Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik kerja lapang di pandang perlu karena melihat pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktik Kerja Lapang (PKL)
akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara
teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan
dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang
sebenarnya. Praktik Kerja Lapang (PKL) ini juga merupakan salah satu
kurikulum wajib yang harus di tempuh mahasiswa dimana salah satu point
yang harus di jalani adalah praktik secara langsung pada sebuah instansi baik
itu instansi pemerintah maupun swasta. Maka dari itu adanya kegiatan Praktik
Kerja Lapang (PKL) ini diharapakan bisa mengetahui semua sistem pelayanan
dan manajemen peternakan karena sangat penting bagi mahasiswa untuk
menunjang pengetahuan dan pengalaman di lapangan sebelum terjun kedunia
usaha peternakan nantinya, dan kemudian dari pada itu mahasiswa dapat
mengetahui cara penanganan dan pengobatan ternak.
Penulis memilih praktek kerja lapang di Unit Penunjang Peternakan dan
Pusat Kesehatan Hewan (UP2PKH) di Kecamatan Palibelo Desa Teke
Kecamatan Palibelo kabupaten Bima karena penulis ingin mengetahui secara
langsung bagaimana terjadinya Distokia yang disebabkan karena terjadinya
kebesaran vetus (Monster vetus), sampai akhirnya melakukan tindakan berupa
penanganan beserta pengobatan sesuai berat badan ternak tersebut.
Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus,
yang mana dalam stadium pertama dan tsadium kedua dari partus itu
keluarnya fetus menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin
kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan
pertolongan manusia. pada umumnya kejadian distokia lebih sering terjadi
pada sapi perah dibanding sapi potong. Kelahiran adalah suatu proses yang
sangat rumit. Distokia dapat muncul apabila beberapa bagian dari proses
tersebut mengalami kegagalan atau menjadi tidak terkoordinasi.
Tujuan penulis mengambil judul laporan mengenai Penanganan
Distokia yang disebabkan karena terjadinya kebesaran vetus (Monster vetus)
di Unit Penunjang Peternakan dan Pusat Kesehatan Hewan (UP2PKH) di
Kecamatan Palibelo Desa Teke karena penulis ingin mengetahui bagaimana
prosedur pelayanan dan penanganan Distokia kedepannya.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapang


1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Distokia.
2. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Monster fetus
3. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
Distokia akibat Monster fetus.
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana penanganan terhadap kejadian
Distokia akibat Monster fetus.
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapang
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Distokia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Monster fetus.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
Distokia akibat Monster fetus.
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penanganan terhadap kejadian
Distokia akibat Monster fetus.
BAB II
PELAKSANA KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG
2.1 Gambaran Umum Lokasi PKL.
2.1.1 Lokasi dan Waktu PKL.
Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan Unit Penunjang
Peternakan dan Pusat Kesehatan Hewan (UP2PKH) di Kecamatan
Palibelo Desa Teke dan di laksanakan mulai pada Hari/tanggal hari
Senin, 25 Maret 2019 sampai Jum’at 21 Juni 2019. Unit Penunjang
Peternakan dan Pusat Kesehatan Hewan (UP2PKH) Kecematan Palibelo
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknik Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Daerah Kabupaten Bima berlokasi di Desa Teke
Kecematan Palibelo Kabupaten Bima dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
1. Batas sebelah utara :berbatasan dengan gunung dan ladang
warga
2. Batas sebelah barat :berbatasan dengan perumahan SDN Teke
3. Batas sebelah selatan :berbatasan dengan rumah warga
4. Batas sebelah timur :berbatasan dengan ladang hijauan

Gambar 1. Kantor Unit Penunjang Peternakan dan Pusat Kesehatan


Hewan (UP2PKH)
Unit Penunjang Peternakan dan Pusat Kesehatan Hewan (UP2PKH)
kecamatan Palibelo merupakan instansi pemerintahan yang bertugas menangani
masalah kesehetan ternak yang juga secara tidak langsung akan berdampak pada
kesehatan lingkungan dan manusia. Selain itu pusat kesehatan hewan juga
berperan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak seperti pelayanan
Kesehatan Hewan, Inseminasi Buatan (IB) dan penanganan kasus gangguan
reproduksi dan kelahiran (Distokia).
Unit Penunjang Peternakan dan Pusat Kesehatan Hewan (UP2PKH)
Palibelo didirikan pada bulan februari tahun 1987, yang pertama kali menjadi
kepala Unit Penunjang Peternakan dan Pusat Kesehatan Hewan (UP2PKH)
Palibelo adalah Drh. I Nyoman Sembah dan yang pertama kali menjadi pimpinan
wilayah pusat kesehatan hewan palibelo M. Ali Sri dan sekarang dipimpin oleh
Nurhaerami S.pt

2.2 Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)


A. Macam-macam kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)
Tabel 2.2.1 Kegiatan yang dilakukan
cmNoNo Hari/Tanggal Jenis kegiatan Hasil kegaiatan Waktu
1 Senin - Penerimaan - Telah dilakukan - 09:45
25 Maret 2019 penerimaan secara
resmi olah pimpinan
Unit Penunjang
Peternakan dan Pusat
Kesehatan Hewan
(UP2PKH) Kecamatan
Palibelo.
2. Selasa - Penanganan - Telah dilakukan - 10:05
26 Maret 2019 Distokia di penanganan dengan
Desa sistem tarik paksa
Tonggondoa terhadap induk sapi bali
yang malahirkan pedet
angus serta mengalami
Distokia dan setelah
melahirkan di injeksi
dengan Antibiotik dan
Vitamin
3. Rabu - Penanganan - Telah dilakukan - 06:30
27 Maret 2019 Distokia di penanganan dengan
Desa sistem tarik paksa
Tonggondoa terhadap induk sapi bali
yang malahirkan pedet
angus serta mengalami
Distokia dan setelah
melahirkan di injeksi
dengan Antibiotik dan
Vitamin

- Penangnan - Telah dilakukan - 09:14


Inseminas Inseminasi Buatan (IB)
Buatan (IB) di atau kawin suntik pada
Desa Dore induk sapi Brahman
dengan Straw
Simenthal
- Kegiatan - Telah dilakukan - 09:20
Pemeriksaan Pemeruksaan
Kebuntingan Kebuntingan pada
di Desa Dore induk sapi Simenthal
untuk mengetahui
apakah sapi tersebut
dalam keadaan bunting
atau tidak
4. Kamis - Penanganan - Telah dilakukan - 09:29
28 Maret 2019 Inseminasi Inseminasi Buatan (IB)
Buatan (IB) atau kawin suntik pada
induk sapi Brahman
dengan Straw
Simenthal
5. Jum’at - Penanganan - Telah dilakukan - 13:50
29 Maret 2019 Inseminasi Inseminasi Buatan (IB)
Buatan (IB) di atau kawin suntik pada
Desa Dore induk sapi Bali dengan
Straw Simenthal
6. Sabtu - Penanganan - Telah dilakukan - 07:49
30 Maret 2019 Inseminasi Inseminasi Buatan (IB)
Buatan (IB) di atau kawin suntik pada
Desa Dore induk sapi Angus
dengan Straw
Simenthal
- Penanganan - Telah dilakukan - 08:02
Inseminasi Inseminasi Buatan (IB)
Buatan (IB) di atau kawin suntik pada
Desa Dore induk sapi Simenthal
dengan Straw
Simenthal
7. Senin - Penanganan - Telah dilakukan - 09:28
1 April 2019 Inseminasi Inseminasi Buatan (IB)
Buatan (IB) di atau kawin suntik pada
Desa Teke1 induk sapi Bali dengan
Straw limousin
8. Selasa - Pangibatan - Telah dilakukan - 06:35
2 April 2019 penyakit pengobatan pada sapi
Malnutrisi di yang menglami
Desa Nata Malnutrisi denga
Gejala Klinis
Anoreksia dan Lemah
dan dibarikan
pengobatan dengan
injeksi Antibiotik (
Roxin dan Colibact Inj)
dan obat cacing
Colibact bolus
- Pangibatan - Telah dilakukan - 06:42
penyakit pengobatan pada sapi
Malnutrisi di yang menglami
Desa Nata Malnutrisi denga
Gejala Klinis
Anoreksia dan Lemah
dan dibarikan
pengobatan dengan
injeksi Antibiotik (
Roxin ) dan Vitamin (
B1 dan Hematodin)
- Penanganan - Telah dilakukan - 07:19
Malnutrisi panangnan terhadap
terhadap Sapi sapi yang baru
yang baru melahirkan dengan
malahirakan gejala klinis lemas,
dan pedet Anoreksia, keluar
yang yang cairan lender pada
mengalami mata, dan telah
cacing pada diinjeksi dengan
mata menggunakan
Antibiotic (Votoksi
LA) dan Vitamin ( B-
- Pelayanan kompleks dan B12) - 08:52
Inseminasi - Telah dilakukan
Buatan (IB) Inseminasi Buatan (IB)
desa Dore pada induk sapi Angus
- Pelayanan dan Straw Simenthal - 17:04
Kesehatan - Telah dilakukan
Hewan 18 pengobatan pada 18
ekor kambing ekor kambing yang
dengan mengalami Scabies
diagnosa dengan gejala klinis
Scabies di gatal2 pada kulit,
Desa Nata Anoreksian dan telah
diinjeksi dengan Anti
Prasit (Infermectin,
Ifomec) dan Vitamin
(B12)
9. Kamis - Pelayanan - Telah Dilakukan - 09:05
4 April 2019 Inseminasi Penanganan Inseminasi
Buatan (IB) Di Buatan (IB) Pada Induk
Desa Dore Sapi Bali Dengan
Straw Simenthal
- Pelayanan - Telah Dilakukan - 15:58
Scabies Pada Penanganan Pada
Kambing Di Kambing Denga
Desa Nitu Gejala Klinis Gatal-
Gatal Pada Kulit,
Keropean, Bulu
Rontok, Dan Anoreksia
Dan Telah Diinjeksi
Dengan Anti Parasit
(Ivomect) Dan Vitamin
(B12)
- Telah Dilakukan - 16:01
- Penanganan
Penanganan Pada Sapi
Malnutrisi
Yang Terkena
Pada Sapi Di
Malnutrisi Dengan
Desa Nitu
Gejala Klinis
Anoreksian, lemas dan
bulu kusam dan diberi
injeksi Vitamin (B12
Dan B-kompleks)
- Pengobatan
- Telah Dilakukan - 16:35
Scabies pada
Penanganan Pada
kambing di
Kambing Denga
desa Nitu
Gejala Klinis Gatal-
Gatal Pada Kulit,
Keropean, Bulu
Rontok, Dan Anoreksia
Dan Telah Diinjeksi
Dengan Anti Parasit
(Ivomect) Dan Vitamin
(B12)

B. Hasil kegiatan Praktik Kerja Lapang (Pkl)


Adapun hasil kegiatan bersadarkan tabel 2.2.1 ( Kegiatan Praktik
Kerja Lapang) di atas yang telah diambil sebagai judul Parktik Kerja
lapang (PKL) tahap II adalah penanganan Distokia akibat Monster Vetus
dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Pengertian Distokia
Distokia berasal dari bahasa Yunani (Dys =sulit, Tokos
=kelahiran) yang berarti kesulitan dalam kelahiran. Distokia dapat
dialami oleh semua jenis hewan. 3,3% kejadian distokia, dialami oleh
sapi dimana kejadian ini lebih sering terjadi pada sapi perah
dibandingkan dengan sapi potong. Kejadian distokia lebih banyak
ditemukan pada kebuntingan sebelum waktunya, karena penyakit pada
uterus, kematian fetus dan kelahiran kembar atau pada kebuntingan
yang berakhir jauh melewati waktunya karena fetus terlalu besar.
(Toelihere 1985).
Penyebab distokia pada hewan terutama sapi, dibagi menjadi
dua yakni sebab-sebab dasar dan sebab-sebab langsung. Sebab-sebab
dasar dibagi lagi menjadi sebab Herediter, Nutrisional dan Manajemen,
Penyakit Menular, Traumatik dan sebab-sebab campuran. Sebab-sebab
langsung dibagi lagi menjadi dua Kausa, yaitu Kausa Maternal dan
Kausa Foetal.
dari begitu banyak penyebab distokia ada satu penyebab yang
langkah kejadiannya yaitu Monster Fetus. Kejadian distokia akibat
moster fetus relatif tidak umum dan sebagian besar terjadi secara
sporadis tapi kejadiannya pada ternak sapi lebih tinggi dibanding
spesies lain. (Jackson 2004).

Table
BAB III

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

3.1 Permasalahan

Permasalahan yang di hadapi pada saat melakukan Praktik Kerja Lapang


yaitu:

3.2 Pemecahan masalah

Pemecahan dari beberapa masalah di atas adalah:


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG
2.1 Gambaran Umum Lokasi PKL
a. Lokasi dan Waktu PKL.
b. Keadaan Umum Lokasi PKL
2.2 Macam Kegiatan Yang Dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai