ELFRIDAYANTI
NPM. 1802101020020
KATA PENGANTAR
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta Salam semoga tercurah kepada Baginda tercinta Nabi Muhammad Salallahu
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya akan menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Pendahuluan 4
Pembahasan 6
Etiologi 6
Siklus Hidup 7
Sifat Alami Agen 7
Spesies Rentan 8
Cara Penularan
9
Sifat Penyakit
9
Gejala Klinis
9
Patologi
Diagnosa 11
Diagnosa Banding 11
Pengobatan 12
Pencegahan 12
Pengendalian dan Pemberantasan 13
Kesimpulan 14
Daftar Pustaka 15
4
PENDAHULUAN
Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau
dan bersifat zoonosis. Penyakit ini telah dikenal sejak lama, yaitu ketika Bonoma dan
Cestoni mampu mengilutrasikan sebuah tungan sebagai penyebab scabies pada tahun
1689. Literatur lain menyebutkan bahwa scabies telah diteliti pertama kali oleh
Aristoteles dan Cicero dengan menyebutkan “lice in the flesh”. Sejauh ini dilaporkan
lebih dari 40 spesies dari 17 famili dan 7 ordo mamalia yang dapat terserang scabies,
Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat scabies antara lain dapat menurunkan
produktfitas pada hewan ternak dan merusak jaringan kulit sehingga menyebabkan
kulit alpoesia dan mengurangi estetika dari hewan kesayangan. Selain itu, penyakit
ini juga berbahaya karena dapat menular kepada tubuh pemiliki atau manusia. Pada
hewan, dapat terjadi penurunan berat bada, pertumbuhan yang lambat, penurunan
daya tahan tubuh dan kematian hospes. Pada hewan ternak yang terinfeksi, dapat
menyebabkan kerusakan kulit sehingga dan kekurusan sehingga mempunyai nilai jual
Penyakit ini disebabkan oleh tungau yang ditandai dengan gejala khas yaitu
gatal pada kulit dan akhirnya mengalami kerusakan pada kulit yang terserang. Parasit
Sarcoptes scabiei adalah ektoparasit yang menyerang hewan terutama pada bagian
kulit, yang dapat menurunkan produksi daging, kualitas kulit dan mengganggu
5
kesehatan masyarakat. Penyakit ini di golongkan penyakit hewan yang menular pada
membuat terowongan di bawah lapisan kulit (stratum korneum dan lusidum) sehingga
PEMBAHASAN
Etiologi
arthropoda yang termasuk dalam kelas Arachnida, subkelas Acarina, ordo Astigmata
dan family Sarcoptidae. Contoh tungau Asigmata antara lain Sarcoptes scabiei,
Psoroptes ovis, Notoedres cati, Chorioptes sp. dan Otodectes cynotys. Notoedres sp.
dan Chonoptes sp. umumnya menyerang kambing dan domba namun dapat pula
menyerang kerbau, sapi dan kuda. Sementara Notoedres menyerang kelinci dan
memiliki cakupan inang yang luas. Tungan S. scabiei berwarna putih krem dan
berbentuk oval yang cembung pada bagian dorsal dan pipih pada bagian ventral.
Permukaan tubuhnya bersisik dan ditutupi kutikula serta banyak dijumpai garis
parallel transversal. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki sedangkan stadium dewasa
dan nimpa memiliki 4 pasang kaki yang pendek dan pipih (Kasmar, 2017).
antara 200-240 × 150-200 µm. terdapat beberapa varietas S. scabiei pada inangnya
var humani pada manusia, S. scabiei var canis pada anjing, S. scabiei var suis pada
babi, S. scabiei var ovis pada domba, S. scabiei var caprae pada kambing, S. scabiei
var equi pada kuda dan S. scabiei var bovis pada sapi. S. scabiei bersifat parasit
obligat yang artinya mutlak membutuhkan inang untuk bertahan hidup. Perlu
7
diperhatikan bahwa scabies pada kabing juga dapat disebabkan oleh tungau lain yaitu
Siklus Hidup
Infestasi diawali dengan tungau betina atau nimpa stadium dua yang aktif
membuat liang di epidermis. Pada liang tersebut, Sarcoptes sp. meletakkan telurnya.
telur tersebut akan menetas dalam 3-4 hari, lalu menjadi lava berkaki 6. Dalam kurun
waktu 2 hari, larva akan berkembang menjadi nimpa stadium I dan II yang berkaki 8.
Kemudian tungau akan berkembang menjadi dewasa dan mampu berkembang biak
menghasilkan antara 2-3 telur setiap hari dengan masa bertelur sampai 2 bulan
selanjutnya tungan betina akan mati. Pada suhu 35ºC dengan kelembaban 100% telur
8
menetas dalam waktu 2-3 hari, lalu memasuki stadium larva kemudian larva berubah
menjadi 2 bentuk nimpa yaitu protominpa dan tritinimpa. Tritonimpa menjadi dewasa
dalam waktu 2-3 hari. Seluruh siklus hidup sejak telur sampai menjadi dewasa
inang, pada kondisi lingkungan yang kering tungau hanya dapat bertahan hidup
selama 2-3 minggu, terkadang sampai 8 minggu. Pada kondisi kering tersebut,
telurnya memiliki daya tetas sampai 6 hari dan sekitar 6 minggu pada kondisi
Spesies Rentan
Tungan Sarcoptes sp. dapat menyerang berbagai hewan yaitu sapi, kerbau,
kambing, kucing, anjing, babi dan lain-lain. Scbies banyak dilaporkan terjadi pada
kulit yang tidak berpigmen dibandingkan yang tidak berpigmen. Bulu yang lebat,
panjang dan kotor merupakan tempat ideal bagi tungau. Bulu yang panjang terkait
dengan kelembaban kulit. Diduga kulit yang lembab akan menyebabkan lapisan
tanduk pada kulit menjadi lebih lunak sehingga memudahkan bagi tungau untuk
Hewan muda umumnya lebih peka tehadap scabies dibandingkan hewan tua.
Faktor predisposisi pada inang yang ikut memperparah gejala klinis scabies antara
Cara Penularan
peliharaan, maupun antara hewan peliharaan dan hewan liar yang menderita scabies.
Penyakit scabies pada suatu peternakan umunya sering terjadi akibat masuknya
hewan penderita subklinis ke peternakan tersebut. Selain itu, penularan juga dapat
terjadi melalui alat peternakan yang tercemar tungau walaupun tungau ini hanya
mampu bertahan hidup dalam waktu yang relatif singkat di luar tubuh inang (Putra,
1984).
Sifat Penyakit
Biasanya scabies bersifat endemis dan bila terjadi wabah akan menyerang
sebagian besar ternak dan dapat disertai kematian. Pada hewan muda, angka kematian
penderita dapat mencapai 50% tergantung pada kondisi hewan dan lingkungan
(Iskandar, 2000).
Gejala Klinis
Masa inkubasi bervariasi antara 10-40 hari. Pada awal infestasi, kulit
dan akhirnya terjadi peradangan yang diikuti dengan pembentukan eksudat karena
adanya iritasi. Hewan penderita tampak gelisah karena merasa gatal, menggaruk atau
menggesek tubuhnya sehingga terjadi luka dan perdarahan. Eksudat mengendap pada
permukaan kulit dan terbentuk keropeng atau kerak (Pramesthi dkk., 2017).
10
permukaan tubuh. Nafsu makan penderita terganggu sehingga terjadi kekurusan dan
akhirnya mati karena kekurangan gizi. Apabila pengobatan tidak dilakukan secara
tuntas, maka sering terjadi infeksi sekunder akibat bakteri atau jamur sehingga timbul
bau busuk dan abses. Pada hewan muda, angkat kematian dapat mencapai lebih dari
Perjalanan penyakit terbagi menjadi 3fase. Fase pertama terjadi 1-2 hari
setelah infestasi. Saat ini tungau mulai memasuki lapisan epidermis sehingga pada
permukaan kulit banyak terdapat lubang kecil. Pada fase kedua, tungau telah berada
pada lapisan kertin, permukaan kulit telah ditutupi kerak atau keropeng yang tebal
dan terjadi kerontokan rambut. Fase kedua ini terjadi setelah 4-7 minggu setelah
infestasi. Adapun fase ketiga, terjadi setelah 7-8 minggu setelah infestasi, kerak mulai
mengelupas sehingga pada permukaan kulit terlihat kembali lubang-lubang kecil dan
pada saat itu, tungau mulai meniggalkan bekas lubang tersebut (Griana, 2013).
Bentuk lesi scabies sama pada berbagai hewan, namun lokasi lesi dapat
bervariasi. Pada kambing, lesi biasanya dimulai dari hidung lalu menyebar keseluruh
tubuh. Pada babi, lesi umumnya diawali pada daun telinga, cungur, bagian dorsal dan
leher, bahu, bagian dalam paha, sepanjang punggung, pangkal ekor dan pada kaki dan
menyebar keseluruh tubuh. Pada penderita scabies kronis, lesi dijumpai pada kulit
Patologi
Tidak ada lesi yang khas kecuali adanya jejas pada kulit (Kasmar, 2017).
Diagnosa
kulit. Kerokan kulit dapat diambil pada bagian sekitar lesi dan kulit dikerok sampai
sedikit berdarah. Hasil kerokan diletakkan pada kaca objek dan ditetesi KOH 10%
Tes tinta pada terowongan kulit dapat dilakukan dengan menggosok papula
menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah tertutup dengan tinta
didiamkan 20-3- menit, kemudian tinta dihapus menggnaka kapas yang dibasahi
alkohol. Tes dinyatakan positif apabila tinta mask ke dalam terowongan dan
membentuk gambaran khas yang berupa zig-zag. Visualisasi terowongan yang dibuat
tungau juga dapat dilihat menggunakan mineral oil atau fluorescence tetracycline test
(Griana, 2013).
Kedua metode di atas memiliki kekurangan khususnya pada kasus yang baru
terinfestasi S. scabiei. Tungau akan sulit diisolasi dari kerokan kulit dan gejala klinis
antibodi S. scabiei pada babi dan anjing yang telah dikomersialisasikan di Eropa. Uji
terebut menggunakan antigen tungau yang diperoleh dari S. scabiei var suis dan S.
12
scabiei var vulpes. Akan tetapi beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya reaksi
silang antara varian S. scabiei yang telah dibuktikan untuk mendeteksi antibodi
scabies anjing dan domba menggunakan S. scabiei var vulpes (Morsy dkk., 1989).
Diagnosa Banding
Dermamtitis yang disebabkan oleh jamur dan kadang sulit dibedakan dengan
Pengobatan
Penderita scabies dapat diobati secara langsung mengenai kulit, oral dan
parenteral. Pengobatan sebaiknya diulang 2-3 kali dengan interval 1-2 minggu untuk
memutuskan siklus hidup tungau. Obat yang digunakan secara langsung pada kulit
antara lain larutan coumaphos 0,1%, benena hexa chloride, emulsi benzyl benzoal
25%, kombinasi benzyl benzoate dengan BHC, phosmet 20%, odylen 20%, lindane
Mengingat lokasi tungau berada di dalam kuit, maka pengobatan akan sulit
dan membutuhkan kesabaran. Pada kasus yang sudah lanjut, keropeng yang tebal
dapat menghambat penetrasi obat. Hasil yang baik diperoleh apabila keropeng
Obat yang bersifat sistemik dan cukup ampuh adalah ivermectin, diberikan
secara subkutan dengan dosis 200mg/kg bb. Secara oral ivermectin diberikan dengan
Pencegahan
Jaga kebersihan kandang dan lingkungannya, awasi secara cermat ternak yang
masuk ke dalam peternakan dan populasi ternak (densitas) agar sesuai dengan luas
lahan dan kandang yang tersedia sehingga tidak terlalu padat (Kasmar, 2017).
penggunaan obat yang tepat, serta pengawasan yang ketat terhadap lalulintas hewan
akan mudah dilakukan yang ditunjukkan oleh banyaknya laporan keberhasilan yang
pola peternakan tradisional hasilnya sering kali kurang memuaskan karena infeksi
ulang dapat terjadi kembali sehubungan dengan kurangnya pengawasan terhadap lalu
KESIMPULAN
Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau
dan bersifat zoonosis. Penularan scabies terjadi secara kontak langsung, baik antar
hewan peliharaan, maupun antara hewan peliharaan dan hewan liar yang menderita
menggesek tubuhnya sehingga terjadi luka dan perdarahan. Eksudat mengendap pada
permukaan kulit dan terbentuk keropeng atau kerak. Diagnosa dapat ditetapkan
berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan kerokan kulit. Obat yang bersifat sistemik
dan cukup ampuh adalah ivermectin. Tindakan pengendalian yang terpenting adalah
menejemen pengobatan dan penggunaan obat yang tepat, serta pengawasan yang
DAFTAR PUSTAKA