Anda di halaman 1dari 21

Zebra

Zebra (subgenus Hippotigris, disebut juga kuda loreng)


adalah hewan dari Afrika yang dikenal akan tubuhnya yang Zebra
berbelang hitam-putih. Terdapat tiga spesies yang masih ada Periode Pliosen hingga kini
saat ini, yaitu zebra grévy (Equus grevyi), zebra dataran (E.
quagga), dan zebra gunung (E. zebra). Zebra merupakan Hippotigris
bagian dari genus Equus seperti halnya kuda dan keledai.
Ketiganya merupakan kelompok yang masih tersisa dari
famili Equidae. Setiap individu zebra memiliki pola belang-
belang yang khas. Terdapat beberapa teori mengenai fungsi
dari belang-belang tersebut, dan teori yang paling banyak
didukung oleh bukti adalah sebagai perlindungan dari
gigitan lalat. Zebra menghuni bagian timur dan selatan
Afrika, dan dapat ditemui di berbagai jenis habitat seperti
sabana, padang rumput, daerah berhutan, lahan bersemak,
dan daerah bergunung.

Zebra adalah hewan pemakan rumput yang dapat bertahan


hidup dengan mengonsumsi tumbuhan bermutu rendah.
Mereka menjadi mangsa singa dan biasanya melarikan diri
ketika merasa terancam, tetapi mereka juga bisa menggigit
dan menendang. Spesies-spesies zebra memiliki perilaku
sosial yang berbeda-beda. Zebra dataran dan zebra gunung
hidup dalam harem yang stabil dan terdiri dari seekor jantan,
beberapa ekor betina, dan anak-anak mereka, sementara Sekawanan zebra dataran (Equus
zebra grévy hidup sendiri atau dalam kawanan yang tidak quagga) di Kawah Ngorongoro, Tanzania
memiliki ikatan erat. Dalam spesies yang memiliki harem,
Data
betina dewasa hanya berkawin dengan jantan dari harem
mereka. Sementara itu, zebra grévy jantan membentuk Sumber dari kulit zebra
teritori yang menarik betina, dan spesies ini juga bergonta-
ganti pasangan. Zebra berkomunikasi dengan berbagai jenis Status konservasi
suara, postur tubuh, dan raut wajah. Perawatan sosial
memperkuat ikatan antarindividu pada zebra dataran dan
gunung.

Belang-belang zebra menjadikan mereka sebagai hewan Genting


yang paling mudah dikenali. Mereka telah menjadi tema Taksonomi
berbagai karya seni dan kisah di Afrika dan wilayah
lainnya. Dalam sejarahnya, mereka diincar oleh kolektor Kerajaan Animalia
hewan eksotis. Namun, tidak seperti kuda ataupun keledai,
Filum Chordata
zebra tidak pernah didomestikasi. International Union for
Conservation of Nature (IUCN) menggolongkan zebra Kelas Mammalia
grévy sebagai spesies yang terancam punah, zebra gunung
Ordo Perissodactyla
sebagai spesies yang rentan, dan zebra dataran sebagai
spesies mendekati terancam. Salah satu jenis zebra dataran Famili Equidae
Genus Equus
yang disebut quagga mengalami kepunahan pada abad ke- Upagenus Hippotigris
19. Meskipun demikian, zebra masih dapat ditemui di
berbagai kawasan perlindungan. Spesies
†E. capensis

Daftar isi E. grevyi


†E. koobiforensis
Asal nama †E. mauritanicus
Taksonomi dan evolusi †E. oldowayensis
Spesies yang masih ada E. quagga
Rekaman fosil
E. zebra
Persilangan
Karakteristik
Belang-belang
Kegunaan
Ekologi dan perilaku
Struktur sosial
Komunikasi
Reproduksi dan pengasuhan
Interaksi dengan manusia
Dalam kebudayaan
Penangkaran
Konservasi
Lihat pula
Referensi Persebaran tiga spesies zebra saat ini
Rujukan
Daftar pustaka
Pranala luar

Asal nama
Kata "zebra" dapat ditilik kembali ke tahun 1600 dan berasal dari bahasa Italia, Spanyol, atau Portugis.[1][2]
Istilah ini mungkin berasal dari bahasa Latin equiferus yang berarti "kuda liar"; istilah ini sendiri merupakan
penggabungan kata equus ("kuda") dengan ferus ("liar, buas"). Equiferus tampaknya diserap ke dalam
bahasa Portugis menjadi ezebro atau zebro, yang awalnya mengacu kepada hewan Equus yang misterius
(dan mungkin liar) di Semenanjung Iberia pada Abad Pertengahan.[3] Pada zaman kuno, zebra disebut
hippotigris ("harimau kuda") oleh orang Yunani dan Romawi.[3][4]

Taksonomi dan evolusi


Informasi lebih lanjut: Evolusi kuda

Zebra digolongkan ke dalam genus Equus bersama dengan kuda dan keledai. Ketiga kelompok ini
merupakan anggota famili Equidae yang masih bertahan hingga kini.[5] Zebra dataran dan zebra gunung
biasanya dimasukkan ke dalam subgenus Hippotigris (C. H. Smith, 1841), sementara zebra grévy dianggap
sebagai satu-satunya spesies dalam subgenus Dolichohippus (Heller, 1912).[6][7][8] Groves dan Bell (2004)
menempatkan ketiga spesies ini ke dalam subgenus Hippotigris.[9] Sebuah kajian filogenetika dari tahun
2013 menemukan bahwa zebra dataran memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan zebra
grévy daripada zebra gunung.[10] Quagga yang sudah punah pada mulanya digolongkan sebagai spesies
yang berbeda.[11] Namun, kajian genetika belakangan menggolongkan hewan ini sebagai spesies yang
sama dengan zebra dataran, baik itu sebagai subspesiesnya ataupun sebagai populasinya yang paling
selatan.[12][13] Bukti molekuler menunjukkan bahwa zebra memiliki garis keturunan monofili (sekelompok
organisme yang memiliki nenek moyang bersama).[10][14][15]

Equus berasal dari Amerika Utara. Hasil pengurutan paleogenomika terhadap tulang metapodial kuda yang
ditemukan di Kanada dan berasal dari kala Pleistosen pertengahan sekitar 700.000 tahun yang lalu
menunjukkan bahwa nenek moyang bersama paling terkini dari semua zebra, kuda, dan keledai dapat
ditilik kembali ke 4 hingga 4,5 juta tahun yang lalu.[16] Kuda diperkirakan terpisah dari keledai dan kuda
sekitar 4 juta tahun yang lalu, dan hewan-hewan dari genus Equus mulai memasuki Benua Eurasia sekitar
3 juta tahun yang lalu. Zebra dan keledai berpisah sekitar 2,8 juta tahun yang lalu, dan nenek moyang zebra
memasuki Afrika sekitar 2,3 juta tahun yang lalu. Zebra gunung terpisah dari spesies zebra lainnya sekitar
1,75 juta tahun yang lalu, sementara zebra dataran terpisah dari zebra grévy sekitar 1,5 juta tahun yang
lalu.[10][17][18]

Berikut adalah kladogram Equus berdasarkan Vilstrup dkk.


(2013):[10]

Zebra gunung (E. zebra)

Zebra dataran (E. quagga)


Zebra
Seekor quagga betina di Kebun
Binatang London pada tahun 1870,
yang merupakan satu-satunya
spesimen quagga yang pernah difoto
Zebra grévy (E. grevyi)
hidup-hidup. Hewan ini sebelumnya
dianggap sebagai spesies yang
berbeda, tetapi kini digolongkan
Kiang (E. kiang) sebagai subspesies atau populasi
dari zebra dataran.
Equus
Onager (E. hemionus)
Keledai liar

Keledai-liar afrika (E. africanus)

Kuda (E. ferus caballus)


Kuda

Kuda przewalski (E. ferus przewalski)


Spesies yang masih ada

Nama Deskripsi Persebaran Subspesies Kromosom Gambar


Panjang tubuh 250–300 cm
dengan panjang ekor 38–
75 cm, tinggi pundak 125–
160 cm, dan massa 352–
Afrika Timur
450 kg;[19] terlihat seperti bagal termasuk
dengan tengkorak yang Tanduk
lebarnya kecil, leher yang
Zebra Afrika;[20]
kokoh, dan telinga yang
grévy padang
(Equus
berbentuk seperti kerucut;
rumput dan Monotipik[20] 46[22]
memiliki pola belang-belang
grevyi) lahan
yang lebarnya kecil dengan
bersemak
belang-belang di bokong yang
kering dan
berpola konsentris, perut dan
pangkal ekornya berwarna semikering[22]
putih, dan terdapat batas
berwarna putih di sekitar
moncongnya[5][20][21]
Panjang tubuh 217–246 cm
dengan panjang ekor 47–
56 cm, tinggi pundak 110–
145 cm, dan massa 175–
385 kg;[19] bertubuh montok
dengan tungkai relatif pendek Afrika Timur
dan tengkorak dengan dahi dan Selatan;
Zebra cembung dan profil hidung agak sabana,
dataran cekung;[5][23] belang-belangnya padang 6[9] atau
rumput, dan 44[24]
(Equus luas, berupa garis horizontal di monotipik[13]
quagga) bokong, dengan populasi utara daerah
memiliki belang-belang yang berhutan
lebih luas sementara populasi terbuka[27]
di selatan memiliki tungkai dan
perut yang lebih putih dan juga
belang-belang "bayangan" yang
lebih cokelat di antara belang-
belang hitam[5][24][25][26]
Panjang tubuh 210–260 cm
dengan panjang ekor 40–
55 cm, tinggi pundak 116–
146 cm, dan massa 204–
430 kg;[19] rongga mata lebih
bundar dan lebih berada di Afrika Barat
belakang, kresta nuka (nuchal Daya;
crest) lebih kotak, gelambir di pegunungan,
Zebra
bawah leher, dan tapak yang dataran tinggi
gunung
(Equus
padat; lebar belang-belangnya berbatu, dan 2[28] 32[22]
merupakan rata-rata dari lebar lahan
zebra)
belang-belang kedua spesies bersemak
lainnya, dengan belang-belang
Karoo[27][28]
yang horizontal dan seperti kisi-
kisi di bokong, sementara
perutnya putih dan
moncongnya memiliki garis-
garis berwarna kastanye atau
jingga[5][28][29][22]

