BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tidak pernah sebelumnya dalam sejarah manusia memiliki daging konsumsi yang telah
terkontaminasi, terinfeksi, dan sakit seperti hari ini. Ada beberapa hal-hal serius yang
Penyakit jantung, salah satu penyakit pembunuh massal, yang sebagian besar terkait
dengan makanan yang kaya daging dan produk hewani lainnya. Ada banyak penyakit lainnya
seperti kanker bahwa dalam banyak hal keberadaan mereka berkaitan erat dengan konsumsi
daging dan produk hewani lainnya. Seperti Thomas Moffett berkata, "Manusia menggali
kuburan mereka dengan gigi mereka sendiri dan oleh instrumen itu lebih banyak yang mati
Gelombang keterkejutan dialami dunia pada Rabu, 20 Maret, 1996 ketika sekelompok
ilmuwan bergengsi Inggris mengungkapkan bahwa penyakit sapi gila itu sedang menular
kepada manusia. Industri daging Inggris berhenti total, rakyat Inggris menjadi vegetarian
Sejak saat itu, otopsi ternak sekarat karena penyakit sapi gila mengungkapkan infeksi
sistem saraf yang makan lubang-lubang kecil di otak, yang kemudian benar-benar tampak
seperti spons. Penampilan ini memberikan nama bagi penyakit ini , Bovine Spongiform
Terinfeksi, sapi yang sebelumnya jinak, mengembangkan kerusakan mental dan kelainan
perilaku, menjadi mudah tersinggung, gugup, atau agresif, terjadi penurunan berat badan dan
mengembangkan masalah koordinasi parah sebelum mereka mati. Hal ini tentu saja, telah
menjadi tragedi yang mengerikan untuk populasi ternak, dan juga takut karena BSE dapat
ditularkan dari satu makhluk hidup kepada mahluk hidup yang lain. Sekitar 20 spesies hewan
telah didokumentasikan memiliki gejala dengan penyakit yang menyerupai BSE. Hewan ini
termasuk cerpelai, kucing, domba, rusa bagal, monyet, babi, tikus, kambing, rusa, burung
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
Pengertian sapi gila, penyebab dan gejala penyakit sapi gila,penularan penyakit kepada sapi
BAB II
PEMBAHASAN
disebabkan oleh bahan infeksius yang baru dikenal dan disebut prion. BSE menyerang sapi
dan tanda-tanda BSE itulah yang baru-baru ini ditemukan pada seekor sapi di Washington,
muncul ? Karena Amerika Serikat adalah produsen besar daging sapi dan turunannya dan
diduga prion yang menyebabkan BSE , dapat menular kepada manusia dan menyebabkan
penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut Subacute Spongiform Encephalopathy (SSE).
Penyakit sapi gila / mad cow atau dalam dunia kedokteran hewan dikenal sebagai bovine
spongiform encephalopathy (BSE) adalah penyakit yang menyerang otak dan bersifat fatal
(fatal neurological disease). Kalau selama ini secara umum dikenal agen-agen penyakit yang
infeksius diklasifikasikan dalam kelompok virus, bakteri, parasit, dan cendawan, maka agen
penyebab BSE adalah suatu jenis agen penyakit lain yang selama ini belum dikenal yang
BSE telah diketahui pertama kali tahun 1986 di Inggris. BSE merupakan penyakit hewan
yang dapat ditularkan kepada manusia (zoonosis) melalui konsumsi produk asal hewan yang
mengidap BSE. BSE merupakan salah satu penyakit yang disebabkan prion dan tergolong
dikenal beberapa penyakit yang disebabkan oleh prion, yaitu penyakit kuru, CJD (Creutzfeld
Disease (GSS), dan FFI (Fatal Familial Insomnia). Beberapa teori tentang asal timbulnya
BSE dikemukakan oleh para ahli. Di antaranya teori tentang adanya perubahan pola pakan
sapi dengan menggunakan tepung daging dan tulang (meat and bone meal / MBM) yang
terkontaminasi oleh agen penyebab scrapie (protein penyebab penyakit sapi gila) pada
domba dan kambing). Penyakit sapi gila ini selalu dimasukkan ke dalam penyakit Creutzfeld-
Jakob (CJ), karena penyakit ini mirip dengan gejala penyakit yang ditimbulkan sapi gila.
Hanya saja penyakit CJ terutama menyerang pada lansia sedangkan penyakit sapi gila terjadi
pada umur relatif muda. Berdasarkan hal tersebut maka penyakit sapi gila disebut sebagai
varian baru penyakit CJ (new variant CJ). Akibat penyakit sapi gila, pada otak terjadi
perlubangan pada jaringan otak atau disebut spongious (berlubang seperti busa).
Dunia kesehatan selalu dihadapkan pada fenomena baru setiap kali ilmu pengetahuan dan
teknologi berhasil mengungkapkan sesuatu yang baru. Biokimia tidak dikenal mutasi
DNA.Prion protein (PrP) atau biasa disebut prion adalah sejenis protein yang diperoleh dari
jaringan otak binatang yang terkena penyakit radang otak yang tidak diketahui sebabnya yang
disebut bovine spongiform encephalopathy. Prion bukan benda hidup yang lengkap layaknya
bakteri, virus ataupun protozoa. Prion dapat dibedakan dari virus atau viroid karena tidak
memiliki asam nukleat dan oleh karenanya dia tahan terhadap semua prosedur yang bertujuan
mengubah atau menghidrolisa asam nukleat termasuk ensim protease ,sinar ultraviolet,
radiasi dan berbagai zat kimia seperti deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein
memiliki kemampuan memperbanyak diri melalui mekanisme yang hingga saat ini belum
diketahui. Prion sampai sekarang dianggap sebagai benda yang bertanggung jawab terhadap
kejadian ensefalopati pada penyakit sapi gila (BSE), Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD) ,
timbul pada keluarga tertentu . Semuanya memiliki gejala yang sama yaitu jaringan otaknya
mengalami degenerasi menjadi benda yang berlubang ? lubang kecil seperti layaknya karet
busa atau spons dan oleh karena itu disebut sebagai spongiform encephalopathy, keadaan itu
sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh/kelumpuhan yang terjadi yang semakin
diketahui pula bahwa pada binatang yang terinfeksi maupun pada percobaan inokulasi prion
maka akan terjadi penumpukan prion pada jaringan otak . Prion diduga menyebar melalui dan
di dalam jaringan saraf . Kesenjangan pengetahuan tentang biologi molekuler prion dan
patogenesis penyakit yang disebabkannya, sampai sekarang masih besar dan secara intensif
Creutzfeldt-Jakob Disease dan varian CJD, gejala CJD diawali perlahan-lahan dengan
munculnya kebingungan, kemudian timbul kepikunan yang progresif , lalu timbul kesulitan
berjalan.serta gemetaran . Selanjutnya penyakit menyerang dengan cepat dan kematian
biasanya terjadi dalam 3 ? 12 bulan, dengan rata-rata 7 bulan.Penyakit CJD telah dilaporkan
oleh berbagai negara di dunia, antara lain Amerika Serikat, Chili, Slovakia dan Israel. Tetapi
pada pertengahan tahun 1999 telah dilaporkan lebih dari 40 kasus mirip CJD yang dikenal
sebagai variant Creutzfeldt-Jakob Disease (vCJD) dan hampir semua kasus berasal dari
Inggris , negara dimana dalam 10 tahun sebelumnya terjadi wabah BSE yang menimpa ribuan
mengkonsumsi daging sapi yang terkena infeksi prion menyebabkan dilakukannya penelitian
epidemiologi secara besar-besaran . Hasil penelitian sampai saat ini menyatakan bahwa
varian baru CJD mungkin memang ada. Penyakit itu yang dikenal cebagai vCJD , dilaporkan
muncul di Inggris dan beberapa negara Eropa. Akan tetapi sebenarnya CJD dan vCJD adalah
dua hal yang berbeda, karena tidak seperti CJD yang menyerang orang-orang usia lanjut (60 ?
80 tahun, dan lebih dari 99% menyerang umur lebih dari 35 tahun) , vCJD menyerang anak
muda (20-30 tahun), di samping itu hasil pemeriksaan elektroensefalografipun berbeda, dan
perjalanan penyakit vCJD lebih panjang daripada CJD. Varian CJD berlangsung 12 ? 15
bulan sedangkan CJD hanya 3 ? 6 bulan. Dalam eksperimen pada otak tikus, ternyata otak
sapi yang sakit dapat menularkan penyakit spongiform encephalopathy yang sama pada tikus.
Meskipun demikian belum tentu BSE merupakan penyebab vCJD. Karena meskipun penyakit
itu serupa namun banyak perbedaan yang jelas yang mendukung bahwa mungkin vCJD
hanyalah suatu varian dari CJD yang ditemukan setelah dilakukan penelitian epidemiologi
dapat menimbulkan penyakit sapi gila yang disebut dengan Bovine Spongiform
Encephalopathy(BSE). Prion dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak hewan yang
terinfeksi. Jaringan otak dapat mengalami degenerasi karakteristik menjadi bentuk yang
berpori-pori menyerupai sponge. Pada jaringan otak juga ditemukan bentukan menyerupai
benang-benang (fibril) (Handoyo, 2007). Sapi yang terinfeksi prion ini dapat diketahui pada
sapi yang berusia antara tiga sampai lima tahun.Penyakit ini dapat menular dari hewan ke
hewan lain maupun dari hewan ke manusia, mekanisme penularannya adalah sebagai berikut:
1. Dari hewan ke hewan, dapat ditularkan sebagian besar karena pemberian pakan
ternakdari daging atau tulang yang telah terinfeksi oleh penyakit sapi gila melalui
pakan, juga dapat melalui peralatan kandang, kendaraan pengangkut maupun alat
penggiling makanan. Selain itu penyebaran penyakit ini juga dapat ditularkan dari
2. Hewan ke manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan (sapi) sakit BSE,
material medis & produk hewan seperti: enzim, kapsul, vaksin yang menggunakan
3. Manusia ke manusia, dapat terjadi melalui donor darah. Penggunaan peralatan medis
yang terkontaminasi prion juga dapat dijadikan penyebab, misalnya melalui operasi
Menurut Handoyo salah satu hipotesis (dugaan) mengenai bagaimana mekanisme prion
1. Pada setiap DNA sel individu normal terdapat gen yang disebut PrP (for Prion
Protein). Gen tersebut terletak pada kromosom nomor 20 pada manusia. Pada manusia
normal, PrP disebut PrPc (c= seluler). PrP abnormal disebut PrPsc ditemukan pada
2. Injeksi gen abnormal pada hewan eksperimen normal dapat menyebabkan penyakit
sapi gila.
3. Ketika gen abnormal mengalami kontak dengan gen normal, maka gen PrP normal
4. Selanjutnya molekul yang mengandung gen abnormal yang baru tadi akan menyerang
molekul lain yang memiliki gen PrP normal. Akibatnya semua molekul DNA menjadi
yaitu jaringan otak manusia maupun hewan yang terinfeksi mengalami degenerasi
menjadi benda yang berlubang-lubang kecil seperti spons dan oleh karena itu disebut
spongiform encephalopathy, keadaan itu sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh
atau kelumpuhan yang terjadi yang semakin lama semakin parah yang akhirnya menimbulkan
kematian.
