KAJIAN KEPUSTAKAAN
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Hystricomorpha
Family : Caviidae
Subfamily : Caviinae
Genus : Cavia
cabiai, Nama binatang ritual dalam suku Galibi penduduk asli Guyana, Perancis.
Cabiai adalah adaptasi dari bahasa Portugis Cavia (Savia) yang diturunkan dari
kata tupi sauja yang berarti tikus. Di Indonesia, Tikus belanda sering salah disebut
sebagai marmot atau marmut. Sedangkan kata Porcellus yang artinya Little pig
atau babi kecil.
Marmot adalah hewan yang sangat sosial, yang memilih hidup dalam
kelompok yang terdiri dari lima sampai sepuluh ekor. Kadang-kadang kelompok-
kelompok ini bergabung untuk membentuk satu koloni. Marmot adalah hewan
yang menampilkan berbagai suara dengan beberapa tipe vokalisasi yang lantang.
Marmot merupakan hewan peliharaan yang baik terutama untuk anak-anak karena
tipikalnya tidak menggigit, bahkan ketika ditangani dengan tidak baik (Schober,
1999). Marmot dapat mempelajari jalur kompleks menuju makanan, hewan ini
dapat mengingat dengan akurat jalur yang dipelajari untuk jangka waktu berbulan
bulan (Wikipedia, 2015).
bahwa marmot dapat dibedakan menjadi caput, truncus, dan cauda. Caput
dihubungkan dengan truncus oleh leher (cervix). Truncus dibagi menjadi thoraks
dan abdomen, bagian thoraks terdapat ekstrimitas anterior (kaki depan) dengan
empat digiti, sedangkan bagian abdomen terdapat ekstrimitas posterior (kaki
belakang) dengan tiga digiti, namun cauda tumbuh rudiment. Rongga badan
terdiri atas cavum obdimis yang dindingnya dilapisi pleura dan cavum pericardii
yang dindingnya dilapisi pericardium. Antara cavum torachis dan cavum
abdominis ada selaput diafragma. Hewan ini memunyai satu incisivus pada tiap
bedah rahang, berbentuk padat, dan dapat tumbuh terus, tidak ada dentes canini,
serta jumlah dentes premolars dan dentes molars ialah variabel. Lengan bawah
dapat berpronasi dan bersupinasi (Radiopoetro, 1977).
Marmot memiliki tubuh pendek gemuk dengan kaki pendek, kuat dengan
kaki dan telinga yang pendek. Marmot biasanya tinggal di lubang-lubang dalam
tanah atau dalam sarang diantara rumput tinggi. Habitat hidup marmot adalah
wilayah berbatu-batu savana, tepi hutan, dan daerah berlumpur. Selain itu marmot
hidup di dalam lubang yang digali sendiri atau di dalam lubang yang ditinggalkan
12
oleh hewan lain. Badan marmut gemuk, pendek, dan mudah menyimpan panas
dengan baik pada suhu rendah dari pada suhu tinggi (Brotowijoyo, 1993).
2.2. Litter
air minum tidak lagi bersentuhan dengan litter, sebaiknya menggunakan peralatan
kandang terutama untuk tempat minum, hal ini dapat mengurangi air tumpah.
Kesimpulannya; litter sebaiknya tebal dan selalu kering sehingga kandang akan
lebih segar karena tngkat amonia yang rendah.
Limbah merupakan bahan sisa dari suatu kegiatan yang sudah tidak
dipakai atau diperlukan. Bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu
proses (Merkel, 1981). Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solidwaste),
limbah cair (liquid waste), dan limbah gas (gaseous waste). Limbah ternak adalah
bahan yang tidak tercerna oleh proses metabolisme hewan dan dikeluarkan
produksi peternakan yang mempunyai nilai guna dan merupakan semua bawaan
dari usaha peternakan yang bersifat padat, cair, dan gas. Limbah kandang
peternakan marmot meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan
usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan
(Soehadji, 1992).
Limbah kandang peternakan marmot baik kotoran maupun urin serta sisa
pakan saat ini banyak yang dibuang langsung ke lingkungan. Bahan buangan yang
dihasilkan dari usaha peternakan dengan segala aktifitasnya didalamnya, termasuk
segala aktifitas orang yang mengelolanya, sedangkan limbah ternak adalah bahan
buangan yang dihasilkan dari aktivitas metabolisme ternak yang sebagian besar
berupa feses dan urine (Sihombing, 2000). Limbah peternakan dapat
menghasilkan amonia dan dapat menjadi sumber pencemaran dan berpotensi
19
Dalam sistem peternakan marmot selain hasil utama yang diperoleh juga
dihasilkan limbah berupa feses, urin, dan sisa hijauan pakan. Selama ini banyak
peternak yang membiarkan limbah tersebut menumpuk begitu saja di bawah
kandang atau di lahan yang ada disamping kandang. Dengan perlakuan seperti itu
apabila total limbah yang dihasilkan dalam jumlah besar, maka akan membuat
proses penguraian menjadi tidak terkendali. Penguraian tersebut dikenal dengan
istilah pembusukan. Pembusukan ini nantinya akan berpeluang menimbulkan
masalah yakni pencemaran lingkungan. Untuk mencegah masalah tersebut perlu
dilakukan penanganan yang benar yaitu dengan cara pengolahan.Limbah ternak
mempunyai dua fungsi utama yaitu menyediakan zat-zat nutrisi dan bahan-bahan
organik (Simpson, 1986). Menurut Sihombing (2001) menyatakan bahwa limbah
ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi
dan media kultur.Jumlah limbah yang dihasilkan dari suatu usaha peternakan
tergantung dari jenis ternak dan sistem peternakan digunakan (Merkel, 1981).
20
Demikian juga, apabila jumlah unsur nitrogen terlalu banyak (Nisbah C/N
rendah) maka carbon akan segera habis dan diproses fermentasi berhenti dan akan
terbentuk amonia yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Untuk itu imbangan nisbah C/N di dalam limbah ternak
sebagai bahan dasar penghasil gasbio sangatlah penting (Bryant, 1976). Nisbah
C/N yang diperlukan bakteri dalam mendekomposisi senyawa organik untuk
menghasilkan gasbio berkisar antara 15 – 30 (Haug, 1980).
21
gasbio yang dihasilkan juga akan berbeda. Rasio C/N adalah salah satu parameter
mengetahui apakah kompos cukup matang atau belum. Rasio C/N ini juga diatur
di dalam SNI atau KepMenTan tentang kualitas kompos. Di dalam SNI rasio C/N
C/N kompos yang diijinkan berkisar antara 20. Rasio C/N kompos yang sudah
cukup matang berdasarkan literatur berkisar antara 20– 30. Kisaran nisbah C/N
untuk fermentasi adalah 25 – 30 (Yuwono, 2006). C/N rasio yang terlalu tinggi
energi untuk aktivitasnya. Rasio C:N yang rendah (kandungan unsur N yang
tinggi) akan meningkatkan emisi dari nitrogen sebagai amonium yang dapat
menghalangi perkembangbiakan bakteri. Sedangkan rasio C:N yang tinggi
kontaminan yang ingin didegradasi, bakteri serta jenis nitrogen yang digunakan.