Rekaman fosil
Selain tiga spesies yang masih ada hingga kini, beberapa fosil
zebra juga telah ditemukan. Equus koobiforensis adalah spesies
zebra awal atau hewan yang berada di basal filogenetika zebra
yang ditemukan di Formasi Shungura, Etiopia, dan Ngarai
Olduvai, Tanzania, dan berasal dari sekitar 2,3 juta tahun yang
lalu.[18] Sementara itu, E. oldowayensis yang ditemukan di Ngarai Fosil tengkorak Equus mauritanicus
Olduvai berasal dari sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Spesies ini
diduga berkerabat dekat dengan zebra grévy dan mungkin
merupakan nenek moyangnya.[30] Tengkorak fosil E.
mauritanicus dari Aljazair yang berasal dari sekitar 1 juta tahun
yang lalu tampaknya memiliki kemiripan dengan zebra
dataran.[31][32] E. capensis, yang juga dikenal dengan sebutan
zebra tanjung, muncul sekitar 2 juta tahun yang lalu, pernah hidup
di Afrika Bagian Selatan dan Timur, dan mungkin juga merupakan
kerabat zebra dataran.[30][33]

Hewan Equus dari luar Afrika yang mungkin merupakan hewan


yang berada di basal filogenetika zebra meliputi E. sansaniensis
dari Eurasia (sekitar 2,5 juta tahun yang lalu) serta E. namadicus Romulus, anak dari induk kuda dan
(sekitar 2,5 juta tahun yang lalu) dan E. sivalensis (sekitar 2,0 juta ayah zebra. Hewan campuran ini
tahun yang lalu) dari anak benua India.[18] Sementara itu, kajian memiliki belang-belang.
DNA mitokondria dari tahun 2017 menunjukkan bahwa E.
ovodovi di Eurasia memiliki hubungan kekerabatan yang lebih
dekat dengan zebra daripada keledai.[34]

Persilangan
Artikel utama: Zebroid

Para peneliti telah melaporkan bahwa persilangan antara zebra dataran dengan zebra grévy di alam dapat
menghasilkan keturunan yang subur.[35] Persilangan juga dapat berlangsung antara zebra dataran dan
gunung, meskipun terdapat kemungkinan keturunannya akan mandul akibat perbedaan jumlah kromosom
di antara kedua spesies.[36] Zebra di penangkaran telah disilangkan dengan kuda dan keledai; keturunannya
dikenal dengan sebutan zebroid. Zorse adalah persilangan antara zebra dengan kuda; zonkey antara zebra
dengan keledai; dan zoni antara zebra dengan kuda poni. Zebroid biasanya mandul dan mungkin
mengalami dwarfisme.[37]

Karakteristik
Seperti hewan Equus liar lainnya, zebra memiliki tubuh yang
berbentuk seperti tong dengan ekor yang berumbai, wajah yang
memanjang, dan leher yang panjang dengan rambut di atas leher
yang panjang dan berdiri. Tungkai mereka yang panjang dan
ramping berujung pada sebuah tapak keras yang berbentuk seperti
Rangka zebra grévy di Staatliches
sekop. Gigi mereka teradaptasi untuk merumput; mereka memiliki
Museum für Naturkunde Karlsruhe,
gigi seri besar yang dapat memotong rumput serta gigi geraham
Jerman.
yang bergerigi, bermahkota tinggi, dan cocok untuk menggiling.
Zebra jantan memiliki gigi taring yang berbentuk seperti sekop dan
dapat dijadikan senjata saat berkelahi. Mata zebra berada di bagian
samping dan atas kepala sehingga mereka dapat melihat ke atas saat sedang merumput. Telinga mereka
yang cukup panjang dan terlihat berdiri dapat digerakkan dan dapat digunakan untuk menemukan sumber
suara.[5][25][29] Tidak seperti kuda, zebra dan keledai hanya memiliki chestnut (semacam kapalan) di
tungkai depan mereka. Selain itu, tidak seperti hewan-hewan Equus lainnya, tungkai depan zebra lebih
panjang daripada tungkai belakangnya.[29]

Belang-belang

Zebra dapat dengan mudah dikenali


karena mereka memiliki pola belang-
belang hitam-putih yang khas. Perut
dan tungkai mereka berwarna putih
jika tidak terdapat garis, tetapi
moncongnya gelap dan kulit di bawah
rambutnya berwarna hitam.[38][39][40]
Pola yang umum ditemui meliputi
garis dorsal yang terbentang dari dahi
hingga ekor. Dari situ, belangnya
membentang ke arah bawah kecuali di
bokong; di bagian ini, setiap spesies
memiliki pola khasnya tersendiri.
Sementara itu, di dekat hidung,
belang-belangnya melengkung ke
lubang hidung. Belang-belangnya
terbelah di tungkai depan sehingga
menghasilkan belang bahu. Belang-
belang di tungkai, telinga, dan ekor
Ilustrasi yang menunjukkan perbedaan tiga spesies zebra yang
terpisah dari yang lain dan horizontal.
masih ada saat ini.
Zebra juga memiliki pola yang
kompleks di sekitar mata dan rahang
bawah mereka.[38]

Setiap individu memiliki pola belang-belang yang khas seperti halnya sidik jari pada manusia, dan pola ini
dapat diwariskan.[41] Pada saat perkembangan embrio, belang-belang muncul setelah delapan bulan, tetapi
pola-polanya mungkin sudah ditentukan pada minggu ketiga hingga kelima. Pada setiap spesies, terdapat
suatu tahap selama perkembangan embrio ketika belang-belangnya tegak lurus dengan bagian dorsal dan
terpisah dari satu sama lain dengan jarak 0,4 mm. Tahap ini berlangsung pada minggu ketiga
perkembangan embrio untuk zebra dataran, empat minggu untuk zebra gunung, dan lima minggu untuk
zebra grévy. Perbedaan waktu ini diduga berdampak terhadap perbedaan pola belang-belang di setiap
spesies.[38]

Anak zebra terlahir dengan rambut berwarna cokelat atau putih, dan warna cokelatnya kemudian menjadi
gelap seiring bertambahnya usia.[20][23] Di alam telah terdokumentasi aneka bentuk dari mutasi yang terjadi
pada rambut zebra, dari yang hampir seluruhnya putih hingga yang hampir seluruhnya hitam.[42] Mungkin
terdapat pula bentuk totol-totol putih dengan latar belakang hitam.[43] Zebra albino telah ditemukan di
hutan Gunung Kenya, dengan belang hitamnya menjadi keputihan.[44] Sementara itu, quagga memiliki
belang-belang cokelat dan putih di kepala dan leher, bagian atas berwarna cokelat, serta perut, ekor, dan
tungkai yang berwarna putih.[45]

Kegunaan

Kegunaan belang-belang zebra telah menjadi pembahasan pakar biologi setidaknya sejak abad ke-19.[46]
Hipotesis-hipotesis yang populer adalah sebagai berikut:
Hipotesis kripsis diajukan oleh Alfred Wallace pada tahun 1896 dan menyatakan bahwa
belang-belang memungkinkan zebra untuk menyamarkan diri dengan lingkungannya atau
menghilangkan garis bentuknya agar predator tidak dapat melihatnya sebagai suatu
mangsa.[47] Belang-belang zebra mungkin menjadi kamuflase yang baik saat malam hari
ketika singa dan hiena aktif berburu.[48] Pada 1871, Charles Darwin berpendapat bahwa
"zebra memiliki belang-belang yang mencolok, dan belang-belang di dataran terbuka Afrika
Selatan tidak bisa memberikan perlindungan".[49] Zebra merumput di habitat terbuka dan
tidak mencoba untuk bersembunyi, tetapi merupakan hewan yang berisik, kencang, dan
sosial. Mereka tidak diam di tempat saat mendeteksi seekor predator. Selain itu, singa dan
hiena tampaknya tidak mampu melihat belang-belang jika berada terlalu jauh pada siang
hari sehingga belang-belang zebra tidak berguna dalam menghilangkan garis bentuk.
Belang-belang juga tampaknya tidak membuat zebra lebih sulit untuk dicari daripada hewan
yang berwarna seragam dengan ukuran yang sama, dan predator masih dapat menemukan
mereka dengan bau atau pendengaran.[50] Belang-belang kamuflase pada ungulata yang
hidup di daerah berhutan seperti bongo dan bushbuck tidak memiliki warna yang sehidup
belang-belang zebra dan tidak kontras dengan warna latar belakangnya.[51][52] Ditambah
lagi, tidak seperti belang-belang harimau, frekuensi keruangan belang-belang zebra tidak
sejajar dengan lingkungannya.[53] Sebuah hasil kajian dari tahun 2014 tidak dapat
menemukan korelasi antara pola belang-belang dengan habitat berhutan.[52] Hasil kajian
dari tahun 2016 juga menyimpulkan bahwa kemungkinan belang-belang zebra tidak
berfungsi sebagai kripsis.[54]

Hipotesis kebingungan menyatakan bahwa belang-


belang dapat membingungkan predator: membuat
predator lebih sulit membedakan individu dan
menentukan jumlah zebra dalam suatu kelompok;
mempersulit predator dalam menentukan garis bentuk
individu ketika kelompok melarikan diri; mengurangi
kemampuan predator untuk mengikuti sasaran saat
sedang mengejar; menjadi suatu bentuk dazzle
camouflage yang membuat sulit pengejar dalam
Gambar belang-belang zebra gunung
melakukan kontak dengan zebra; atau mempersulit
dari dekat
predator dalam menentukan besar tubuh, kecepatan,
dan jalur yang akan dilalui zebra melalui mekanisme
motion dazzle. Hipotesis ini telah diajukan oleh
sejumlah pakar biologi setidaknya sejak dasawarsa 1970-an.[55] Sebuah kajian komputer
terhadap belang-belang zebra pada tahun 2014 menemukan bahwa sinyal pergerakan
yang dibuat oleh belang-belang zebra memberikan informasi yang menyesatkan dan dapat
mengakibatkan kebingungan lewat efek gerobak-roda atau ilusi tiang tukang cukur. Peneliti
menyimpulkan bahwa hal ini dapat digunakan untuk mempertahankan diri dari predator
mamalia atau gigitan lalat.[56] Namun, hipotesis kegunaan belang-belang zebra untuk
membingungkan predator mamalia juga telah menuai kritikan. Belang-belang zebra dapat
membuat kelompok terlihat lebih kecil sehingga membuat predator lebih tertarik untuk
mengejar. Zebra juga cenderung berpencar saat melarikan diri dari predator sehingga
belang-belangnya tidak dapat menyembunyikan garis bentuk individu. Singa tampaknya
tidak mengalami kesulitan dalam menyasar dan melakukan kontak terhadap zebra dengan
mendekatinya dan lalu menyergapnya.[57] Selain itu, tidak ditemukan korelasi antara jumlah
belang-belang dengan populasi predator mamalia.[52]
Hipotesis aposematis menyatakan bahwa belang-belang berfungsi sebagai warna
peringatan karena dapat dikenali dari dekat. Pakar biologi L.H. Matthews menggagas pada
tahun 1971 bahwa belang-belang di samping mulut menjadi tanda bahwa zebra akan
menggigit. Seperti mamalia aposematis lainnya, zebra banyak diburu oleh predator dan
tidak mencoba bersembunyi.[58] Namun, mereka sering diburu oleh singa sehingga
menunjukkan bahwa belang-belang mereka tidak membuat takut singa, meskipun belang-
belang mungkin masih berguna untuk menakuti predator yang lebih kecil. Selain itu, zebra
bukanlah hewan yang lambat seperti mamalia-mamalia aposematis lainnya.[59]
Menurut hipotesis fungsi sosial, belang-belang berperan dalam mengenali individu dan
spesies, memperkuat ikatan sosial, memfasilitasi perawatan antara satu sama lain, atau
menunjukkan kebugaran. Darwin menulis pada tahun 1871 bahwa "seekor zebra betina
tidak akan menerima sapaan seekor keledai jantan kecuali jika si keledai dilukis agar
terlihat mirip zebra", sementara Wallace menyatakan pada tahun yang sama bahwa
"Belang-belang mungkin berguna dengan memungkinkan zebra yang tersesat untuk
membedakan rekan-rekan mereka dari jauh."[60] Namun, wilayah zebra jarang bertumpang-
tindih dan kuda juga dapat mengenali satu sama lain dengan menggunakan isyarat
visual.[61] Selain itu, tidak ditemukan korelasi antara belang-belang dengan perilaku sosial
di antara hewan Equus.[52] Tidak ditemukan pula korelasi antara kebugaran dengan belang-
belang.[61]

Hipotesis termoregulasi menyatakan bahwa belang-


belang membantu mengendalikan suhu tubuh zebra.
Pada 1971, pakar biologi H.A. Baldwin mengamati
bahwa belang-belang hitam menyerap panas
sementara belang-belang putih merefleksikannya. Pada
1990, pakar zoologi Desmond Morris menggagas
bahwa belang-belang menghasilkan arus konveksi
untuk mendinginkan tubuh zebra.[63] Hasil kajian dari
tahun 2015 juga menemukan bahwa suhu lingkungan
merupakan prediktor yang kuat untuk pola belang-
belang zebra.[64] Kajian lain dari tahun 2019 juga
menyimpulkan bahwa belang-belang berperan dalam
meregulasi panas. Aliran udara bergerak lebih cepat di
rambut hitam yang menyerap panas daripada rambut
Perbandingan arah terbang dan
putih. Di persimpangan belang-belang, udaranya
pendaratan lalat di tubuh kuda (a–c)
berputar dan mendinginkan sang zebra. Selain itu,
zebra tampaknya dapat mengangkat rambut di belang- dan zebra dataran (d–f).[62]
belang hitam sembari membiarkan rambut putihnya
tetap terbaring. Pada hari yang panas, rambut yang
terangkat dapat membantu mengalirkan panas dari kulit ke permukaan rambut, sementara
pada pagi hari yang lebih dingin, rambut hitam yang terangkat dapat memerangkap udara
untuk mencegah kehilangan panas.[65] Hasil kajian yang lain gagal menemukan bukti
bahwa zebra memiliki tubuh yang lebih dingin daripada ungulata lainnya di habitat yang
sama, atau bahwa belang-belang memiliki korelasi dengan suhu.[66][52] Namun, hasil
percobaan dari tahun 2018 yang menempatkan tong-tong berisi air yang dilapisi oleh kulit
kuda, zebra, dan sapi menunjukkan bahwa belang-belang zebra tidak berdampak terhadap
termoregulasi.[67]
Hipotesis perlindungan dari lalat menyatakan bahwa belang-belang menghentikan gigitan
lalat. Lalat kuda dapat menyebarkan penyakit yang mematikan, seperti penyakit kuda Afrika,
flu kuda, anemia infeksius kuda, dan tripanosomiasis. Selain itu, rambut zebra lebih pendek
atau memiliki panjang yang sama dengan mulut lalat kuda.[52] Caro dkk. (2019) melaporkan
bahwa hipotesis ini menjadi "konsensus yang baru muncul di antara pakar biologi".[62]
Pakar biologi R. Harris menemukan pada tahun 1930 bahwa lalat lebih jarang mendarat di
permukaan belang-belang hitam-putih bila dibandingkan dengan permukaan berwarna
seragam.[68] Hasil kajian dari tahun 2012 memastikan temuan ini dan menyimpulkan bahwa
belang-belang merefleksikan pola cahaya yang kontras alih-alih pola seragam yang dipakai
serangga untuk mencari makanan dan air.[69] Hasil kajian dari tahun 2014 menemukan
korelasi antara jumlah belang-belang dengan keberadaan lalat kuda dan lalat tsetse. Di
antara hewan-hewan Equus liar, zebra hidup di daerah dengan aktivitas lalat tsetse yang
paling tinggi.[52] Hasil kajian lain menemukan bahwa zebra jarang disasar oleh
serangga.[70] Caro dkk. mengkaji zebra dan kuda di penangkaran dan menemukan bahwa
keduanya tidak dapat menghentikan lalat dari kejauhan, tetapi belang-belang zebra
mempersulit lalat dalam upayanya untuk mendarat di tubuh zebra dan kuda yang memakai
kulit zebra.[62] Hasil kajian dari tahun 2020 menemukan bahwa belang-belang zebra
bukanlah suatu bentuk dazzle camouflage dan juga tidak berfungsi seperti tiang tukang
cukur untuk lalat karena corak papan catur juga dapat menghalau mereka.[71] Belang-
belang putih atau terang yang dilukis di tubuh yang gelap juga diketahui dapat mengurangi
iritasi lalat pada sapi maupun manusia.[72][73]

Ekologi dan perilaku


Zebra dapat berkelana atau bermigrasi ke daerah yang lebih
banyak air.[23][25] Zebra dataran tercatat telah bermigrasi sejauh
500 km antara Namibia dan Botswana, dan ini merupakan migrasi
darat terpanjang pada mamalia di Afrika.[74] Saat bermigrasi, zebra
tampaknya mengandalkan ingatannya mengenai tempat yang
paling baik untuk merumput dan mereka juga dapat memprediksi
kondisi suatu tempat beberapa bulan setelah mereka tiba.[75] Zebra
dataran lebih bergantung pada air dan hidup di habitat yang lebih
mesik (habitat dengan kelembaban sedang) bila dibandingkan Seekor zebra gunung sedang mandi
dengan spesies zebra lainnya. Mereka jarang berkeluyuran lebih debu di Namibia.
dari 10–12 km dari sumber air. [23][25][76] Zebra grévy dapat
bertahan hidup selama dua hingga lima hari tanpa minum, tetapi
mereka akan minum setiap hari jika terdapat sumber air yang berlimpah.[20][77] Zebra gunung dapat
ditemukan di ketinggian hingga 2.000 m.[78] Zebra dapat menghabiskan waktu selama tujuh jam per hari
untuk tidur. Saat siang hari, mereka tidur berdiri, sementara pada malam hari mereka tidur berbaring.
Mereka biasanya menggosokkan tubuhnya dengan pohon, batu, dan objek-objek lainnya, dan mereka juga
berguling-guling di debu untuk melindungi kulit dari lalat dan iritasi. Zebra dapat berguling-guling
sepenuhnya kecuali zebra gunung.[25]

Makanan utama zebra adalah rumput dan teki-tekian, tetapi mereka


juga bisa mengonsumsi batang pohon, daun, tunas, buah-buahan,
dan akar jika makanan kesukaan mereka sukar ditemui. Bila
dibandingkan dengan hewan-hewan pemamah biak, zebra
memiliki sistem pencernaan yang lebih sederhana dan tidak
seefisien hewan-hewan tersebut. Walaupun begitu, mereka dapat
bertahan hidup dengan mengonsumsi tumbuhan bermutu rendah.
Zebra dapat menghabiskan 60–80% waktu mereka untuk makan
Zebra-zebra dataran di Delta tergantung pada ketersediaan dan mutu tumbuhan.[5][25] Zebra
Okavango, Botswana. dataran merupakan pemakan rumput "pelopor" dengan memakan
rumput bagian atas yang nutrisinya tidak sebanyak di bagian
bawah sehingga membuka jalan bagi pemakan rumput lain.[79]

Predator utama zebra adalah singa. Macan tutul, citah, dubuk, hiena cokelat, dan anjing liar afrika tidak
terlalu menjadi ancaman bagi zebra dewasa.[80] Buaya nil juga dapat memburu zebra yang berada di dekat
air.[81] Zebra mempertahankan diri dengan menggigit dan menendang. Ketika terancam oleh singa, zebra
akan melarikan diri, dan jika tertangkap mereka tidak mampu mengalahkan hewan tersebut.[82] Kecepatan
lari zebra dapat mencapai 68,4 km/jam bila dibandingkan dengan kecepatan lari singa yang mencapai
57,6 km/jam, tetapi percepatan maksimum zebra hanyalah 18 km/jam sementara percepatan lari singa dapat
mencapai 34,2 km/jam. Agar dapat menangkap seekor zebra, seekor singa harus menyergap hewan
tersebut dalam waktu enam detik setelah muncul dari persembunyian.[83] Namun, hasil kajian dari tahun
2018 menunjukkan bahwa zebra tidak hanya memanfaatkan kecepatan untuk melarikan diri dari singa,
tetapi juga dengan berputar ke samping, terutama saat seekor predator semakin mendekat dari belakang.[84]
Untuk predator yang lebih kecil seperti hiena dan anjing, zebra dapat bertindak lebih agresif, terutama
untuk melindungi anak mereka.[85]

Struktur sosial

Zebra memiliki dua jenis struktur sosial. Zebra dataran dan gunung
hidup dalam kelompok keluarga yang tetap dan tertutup yang
disebut harem. Harem terdiri dari seekor jantan, beberapa betina,
dan anak-anak mereka. Kelompok ini memiliki daerah jelajah
(home range) mereka sendiri yang mungkin bertumpang-tindih
dengan daerah kelompok lain, dan kelompok ini juga cenderung
nomaden. Zebra-zebra jantan membentuk dan memperbesar harem
mereka dengan mengambil betina muda dari harem kelahiran sang
betina. Kelompok ini tetap stabil bahkan ketika jantannya mati atau
digantikan oleh jantan lain. Zebra dataran juga hidup dalam
kelompok fisi-fusi. Mereka berkumpul menjadi kawanan yang
besar dan mungkin akan membuat subkelompok yang stabil untuk Sekawanan zebra dataran
sementara waktu sehingga individu dapat berinteraksi dengan
zebra dari luar kelompoknya. Di antara spesies yang memiliki
harem, perilaku semacam ini hanya ditemukan pada primata-primata seperti gelada dan babun
hamadria.[5][25][86]

Betina pada spesies zebra dataran dan gunung memperoleh keuntungan karena keberadaan jantan memberi
mereka lebih banyak waktu untuk mengurus anaknya serta melindunginya dari predator dan gangguan dari
jantan lain. Di antara betina yang hidup di dalam suatu harem, terdapat sebuah hierarki yang didasarkan
pada kapan betina bergabung dengan kelompok tersebut. Ketika berkelana, betina yang berkedudukan
tinggi berada di depan diikuti dengan anaknya, dan kemudian diikuti oleh betina yang berpangkat lebih
rendah bersama anaknya, dan seterusnya. Zebra jantan biasanya berada di belakang. Anak-anak zebra
betina maupun jantan meninggalkan kelompok mereka saat sudah dewasa; betina biasanya digiring oleh
jantan dari luar untuk menjadi anggota tetap haremnya.[5][25][86]

Untuk zebra grévy yang hidup di lingkungan yang lebih kering,


zebra dewasa memiliki struktur sosial yang lebih renggang. Jantan
dewasa membentuk teritori yang besar yang ditandai dengan
tumpukan feses. Mereka memonopoli betina yang memasuki
teritori tersebut. Spesies ini sendiri hidup di habitat dengan sumber
daya yang lebih jarang, dan sumber air dengan daerah merumput
mungkin terpisah. Sekawanan betina yang sedang berlaktasi dapat
menetap di kelompok dengan betina yang tidak berlaktasi, dan
mereka biasanya berkumpul di daerah merumput. Jantan yang
Sekawanan zebra grévy sedang paling dominan membentuk teritori di dekat sumber air, dan di situ
merumput. betina yang lebih siap kawin berkumpul. Jantan yang kalah
dominan memiliki teritori yang lebih jauh di dekat daerah
merumput. Betina mungkin akan berkelana melalui beberapa
teritori, tetapi hanya menetap di satu teritori ketika sudah melahirkan. Menetap di suatu teritori memberi
betina perlindungan dari gangguan jantan lain serta akses sumber daya untuk bertahan hidup.[5][25][86]
Pada semua spesies zebra, jantan yang berlebih berkumpul dalam
suatu kawanan lajang. Jantan-jantan ini biasanya masih belum
matang dan belum siap membentuk suatu harem atau
teritori.[5][25][86] Pada zebra dataran, jantan dalam kelompok ini
memiliki ikatan yang kuat dengan satu sama lain, dan
kelompoknya sendiri memiliki hierarki.[25] Kawanan lajang berada
di pinggiran kawanan zebra, dan ketika kawanan zebra bermigrasi,
kawanan lajang mengikuti mereka di belakang.[76] Kawanan
lajang zebra gunung juga dapat mencakup betina muda yang baru
Zebra-zebra gunung sedang
saja meninggalkan kelompok kelahiran mereka serta jantan tua berkelahi.
yang sudah tidak memiliki harem. Sementara itu, jantan zebra
grévy mungkin akan membiarkan jantan lajang tanpa teritori
memasuki teritori mereka. Namun, ketika seekor betina yang sedang estrus berada di teritorinya, jantan
yang memiliki teritori akan mengusir jantan-jantan lain. Jantan yang masih lajang dapat mempersiapkan diri
untuk menjadi dewasa dengan melakukan permainan perkelahian dan ritual penyambutan/tantangan.
Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk melakukan kegiatan ini.[25]

Perkelahian antarjantan biasanya terjadi untuk memperebutkan pasangan. Mereka akan saling menggigit
dan menendang. Pada zebra dataran, jantan berkelahi dengan satu sama lain untuk memperebutkan betina
yang baru matang untuk digiring ke kelompok mereka, sementara jantan dalam kelompok sang betina akan
bertarung dengan jantan lain yang mencoba menculiknya. Jika jantan pemimpin harem masih sehat,
biasanya ia tidak akan ditantang oleh jantan lain. Hanya jantan yang sakit yang biasanya akan kalah dan
direbut haremnya, atau jantan baru bahkan dapat mengambil alih dan mengusir jantan tua tanpa melakukan
perkelahian. Sementara itu, pada zebra grévy, perilaku agonistik antarjantan berlangsung di perbatasan
teritori mereka.[25]

Komunikasi

Saat berjumpa untuk pertama kalinya, atau setelah sempat terpisah,


zebra saling menyapa dengan mengusap dan mengendus hidung
satu sama lain, dan kemudian mereka akan saling mengusapkan
pipinya, menggerakan hidung di sepanjang tubuh, dan mengendus
kelamin satu sama lain. Mereka kemudian dapat mengusapkan dan
menekan bahu mereka dengan satu sama lain dan menempatkan
kepala mereka di atas tubuh zebra lain. Ritual perjumpaan ini
biasanya dilakukan di antara jantan anggota harem ataupun
Dua ekor zebra dataran yang sedang
teritorial, atau antara jantan-jantan lajang yang sedang bermain.[25]
bertemu satu sama lain.
Zebra dataran dan gunung memperkuat ikatan sosial mereka
dengan melakukan perawatan (grooming). Anggota harem
mencubit dan mengerik leher, pundak, dan punggung anggota lain
dengan menggunakan gigi dan bibir. Perawatan biasanya dilakukan antara induk dengan anak atau antara
jantan dengan betina. Perawatan menunjukkan status sosial dan dapat mengurangi perilaku agresif.[25][87]
Walaupun zebra grévy tidak melakukan perawatan sosial, mereka kadang mengusap individu lain.[20]

Zebra dapat membuat berbagai jenis suara. Zebra dataran memiliki panggilan khas bernada tinggi yang
terdengar seperti "a-ha, a-ha, a-ha" atau "kwa-ha, kaw-ha, ha, ha".[23] Panggilan zebra grévy telah disebut-
sebut "mirip dengusan kuda nil dipadukan dengan lenguhan keledai", sedangkan zebra gunung relatif
diam. Zebra mendengus keras ketika sedang merasa dalam bahaya. Hewan ini juga melengking ketika
merasakan nyeri, tetapi jantan lajang juga melengking saat sedang melakukan permainan perkelahian.
Zebra juga dapat berkomunikasi secara visual, dan kelenturan bibir mereka memungkinkan mereka untuk
membuat berbagai raut wajah yang kompleks. Komunikasi visual juga melibatkan posisi kepala, telinga,
dan ekor. Seekor zebra dapat menunjukkan keinginannya untuk menendang dengan mengundurkan
telinganya dan mengibas-ngibas ekornya. Telinga rata, penunjukkan gigi, dan pergerakan kepala yang tiba-
tiba dapat menjadi gerakan yang mengancam, terutama untuk zebra jantan.[25]

Reproduksi dan pengasuhan

Pada spesies zebra dataran dan gunung, betina dewasa hanya


berkawin dengan jantan di dalam harem. Sementara itu, zebra
grévy bergonta-ganti pasangan dan jantannya memiliki testis yang
lebih besar untuk kompetisi sperma.[5][88] Fase estrus pada zebra
betina berlangsung lima hingga sepuluh hari. Hal-hal yang
menunjukkan bahwa betina sedang mengalami siklus tersebut
meliputi buang air kecil yang sering, mukus yang mengalir, serta
labia yang membengkak dan terbalik. Selain itu, betina yang
mengalami estrus akan berdiri dengan tungkai belakang yang
Sepasang zebra grévy di
membentang dan mengangkat ekor mereka jika terdapat seekor
penangkaran sedang kawin.
jantan. Jantan menilai kesiapan kawin betina dengan bibir
melengkung dan gigi terbuka (respon flehmen), dan betina akan
memancing perkawinan dengan bergerak mundur. Lamanya
gestasi bergantung pada spesies; diperkirakan gestasi berlangsung antara 11–13 bulan, dan sebagian besar
betina memasuki estrus lagi dalam waktu beberapa hari setelah melahirkan, tergantung pada kondisinya.[25]
Pada spesies yang memiliki harem, jantan lebih sulit mengenali fase estrus pada betina yang lebih tua
sehingga tidak terdapat persaingan yang memperebutkan betina tua.[23]

Biasanya seekor betina melahirkan seekor anak yang dapat berlari


dalam waktu beberapa jam setelah lahir.[5] Zebra yang baru lahir
akan mengikuti segala hal yang bergerak sehingga sang induk
tidak akan membiarkan zebra betina lain mendekati anaknya
sampai sang anak sudah mengalami perakaman (imprinting)
dengan pola belang, bau, dan suara sang induk.[20] Dalam kurun
waktu beberapa minggu, sang anak akan mencoba merumput,
tetapi mungkin masih akan menyusui selama delapan hingga tiga
belas bulan.[5] Zebra grévy hidup di lingkungan yang kering Seekor zebra gunung sedang
sehingga anak zebra tersebut memiliki jeda antarmenyusui yang menyusui anaknya.
lebih panjang dan tidak minum air sampai berumur tiga bulan.[89]

Pada zebra dataran dan gunung, anak zebra diasuh oleh induknya, tetapi jika mereka terancam oleh hiena
atau anjing, seluruh kelompok bekerja sama untuk melindungi anak-anak mereka. Kelompok ini
membentuk barisan depan untuk melindungi anak yang ditempatkan di tengah, sementara zebra jantan akan
mengusir predator yang berani mendekat.[25] Pada zebra grévy, induk-induk mungkin akan berkumpul
dalam suatu kelompok kecil, dan saat mereka sedang mencari air, mereka akan meninggalkan anak mereka
untuk dijaga oleh seekor zebra jantan yang teritorial.[89] Zebra jantan mungkin akan menjaga seekor anak
zebra di wilayahnya untuk memastikan agar induknya tetap menjadi bagian dari kelompok meskipun anak
itu bukan anaknya.[86] Di sisi lain, zebra dataran jantan umumnya tidak menyukai anak zebra yang bukan
keturunannya dan mungkin akan membunuhnya (infantisida) atau bahkan menggugurkan janin betina
hamil dengan menggunakan kekerasan (fetisida).[90]

Interaksi dengan manusia


Dalam kebudayaan

Dengan belang-belangnya yang khas, zebra menjadi hewan yang


paling mudah dikenal. Mereka telah dikaitkan dengan keindahan
dan keanggunan, dan pakar sejarah alam Thomas Pennant telah
mendeskripsikan zebra pada tahun 1781 sebagai "hewan berkaki
empat yang paling anggun". Zebra telah menjadi subjek foto yang
populer, dan beberapa fotografer alam menyebut mereka sebagai
hewan yang paling fotogenik. Zebra juga telah menjadi subjek
cerita anak-anak dan seni bertema kehidupan alam, seperti dalam
Seni batu suku San yang
penggambaran Bahtera Nuh. Mereka dikenal sebagai hewan
menggambarkan seekor zebra.
terakhir yang ditampilkan dalam kamus dan buku alfabet anak-
anak sebagai perwakilan huruf "Z".[91] Belang-belang zebra juga
sering ditiru untuk lukisan tubuh, pakaian, perabotan, dan
arsitektur.[92]

Zebra telah digambarkan dalam seni dan kebudayaan Afrika sejak dahulu kala. Mereka digambarkan dalam
seni batu di Afrika Bagian Selatan yang berasal dari 28.000 hingga 20.000 tahun yang lalu, walaupun
penggambaran mereka tidak sesering spesies antelop seperti eland. Berbagai cerita rakyat Afrika juga
mengisahkan bagaimana zebra bisa memiliki belang-belang, dan sebagian meyakini belang-belang tersebut
terkait dengan hangusan api. Peribahasa suku Maasai "seseorang tanpa budaya itu seperti zebra tanpa
belang-belang" telah menjadi populer di Afrika dan wilayah lainnya. Sementara itu, suku San mengaitkan
belang-belang zebra dengan air, hujan, dan petir karena polanya yang memukau, dan roh air diyakini
memiliki belang-belang zebra.[93]

Bagi suku Shona, zebra adalah hewan totem yang disanjung dalam sebuah
puisi sebagai "makhluk warna-warni dan gilang-gemilang". Belang-
belangnya melambangkan persatuan pria dan wanita serta kota Zimbabwe
Raya yang sudah runtuh. Belang-belang zebra menghiasi sebuah domba,
yaitu sekolah pranikah yang didirikan untuk mempersiapkan gadis-gadis
dalam menyambut kedewasaan. Dalam bahasa Shona, istilah madhuve
berarti "wanita/wanita-wanita dari totem zebra" dan merupakan nama yang
diberikan untuk wanita di Zimbabwe. Zebra dataran sendiri merupakan
hewan nasional Botswana, dan zebra telah digambarkan dalam prangko-
prangko di Afrika baik pada masa penjajahan ataupun setelah negara-
negara Afrika meraih kemerdekaannya. Bagi anggota diaspora Afrika,
"Zebra Stripes," yang zebra melambangkan politik ras dan identitas, karena berwarna hitam dan
merupakan merek yang putih.[94]
sudah tidak lagi digunakan
oleh Glen Raven Cotton Di wilayah yang bukan merupakan daerah persebaran zebra, hewan ini
Mills Company. dianggap sebagai alternatif kuda yang eksotis; tokoh komik Sheena,
Queen of the Jungle digambarkan menunggangi seekor zebra, sementara
penjelajah Osa Johnson pernah difoto sedang melakukan hal tersebut.[95]
Dalam film Racing Stripes, terdapat seekor zebra di penangkaran yang dikucilkan oleh kuda-kuda dan
akhirnya ditunggangi oleh seorang gadis pembangkang.[96] Zebra juga telah menjadi karakter dalam film
animasi seperti Khumba, The Lion King, dan film-film Madagascar serta serial televisi seperti Zou.[97]

Zebra telah menjadi subjek lukisan yang populer, khususnya untuk seniman beraliran abstrak, modernis,
dan surealis. Karya-karya seni terkenal yang menggambarkan zebra meliputi Zebra and Parachute karya
Christopher Wood, The Painter's Room dan Quince on a Blue Table karya Lucian Freud, serta berbagai
lukisan karya Mary Fedden dan Sidney Nolan. Victor Vasarely menggambarkan zebra sebagai belang-
belang hitam putih yang disatukan seperti pada permainan jigsaw puzzle. Escape of the Zebra from the Zoo
during an Air Raid karya Carel Weight didasarkan pada kisah nyata mengenai seekor zebra yang melarikan
diri dari Kebun Binatang London yang hancur akibat pengeboman dari udara pada masa Perang Dunia II,
dan terdiri dari empat panel seperti sebuah buku komik.[98] Zebra sendiri juga telah digunakan untuk
representasi berbagai produk dan iklan, seperti produsen pena Jepang Zebra Co., Ltd. serta persediaan
untuk bersih-bersih 'Zebra Grate Polish' yang dibuat oleh produsen Britania Raya Reckitt and Sons.[99]

Penangkaran

Zebra telah ditangkar oleh manusia setidaknya sejak zaman Kekaisaran


Romawi.[100] Belakangan zebra yang ditangkap telah dikirim ke berbagai
belahan dunia, terutama untuk keperluan diplomatik. Pada tahun 1261,
Sultan Baibars dari Mesir mendirikan perwakilan diplomatik di Kerajaan
Kastilia pada masa Raja Alfonso X, dan ia mengirim zebra dan hewan-
hewan eksotis lainnya sebagai hadiah. Pada tahun 1417, seekor zebra
dihadiahkan dari Somalia kepada Kaisar Yongle dari Dinasti Ming.
Maharaja Mughal yang keempat, Jahangir, mendapatkan zebra dari Etiopia Zebra (1763) karya George
pada tahun 1620 dan menugaskan pembuatan lukisan hewan tersebut. Stubbs. Lukisan ini
Lukisan ini kemudian diselesaikan oleh Ustad Mansur. Pada dasawarsa menggambarkan zebra yang
1670-an, Kaisar Etiopia Yohannes I mengekspor dua zebra kepada dimiliki Ratu Charlotte.
Gubernur Belanda di Batavia. Belanda kemudian memberikan kedua
hewan ini kepada Keshogunan Tokugawa di Jepang.[101]

Ketika Ratu Charlotte menerima hadiah pernikahan berupa seekor zebra pada tahun 1762, hewan ini
membuat kagum rakyat Britania. Banyak yang datang untuk melihatnya di Istana Buckingham. Zebra ini
kemudian menjadi bahan humor maupun satir dengan diberi julukan "The Queen's Ass" ("Keledai Sang
Ratu", tetapi "ass" dalam bahasa Inggris juga dapat mengacu kepada bokong). Zebra ini juga dilukis oleh
George Stubbs pada tahun 1763. Zebra ini sendiri dikenal akan temperamennya yang buruk dan tendangan
yang ia berikan kepada pengunjung-pengunjung.[102] Pada tahun 1882, Etiopia memberikan seekor zebra
kepada Presiden Prancis Jules Grévy, dan spesies zebra tersebut kemudian dinamai dari sang presiden.[6]

Upaya untuk mendomestikasi zebra telah mengalami kegagalan. Terdapat


kemungkinan bahwa karena zebra telah berevolusi di tengah ancaman dari
banyak predator di Afrika (termasuk manusia pertama), mereka menjadi
hewan yang agresif sehingga upaya domestikasi pun menjadi sukar.[103]
Walaupun begitu, sejarah mencatat bahwa zebra pernah dijinakkan dan
dilatih. Di Roma, zebra pernah menarik kendaraan beroda saat ajang
Walter Rothschild menaiki
"kereta zebra".
gladiator dimulai dari zaman Kaisar Caracalla (198 hingga 217 M).[104]
Pada akhir abad ke-19, zoolog Walter Rothschild melatih beberapa zebra
untuk menarik kendaraan beroda di Inggris, yang kemudian ia bawa ke
Istana Buckingham untuk menunjukkan kejinakan zebra-zebra tersebut. Namun, ia tidak menunggangi
zebra-zebra tersebut karena ia sadar bahwa zebra terlalu kecil dan agresif.[105] Pada awal abad ke-20,
pejabat kolonial Jerman di koloni Afrika Timur Jerman mencoba menunggangi zebra dan
memanfaatkannya untuk menarik kendaraan beroda, tetapi upaya ini tidak berhasil.[106]

Konservasi

Pada 2016–2019, Daftar Merah IUCN menggolongkan zebra grévy sebagai spesies yang terancam punah,
zebra gunung sebagai spesies yang rentan, dan zebra dataran sebagai spesies mendekati terancam. Populasi
zebra grévy diperkirakan kurang dari 2.000 individu dewasa, tetapi jumlah ini tetap stabil. Zebra gunung
memiliki jumlah yang mendekati 35.000 individu, dan populasi mereka tampaknya sedang meningkat.
Jumlah zebra dataran diperkirakan berkisar antara 150.000–250.000
dengan tren populasi yang menurun. Akibat intervensi manusia,
persebaran dan populasi zebra telah mengalami fragmentasi. Zebra
terancam oleh aktivitas pemburu yang ingin mengambil kulit dan daging
mereka, serta perubahan habitat yang disebabkan oleh pertanian. Zebra
juga bersaing dengan hewan ternak dalam memperoleh makanan dan air,
sementara pagar-pagar di lahan pertanian menutup rute migrasi
zebra.[107][108][109] Perang saudara di beberapa negara juga telah
mengakibatkan penurunan populasi zebra.[110] Pada permulaan abad ke-
20, kulit zebra telah menjadi komoditas yang berharga dan biasanya
digunakan sebagai permadani. Pada abad ke-21, kulit zebra dapat dijual
dengan harga $1.000 hingga $2.000.[111] Daging zebra sendiri pernah
Kulit zebra gunung. dimakan oleh penjajah Eropa; di antara penduduk asli Afrika, hanya suku
San yang sering memakan zebra.[112]

Populasi quagga diburu oleh pendatang Belanda dan kemudian


oleh orang Afrikaner untuk mendapatkan daging atau untuk
mengambil kulitnya. Kulit quagga diperdagangkan atau digunakan
oleh penduduk setempat. Quagga pada waktu itu mungkin rentan
punah karena persebarannya yang terbatas, dan hewan ini
mungkin juga bersaing dengan hewan ternak dalam merumput.
Quagga terakhir di alam mati pada tahun 1878.[113] Quagga
terakhir di penangkaran, yaitu seekor betina di Kebun Binatang
Natura Artis Magistra di Amsterdam, hidup dari 9 Mei 1867 Zebra-zebra grévy yang terancam
[114] punah di Cagar Nasional Samburu.
hingga kematiannya pada 12 Agustus 1883. Zebra gunung
tanjung, yang merupakan subspesies zebra gunung, hampir punah
akibat perburuan dan kehilangan habitat, dan hanya kurang dari 50
individu yang tersisa pada dasawarsa 1950-an. Sejak itu, upaya konservasi oleh Taman Nasional Afrika
Selatan telah membuahkan hasil dan populasi subspesies ini telah meningkat hingga melebihi 2.600 ekor
pada dasawarsa 2010-an.[115]

Zebra dapat ditemui di berbagai kawasan lindung. Kawasan lindung yang dihuni oleh zebra grévy meliputi
Suaka Alam Yabelo dan Chelbi di Etiopia serta Cagar Nasional Buffalo Springs, Samburu, dan Shaba di
Kenya.[107] Wilayah lindung untuk zebra dataran meliputi Taman Nasional Serengeti di Tanzania, Tsavo
dan Masai Mara di Kenya, Taman Nasional Hwange di Zimbabwe, Taman Nasional Etosha di Namibia,
dan Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan.[109] Zebra gunung sendiri dilindungi di Taman Nasional
Zebra Gunung, Taman Nasional Karoo, dan Cagar Alam Goegap di Afrika Selatan serta Taman Nasional
Etosha dan Taman Namib-Naukluft di Namibia.[108][116]

Lihat pula
Quagga
Zorse

Referensi

Rujukan
1. "Zebra". Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal 22 Juni 2020.
2. "Zebra". Lexico. Diakses tanggal 25 Juni 2020.
3. Nores, Carlos; Muñiz, Arturo Morales; Rodríguez, Laura Llorente; Bennett, E. Andrew; Geigl,
Eva-María (2015). "The Iberian Zebro: what kind of a beast Was It?". Anthropozoologica. 50:
21–32. doi:10.5252/az2015n1a2.
4. Plumb & Shaw 2018, hlm. 54.
5. Rubenstein, D. I. (2001). "Horse, Zebras and Asses". Dalam MacDonald, D. W. The
Encyclopedia of Mammals (edisi ke-2nd). Oxford University Press. hlm. 468–473. ISBN 978-
0-7607-1969-5.
6. Prothero, D. R.; Schoch, R. M. (2003). Horns, Tusks, and Flippers: The Evolution of Hoofed
Mammals. Johns Hopkins University Press. hlm. 216–218. ISBN 978-0-8018-7135-1.
7. "Hippotigris". ITIS. Diakses tanggal 31 Agustus 2020.
8. "Dolichohippus". ITIS. Diakses tanggal 31 Agustus 2020.
9. Groves, C. P.; Bell, C. H. (2004). "New investigations on the taxonomy of the zebras genus
Equus, subgenus Hippotigris". Mammalian Biology. 69 (3): 182–196. doi:10.1078/1616-
5047-00133.
10. Vilstrup, Julia T.; Seguin-Orlando, A.; Stiller, M.; Ginolhac, A.; Raghavan, M.; Nielsen, S. C.
A.; et al. (2013). "Mitochondrial phylogenomics of modern and ancient equids". PLOS ONE.
8 (2): e55950. Bibcode:2013PLoSO...855950V. doi:10.1371/journal.pone.0055950.
PMC 3577844 . PMID 23437078.
11. Groves, C.; Grubb, P. (2011). Ungulate Taxonomy. Johns Hopkins University Press. hlm. 16.
ISBN 978-1-4214-0093-8.
12. Hofreiter, M.; Caccone, A.; Fleischer, R. C.; Glaberman, S.; Rohland, N.; Leonard, J. A.
(2005). "A rapid loss of stripes: The evolutionary history of the extinct quagga". Biology
Letters. 1 (3): 291–295. doi:10.1098/rsbl.2005.0323. PMC 1617154 . PMID 17148190.
13. Pedersen, Casper-Emil T.; Albrechtsen, Anders; Etter, Paul D.; Johnson, Eric A.; Orlando,
Ludovic; Chikhi, Lounes; Siegismund, Hans R.; Heller, Rasmus (2018). "A southern African
origin and cryptic structure in the highly mobile plains zebra". Nature Ecology & Evolution. 2
(3): 491–498. doi:10.1038/s41559-017-0453-7. ISSN 2397-334X. PMID 29358610.
14. Forstén, Ann (1992). "Mitochondrial‐DNA timetable and the evolution of Equus: of molecular
and paleontological evidence" (PDF). Annales Zoologici Fennici. 28: 301–309.
15. Ryder, O. A.; George, M. (1986). "Mitochondrial DNA evolution in the genus Equus" (PDF).
Molecular Biology and Evolution. 3 (6): 535–546.
doi:10.1093/oxfordjournals.molbev.a040414. PMID 2832696.
16. Orlando, L.; Ginolhac, A.; Zhang, G.; Froese, D.; Albrechtsen, A.; Stiller, M.; et al. (Juli 2013).
"Recalibrating Equus evolution using the genome sequence of an early Middle Pleistocene
horse". Nature. 499 (7456): 74–78. Bibcode:2013Natur.499...74O. doi:10.1038/nature12323.
PMID 23803765.
17. Forstén, Ann (1992). "Mitochondrial‐DNA timetable and the evolution of Equus: of molecular
and paleontological evidence" (PDF). Annales Zoologici Fennici. 28: 301–309.
18. Bernor, R. L.; Cirilli, O.; Jukar, A. M.; Potts, R.; Buskianidze, M.; Rook, L. (2019). "Evolution of
early Equus in Italy, Georgia, the Indian Subcontinent, East Africa, and the origins of African
zebras". Frontiers in Ecology and Evolution. 7. doi:10.3389/fevo.2019.00166 .
19. Caro 2016, hlm. 9.
20. Churcher, C. S. (1993). "Equus grevyi" (PDF). Mammalian Species. 453 (453): 1–9.
doi:10.2307/3504222. JSTOR 3504222.
21. Caro 2016, hlm. 15.
22. Caro 2016, hlm. 14.
23. Grubb, P. (1981). "Equus burchellii". Mammalian Species. 157 (157): 1–9.
doi:10.2307/3503962. JSTOR 3503962.
24. Caro 2016, hlm. 13.
25. Estes, R. (1991). The Behavior Guide to African Mammals. University of California Press.
hlm. 235–248. ISBN 978-0-520-08085-0.
26. Caro 2016, hlm. 12–13.
27. Caro 2016, hlm. 11.
28. Penzhorn, B. L. (1988). "Equus zebra". Mammalian Species. 314 (314): 1–7.
doi:10.2307/3504156. JSTOR 3504156.
29. Rubenstein, D. I. (2011). "Family Equidae: Horses and relatives". Dalam Wilson, D. E.;
Mittermeier, R. A.; Llobet, T. Handbook of the Mammals of the World. 2: Hoofed Mammals
(edisi ke-1st). Lynx Edicions. hlm. 106–111. ISBN 978-84-96553-77-4.
30. Churcher, C. S. (2006). "Distribution and history of the Cape zebra (Equus capensis) in the
Quarternary of Africa". Transactions of the Royal Society of South Africa. 61 (2): 89–95.
doi:10.1080/00359190609519957.
31. Azzaroli, A.; Stanyon, R. (1991). "Specific identity and taxonomic position of the extinct
Quagga". Rendiconti Lincei. 2 (4): 425. doi:10.1007/BF03001000.
32. Eisenmann, V. (2008). "Pliocene and Pleistocene equids: palaeontology versus molecular
biology". Courier Forschungsinstitut Senckenberg. 256: 71–89.
33. Badenhorst, S.; Steininger, C. M. (2019). "The Equidae from Cooper's D, an early
Pleistocene fossil locality in Gauteng, South Africa". PeerJ. 7: e6909.
doi:10.7717/peerj.6909 . PMC 6525595 . PMID 31143541.
34. Druzhkova, Anna S.; Makunin, Alexey I.; Vorobieva, Nadezhda V.; Vasiliev, Sergey K.;
Ovodov, Nikolai D.; Shunkov, Mikhail V.; Trifonov, Vladimir A.; Graphodatsky, Alexander S.
(Januari 2017). "Complete mitochondrial genome of an extinct Equus (Sussemionus)
ovodovi specimen from Denisova cave (Altai, Russia)". Mitochondrial DNA Part B (dalam
bahasa Inggris). 2 (1): 79–81. doi:10.1080/23802359.2017.1285209 . ISSN 2380-2359.
PMC 7800821 . PMID 33473722 Periksa nilai |pmid= (bantuan).
35. Cordingley, J. E.; Sundaresan, S. R.; Fischhoff, I. R.; Shapiro, B.; Ruskey, J.; Rubenstein, D.
I. (2009). "Is the endangered Grevy's zebra threatened by hybridization?". Animal
Conservation. 12 (6): 505–513. doi:10.1111/j.1469-1795.2009.00294.x.
36. Giel, E.-M.; Bar-David, S.; Beja-Pereira, A.; Cothern, E. G.; Giulotto, E.; Hrabar, H.;
Oyunsuren, T.; Pruvost, M. (2016). "Genetics and Paleogenetics of Equids". Dalam Ransom,
J. I.; Kaczensky, P. Wild Equids: Ecology, Management, and Conservation. Johns Hopkins
University Press. hlm. 99. ISBN 978-1-4214-1909-1.
37. Bittel, Jason (19 Juni 2015). "Hold Your Zorses: The sad truth about animal hybrids".
Slate.com. Diakses tanggal 16 Mei 2020.
38. Bard, J. (1977). "A unity underlying the different zebra patterns". Journal of Zoology. 183 (4):
527–539. doi:10.1111/j.1469-7998.1977.tb04204.x.
39. Langley, Liz (4 Maret 2017). "Do Zebras Have Stripes On Their Skin?". National Geographic.
Diakses tanggal 2 Juni 2020.
40. Caro 2016, hlm. 14–15.
41. Caro 2016, hlm. 7, 19.
42. Kingdon, J. (1988). East African Mammals: An Atlas of Evolution in Africa. 3, Part B: Large
Mammals. University of Chicago Press. hlm. 166–167. ISBN 978-0-226-43722-4.
43. Caro 2016, hlm. 20.
44. "Extremely Rare 'Blonde' Zebra Photographed". National Geographic. 29 Maret 2019.
Diakses tanggal 25 Mei 2020.
45. Nowak, R. M. (1999). Walker's Mammals of the World. 1. Johns Hopkins University Press.
hlm. 1024–1025. ISBN 978-0-8018-5789-8.
46. Caro 2016, hlm. 1.
47. Caro 2016, hlm. 2–3, 23, 38.
48. Caro 2016, hlm. 44–45.
49. Caro 2016, hlm. 3.
50. Caro 2016, hlm. 46–48.
51. Caro 2016, hlm. 50.
52. Caro, T.; Izzo, A.; Reiner, R. C.; Walker, H.; Stankowich, T. (2014). "The function of zebra
stripes". Nature Communications. 5: 3535. Bibcode:2014NatCo...5.3535C.
doi:10.1038/ncomms4535 . PMID 24691390.
53. Godfrey, D.; Lythgoe, J. N.; Rumball, D. A. (1987). "Zebra stripes and tiger stripes: the spatial
frequency distribution of the pattern compared to that of the background is significant in
display and crypsis". Biological Journal of the Linnean Society. 32 (4): 427–433.
doi:10.1111/j.1095-8312.1987.tb00442.x.
54. Melin, Amanda D.; Kline, Donald W.; Hiramatsu, Chihiro; Caro, Tim (2016). "Zebra Stripes
through the Eyes of Their Predators, Zebras, and Humans". PLOS One. 11 (3).
doi:10.1371/journal.pone.0145679.
55. Caro 2016, hlm. 72–81, 86.
56. How, M. J.; Zanker, J. M. (2014). "Motion camouflage induced by zebra stripes". Zoology.
117 (3): 163–170. doi:10.1016/j.zool.2013.10.004. PMID 24368147.
57. Caro 2016, hlm. 80, 92.
58. Caro 2016, hlm. 55, 57–58.
59. Caro 2016, hlm. 68.
60. Caro 2016, hlm. 6, 139–148.
61. Caro 2016, hlm. 150.
62. Caro, T.; Argueta, Y.; Briolat, E. S.; Bruggink, J.; Kasprowsky, M.; Lake, J.; Richardson, S.;
How, M. (2019). "Benefits of zebra stripes: behaviour of tabanid flies around zebras and
horses". PLOS ONE. 14 (2): e0210831. Bibcode:2019PLoSO..1410831C.
doi:10.1371/journal.pone.0210831 . PMC 6382098 . PMID 30785882.
63. Caro 2016, hlm. 24.
64. Larison, Brenda; Harrigan, Ryan J.; Thomassen, Henri A.; Rubenstein, Daniel I.; Chan-
Golston, Alec M.; Li, Elizabeth; Smith, Thomas B. (2015). "How the zebra got its stripes: a
problem with too many solutions". Royal Society Open Science. 2 (1): 140452.
Bibcode:2015RSOS....240452L. doi:10.1098/rsos.140452. PMC 4448797 .
PMID 26064590.
65. Cobb, A.; Cobb, S. (2019). "Do zebra stripes influence thermoregulation?". Journal of
Natural History. 53 (13–14): 863–879. doi:10.1080/00222933.2019.1607600.
66. Caro 2016, hlm. 158–161.
67. Horváth, Gábor; Pereszlényi, Ádám; Száz, Dénes; Barta, András; Jánosi, Imre M.; Gerics,
Balázs; Åkesson, Susanne (2018). "Experimental evidence that stripes do not cool zebras".
Scientific Reports. 8 (1): 9351. Bibcode:2018NatSR...8.9351H. doi:10.1038/s41598-018-
27637-1 . PMC 6008466 . PMID 29921931.
68. Caro 2016, hlm. 5.
69. Egri, Ádám; Blahó, Miklós; Kriska, György; Farkas, Róbert; Gyurkovszky, Mónika; Åkesson,
Susanne; Horváth, Gábor (2012). "Polarotactic tabanids find striped patterns with brightness
and/or polarization modulation least attractive: an advantage of zebra stripes". Journal of
Experimental Biology. 215 (5): 736–745. doi:10.1242/jeb.065540 . PMID 22323196.
70. Caro 2016, hlm. 196–197.
71. How, M. J.; Gonzales, D.; Irwin, A.; Caro, T. (2020). "Zebra stripes, tabanid biting flies and the
aperture effect". Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences. 287 (1933).
doi:10.1098/rspb.2020.1521. PMC 7482270 . PMID 32811316.
72. Kojima, T.; Oishi, K.; Matsubara, Y.; Uchiyama, Y.; Fukushima, Y. (2020). "Cows painted with
zebra-like striping can avoid biting fly attack". PLOS ONE. 15 (3): e0231183.
doi:10.1371/journal.pone.0231183 . PMC 7098620 . PMID 32214400.
73. Horváth, G.; Pereszlényi, Á.; Åkesson, S.; Kriska, G. (2019). "Striped bodypainting protects
against horseflies". Royal Society Open Science. 6 (1): 181325.
Bibcode:2019RSOS....681325H. doi:10.1098/rsos.181325 . PMC 6366178 .
PMID 30800379.
74. Naidoo, R.; Chase, M. J.; Beytall, P.; Du Preez, P. (2016). "A newly discovered wildlife
migration in Namibia and Botswana is the longest in Africa". Oryx. 50 (1): 138–146.
doi:10.1017/S0030605314000222 .
75. Bracis, C.; Mueller, T. (2017). "Memory, not just perception, plays an important role in
terrestrial mammalian migration". Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.
284 (1855): 20170449. doi:10.1098/rspb.2017.0449. PMC 5454266 . PMID 28539516.
76. Skinner, J. D.; Chimimba, C. T. (2005). "Equidae". The Mammals of the Southern African
Subregion (edisi ke-3rd). Cambridge University Press. hlm. 544–546. ISBN 978-0-521-
84418-5.
77. Youth, H. (November–December 2004). "Thin stripes on a thin line". Zoogoer. 33. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 26 Oktober 2005.
78. Woodward, Susan L. (2008). Grassland Biomes. Greenwood Press. hlm. 49. ISBN 978-0-
313-33999-8.
79. Pastor, J.; Cohen, U.; Hobbs, T. (2006). "The roles of large herbivores in ecosystem nutrient
cycles". Dalam Danell, K. Large Herbivore Ecology, Ecosystem Dynamics and Conservation
. Cambridge University Press. hlm. 295. ISBN 978-0-521-53687-5.
80. Caro 2016, hlm. 61–63.
81. Kennedy, A. S., & Kennedy, V. (2013). Animals of the Masai Mara. Princeton University
Press. hlm. 130. ISBN 978-0691156019.
82. Caro 2016, hlm. 61–62.
83. Caro 2016, hlm. 92.
84. Wilson, A.; Hubel, T.; Wilshin, S.; et al. (2018). "Biomechanics of predator–prey arms race in
lion, zebra, cheetah and impala" (PDF). Nature. 554 (7691): 183–188.
Bibcode:2018Natur.554..183W. doi:10.1038/nature25479. PMID 29364874.
85. Caro 2016, hlm. 63.
86. Rubenstein, D. I. (1986). "Ecology and sociality in horses and zebras". Dalam Rubenstein,
D. I.; Wrangham, R. W. Ecological Aspects of Social Evolution (PDF). Princeton University
Press. hlm. 282–302. ISBN 978-0-691-08439-8.
87. Caro 2016, hlm. 143.
88. Ginsberg, R; Rubenstein, D. I. (1990). "Sperm competition and variation in zebra mating
behavior" (PDF). Behavioral Ecology and Sociobiology. 26 (6): 427–434.
doi:10.1007/BF00170901.
89. Becker, C. D.; Ginsberg, J. R. (1990). "Mother-infant behaviour of wild Grevy's zebra". Animal
Behaviour. 40 (6): 1111–1118. doi:10.1016/S0003-3472(05)80177-0.
90. Pluháček, J; Bartos, L (2005). "Further evidence for male infanticide and feticide in captive
plains zebra, Equus burchelli" (PDF). Folia Zoologica-Praha. 54 (3): 258–262.
91. Plumb & Shaw 2018, hlm. 10–13, 189.
92. Plumb & Shaw 2018, hlm. 40–41, 134–140.
93. Plumb & Shaw 2018, hlm. 37–44.
94. Plumb & Shaw 2018, hlm. 45–50.
95. Plumb & Shaw 2018, hlm. 166–168, 192–194.
96. Plumb & Shaw 2018, hlm. 194.
97. Plumb & Shaw 2018, hlm. 188, 200–201.
98. Plumb & Shaw 2018, hlm. 141–149.
99. Plumb & Shaw 2018, hlm. 128–131.
100. Plumb & Shaw 2018, hlm. 55–57.
101. Plumb & Shaw 2018, hlm. 58–61 (https://books.google.co.uk/books?id=8GxaDwAAQBAJ&n
ewbks=0&lpg=PP1&pg=PT59), 65–66.
102. Plumb & Shaw 2018, hlm. 76–78, 81.
103. "The Story Of... Zebra and the Puzzle of African Animals". PBS. Diakses tanggal 13 Agustus
2020.
104. Plumb & Shaw 2018, hlm. 56.
105. Young, R. (23 Mei 2013). "Can Zebras Be Domesticated and Trained?". Slate. Diakses
tanggal 4 September 2013.
106. Gann, L.; Duignan, Peter (1977). The Rulers of German Africa, 1884–1914. Stanford
University Press. hlm. 206. ISBN 978-0-8047-6588-6.
107. Rubenstein, D.; Low Mackey, B.; Davidson, Z. D.; Kebede, F.; King, S. R. B. (2016). "Equus
grevyi". Diakses tanggal 24 Mei 2020.
108. Gosling, L. M.; Muntifering, J.; Kolberg, H.; Uiseb, K.; King, S. R. B. (2016). "Equus zebra".
Diakses tanggal 24 Mei 2020.
109. King, S. R. B.; Moehlman, P. D. (2016). "Equus quagga". Diakses tanggal 24 Mei 2020.
110. Hack, Mace A.; East, Rod; Rubenstein, Dan J. (2002). "Status and Action Plan for the Plains
Zebra (Equus burchelli)". Dalam Moehlman, P. D. Equids. Zebras, Asses and Horses. Status
Survey and Conservation Action Plan. IUCN/SSC Equid Specialist Group. IUCN. hlm. 51.
ISBN 978-2-8317-0647-4.
111. Plumb & Shaw 2018, hlm. 132–133.
112. Plumb & Shaw 2018, hlm. 41.
113. Weddell, B. J. (2002). Conserving Living Natural Resources: In the Context of a Changing
World . Cambridge University Press. hlm. 46. ISBN 978-0-521-78812-0.
114. Van Bruggen, A. C. (1959). "Illustrated notes on some extinct South African ungulates".
South African Journal of Science. 55: 197–200.
115. Kotzé, A.; Smith, R. M.; Moodley, Y.; Luikart, G.; Birss, C.; Van Wyk, A. M.; Grobler, J. P.;
Dalton, D. L. (2019). "Lessons for conservation management: Monitoring temporal changes
in genetic diversity of Cape mountain zebra (Equus zebra zebra)". PLOS ONE. 14 (7):
e0220331. Bibcode:2019PLoSO..1420331K. doi:10.1371/journal.pone.0220331 .
PMC 6668792 . PMID 31365543.
116. Hamunyela, Elly. "The status of Namibia's Hartmann's zebra". Travel News Namibia.
Diakses tanggal 9 Juli 2020.

Daftar pustaka
Caro, Tim (2016), Zebra Stripes, University of Chicago Press, ISBN 978-0-226-41101-9
Plumb, C.; Shaw, S. (2018), Zebra, Reaktion Books, ISBN 9781780239712

Pranala luar
The Quagga Project (https://quaggaproject.org/)— Wikimedia Commons
Organisasi yang mengembangbiakkan zebra secara memiliki media mengenai
selektif untuk menghasilkan kembali pola warna seperti Zebras.
quagga
Wikisource memiliki
teks artikel the 1911
Encyclopædia
Britannica tentang
Zebra.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zebra&oldid=18875085"

Halaman ini terakhir diubah pada 1 Agustus 2021, pukul 14.22.

Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai