tahan asam yg bersifat
anaerob floral normal mulut. Bbrp aerob ( Nocardia,
Streptomyces),tanah
Identifikasi: filamen bercabang, ada granul sulfur.
Media: BHI agar, tioglikolat (cair).
Inkubasi 37 C aerobic/anaerobik
A.israelii
Koloni ‘spidery’ pd 2-3 hari 10 hari putih
Tidak menghidrolisis tepung
Memfermentasi xylosa & manitol
Sebagian besar spesies actinomycetes
non hemolitik, non proteolitik, & katalase (-)
Obat: Actinomyces penicillin
Nocardia sulfonamid 47
Actinomyces israeli

48
 ANTIFUNGI
Obat antifungi topikal:
Nistatin (polien mirip amfoterisin B) untuk kandidiasis di
mulut dan vagina
Tolnaflat dan nistatin
Tinea pedis/cruris/versicolor.
Kotrimazol, mikonazol, as.undesilinat
Tinea pedis/cruris.
Resistensi:
- penurunan aktivitas pirofosforilase UMP
- penurunan aktivitas deaminase sitosin
-penurunan transport sitosin

49
 Antifungi gol. Azol
N

N
IMIDAZOL:
1. Ketokonazol - oral
2. Mikonazol - topical
3. Kotrimazol - topical

Cl TIAZOL
1. Flukonazol - oral
2. Itranazol - oral

Kotrimazol

Mekanisme:
Menghambat fungsi sitokrom oksidase (sterol demetilase terjadi akumulasi 14alfa
metilsterol (merusak rantai asil fosfolipid) berpengaruh pd fungsi enzim yg
terletak pada membran ( ATP ase, enzim unt.transport elektron)
menghambat pertumbuhan fungi.
Efektif terhadap: C. albicans, C. tropicalis, C. globrata, Crytococcus neoformans,
Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis.
Tidak Efektif thd: C. krusei (resisten), Aspergillus spp (intermediet), Mucor
(resisten)
50
 Griseofulfin
OCH3 Dihslk: Penicillium griseofulfin
OCH3 O O
Diberi peroral akulmulasi
pd jar keratin dan epidermis
O
Use: inf.kulit, rambut, kuku.
H3CO
CH3
Mekanisme:
Cl
GRISEOFULFIN interaksi dg mikrotubulus
merusak fungsi spindel
menghambat pertumbuhan sel
(menghambat mitosis)
Fungistatik: Mikrosporum,
epidermophyton, Trichophyton

51
 Antifungi sistemik
OH OH

H3C OH
O

HO OH OH OH O OH O
CH3 COOH

H3C
H3C
O
O
NH2 OH
AMFOTERISIN B

HO

Diisolasi dari S. nodosus, mrpk makrolida polien

Aktif: Candida sp, Crytococcus neoformans, Aspergilus sp,
Blastomyces dermatitidis, H.capsulatum, C. immitis, P.braziliensis.

Mekanisme: amfoterisin B berikatan dg ergosterol menaikan

permeabilitas membran molekul keluar dari sitoplasma.
Resistensi:
1. Pergantian ergosterol dg prekursor lain
2. Amfoterisin B gagal menembus dd sel
Pemberian
parenteral
topikal candidiasis cutaneus. 52
FLUSITOSIN (5-FLUOROSITOSIN)
H
• Obat dpt diabsorbsi dg
N O cepat dari saluran
pencernaan masuk ke
N jaringan termasuk
F cerebrospinal.
NH2
• Aktif terhadap:
C.neoformans,
FLUSITOSIN C.albicans.

53
MEKANISME AKSI FLUSITOSIN
Deaminase
sitosin
Flusitosin 5-Fluorourasil (5-FU)

Fosforilase UMP

5-FUMP 5FUDP 5FUTP

Reduktase
ribonukleotida RNA

5FdUMP (Fluoro deoksi uridilat)

X
DUMP--sintetase trimidilat dTMP
54
55