Anda di halaman 1dari 4

DIAGNOSIS, PENANGANAN DAN PENCEGAHAN SCABIES PADA KUCING

Elsi Rahmadhani1 Anita Esfandiari2


1
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor
2
Staff Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
ABSTRAK
Skabies merupakan salah satu penyakit yang menyerang kulit dan disebabkan oleh tungau
Sarcoptes scabiei. Peradangan akibat infestasi parasit skabies di kulit menyebabkan kegatalan
dan hewan cenderung sering menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal. Garukan yang terus
menerus ini akan menimbulkan kemerahan pada kulit dan dapat terjadi perlukaan atau lesio.
Gejala lain yang terjadi yaitu kerusakan rambut/bulu, kerontokan rambut hingga kebotakan pada
kulit. Ciri lain yang menunjukkan penyakit ini adalah timbulnya kerak atau keropeng pada kulit
Tujuan penulisan ini adalah mengetahui diagnosa, penanganan dan pencegahan scabies pada
kucing. Pengujian identifikasi scabies ditentukan menggunakan metode kerokan kulit. Hasil uji
identifikasi kulit menunjukan bahwa sampel kerokan kulit yang diuji positif Sarcoptes scabiei.
Kata Kunci : Skabies, gejala klinis, kerokan kulit
PENDAHULUAN lusidum, kemudian terus masuk hingga
Skabies merupakan salah satu stratum granulosum, bahkan kadang ada
penyakit yang menyerang kulit dan yang mencapai lapisan dermis kulit. Selain
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei untuk tempat hidup, terowongan tersebut
(Arlian dan Morgan 2017). Nama Sarcoptes juga digunakan untuk tempat bertelur. Telur
scabiei berasal dari bahasa Yunani yaitu yang dihasilkan oleh Sarcoptes scabiei
"sarx" yang berarti daging dan "koptein" kurang lebih 40-50 telur. Telur tersebut akan
yang berarti memotong, dan bahasa latinnya menetas dalam 3 hingga 4 hari untuk
adalah "scabere" yang berarti menggaruk berubah menjadi fase perkembangan
(Henggae et al. 2006). Skabies digolongkan selanjutnya hingga menjadi tungau dewasa
sebagai penyakit zoonosis yaitu penyakit (Arlian dan Morgan 2017). Infestasi diawali
yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia dengan tungau betina atau nimfa stadium
atau sebaliknya (Iskandar 2000). Penyakit kedua yang aktif membuat liang di
ini masih banyak ditemukan di seluruh epidermis atau lapisan tanduk. Di liang
dunia, terutama pada negara yang beriklim tersebut Sarcoptes meletakkan
tropis dan subtropis (Ratnasari dan Sungkar telurnya.Telur tersebut akan menetas dalam
2014). Prevalensi kejadian penyakit ini 3-4 hari, lalu menjadi larva berkaki enam.
dapat mencapai 22.7% dari kasus penyakit Dalam waktu 1-2 hari larva akan
kulit yang terjadi pada kucing (Putra 2012). berkembang menjadi nimfa stadium satu dan
Tungau ini hidup pada kulit inangnya dua yang berkaki delapan. Kemudian tungau
dengan cara membuat terowongan di bawah akan berkembang menjadi dewasa dan
lapisan kulit yaitu stratum korneum dan
mampu berkembang biak dalam 2-4 hari menemukan dan mengidentifikasi jenis
(Wardhana et al. 2006). parasit dengan memeriksa di bawah
Penyakit ini kadang diabaikan oleh mikroskop. Tungau sangat sulit untuk
pemilik kucing karena kucing hanya terlihat ditemukan pada hewan, terutama pada
menggaruk-garuk bagian tubuhnya saja. hewan yang sudah cukup lama terinfestasi
Namun, bila hal ini dibiarkan terus-menerus, atau hewan yang baru saja dimandikan
maka dapat berakibat fatal pada kucing. dengan metode dipping (Hammet 1999).
Pemilik kucing terkadang baru menyadari Menurut Hammet (1999), ada dua
saat kucing peliharaanya sudah mengalami metode yang biasa digunakan untuk
kebotakan, kulit kemerahan, bahkan terdapat penegakan diagnosis, yaitu kerokan kulit
luka, berbau, dan sebagainya. Perlukaan (skin scraping) dan flotasi sentrifugasi.
dapat terjadi akibat garukan yang dapat Proses dari kedua metode diagnosis adalah
menyebabkan pendarahan. Apabila penyakit sebagai berikut : 1. Preparat natif / kerokan
kulit ini sudah sampai menginfeksi lebih kulit Sampel diambil dengan cara membuat
dari 40% area tubuh, maka kucing tersebut luka kerokan pada kulit hewan yang
berpotensi mengalami infeksi sekunder yang terserang (pada lokasi yang menunjukkan
dapat menyebabkan kematian (Palguna et al. lesio) dengan menggunakan skalpel. Hasil
2014). kerokan kulit tadi kemudian diletakkan pada
kaca objek yang kemudian ditetesi NaOH
KASUS atau KOH 10% sebanyak beberapa tetes dan
Anamnesa: Adanya keropeng dan ditunggu beberapa detik hingga jaringan
menimbulkan rasa gatal pada kulit telinga kulit lisis. Kaca objek tadi kemudian ditutup
kucing. Kucing sering menggaruk bagian dengan kaca penutup dan dilihat di bawah
yang gatal dan semakin meluas seiring mikroskop dengan perbesaran 100–400 kali.
dengan berjalannya waktu. Sinyalemen : Hasil positif akan memperlihatkan tungau
Kucing bernama Coki, berumur 1 tahun, pada lapang pandang mikroskop (Hammet
jenis kelamin jantan, ras domestik short hair,
1999). Hasil kerokan kulit disajikan dalam
berat badan 2.3 kg, Gejala klinis alopecia
gambar 1.
dan pruritus dibagian muka dan telinga.
Pemeriksaan fisik : Frekuensi jantung
120x/menit, frekuensi napas 32x/menit, suhu
tubuh 28.4oC. Pemeriksaan penunjang :
kerokan kulit. Diferensial Diagnosa :
Scabies, demodekosis, ringworm, dermatitis.
Diagnosa : Scabies. Prognosa : Fausta.

HASIL
Dalam penegakan diagnosis penyakit
kulit yang disebabkan oleh beberapa jenis
tungau seperti demodekosis, skabies, dan Gambar 1 Hasil pemeriksaan penunjang
penyakit kulit lain seperti ringworm, berupa kerokan kulit pada pembesaran 100x
biasanya dilakukan pengerokan kulit.
Metode ini bertujuan untuk Tungau PEMBAHASAN
Sarcoptes scabiei Epidermis Dermis
Hasil pemeriksaan kerokan kulit manejemen pemeliharaan yang buruk akan
menunjukkan adanya infestasi tungau menyebabkan hewan menjadi stress dan
Sarcoptes scabiei. Tungau ini berbentuk menurunkan imunitas hewan, sehingga akan
bulat atau oval, cembung pada bagian menyebabkan hewan rentan terhadap
punggung dan rata pada bagian perut serta penyakit lainnya (Huang et al. 1998).
berwarna transparan dan agak kehitaman. Beberapa akarisida yang biasa digunakan
Tungau betina berukuran panjang 0.3–0.6 oleh praktisi di Ingggris untuk pengobatan
mm, dan lebar 0.25–0.4 mm. Tungau jantan skabies pada anjing adalah amitraz,
berukuran lebih kecil yakni 0.2–0.3 mm ivermectin dan turunannya ,serta fipronil
panjangnya, dan lebar 0.1–0.2 mm (Taylor (British Veterinary Association 2005).
et al. 2007). Sediaan–sediaan tersebut juga telah
Secara umum, bagian tubuh dari digunakan oleh praktisi di seluruh dunia
tungau terbagi menjadi dua, yaitu sebagai obat pilihan untuk mengobati
gnathosoma (anterior) atau capitulum, dan skabies.
idiosoma (posterior). Gnathosoma hanya Ivermectin dan turunannya termasuk
terdiri atas mulut, sedangkan beberapa organ avermectin, abamectin, doramectin,
lainnya seperti otak ada pada bagian eprinomectin, dan selamectin adalah
idiosoma. Bagian idiosoma terbagi menjadi senyawa lakton makrosiklik alami dan semi
dua, bagian tubuh yang memiliki kaki alami yang diisolasi dari kapang
disebut podosoma, dan bagian belakang Streptomyces avermitilis yang ditemukan di
tubuh yang tidak berkaki disebut Jepang. Tidak hanya dapat membunuh
opisthosoma. Tungau dewasa memiliki ektoparasit, ivermectin juga dapat digunakan
delapan kaki, sedangkan larvanya hanya sebagai obat pilihan pada beberapa penyakit
memiliki enam kaki. Pada tungau dewasa, yang disebabkan oleh beberapa jenis
dua pasang kaki depan berbentuk lebih Nematoda
ramping dan termodifikasi menjadi organ
sensoris yang dapat membantu pergerakan SIMPULAN
dan makan (Wall & Shearer 2001). Hasil kerokan kulit menunjukan
adanya infestasi tungau Sarcoptes scabiei.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN Gejala klinis yang muncul antara lain
Pengobatan skabies berfokus pada adanya hiperkeratinisasi dan kegatalan pada
eradikasi agen penyakitnya, yaitu tungau permukaan daun telinga dan muka.
Sarcoptes scabiei. Banyak sekali jenis obat
yang bersifat akarisidal yang dapat PUSTAKA ACUAN
digunakan untuk pengobatan skabies. Obat- [BVA] British Veterinary Association. 2005.
obat tersebut dapat diaplikasikan dalam The Veterinary Formulary Sixth
berbagai rute baik secara oral, subkutan, Edition. Yolande Bishop : Editor.
semprot, atau topikal. Penanganan penyakit London : Pharmaceutical Press.
skabies cukup sederhana, tetapi ada Arlian LG, Morgan MS. 2017. A review of
beberapa faktor yang harus diperhatikan. Sarcoptes scabiei: past, present, and
Selain berfokus pada eradikasi tungau future. Parasit Vectors. 10(1): 297-
parasit, nutrisi, dan manejemen 319.
pemeliharaan harus diperhatikan. Nutrisi dan
Hammet DE. 1999. Canine Demodecosis Wardhana AH, Manurung J, Iskandar T.
(Demodex, Red Mange). 2006. Skabies: tantangan penyakit
http://www.allcreatures.com/demodex. zoonosis masa kini dan masa datang.
html [24 Agustus 2019]. Wartazoa. 16(1): 40-52.
Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O,
Schwartz RA.2006. Scabies: a
ubiquitous neglected skin
disease,Lancet Infect Dis,6(12):769-
779
Huang HP, Liang SL, Yang HL, and Chen
KY. 1998. Sarcoptes scabiei
Infestation in a Cat. http: // www.
Innovet.com /journalis /felprac/
abstr98/ 260202.htm [11 November
2011].
Iskandar T. 2000. Masalah skabies pada
hewan dan manusia serta
penanggulangannya. Wartazoa. 10(1):
28-34.
Palguna D, Jusak, Sutomo E. 2014. Sistem
pakar diagnosis penyakit kulit pada
kucing menggunakan metode certainty
factor. Jurnal Sistem Informasi. 3(1):
75-81.
Putra AH. 2012. Prevalence of feline
sarcoptic infestation of cat skin
diseases at Airlangga University Small
Animal Hospital in 2012 (skripsi).
Surabaya (ID): Universitas Airlangga
Pr.
Ratnasari AF, Sungkar S. 2014. Prevalensi
skabies dan faktor-faktor yang
berhubungan di Pesantren X, Jakarta
Timur. eJournal Kedokteran
Indonesia. 2(1): 7-12
Taylor MA, Coop RL, and Wall RL. 2007.
Veterinary Parasitology. Ed ke-3.
Oxford: Blackwell Publishing.
Wall R & Shearer D. 2001. Veterinary
Ectoparasites : Biology, Pathology,
and Control. Oxford : Blackwell
Publishing

Anda mungkin juga menyukai