Anda di halaman 1dari 6

RESUME PRAKTIKUM

PENYAKIT PARASITER VETERINER

Nama : Malvin Alrasyid Suyoto


NIM : 195130107111050
Tanggal Praktikum : Senin, 29 Maret 2021
Nama Asisten : Maria Widyaneni T
Topik Praktikum : Ektoparasit 3

Praktikum kali ini tentang materi ektoparasit 3 yaitu caplak dan tungau. Dimana
meliputi gejala klinis pada kasus infeksi ektoparasit pada hewan kecil, teknik koleksi caplak
dan tungau, teknik pemeriksaan laboratoris yang digunakan untuk menegakkan diagnosa dan
mengidentifikasi spesies ektoparasit caplak dan tungau.
Tick Extraction yang digunakan pada fase dewasa karena dapat diamati oleh mata. caplak
dan bagian rostrumnya yang menancap pada kulit diangkat manggunakan pinset.
Ear Wax yaitu koleksi ear wax (kotoran telinga) untuk mendiagnosa adanya Otodectes
cynotis.
Untuk melihat Otodectes cynotis bisa dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan
otoscope. Pada umumnya telinga terdapat kotoran berwarna coklat tua dan bau tidak
sedap
Scotch Tape Test yaitu teknik yang menggunakan alat yang sederhana yaitu, isolasi (sticky
tape) yang bening lebih baik jika digunakan acetat tape, objek glass dan cover glass.
Scraping yang terbagi lagi menjadi dua teknik yaitu :
- Superficial skin scraping -> stratum corneum hingga epidermis (S. scabiei dan Notoedres)
- Deep skin scraping -> dermis hingga folikel rambut (Demodex sp)
Perbedaan paraffin oil dan KOH 10% untuk scraping adalah Parafin tidak menyebabkan
iritasi kulit sedangkan KOH 10 % berpotensi mengiritasi kulit, paraffin tidak membersihkan
dan tidak membunuh ektoparasit sampel sedangkan KOH 10% dapat membersihkan sampel
dan membunuh ektoparasit
Pinnal-pedal reflex digunakan pada kasus scabies yang terjadi pada anjing. Teknik ini
melihat reflek gerakan pada kaki belakang anjing yang seperti ingin menggosok bagian
telinganya.
Hair plug/Trichogram yang merupakan metode cukup sederhana dan sering digunakan
untuk identifikasi Demodex sp. baik pada kucing maupun anjing.
Materi ektoparasit III ini sangat bermanfaat untuk menunjang kompetensi dokter
hewan untuk melakukan penegakan diagnosa penyakit ektoparasit karena tungau dan caplak.

Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan


Menjawab Pertanyaan

1. Jelaskan perbedaan superficial scraping dan deep scraping!


Superficial scraping: merupakan koreksi material hanya mencapai epidermis, umumnya
tidak menyebabkan pendarahan kapiler dan memberikan informasi terkait dari permukaan
terbatas sampai epidermis (Tagesu, 2018). Metode ini cocok untuk pengambilan sampel
ektoparasit caplak/tungau yang berpredileksi umumnya hanya pada epidermis, contohnya
notoedres (Sampaio et al., 2016).
Deep scraping: merupakan koreksi material hingga mencapai folikel rambut, umumnya
menyebabkan pendarahan kapiler pada proses pengambilan sampel (Tagesu, 2018). Metode
ini cocok untuk pengambilan sampel ektoparasit caplak/tungau yang berpredileksi hingga
mencapai folikel rambut, contohnya adalah Demodex sp. (Barillas et al., 2019).
2. Jelaskan metode pemeriksaan ektoparasit menggunakan acetate tape!
Pertama yakni dicari daerah dengan lesi paling parah untuk menjadi area
pengaplikasian acetate tape. Selanjutnya dilakukan pemotongan rambut disekitar lesi area
yang akan diaplikasikan acetate tape. Acetate tape yang digunakan disesuaikan terlebih
dahulu ukurannya dengan perkiraan luas area lesi. Acetate tape diletakkan pada area lesi yang
telah dipilih dan ditekan ringan beberapa kali. Acetate tape diangkat pelan-pelan lalu
ditempatkan langsung pada slide objek glass untuk pemeriksaan mikroskopis (Sampaio et al.,
2016).
3. Jelaskan bagaimana ciri-ciri lesi yang disebabkan oleh scabiosis pada
anjing/kucing/kelinci!
Secara umum pada hewan lesi scabiosis akan menimbulkan rasa tidak nyaman karena
sangat gatal sehingga mengakibatkan hewan seringkali menggaruk dan mengakibatkan
infeksi sekunder. Untuk lesi primer adalah terbentuknya terowongan yang berisi tungau, telur,
dan hasil metabolisme. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul, dan terkadang bula. Lesi
tersier berupa ekskoriasi dan eksematisasi (Mutiara & Syailindra, 2016).
4. Apabila dilakukan uji pinnal-pedal reflex apakah 100% dapat didiagnosa mengalami
scabiosis!
Tidak, berdasarkan literatur (Carlotti, 2014) dinyatakan pada metode pinnal-pedal
reflex hanyalah memberikan sugestif dan tidak spesifik. Apabila dipresentasikan untuk kasus
scabiosis sendiri metode ini memberikan presentasi sekitar 80% dan untuk 20% sisanya
merupakan pruritic dermatoses.
5. Apabila telah terjadi outhematoma pada seekor kucing, apakah dapat dilakukan ear
wax? Jelaskan!
Tidak, karena pada kasus kucing dengan outhematoma terdapat pendarahan pada
telinga dan bersifat krusial dimana perlakuan pada daerah telinga tidak boleh tanpa adanya
intruksi atau sebelum pemeriksaan dokter hewan. Ear wax dilakukan utamanya pada kucing
dengan kondisi telinga baik-baik saja. Ketika kucing mengalami kondisi ini maka hal pertama
yakni dikonsultasikan kepada dokter hewan, umumnya dokter hewan akan melakukan
pembersihan luka, prediagnosa, dan langkah terakhir nantinya berupa pemberian perlakuan
obat bisa berupa antibiotik, antiparasit tergantung pada diagnosa yang ada (Dickin, 2020).
6. Bagaimana cara membedakan ear mites dengan kotoran telinga biasa pada
kucing/anjing?
Untuk mengidentifikasi adanya ear mites atau tidak pada telinga kucing/anjing secara
mata telanjang akan sulit dilakukan, umumnya dokter hewan akan menggunakan mikroskop
untuk mengidentifikasi keberadaan ear mites. Hal yang dapat dilakukan untuk membedakan
ear mites dengan kotoran telinga biasa umumnya dilihat dari ciri kotoran telinga/gejala klinis.
Kotoran telinga dengan infeksi ear mites akan berwarna gelap, tebal, dan berbau tidak sedap
umumnya digambarkan seperti gumpalan bubuk kopi. Untuk kotoran telinga normal akan
berwarna kecoklatan terang, konsentrasi minim, dan tidak berbau (Brown, 2021).

Pinning Lalat dan Nyamuk

Lalat

Ciri-ciri lalat yang ditemukan yaitu kepala berwarna coklat dengan mata menonjol, pada thorax
terdapat 4 garis hitam dan abdomen berwarna cerah. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur,
menurut (Putri, 2018) ciri-ciri lalat Musca domestica secara morfologi adalah sebagai berikut:

a. Kepala besar berwarna coklat gelap.

b. Mata besar menonjol dan terpisah.

c. Panjang tubuh berkisar antara 6,5 - 7 mm.

d. Warna tubuh abu-abu kehitaman, pada bagian permukaan atas thorax terdapat 4 garis berwarna
hitam.

e. Pada abdomen ditandai dengan warna dasar kekuningan serta didapatkan garis hitam di bagian
median.
Nyamuk

Anopheles sp. dewasa memiliki proboscis dan palpi sama panjang, scutellum berbentuksatu
lengkungan, urat sayap bernoda pucat dan gelap, jumabi biasanya terdapat noda pucat, pada palpi
bergelang pucat atau sama sekali tidak bergelang, kaki panjang dan langsing.17 2). Biasanya
Anopheles sp. dewasa Palpi bergelang pucat atau tidak sama sekali, urat-urat sayap dengan noda-
noda gelap dan pucat, jumbai kadang-kadang bernoda pucat atau gelap sama sekali, kaki
belakang sering terdapat bintik-bintik (bernoda pucat),5 antenna nyamuk betina dengan cabang
lebih tipis sedangkan pada nyamuk jantan cabang antenanya lebih tebal, ukuran badan betina
lebih besar dari yang jantan. (Lestari,2016)
DAFTAR PUSTAKA

Barillas, O. F., J. Bajwa, J. Guillot, dan A.J.M. Arcique. 2019. Comparison of Acetate Tape
Impression, Deep Skin Scraping, and Microscopic Examination of Hair for
Therapeutic Monitoring of Dogs with Juvenile Generalized Demodicosis: A Pilot
Study. The Canadian Veterinary Journal .60(1): 596-600.

Brown, J. 2021. Ear Mites in Cats. UK: Cliverse Media Ltd.

Carlotti, D. N. 2014. Canine Scabies: An Update. Prancis: World Small Animal Veterinary
Association World Congress Proceedings.

Dickin, M. 2020. Aural Haematoma in Cats. UK: The People’s Dispensary for Sick Animals.

Lestari, Suci, Adrial. 2016. Identifikasi Nyamuk Anopheles sebagai Vektor Malaria dari

Survei Larva di Kenagarian Sungai Pinang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten

Pesisir Selatan. Jurnal Kesehatan Andalas 2016; 5 (3)

Mutiara, H. dan F. Syailindra. 2016. Skabies. Majority. 5(2): 37-42.

Prasetyowati, H., Y. Yuliasih, E. P. Astuti, M. Ipa, R. Nusa, Rohmansyah, H. Fuadzy, R.


Marina, J. Hendri, D. H. W. Hermanus, A. Jajang, P. Wibawa, F. Y. Pradani, L.
Hakim, dan M. Santi. 2013. Fauna Anopheles. Surabaya: Health Advocacy.

Putri, Y. P. 2015. Keanekaragaman Spesies Lalat (Diptera) dan Bakteri pada Tubuh Lalat di
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dan Pasar. Jurnal Teknik Lingkungan.
12(2): 79-89.

Putri, Y P. 2018. Taksonomi Lalat di Pasar Induk Jakabaring Kota Palembang. Jurnal Ilmiah
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 15 No. 2 Palembang : Univ. PGRI
Palembang.

Sampaio, K. O., L. M. D. Oliveira, P. M. Burmann, R. P. S. Filho, J. S. Evangelista, dan M. G.


Cunha. 2016. Acetate Tape Impression Test for Diagnosis of Notoedric Mange in
Cats. Journal of Feline Medicine and Surgery. 1(1): 1-4.

Tagesu, A. 2018. Skin Scraping. International Journal of Dermatology and Clinical Research.

10(1): 59-61.

Anda mungkin juga menyukai