Anda di halaman 1dari 40

BAB III

PANCASILA
SEBAGAI SISTEM ETIKA POLITIK
A. PENGANTAR

NILAI

PANCASILA sumber segala


penjabaran
sistem filsafat norma

pemikiran kritis, mendasar, rasional, sistemastis, komperhensif


PENJABARAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

Norma Moral (Etika) *


berkaitan dengan tingkah laku manusia yang
dapat diukur dari sudut baik maupun buruk
NORMA

Norma Hukum *
sistem peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia

* contohnya : ?
PENGERTIAN ETIKA
Etika berkaitan dengan norma normal, yaitu norma untuk mengukur
benar – salahnya tindakan manusia sebagai manusia, membicarakan
masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan
“tidak susila”, “baik” dan “buruk”.

Cabang-cabang filsafat dibagi menjadi dua kelompok bahasan,


yakni :
1. Filsafat Teoritis, mempertanyakan segala sesuatu yang ada,
membahas makna hakiki segala sesuatu. Misalnya : ?
2. Filsafat Praktis, bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang
ada (etika), membahas dan mempertanyakan tanggung jawab
dan kewajiban manusia dalam hubungannya dengan sesama
manusia, masyarakat, bangsa, dan negara, lingkungan alam
serta terhadap Tuhannya (Suseno dalam Kaelan, 2010:94)
ETIKA :
- suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral.
- suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran moral ttt, atau bagaimana kita harus
mengambil sikap yang bertanggung jawab terhadap pelbagai
ajaran moral (Suseno dalam Kaelan, 2010:86).
PENGELOMPOKAN ETIKA
1. Etika Umum, membahas dan mempertanyakan prinsip-
prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut dalam
dalam hubungannya dengan kewajiban manusia dalam
pelbagai lingkup kehidupannya.
a. Etika Individual, kewajiban manusia terhadap diri
sendiri, serta melalui suara hati terhadap Tuhannya.
b. Etika Sosial, membahas kewajiban serta norma-norma
moral yang seharusnya dipatuhi dalam hubungannya
dengan sesama manusia, masyarakat, bangsa, dan
negara. etika keluarga, profesi,
lingkungan, pendidikan,
politik, dsb.
B. PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL
1. PENGERTIAN NILAI
abstrak

keberhargaan
NILAI kebaikan

suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan


penilaian (Frankena dalam Kaelan, 2010:87)
NILAI

- kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda


untuk memuaskan manusia.
- sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok (the believed capacity of any
object to satisfy a human desire).
- sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan
objek itu sendiri.

Dengan demikian, sebenarnya nilai adalah suatu kenyataan


yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya, ada
nilai karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai
pembawa nilai (wartrager).
2. HIERARKI NILAI
Penggelompokan Nilai Berdasarkan Tinggi Rendahnya
menurut Max Sceler, yaitu :
a. Nilai-nilai kenikmatan, terdapat nilai yang mengenakkan dan
tidak mengenakkan.
b. Nilai-nilai Kehidupan, terdapat nilai-nilai yang penting bagi
kehidupan, misalnya kesehatan, kesegaran jasmani,
kesejahteraan umum.
c. Nilai-nilai Kejiwaan, terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama
sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan, misalnya keindahan. Kebenaran, dan
pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
d. Nilai-nilai Kerohanian, terdapat modalitas nilai dari yang
suci dan tidak suci.
Penggolongan Nilai-nilai Manusiawi Menurut Walter G. Everet,
yaitu :
a. Nilai ekonomis, meliputi semua benda yang dapat dibeli.
b. Nilai kejasmanian, membantu pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan dari kehidupan badan.
c. Nilai hiburan, nilai-nilai permainan dan waktu senggang
yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
d. Nilai sosial, berasal mula dari keutuhan kepribadian dan
sosial yang diinginkan.
e. Nilai watak, keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan
sosial yang diinginkan.
f. Nilai estetis, nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya
seni.
g. Nilai intelektual, nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran
kebenaran.
h. Nilai keagamaan
Pembagian Nilai Menurut Notonagoro, yaitu :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk melakukan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia.
1). Nilai kebenaran, bersumber kepada unsur rasio
manusia, budi, dan cipta.
2). Nilai keindahan, bersumber pada unsur rasa dan intuisi.
3). Nilai moral, bersumber pada unsur kehendak manusia
atau kemauan (karsa, etika).
4). Nilai religius, bersumber pada nilai ketuhanan,
merupakan nilai kerohanian yang tertingg dan mutlak.
Pembagian Nilai Menurut N. Rescher berdasarkan :
a. pembawa nilai (trager)
b. hakikat keuntungan yang diperoleh
c. hubungan antara pendukung nilai dan keuntungan
yang diperoleh
nilai
mudah diukur, dengan
menggunakan alat indra
MATERI
maupun alat pengukur