Penyakit ini memiliki karakteristik dengan masa inkubasi yang panjang hingga beberapa
tahun, Inkubasi BSE pada sapi berlangsung antara tiga tahun hingga delapan tahun,
sedangkan pada manusia masa inkubasinya belum diketahui, tetapi diperkirakan sekitar 5
tahun hingga 20 tahun. Selama masa inkubasi tidak ada tanda-tanda penyakit yang
4.Pengendalian infeksi
Prion dikenal menyebabkan penyakit pada binatang yaitu penyakit sapi gila, scrapie pada
domba dan kambing, serta ensefalopati yang ditularkan pada minks, dan pada kijang Empat
Kuru dan fatal familial insomnia. Seperti telah dibicarakan dimuka, pada tahun 1999 suatu
varian baru CJD (vCJD) muncul dan dikaitkan keberadaannya dengan penyakit sapi gila.
Meskipun demikian sampai sekarang belum ada bukti yang terdokumentasi bahwa infeksi
prion pada manusia terjadi akibat penularan prion dari binatang. Sampai sekarang hanya
kepustakaan, penularan CJD dari manusia ke manusia dapat terjadi pada penggunaan alat
yang tidak steril dari prion, misalnya pernah dilaporkan pada operasi transplantasi kornea
penelitian di laboratorium, jaringan otak, cairan otak dan sumsum tulang belakang yang
mengandung prion akan terus menularkan penyakit tersebut apabila diberikan kepada primata
dan hewan lainnya.Penularan prion yang terkait CJD sampai sekarang masih sulit
dikontrol melalui sterilisasi karena sifatnya yang tahan terhadap cara-cara sterilisasi biasa
termasuk merebus dalam air sampai mendidih, memberikan radiasi ultraviolet, radiasi
Penyakit sapi gila ini menampakkan gejala kegilaan, yaitu kehilangan koordinasi,
depresi, ketakutan, terlalu peka, tremor, agresif, gerakannya tidak terarah, gelisah, dan gejala
psikis lainnya. Selain itu, produksi susunya juga menurun. Gejala itu muncul karena ada
kerusakan otak yang terjadi secara perlahan-lahan, di mana akhirnya otak sapi tersebut
berbentuk seperti spons. Makanya, dalam Bahasa Latin penyakit itu disebut bovine
spongiformence phalopathy (BSE). Setelah itu, selama dua minggu hingga enam bulan sapi
akan mati.
Penyakit sapi gila dikategorikan dalam daftar B yaitu kategori penyakit menular pada
dalam perdagangan hewan dunia. Selain daftar B, ada juga daftar A yaitu penyakit menular
pada hewan yang memiliki kemampuan menular sangat cepat dan berbahaya. Contohnya
170.000 kasus. Kejadian sporadis terjadi juga di beberapa negara Eropa. Hingga saat ini
sejumlah kasus sapi gila masih teridentifikasi di sejumlah negara Eropa. Dari tahun 1989
hingga 2000 telah terjadi 1.642 kasus sapi gila di sejumlah negara, seperti Belgia, Perancis,
Italia, Portugal, dan Spanyol. Merujuk data Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, tidak pernah
dilaporkan kejadian penyakit sapi gila di Indonesia. Penyakit penyakit yang umumnya
bovine brucellosis, dan malignant catarrhal fever. Di negara-negara tetangga Indonesia yang
berdekatan secara geografis seperti Malaysia atau Brunei Darussalam, juga belum pernah
Penularan yang paling banyak terjadi-melalui makanan sapi yang terbuat dari cacahan
daging sapi atau tulang yang terinfeksi penyakit sapi gila atau dari bangkai hewan.
Penyebaran penyakit ini cukup dengan sedikit saja bahan yang terkontaminasi. Sisa sedikit
saja dari daging dan tulang yang tertinggal di mesin pencampur pakan ternak atau kendaraan
Jalan terbaik untuk memutuskan penyebaran penyakit ini tidak bisa lain kecuali
melarang sepenuhnya penjualan produk dari ternak yang terjangkit sapi gila. Dilaporkan pula
kejadian penularan melalui induk sapi kepada anaknya, walaupun belum diketahui dengan
pasti mekanisme biologisnya. Yang pasti, belum dilaporkan penularan melalui kontak
Penyakit sapi gila ditularkan kepada manusia melalui konsumsi daging sapi yang
terinfeksi, atau berkontak dengan sapi-sapi yang terjangkit penyakit sapi gila. Penyakit sapi
gila ini, menyerang jaringan saraf otak manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob
Disease (CJD) dan bersifat degeneratif. Manusia yang terkena penyakit CJD akan kehilangan
kekuatannya, pertumbuhan badannya praktis terhenti. Penyakit ini, cepat atau lambat
merambat ke otak kemudian membuat otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons
atau busa kursi yang bolong-bolong. Jika ini terjadi, maka tidak ada kekuatan yang bisa
Pada tahun 1998 ilmuwan juga menemukan bahwa agen penyakit itu tidak hanya
berada di otak, tetapi juga di darah. Penyakit ini hingga sekarang belum ada vaksinnya, dan
dilaporkan telah membunuh 92 orang (Departemen Pertanian AS/USDA), tetapi ada juga
yang melaporkan hingga 129 (World Health Organization/WHO) dan 137 orang. Penularan
BSE kepada manusia terjadi melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi yang kemudian
menyerang jaringan syaraf manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (vCJD)
[ penurunan fungsi otak yang menyebabkan demensia dan yang paling parah] . Manusia yang
Penyakit ini cepat atau lambat akan merambat ke otak kemudian membuat otak manusia tidak
lagi utuh, berubah seperti spons atau busa kursi yang bolong-bolong.Telah terinfeksi
dengan penyakit ini akan memperlihatkan gejala klinis awal berupa sakit kepala,
ketidakseimbangan refleks berjalan, gangguan penglihatan (mata kabur), dan vertigo. [sering
juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang
merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang
tersebut sedang tidak bergerak ]. Juga gangguan mental berupa hilang ingatan dan perubahan
mood (bisa menjadi kalem, marah atau romantis). Gejala ini muncul berkisar dua tahun
sampai sepuluh tahun setelah seseorang mengkonsumsi daging sapi gila. Dalam tahap lanjut
gejala tersebut berkembang menjadi tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara.
Sayangnya, sampai sekarang belum ditemukan obat maupun vaksin yang mampu mencegah
penyakit tersebut. Selain menular dari hewan ke manusia, mad cow bisa juga menular dari
manusia ke manusia bila orang sehat mendapatkan transplantasi organ dari orang yang
mengalami BSE. Sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan adanya kasus BSE baik pada
sapi maupun pada manusia. Namun demikian penyakit ini harus tetap diwaspadai karena ada
BSE tidak disebabkan oleh bakteri atau virus. Hal ini disebabkan oleh prion, protein yang
tangguh tahan terhadap kebanyakan bentuk desinfeksi. Karena mereka memiliki komposisi
yang tidak biasa (mereka berkembang ke dalam pola, yang tidak biasa), mereka sangat kuat
dan karena itu tidak mudah dihancurkan. Prion masih memiliki beberapa infektivitas bahkan
setelah terkena satu jam penuh panas kering pada suhu 680 derajat dan mereka tidak hancur
dengan pembekuan, pengeringan, atau radiasi pengion.Prion dapat datang ke dalam kontak
dengan protein otak yang normal dan dapat memengaruhi mereka untuk mengambil tiga
bentuk dimensi protein prion, menghasilkan reaksi berantai dari semua protein tetangga.
Protein yang telah berubah ini mengakibatkan penyakit fatal yang semakin tidak memiliki
perawatan yang dikenal.Gejala penyakit itu adalah perubahan dalam kebiasaan makan dan
tidur, maka kesulitan dalam berkonsentrasi dan kehilangan memori. Itu kemudian berlanjut
otot dan kejang. Akhirnya, pasien menjadi tidak mampu untuk merawat diri, dan berikutnya
kematian.Telah ditemukan dari populasi siswa kanibalisme di New Guinea yang terkait
penyakit prion menular dari satu manusia ke manusia yang lain. Kelompok orang yang
dengan ritual kanibalisme tertentu memerintahkan anak-anak makan otak orang tua mereka
yang telah meninggal. Banyak anak-anak ini dinyatakan terkena kuru, penyakit yang mirip
terkontaminasi juga menyebarkan CJD karena prion sulit untuk dibunuh. Produk tubuh,
seperti mata dan jaringan otak dari mayat manusia, telah dikaitkan dengan transmisi
CJD.Sayangnya, saat ini tidak ada cara praktis untuk menentukan apakah sapi memiliki
infeksi prion sampai memasuki tahap akhir dari penyakit, karena masa inkubasi yang panjang
BSE yang khas. Hal ini juga disayangkan bahwa sapi mungkin memiliki BSE bahkan jika
perubahan spongiform-tanda otak tidak ditemukan pada otopsi. Ini berarti bahwa perkiraan
penyakit di kedua sapi (dan manusia) dapat terlalu diremehkan karena prion penyakit seperti
CJD dan BSE memiliki periode-up seperti inkubasi yang panjang hingga 30 tahun dengan
8. Pengobatan
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, dan progresifitasnya tidak dapat diperlambat. Bisa
manusia yang terinfeksi atau menghindari makan jaringan hewan yang terinfeksi. Hasil studi
kristalografi dengan menggunakan sinar X ditemukan adanya dua struktur protein PrP yang
berbeda. Pada protein PrP normal (Gambar 5), semua struktur sekundernya adalah alpha-
heliks, sedangkan pada PrP yang menyebabkan penyakit, terdapat perubahan struktur pada
daerah tertentu -sheet(Gambar 6). Dari hasil studi inib-heliks menjadi adari -heliks menjadi
desease agent. Protein yang menyebabkan penyakit sapi gila ini kemudian dinamai Scrapie
PrP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sekali scrapie PrP terbentuk ia akan menginduksi
perubahan struktur dari protein PrP normal untuk menjadi Scrapie PrP
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit sapi gila merupakan salah satu penyakit yang menyerang syaraf pusat pada sapi
yang berupa degenerasi sel sel syaraf sapi dewasa hingga jaringan otak mengalami perubahan
mirip spons. Penyakit sapi gila ini tidak ditularkan secara langsung oleh sapi kepada ternak
lainnya. penyebaran penyakit ini dengan cara sapi memakan atau mengkonsumsi bahan pakan
yang mengandung bibit penyakit / prion. Yaitu suatu molekul protein tubuh yang telah
bentuk ketakutan ataupun nampak agresif, hilangnya koordinasi, tidak mampu untuk bangun,
dan akhirnya menyebabkan kematian hewan penderita penyakit sapi gila.Penyakit ini bisa
2. Saran
Penulis menyadari,bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pojok-vet.com/peternakan/penyakit-sapi-gila.html
http://www.catatandokter.com/2012/05/penyakit-sapi-gila.html
http://sehat-enak.blogspot.com/2010/02/penyakit-creutzfeldt-jakob-sapi-gila.htm
lhttp://www.anneahira.com/sapi.htm
http://irapanussa.blogspot.com/2012/06/penyakit-sapi-gila-bse.html
http://amelia26290.wordpress.com/2010/11/23/bahaya-penyakit-sapi-gila/
http://www.deptan.go.id/daerah_new/banten/dispertanak_pandeglang/artikel_09.htm
http://www.suaramerdeka.com/harian/0401/05/ragam1.htm
http://katakana22.blogspot.com/2012/04/anthrax-penyakit-sapi-gila.html
http://tripavillage.blogspot.com/2013/05/mengenal-penyakit-sapi-gila-dan.html