Anda di halaman 1dari 14

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

KESEHATAN SPIRITUAL DALAM UPAYA PERTAHANAN IMUN


LANSIA DI MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD HIDAYAT(2020 91 161)
NURFITRIANI (2020 91 160)
HESTY (2020 91 159)
DENI IMAM WAHYUDI (2020 91 129)
DINDA FEBRIYANTI (2020 91 128)
ROZI AFRIZA (2020 91 117)
DARA PUSPITA AULYA (2020 91 116)
HETTY IDAWATI.M (2020 91 104)
BESSE HERLINAWATI (2020 91 103)
SUSANA MUNARSIH (2020 91 102)
LILY SUDARYATI (2020 91 074)
HUSNAWATI (2020 91 069)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahita’ala Wabarokatuh…


Puji dan syukur atas kehadirat  Allah Subhanahu Wa Ta’äla Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya. Kami dapat menyusun makalah ini.

Selama proses penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami berbagai


masalah. Namun berkat arahan dan dukungan dari teman-teman profesi ners
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat
untuk melengkapi tugas yang diberikan, selain itu makalah ini juga bertujuan agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami secara jelas mengenai terapi
aktivitas kelompok (TAK) Kesehatan Spiritual Dalam Upaya Pertahanan
Imun Lansia Di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

Kami sebagai penyusun  menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari
isi maupun penjelasan dari makalah ini, maka dari itu kami meminta maaf jika
makalah ini masih banyak kekurangannya  apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini kami mengucapkan terima kasih,
dan kami akhiri Wassalamu’alaikum Warohmatullahita’ala Wabarokatuh…

Jambi, Senin 13 Desember 2021

Penyusun
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) KESEHATAN SPIRITUAL
DALAM UPAYA PERTAHANAN IMUN LANSIA DI MASA ADAPTASI
KEBIASAAN BARU

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang
lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi
dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan
hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin
terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan
orang lain (Azizah, 2010).
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang
lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri (Stuart dan Laraia, 2006).
Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin,
diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih (Keliat, 2009).
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah
pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar
pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain,
sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang
sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien
dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain (Bayu, 2011).
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wilson dan
Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual, rekreasi, dan
teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan
repon social dan harga diri (Keliat, 2009).
Pada lansia kesehatan spiritual adalah hal yang sangat penting mengingat tahapan
kehidupan manusia akan berakhir. Kesehatan spiritual tidak mutlak hanya
berfokus pada hubungan antara manusia dengan sang pencipta tapi bagaimana
hubungan baik dengan sesama manusia dan lingkungan.
Dengan adanya keseimbangan lansia hubungan baik antara manusia dengan sang
pencipta, hubungan baik antara manusia dengan sesama manusia, hubungan baik
manusia dengan alam lingkungan sekitar niscaya pertahanan imun lansia akan
tercapai terlebih di masa kebiasaan hidup baru.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) lansia dengan
gangguan interaksi sosial dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu
mengontrol dirinya sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok lain.

B. TOPIK
Kesehatan Spiritual Dalam Upaya Pertahanan Imun Lansia Di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi kesehatan spiritual.
b) Mengidentifikasi Upaya pertahanan imun.
c) Mengidentifikasi Masa adaptasi kebiasaan baru.

D. METODE TERAPI
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi tanya jawab.
3. Bermain peran atau stimulasi.

E. TAHAPAN TERAPI
1. Persiapan
 Memilih klien sesuai dengan indikasi (lansia sehat) yang sudah
kooperatif.
 Membuat kontrak dengan klien.
 Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan
2. Orientasi
 Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
3. Evaluasi dan validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan
1. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu Kesehatan Spiritual Dalam Upaya Pertahanan
Imun Lansia Di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

a) Menjelaskan aturan main berikut.


b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
2. Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri (nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama).
b) Terapis mengajarkan tentang sp1 yaitu kesehatan spiritual dalam upaya
pertahanan imun dengan cara mengenal siapa sang pencipta, mengenal
siapa mahluk, mengenal bagaimana hubungan manusia dengan sang
pencipta, mengenal bagaimana hubungan manusia dengan sesama
manusia, mengenal bagaimana hubungan manusia dengan sesama
mahluk, mengenal bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan,
mengenal bagaimana imun, mengenal masa kebiasaan hidup baru.
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan kegiatan apa yang dilakukan.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Memasukan kegiatan Kesehatan Spiritual Dalam Upaya Pertahanan
Imun Lansia Di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru ke jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

F. KARAKTERISTIK PASIEN/LANSIA
a. Kriteria:
1. Klien yang belum tau kesehatan spiritual mampu bekerja sama dengan
perawat.
2. Klien sehat yang dapat berkomunikasi dengan perawat.

b. Proses seleksi:
1. Mengobservasi pasein yang masuk kriteria.
2. Mengidenktifikasi pasien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK.
5. Mengikuti: menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan
kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

G. PENGORGANISASIAN
Hari/tanggal : Sabtu, 18 Desember 2021
Waktu Pelaksanaan : jam 08:30 s/d selesai
1. Pembukaan : 5 menit
2. Inti : 15 menit
3. Penutup : 10 menit
4. Tempat : PSTW Budi luhur Jambi
Terapist:
a. Leader
Uraian tugas:
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi

b. Co Leader
Uraian tugas:
1. Membantu leader mengkordinasi semua kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan.

c. Observer
Uraian tugas:
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok.

d. Fasilitator
Uraian tugas:
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
e. Setting:
a. Terapis dan klien duduk berhadapan dan berdampingan.
b. Ruangan nyaman dan tenang
Keterangan

: Observer : Fasilitator

: Peserta : Leader

: Co Leader

H. PROSES PELAKSANAAN
Alokasi
No. Kegiatan Keterangan
waktu
1. Tahap orientasi: Leader
 Memberi salam terapeutik: salam dari 5 menit
terapis
 Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan
pasien saat ini, apakan kabar sholatnya ?
apakabar ibadah lainnya ?
 Kontrak
2. Tahap kerja:
1) Terapis memperkenalkan diri (nama 15 menit Leader
lengkap dan nama panggilan serta memakai Co Leader
papan nama).
2) Terapis mengajarkan tentang sp1 yaitu
kesehatan spiritual dalam upaya pertahanan
imun dengan cara mengenal siapa sang
pencipta, mengenal siapa mahluk, mengenal
bagaimana hubungan manusia dengan sang
pencipta, mengenal bagaimana hubungan
manusia dengan sesama manusia, mengenal
bagaimana hubungan manusia dengan sesama
mahluk, mengenal bagaimana hubungan
manusia dengan lingkungan, mengenal
bagaimana imun, mengenal masa kebiasaan
hidup baru.
3. Tahap terminasi:
 Evaluasi (Subjektif dan Objektif) 10 menit Leader
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA

Al-Our’anul karim & Terjemahnya (2005). Bandung: PT Syaamil Cipta Media.


Al-Isawi, A. M. (2005). Islam Dan Kesehatan Jiwa. Jakarta Timur : Pustaka Al-
Kautsar.

Anandarajah. (2001). Spiritual and Medical Practice: Using the Hope question as
practical tool for spiritual assessment. http://Aafg.org/afp/20010101/81 html.
diperoleh tanggal 18 April 2010.

Az-Zahrani, M. S. (2005). Konseling Terapi. Depok. Jakarta : Gema Insani.

Brooker, C. (1996). The Nurse is Pocket Dictionary (31thed) : Times Mirror


International Publisher limited.

Cicih, L.M.S. (2006). Apa Kata Toma Tentang Lanjut Usia : Warta Demografi Tahun
36 No.3.

Clark. (2008). Nurses Attitudes and Barries Toward Spirituality When Caring For
Terminally Ill Patienns. http://proquestumi.com/pgdweb. diperoleh pada April
2010.

CMHN. (2005). Modul Basic Course Community Menthal Health Nursing.Jakarta :


WHO & FIK UI.

Da’ jam, A. S. (2008). Misteri Umur 60 Menyibak Pernak-Pernik Usia Kritis Di


Ambang Maut. Solo : Wacana Ilmiah Press.

Darmojo, B. (2009). Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
lanjut. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Dempsey, P.A & Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan : buku ajar & latihan.

Alih bahasa : Palupi Widyastuti. Edisi 4. Jakarta:EGC


Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, (2008). Pedoman Kesehatan Jiwa
Menghadapi dan Menjalani Masa Pensiun PNS. Pegangan Bagi Petugas
Kesehatan : Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan


Jiwa Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan : Departemen Kesehatan &
Kesejahteraan Sosial RI.

Erikson's psychosocial development theory.


http://www.businessballs.com/erik_erikson_psychosocial_theory.htm .
diperoleh tgl 18 April 2010.

Fitria, F. (2004). Teritorialiti, Deteritorialisasi, Reteritorialisasi Kajian Perilaku


Lansia Peghuni Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan,
Cibubur Jakarta Timur. Tesis UI.

Hamid, A.Y. S.(2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta

: EGC.

Hardywinoto & Setiabudi, T. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai


Aspek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Hasto, S.P. (2007). Basic Data Analysis for Health Training. Tidak dipublikasikan.

Depok : FKM-UI.

Hawari, D. (2005). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta:
Balai penerbit FK UI.

Hawari, D. (2006). IQ,EQ,CQ & SQ Kriteria Sumber Daya Manusia (Pemimpin)


Berkualitas. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Hawari, D. (2009). Dimensi Kesehatan Jiwa dalam Rukun Iman dan Rukun Islam.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Hawari, D. (2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
Issacs,A. (2001). Lippincott,s review series : menthal health and
psychiatric nursing. (3thed). Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.

Kompas. (2002). Pertambahan Jumlah Lansia Indonesia terpesat di


Dunia. Bidang Penelitian & Informasi Kependudukan : Lembaga
Demografi FEUI.

Kozier, B et al. (1997). Fundamental of Nursing Practice in Canada (1st


Canadian ed). New Jersey : Prentice Hall Inc.

Kozier, B et al. (2004). Fundamental of Nursing Concepts, Process, and


Practice (7th Canadian ed). New Jersey : Prentice Hall Inc.

Lestari, E. P. (2009). Hubungan Pengetahuan Tentang Agama Dengan


Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti
Kota Surakarta. Skripsi UMS.

Loyola Generativity Scale,(2008).


http://www.sesp.northwestern.edu/foley/instruments/lgs/diperoleh
tanggal 20/04/2010

Monks, F. J and Knoers, A.M.P. (2002). Psikologi Perkembangan


Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

NANDA. (2005). Nursing Diagnoses : Defenitions & Clasification 2005-


2006.

Philadelphia. USA : NANDA International.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : Concept,


Process and Practice. Philadelphia : Mocby Years Book Inc.

Qudamah, A. (2008). Minhajul Qashidin, Jalan Orang-orang Yang


Mendapat Petunjuk. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Reigh. L.S. Mason, C.H. Preston, K (2006). Spiritual Care. Practical


guidelines for rehabilitation nurses, http:// Proquest. Umi.
Com/pgdweb. Diperoleh pada April 2010.
Republika. (2003). 2025 Indonesia Dipenuhi Lansia. Bidang Penelitian &
Informasi Kependudukan : Lembaga Demografi FEUI.

Rohman, (2009). Tesis. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian


asuhan spiritual oleh perawat di RS. Islam Jakarta. Fakultas Ilmu
Keperawatan : Universitas Indonesia . Tidak dipublikasikan.

Saryono. (2010). Kumpulan instrumen Penelitian Kesehatan Bantul : Mulia

Medika. Sastroasmoro, S & Ismael, S (2008). Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis.

Edisi 3. Jakarta : Cv. Sagung Seto.

Stanley, M. Blair, K. and Beare, P. (2005). Gerontological Nursing :


promoting successful, aging with and older adults. Philadelphia.
F.A. Davis Company.

Stolte, K.M. (2004). Wellness Nursing Diagnosis For Health Promotion.


Lippincott : Lippincott – Raven Publishers.

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. (8th edition). St. Lois : Mosby.

Wahyuni, S. (2007). Pengaruh Logoterapi terhadap Peningkatan


Kemampuan Kognitif dan Perilaku pada Lansia dengan Harga
Diri Rendah di Panti Werdha Pekan Baru Riau. Tesis tidak
dipublikasikan.

Widyatuti, (1999). Dimensi Spiritual dalam Asuhan Keperawatan : Jurnal


Keperawatan Indonesia. Volume II. No. 7. September.

Anda mungkin juga menyukai