Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sapi Gila

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tidak pernah sebelumnya dalam sejarah manusia memiliki daging konsumsi yang telah

terkontaminasi, terinfeksi, dan sakit seperti hari ini. Ada beberapa hal-hal serius yang

berhubungan dengan makan daging, terutama penyakit yang telah terbukti.

Penyakit jantung, salah satu penyakit pembunuh massal, yang sebagian besar terkait

dengan makanan yang kaya daging dan produk hewani lainnya. Ada banyak penyakit lainnya

seperti kanker bahwa dalam banyak hal keberadaan mereka berkaitan erat dengan konsumsi

daging dan produk hewani lainnya. Seperti Thomas Moffett berkata, "Manusia menggali

kuburan mereka dengan gigi mereka sendiri dan oleh instrumen itu lebih banyak yang mati

daripada senjata musuh mereka.

Gelombang keterkejutan dialami dunia pada Rabu, 20 Maret, 1996 ketika sekelompok

ilmuwan bergengsi Inggris  mengungkapkan bahwa penyakit sapi gila itu sedang menular

kepada  manusia. Industri daging Inggris  berhenti total, rakyat Inggris menjadi vegetarian

dan Uni Eropa melarang daging sapi dari Inggris.

Sejak saat itu, otopsi ternak sekarat karena penyakit sapi gila mengungkapkan infeksi

sistem saraf yang makan lubang-lubang kecil di otak, yang kemudian benar-benar tampak

seperti spons. Penampilan ini memberikan nama bagi penyakit ini , Bovine Spongiform

Encephalopathy, atau BSE, lebih dikenal sebagai penyakit sapi gila.

Terinfeksi, sapi yang sebelumnya jinak, mengembangkan kerusakan mental dan kelainan

perilaku, menjadi mudah tersinggung, gugup, atau agresif, terjadi penurunan berat badan dan

mengembangkan masalah koordinasi parah sebelum mereka mati. Hal ini tentu saja, telah

menjadi tragedi yang mengerikan untuk populasi ternak, dan juga takut karena BSE dapat
ditularkan dari satu makhluk hidup kepada mahluk hidup yang lain. Sekitar 20 spesies hewan

telah didokumentasikan memiliki gejala dengan penyakit yang menyerupai BSE. Hewan ini

termasuk cerpelai, kucing, domba, rusa bagal, monyet, babi, tikus, kambing, rusa, burung

unta, cheetah, puma, dan ocelots.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu

Pengertian sapi gila, penyebab dan gejala penyakit sapi gila,penularan penyakit kepada sapi

lain dan manusia dan pengendalian infeksi penyakit dan pengobatan.

BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Sapi Gila

Penyakit sapi gila (Bovine Spongiform encephalopathy/BSE) adalah penyakit yang

disebabkan oleh bahan infeksius yang baru dikenal dan disebut prion. BSE menyerang sapi

dan tanda-tanda BSE itulah yang baru-baru ini ditemukan pada seekor sapi di Washington,

Amerika Serikat sehingga menyebabkan kepanikan di seluruh dunia.Mengapa kepanikan itu

muncul ? Karena Amerika Serikat adalah produsen besar daging sapi dan turunannya dan

diduga prion yang menyebabkan BSE , dapat menular kepada manusia dan menyebabkan

penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut Subacute Spongiform Encephalopathy (SSE).
Penyakit sapi gila / mad cow atau dalam dunia kedokteran hewan dikenal sebagai bovine

spongiform encephalopathy (BSE) adalah penyakit yang menyerang otak dan bersifat fatal

(fatal neurological disease). Kalau selama ini secara umum dikenal agen-agen penyakit yang

infeksius diklasifikasikan dalam kelompok virus, bakteri, parasit, dan cendawan, maka agen

penyebab BSE adalah suatu jenis agen penyakit lain yang selama ini belum dikenal yang

disebut Prion (Proteinaceous infectious).

BSE telah diketahui pertama kali tahun 1986 di Inggris. BSE merupakan penyakit hewan

yang dapat ditularkan kepada manusia (zoonosis) melalui konsumsi produk asal hewan yang

mengidap BSE. BSE merupakan salah satu penyakit yang disebabkan prion dan tergolong

dalam kelompok penyakit transmissible spongiform encephalopathy (TSE). Pada manusia

dikenal beberapa penyakit yang disebabkan oleh prion, yaitu penyakit kuru, CJD (Creutzfeld

Jakob Disesase), vCJD (Variant Creutzfeld Jakob Disesase), Gerstmann-Staussler-Sheinker

Disease (GSS), dan FFI (Fatal Familial Insomnia). Beberapa teori tentang asal timbulnya

BSE dikemukakan oleh para ahli. Di antaranya teori tentang adanya perubahan pola pakan

sapi dengan menggunakan tepung daging dan tulang (meat and bone meal / MBM) yang

terkontaminasi oleh agen penyebab scrapie (protein penyebab penyakit sapi gila) pada

domba dan kambing). Penyakit sapi gila ini selalu dimasukkan ke dalam penyakit Creutzfeld-

Jakob (CJ), karena penyakit ini mirip dengan gejala penyakit yang ditimbulkan sapi gila.

Hanya saja penyakit CJ terutama menyerang pada lansia sedangkan penyakit sapi gila terjadi

pada umur relatif muda. Berdasarkan hal tersebut maka penyakit sapi gila disebut sebagai

varian baru penyakit CJ (new variant CJ). Akibat penyakit sapi gila, pada otak terjadi

perlubangan pada jaringan otak atau disebut spongious (berlubang seperti busa).

2.Penyebab penyakit sapi gila

Dunia kesehatan selalu dihadapkan pada fenomena baru setiap kali ilmu pengetahuan dan

teknologi berhasil mengungkapkan sesuatu yang baru. Biokimia tidak dikenal mutasi
DNA.Prion protein (PrP) atau biasa disebut prion adalah sejenis protein yang diperoleh dari

jaringan otak binatang yang terkena penyakit radang otak yang tidak diketahui sebabnya yang

disebut bovine spongiform encephalopathy. Prion bukan benda hidup yang lengkap layaknya

bakteri, virus ataupun protozoa. Prion dapat dibedakan dari virus atau viroid karena tidak

memiliki asam nukleat dan oleh karenanya dia tahan terhadap semua prosedur yang bertujuan

mengubah atau menghidrolisa asam nukleat termasuk ensim protease ,sinar ultraviolet,

radiasi dan berbagai zat kimia seperti deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein

seperti obat disinfektan atau pemanasan/perebusan. Namun yang mengherankan prion

memiliki kemampuan memperbanyak diri melalui mekanisme yang hingga saat ini belum

diketahui. Prion sampai sekarang dianggap sebagai benda yang bertanggung jawab terhadap

kejadian ensefalopati pada penyakit sapi gila (BSE), Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD) ,

Gerstmann-Straussler Syndrome dan penyakit Kuru sejenis penyakit kelumpuhan yang

timbul pada keluarga tertentu . Semuanya memiliki gejala yang sama yaitu jaringan otaknya

mengalami degenerasi menjadi benda yang berlubang ? lubang kecil seperti layaknya karet

busa atau spons dan oleh karena itu disebut sebagai spongiform encephalopathy, keadaan itu

sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh/kelumpuhan yang terjadi yang semakin

lama semakin berat dan

akhirnya menimbulkan kematian.Sebenarnya, struktur gene Prion telah ditemukan , dan

diketahui pula bahwa pada binatang yang terinfeksi maupun pada percobaan inokulasi prion

maka akan terjadi penumpukan prion pada jaringan otak . Prion diduga menyebar melalui dan

di dalam jaringan saraf . Kesenjangan pengetahuan tentang biologi molekuler prion dan

patogenesis penyakit yang disebabkannya, sampai sekarang masih besar dan secara intensif

sedang dilakukan penelitian untuk memperkecil kesejangan itu .

Creutzfeldt-Jakob Disease dan varian CJD, gejala CJD diawali perlahan-lahan dengan

munculnya kebingungan, kemudian timbul kepikunan yang progresif , lalu timbul kesulitan
berjalan.serta gemetaran . Selanjutnya penyakit menyerang dengan cepat dan kematian

biasanya terjadi dalam 3 ? 12 bulan, dengan rata-rata 7 bulan.Penyakit CJD telah dilaporkan

oleh berbagai negara di dunia, antara lain Amerika Serikat, Chili, Slovakia dan Israel. Tetapi

pada pertengahan tahun 1999 telah dilaporkan lebih dari 40 kasus mirip CJD yang dikenal

sebagai variant Creutzfeldt-Jakob Disease (vCJD) dan hampir semua kasus berasal dari

Inggris , negara dimana dalam 10 tahun sebelumnya terjadi wabah BSE yang menimpa ribuan

sapi. Keprihatinan yang timbul disebabkan kemungkinan penularan CJD karena

mengkonsumsi daging sapi yang terkena infeksi prion menyebabkan dilakukannya penelitian

epidemiologi secara besar-besaran . Hasil penelitian sampai saat ini menyatakan bahwa

varian baru CJD mungkin memang ada. Penyakit itu yang dikenal cebagai vCJD , dilaporkan

muncul di Inggris dan beberapa negara Eropa. Akan tetapi sebenarnya CJD dan vCJD adalah

dua hal yang berbeda, karena tidak seperti CJD yang menyerang orang-orang usia lanjut (60 ?

80 tahun, dan lebih dari 99% menyerang umur lebih dari 35 tahun) , vCJD menyerang anak

muda (20-30 tahun), di samping itu hasil pemeriksaan elektroensefalografipun berbeda, dan

perjalanan penyakit vCJD lebih panjang daripada CJD. Varian CJD berlangsung 12 ? 15

bulan sedangkan CJD hanya 3 ? 6 bulan. Dalam eksperimen pada otak tikus, ternyata otak

sapi yang sakit dapat menularkan penyakit spongiform encephalopathy yang sama pada tikus.

Meskipun demikian belum tentu BSE merupakan penyebab vCJD. Karena meskipun penyakit

itu serupa namun banyak perbedaan yang jelas yang mendukung bahwa mungkin vCJD

hanyalah suatu varian dari CJD yang ditemukan setelah dilakukan penelitian epidemiologi

besar-besaran sehubungan dengan dugaan kemungkinan BSE sebagai penyebab CJD.Prion

dapat menimbulkan penyakit sapi gila yang disebut dengan Bovine Spongiform

Encephalopathy(BSE). Prion dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak hewan yang

terinfeksi. Jaringan otak dapat mengalami degenerasi karakteristik menjadi bentuk yang

berpori-pori menyerupai sponge. Pada jaringan otak juga ditemukan bentukan menyerupai
benang-benang (fibril) (Handoyo, 2007). Sapi yang terinfeksi prion ini dapat diketahui pada

sapi yang berusia antara tiga sampai lima tahun.Penyakit ini dapat menular dari hewan ke

hewan lain maupun dari hewan ke manusia, mekanisme penularannya adalah sebagai berikut:

1. Dari hewan ke hewan, dapat ditularkan sebagian besar karena pemberian pakan

ternakdari daging atau tulang yang telah terinfeksi oleh penyakit sapi gila melalui

pakan, juga dapat melalui peralatan kandang, kendaraan pengangkut maupun alat

penggiling makanan. Selain itu penyebaran penyakit ini juga dapat ditularkan dari

induk yang bunting kepada anaknya (Wawunx, 2008).

2. Hewan ke manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan (sapi) sakit BSE,

material medis & produk hewan seperti: enzim, kapsul, vaksin yang menggunakan

biakan sel otak yang berasal dari hewan sakit.

3. Manusia ke manusia, dapat terjadi melalui donor darah. Penggunaan peralatan medis

yang terkontaminasi prion juga dapat dijadikan penyebab, misalnya melalui operasi

transplantasi kornea mata dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik

elektroensefalografi operasi otak.

Menurut Handoyo salah satu hipotesis (dugaan) mengenai bagaimana mekanisme prion

dapat menular pada manusia adalah sebagai berikut:

1. Pada setiap DNA sel individu normal terdapat gen yang disebut PrP (for Prion

Protein). Gen tersebut terletak pada kromosom nomor 20 pada manusia. Pada manusia

normal, PrP disebut PrPc (c= seluler). PrP abnormal disebut PrPsc ditemukan pada

hewan yang terkena sindrom sapi gila.

2. Injeksi gen abnormal pada hewan eksperimen normal dapat menyebabkan penyakit

sapi gila.
3. Ketika gen abnormal mengalami kontak dengan gen normal, maka gen PrP normal

akan berubah menjadi gen abnormal.

4. Selanjutnya molekul yang mengandung gen abnormal yang baru tadi akan menyerang

molekul lain yang memiliki gen PrP normal. Akibatnya semua molekul DNA menjadi

memiliki PrP abnormal dan terkena penyakit sapi gila tadi.

3. Gejala penyakit sapi gila

yaitu jaringan otak manusia maupun hewan yang terinfeksi mengalami degenerasi

menjadi benda yang berlubang-lubang kecil seperti spons dan oleh karena itu disebut

spongiform encephalopathy, keadaan itu sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh

atau kelumpuhan yang terjadi yang semakin lama semakin parah yang akhirnya menimbulkan

kematian.

Penyakit ini memiliki karakteristik dengan masa inkubasi yang panjang hingga beberapa

tahun, Inkubasi BSE pada sapi berlangsung antara tiga tahun hingga delapan tahun,

sedangkan pada manusia masa inkubasinya belum diketahui, tetapi diperkirakan sekitar 5

tahun hingga 20 tahun. Selama masa inkubasi tidak ada tanda-tanda penyakit yang

kasatmata.Gejala atau tanda penyakit sapi gila :kejang,halusinasi,cacat jantung,paralisis

pernafasan,infeksi,kesulitan menelan,menyentak (tiba-

tiba),kecemasan,depresi,lemah,kehilangan ingatan dan gangguan tidur.

4.Pengendalian infeksi

Prion dikenal menyebabkan penyakit pada binatang yaitu penyakit sapi gila, scrapie pada

domba dan kambing, serta ensefalopati yang ditularkan pada minks, dan pada kijang Empat

prion diketahui menyebabkan penyakit neurodegeneratif yang ditularkan.(transmissible neuro

degenerative disease) pada manusia yaitu CJD , Gertsmann-Scheinker Syndrome, penyakit

Kuru dan fatal familial insomnia. Seperti telah dibicarakan dimuka, pada tahun 1999 suatu

varian baru CJD (vCJD) muncul dan dikaitkan keberadaannya dengan penyakit sapi gila.
Meskipun demikian sampai sekarang belum ada bukti yang terdokumentasi bahwa infeksi

prion pada manusia terjadi akibat penularan prion dari binatang. Sampai sekarang hanya

manusia yang diyakini sebagai reservoir Creutzfeldt-Jakob Disease. Dalam catatan

kepustakaan, penularan CJD dari manusia ke manusia dapat terjadi pada penggunaan alat

yang tidak steril dari prion, misalnya pernah dilaporkan pada operasi transplantasi kornea

mata, dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik elektroensefalografi . Di dalam

penelitian di laboratorium, jaringan otak, cairan otak dan sumsum tulang belakang yang

mengandung prion akan terus menularkan penyakit tersebut apabila diberikan kepada primata

dan hewan lainnya.Penularan prion yang terkait CJD sampai sekarang masih sulit

dikontrol melalui sterilisasi karena sifatnya yang tahan terhadap cara-cara sterilisasi biasa

termasuk merebus dalam air sampai mendidih, memberikan radiasi ultraviolet, radiasi

pengion, alkohol 70%, dan formalin 10%.

Penyakit sapi gila ini menampakkan gejala kegilaan, yaitu kehilangan koordinasi,

depresi, ketakutan, terlalu peka, tremor, agresif, gerakannya tidak terarah, gelisah, dan gejala

psikis lainnya. Selain itu, produksi susunya juga menurun. Gejala itu muncul karena ada

kerusakan otak yang terjadi secara perlahan-lahan, di mana akhirnya otak sapi tersebut

berbentuk seperti spons. Makanya, dalam Bahasa Latin penyakit itu disebut bovine

spongiformence phalopathy (BSE). Setelah itu, selama dua minggu hingga enam bulan sapi

akan mati.

Penyakit sapi gila dikategorikan dalam daftar B yaitu kategori penyakit menular pada

hewan yang memiliki kepentingan sosio-ekonomis atau kesehatan masyarakat,terutama

dalam perdagangan hewan dunia. Selain daftar B, ada juga daftar A yaitu penyakit menular

pada hewan yang memiliki kemampuan menular sangat cepat dan berbahaya. Contohnya

adalah Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang sapi.


Penyakit sapi gila pertama kali diidentifikasi di Inggris pada November 1986 sebanyak

170.000 kasus. Kejadian sporadis terjadi juga di beberapa negara Eropa. Hingga saat ini

sejumlah kasus sapi gila masih teridentifikasi di sejumlah negara Eropa. Dari tahun 1989

hingga 2000 telah terjadi 1.642 kasus sapi gila di sejumlah negara, seperti Belgia, Perancis,

Italia, Portugal, dan Spanyol. Merujuk data Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, tidak pernah

dilaporkan kejadian penyakit sapi gila di Indonesia. Penyakit penyakit yang umumnya

menyerang sapi di Indonesia tercatat adalah haemorragic septicaemia, bovine anaplasmosis,

bovine brucellosis, dan malignant catarrhal fever. Di negara-negara tetangga Indonesia yang

berdekatan secara geografis seperti Malaysia atau Brunei Darussalam, juga belum pernah

dilaporkan adanya penyakit sapi gila.

5. Penularan penyakit sapi gila

Penularan yang paling banyak terjadi-melalui makanan sapi yang terbuat dari cacahan

daging sapi atau tulang yang terinfeksi penyakit sapi gila atau dari bangkai hewan.

Penyebaran penyakit ini cukup dengan sedikit saja bahan yang terkontaminasi. Sisa sedikit

saja dari daging dan tulang yang tertinggal di mesin pencampur pakan ternak atau kendaraan

pengangkut sudah akan menyebabkan persoalan besar.

Jalan terbaik untuk memutuskan penyebaran penyakit ini tidak bisa lain kecuali

melarang sepenuhnya penjualan produk dari ternak yang terjangkit sapi gila. Dilaporkan pula

kejadian penularan melalui induk sapi kepada anaknya, walaupun belum diketahui dengan

pasti mekanisme biologisnya. Yang pasti, belum dilaporkan penularan melalui kontak

langsung secara horizontal antara satu sapi dengan sapi lainnya.

6.Penularan penyakit kepada manusia

Penyakit sapi gila ditularkan kepada manusia melalui konsumsi daging sapi yang

terinfeksi, atau berkontak dengan sapi-sapi yang terjangkit penyakit sapi gila. Penyakit sapi

gila ini, menyerang jaringan saraf otak manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob
Disease (CJD) dan bersifat degeneratif. Manusia yang terkena penyakit CJD akan kehilangan

kekuatannya, pertumbuhan badannya praktis terhenti. Penyakit ini, cepat atau lambat

merambat ke otak kemudian membuat otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons

atau busa kursi yang bolong-bolong. Jika ini terjadi, maka tidak ada kekuatan yang bisa

menahan kecuali mukjizat Tuhan.

 Pada tahun 1998 ilmuwan juga menemukan bahwa agen penyakit itu tidak hanya

berada di otak, tetapi juga di darah. Penyakit ini hingga sekarang belum ada vaksinnya, dan

dilaporkan telah membunuh 92 orang (Departemen Pertanian AS/USDA), tetapi ada juga

yang melaporkan hingga 129 (World Health Organization/WHO) dan 137 orang. Penularan

BSE kepada manusia terjadi melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi yang kemudian

menyerang jaringan syaraf manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (vCJD)

[ penurunan fungsi otak yang menyebabkan demensia dan yang paling parah] . Manusia yang

terkena vCJD akan kehilangan kekuatannya, pertumbuhan badannya praktis terhenti.

Penyakit ini cepat atau lambat akan merambat ke otak kemudian membuat otak manusia tidak

lagi utuh, berubah seperti spons atau busa kursi yang bolong-bolong.Telah terinfeksi

dengan penyakit ini akan memperlihatkan gejala klinis awal berupa sakit kepala,

ketidakseimbangan refleks berjalan, gangguan penglihatan (mata kabur), dan vertigo. [sering

juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang

merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang

tersebut sedang tidak bergerak ]. Juga gangguan mental berupa hilang ingatan dan perubahan

mood (bisa menjadi kalem, marah atau romantis). Gejala ini muncul berkisar dua tahun

sampai sepuluh tahun setelah seseorang mengkonsumsi daging sapi gila. Dalam tahap lanjut

gejala tersebut berkembang menjadi tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara.

Sayangnya, sampai sekarang belum ditemukan obat maupun vaksin yang mampu mencegah

penyakit tersebut. Selain menular dari hewan ke manusia, mad cow bisa juga menular dari
manusia ke manusia bila orang sehat mendapatkan transplantasi organ dari orang yang

mengalami BSE. Sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan adanya kasus BSE baik pada

sapi maupun pada manusia. Namun demikian penyakit ini harus tetap diwaspadai karena ada

kemungkinan akan masuk ke Indonesia melalui peredaran daging secara ilegal.

7. Penyebaran penyakit sapi gila

BSE tidak disebabkan oleh bakteri atau virus. Hal ini disebabkan oleh prion, protein yang

tangguh tahan terhadap kebanyakan bentuk desinfeksi. Karena mereka memiliki komposisi

yang tidak biasa (mereka berkembang ke dalam pola, yang tidak biasa), mereka sangat kuat

dan karena itu tidak mudah dihancurkan. Prion masih memiliki beberapa infektivitas bahkan

setelah terkena satu jam penuh panas kering pada suhu 680 derajat dan mereka tidak hancur

dengan pembekuan, pengeringan, atau radiasi pengion.Prion dapat datang ke dalam kontak

dengan protein otak yang normal dan dapat memengaruhi mereka untuk mengambil tiga

bentuk dimensi protein prion, menghasilkan reaksi berantai dari semua protein tetangga.

Protein yang telah berubah ini mengakibatkan penyakit fatal yang semakin tidak memiliki

perawatan yang dikenal.Gejala penyakit itu adalah perubahan dalam kebiasaan makan dan

tidur, maka kesulitan dalam berkonsentrasi dan kehilangan memori. Itu kemudian berlanjut

pada perubahan perilaku, kehilangan penglihatan, ketiadaan koordinasi, inkontinensia, kejang

otot dan kejang. Akhirnya, pasien menjadi tidak mampu untuk merawat diri, dan berikutnya

kematian.Telah ditemukan dari populasi siswa kanibalisme di New Guinea  yang terkait

penyakit prion  menular dari satu manusia ke manusia yang lain. Kelompok orang yang

dengan ritual kanibalisme tertentu memerintahkan anak-anak makan otak orang tua mereka

yang telah meninggal. Banyak anak-anak ini dinyatakan terkena kuru, penyakit yang mirip

dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD)-bentuk manusia dari BSE.Alat-alat medis yang

terkontaminasi juga menyebarkan CJD karena prion sulit untuk dibunuh. Produk tubuh,

seperti mata dan jaringan otak dari mayat manusia, telah dikaitkan dengan transmisi
CJD.Sayangnya, saat ini tidak ada cara praktis untuk menentukan apakah sapi memiliki

infeksi prion sampai memasuki tahap akhir dari penyakit, karena masa inkubasi yang panjang

BSE yang khas. Hal ini juga disayangkan bahwa sapi mungkin memiliki BSE bahkan jika

perubahan spongiform-tanda otak tidak ditemukan pada otopsi. Ini berarti bahwa perkiraan

penyakit di kedua sapi (dan manusia) dapat terlalu diremehkan karena prion penyakit seperti

CJD dan BSE memiliki periode-up seperti inkubasi yang panjang hingga 30 tahun dengan

CJD dan sampai enam atau delapan tahun untuk BSE

8. Pengobatan

Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, dan progresifitasnya tidak dapat diperlambat. Bisa

diberikan obat-obatan untuk mengendalikan perilaku yang agresif (misalnya obat

penenang, anti- psikosa).Pencegahan Menghindari pencangkokan jaringan

manusia yang terinfeksi atau menghindari makan jaringan hewan yang terinfeksi. Hasil studi

kristalografi dengan menggunakan sinar X ditemukan adanya dua struktur protein PrP yang

berbeda. Pada protein PrP normal (Gambar 5), semua struktur sekundernya adalah alpha-

heliks, sedangkan pada PrP yang menyebabkan penyakit, terdapat perubahan struktur pada

daerah tertentu -sheet(Gambar 6). Dari hasil studi inib-heliks menjadi adari -heliks menjadi

beta-sheet inilah yangamenyarankan bahwa perubahan menyebabkan protein ini menjadi

desease agent. Protein yang menyebabkan penyakit sapi gila ini kemudian dinamai Scrapie

PrP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sekali scrapie PrP terbentuk ia akan menginduksi

perubahan struktur dari protein PrP normal untuk menjadi Scrapie PrP

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Penyakit sapi gila merupakan salah satu penyakit yang menyerang syaraf pusat pada sapi

yang berupa degenerasi sel sel syaraf sapi dewasa hingga jaringan otak mengalami perubahan

mirip spons. Penyakit sapi gila ini tidak ditularkan secara langsung oleh sapi kepada ternak

lainnya. penyebaran penyakit ini dengan cara sapi memakan atau mengkonsumsi bahan pakan

yang mengandung bibit penyakit / prion. Yaitu suatu molekul protein tubuh yang telah

mengalami perubahan konfigurasinya, di tandai dengan perubahan perangai, bisa dalam

bentuk ketakutan ataupun nampak agresif, hilangnya koordinasi, tidak mampu untuk bangun,

dan akhirnya menyebabkan kematian hewan penderita penyakit sapi gila.Penyakit ini bisa

menular ke hewan lain dan juga manusia sendiri.

2. Saran

Untuk meningkatkan mutu dan relevansi,penyusunan makalah ini mempertimbangkan

pula berbagai kecendrungan baru dalam teori belajar,pendekatan belajar

pembelajaran,maupun kecendrungan global pendidikan.

Penulis menyadari,bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik

masukan dan sumbang saran pembaca sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pojok-vet.com/peternakan/penyakit-sapi-gila.html

http://www.catatandokter.com/2012/05/penyakit-sapi-gila.html
http://sehat-enak.blogspot.com/2010/02/penyakit-creutzfeldt-jakob-sapi-gila.htm
lhttp://www.anneahira.com/sapi.htm
http://irapanussa.blogspot.com/2012/06/penyakit-sapi-gila-bse.html
http://amelia26290.wordpress.com/2010/11/23/bahaya-penyakit-sapi-gila/
http://www.deptan.go.id/daerah_new/banten/dispertanak_pandeglang/artikel_09.htm
http://www.suaramerdeka.com/harian/0401/05/ragam1.htm
http://katakana22.blogspot.com/2012/04/anthrax-penyakit-sapi-gila.html
http://tripavillage.blogspot.com/2013/05/mengenal-penyakit-sapi-gila-dan.html

Anda mungkin juga menyukai