nilai kerokhanian/spiritual diukur


dengan hati nurani manusia NON MATERI
dibantu alat indra, cipta, IMATERIAL
rasa, karsa, dan keyakinan manusia
nilai
PANCASILA
Berdasarkan derivasi atau penjabarannya nilai-nilai
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Nilai Dasar
masing-masing
memiliki nilai dasar
yang bersifat universal
NILAI NILAI

instrumental realisasi praksis


NILAI NILAI bersifat abstrak

tetap/tidak berubah

Nilai Dasar adalah nilai yang dituju atau diinginkan oleh


semua manusia, yang didasarkan pada kodrat manusia,
yang merupakan pencerminan kemanusiaan, yang satu
sama lain saling terkait, yang selalu diperjuangkan oleh
umat manusia karena dianggap sebagai sesuatu yang
berharga yang dapat memberikan kepuasan batin.
b. Nilai Instrumental
Pedoman yang dapat
diukur/diarahkan

Nilai FORMULASI Nilai


dasar PARAMETER/UKURAN praksis

bersifat berubah

Nilai Instrumental adalah keseluruhan nilai yang yang


dipedomani dalam sistem politik, sistem ekonomi,
sistem sosbud serta sistem hankam yang bersumber
pada Nilai Dasar dan bersifat berubah.
c. Nilai Praksis

Nilai dasar

Nilai instrumental
Formulasi
Parameter/ukuran

Realisasi
perwujudan

Nilai Praksis adalah nilai implisit yang terkandung dalam


sikap, perilaku serta perbuatan manusia sehari-hari, yang
merupakan perwujudan dari pengamalan nilai-nilai dasar
dan nilai-nilai instrumental.
3. HUBUNGAN NILAI, NORMA, DAN MORAL
NILAI

>< FAKTA
KEHIDUPAN NILAI
MANUSIA dapat diobvservasi melalui :

lahir dan batin verifikasi empiris

NILAI adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi


kehidupan manusia, baik lahir maupun batin.
tidak bersifat konkrit, tidak dapat
ditangkap indra manusia
abstrak
NILAI
dipahami, dipikirkan, dimengerti, dihayati oleh manusia

Merupakan :
- bersifat subjektif manakala nilai
Harapan
diberikan oleh subjek (manusia sebagai
Cita-cita pendukung pokok nilai)

Keinginan
- bersifat objektif jika nilai tersebut melekat
Segala sesuatu pertimbangan pada sesuatu terlepas dari penilaian
internal manusia
manusia

agar nilai berguna dalam menuntun sikap dan tingak laku manusia, maka perlu
dikongkritkan ke dalam bentuk NORMA
Moral
NILAI integritas dan martabat manusia

Etika NORMA

* tidak berwenang menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan
oleh seseorang

* seseorang dapat mengerti mengapa dan atas dasar apa manusia


hidup menurut norma-norma ttt.
NORMA
Norma merupakan perwujudan martabat manusia sebagai
mahluk budaya, sosial, moral, dan religi.

Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang


dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi.

Norma dalam perwujudannya, berupa :


a. Norma agama, dengan saksinya dari Tuhan;
b. norma kesusilaan, sanksi berupa rasa malu dan menyesal
terhadap diri sendiri;
c. Norma kesopanan , dengan sanksi dikucilkan dalam
pergaulan masyarakat;
d. Norma hukum, sanksi berupa penjara, kurungan, atau
denda yang dipaksakan oleh alat negara.
MORAL
Berasal dari kata mos (mores) berarti kesusilaan, tabiat,
kelakuan.

Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.

Perwujudan moral dapat berupa :


a. peraturan
b. prinsip-prinsip yang baik, terpuji, dan mulia
c. kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang
mengikat kehidupan masyarakat, negara, dan bangsa.
ETIKA
ETIKA adalah suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
(Krammer dalam Kaelan, 2010:93).

Menurut De Vos (1987), etika diartikan sebagai ilmu


pengetahuan tentang kesusilaan.

Kesusilaan yang dimaksud identik dengan pengertian moral,


sehingga etika pada hakikatnya adalah sebagai ilmu
pengetahuan yang membahas prinsip-prinsip moralitas.
ANALOGI :

AJARAN
MORAL

BUKU PETUNJUK
ttg bagaimana memperlakukan mobil
dengan baik

Memberi pengertian
ETIKA
tentang struktur mobil
itu sendiri
C. ETIKA POLITIK
1. PENGERTIAN POLITIK
Politik (politics) bermakna bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses
penentuan-penentuan tujuan dari sistem dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
Proses penentuan tujuan

POLITIK

Kebijakan umum

Kewenangan persuasi
paksaan
Kekuasaan

publics goals
TUJUAN
ETIKA POLITIK MORAL

SUBJEK PELAKU :
ETIKA POLITIK manusia

mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia


sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara
terhadap negara, hukum yang berlaku, dsb.
FUNGSI ETIKA POLITIK :
Terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis, untuk
mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik
secara bertanggung jawab.

TUGAS ETIKA POLITIK :


Membantu agar pembahasan-pembahasan masalah
ideologis dapat dijalankan secara objektif.

PRINSIP-PRINSIP ETIKA POLITIK :


a. Adanya cita-cita the rule of law
b. partisipasi demokratis masyarakat
c. Jaminan HAM menurut kekhasan pahamkemanusiaan dan
struktur sosbud masyarakat masing-masing dan keadilan
sosial.
PEMBAHASAN UTAMA ETIKA POLITIK :
a. Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif.
b. Kekuasaan negara sebagai lembaga penata masyarakat
yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan
manusia (mahluk individu dan mahluk sosial).

PERMASALAHAN UTAMA ETIKA POLITIK :

dengan moral apa seseorang


atau sekelompok orang
memegang dan menggunakan
kekuasaan yang mereka miliki?

LEGITIMASI ETIS KEKUASAAN


Legitimasi Kekuasaan meliputi :
a. Legitimasi etis, yaitu pembenaran atau pengabsahan
wewenang negara (kekuasaan negara) berdasarkan
prinsip-prinsip moral;
b. Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan itu
berkaitan dengan fungsi-fungsi kekuasaan negara dan
menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Legitimasi Moral :
Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuasaan politik
dari segi-segi norma moral. Legitimasi ini muncul dalam konteks
setiap tindakan negara, baik dari legislatif maupun eksekutif,
dapat dipertanyakan dari segi norma-norma moral.

Tujuannya agar kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke


pemakaian kebijakan dan cara-cara yang semakin sesuai
dengan tuntutan kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. DIMENSI POLITIS MANUSIA
a. Manusia sebagai Mahluk Individu-Sosial

MAHLUK INDIVIDU

MANUSIA

bahasa

MAHLUK SOSIAL

Hakikat Sifat Kodrat Manusia


Monodualis
b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia

lembaga pengatur normatif masyarakat

HUKUM

manusia
manusia

KEKUASAAN
NEGARA

manusia
manusia

lembaga penata masyarakat


3. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI SUMBER ETIKA POLITIK

sumber derivasi peraturan


perundang-undangan
sumber moralitas
Legitimasi Tujuan kehidupan negara
hukum
Keadilan Sosial
Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia Rakyat sebagai asal
mula Negara

Manusia

Sila keempat
merupakan asas Sila Ketiga
Legitimasi
fundamental dalam demokratis
kehidupan negara

Asas
kemanusiaan
bersifat multak
Kemanusiaan Yang Adil dan
beradab sumber
nilai-nilai moral

Legitimasi Ketuhanan Yang Maha Esa


moral

Konstruksi Pancasila
Dalam penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan :
a. Asas Legalitas (legitimasi hukum), dijalankan sesuai dengan
hukum yang berlaku.
b. Disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi
demokratis), dan
c. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak
bertentangan dengannya (legitimasi moral).
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar
tersebut.
Pancasila sebagai nilai etika ekonomi
pancasila sebagai etika ekonomi akan
terhindar dari praktik monopoli, oligopoly,
dan terhindar dari kebijakan ekonomi yang
mengandung kolusi, korupsi dan
nepotisme.
Pancasila akan melahirkan suatu kondisi
atau keadaan ekonomi yang penuh
kejujuran dan berkeadilan melalui usaha
bersama yang berkelanjutan
Pancasila sebagai nilai etika sosial
budaya
menghendaki berlangsungnya
segala sesuatu dalam suasana yang
selaras, serasi, dan seimbang.
Bangsa yang berbudaya pancasila
menciptakan masyarakat yang
demokratis, sustu masyarakat yang
pluralistik,
Pancasila sebagai nilai pertahanan
keamanan
sistem keamanan nasional
dikembangkan dengan melibatkan
seluruh potensi bangsa. Sistem
pertahanan kemanan melibatkan
seluruh potensi bangsa sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan .
Sishankamrata melibatkan seluruh
potensi bangsa dengan upaya
pengembangan nation and
character building
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma.


Syahrial. 2011. Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa di Perguruan
Tinggi, Bogor : Ghalia Indonesia
Kabul. 2012. Pendidikan Pancasila, Bandung Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai