Anda di halaman 1dari 36

PENDAHULUAN

DISTOKIA

Suzanita Utama

Departemen Reproduksi Veteriner


Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kuliah ini


mahasiswa akan bisa menjelaskan bagaimana
menangani kasus-kasus kebidanan dan
kemajiran pada hewan besar
TUJUAN INSTRUSIONAL KHUSUS

 Definisi
 Klasifikasi distokia
 Distokia Materna

 Distokia Fetalis

 Istilah-istilah Kebidanan
 Presentasi, posisi dan habitus normal
 Presentasi, posisi dan habitus abnormal
 Tindakan-tindakan Kebidanan
DEFINISI
KELAHIRAN NORMAL
Etokia = kelahiran normal
 fetus cukup umur
 kemampuan bersama antara anak dan induk
 rentang normal fase 1 dan fase 2 dari kelahiran
 tanpa bantuan manusia

KELAHIRAN TIDAK NORMAL


Distokia = abnormalitas/kesulitan kelahiran
(keterlambatan minor–ketidak mampuan total induk untuk
melahirkan)
STADIUM-STADIUM KELAHIRAN

Stadium I dimulai ketika serabut longitudinal dan sirkuler


miometrium mulai berkontraksi secara reguler dan berakhir
ketika serviks terdilatasi penuh dan bagian fetus memasuki
saluran kelahiran

Stadium II pengeluaran fetus

Stadium III pengeluaran membran fetus

Pada kasus ETOKIA dalam fase I fetus mengalami


perubahan kedudukan dalam uterus sehingga fetus siap
untuk melewati saluran kelahiran
Interval waktu stadium kelahiran
Waktu (jam)
Hewan
Stadium I Stadium II Stadium III
Kisaran 0,5 – 24 0,5 – 4 0,5 – 8
Sapi Rata-rata 2-6 0,5 - 1 4-5
Distokia 6 - 12 2-3 12
Kisaran 0,5 – 24 0,5 – 2 0,5 – 8
Domba Rata-rata 2–6 1 -
Distokia 6 - 12 2-3 12
Kisaran 2 – 12 1–4 Agak sukar dipastikan
Babi Rata-rata 6 0,5 – 1 -
Distokia 6 - 12 6 - 12 -
Kisaran 1–4 10 – 30 menit 0,5 – 12
Kuda Rata-rata - - 0,5 – 3
Distokia 6 - 12 2-3 12
Kisaran 2 – 12
10-15 menit setelah
Anjing Rata-rata - tak menentu anak terakhir keluar
Distokia 6 - 12Utama, FKH Unair, 2012
Suzanita 6
KASUS

• 3-8%
• 50 % premipara
• Induk – umur, paritas,
breed
• Pejantan – breed

Belgian Blue (hipertrofi


muskuler) < 80 %
Sectio caesaria umum
dilakukan di Belgia
Tujuan penanganan distokia:
Induk maupun anak selamat
Clasification of Dystocia
KLASIFIKASI PENYEBAB DISTOKIA
I. Distokia Maternal
A. Penyempitan saluran kelahiran
1. penyempitan rongga pelvis
2. pembukaan serviks tidak sempurna
3. cystocele vagina
4. tumor vagina
5. labia vulva tertutup sebagian
6. bekas saluran Mullery persistent
7. obstruksi vagina oleh vesica urinaria penuh urine
B. Salah letak uterus
1. hernia uteri
2. torsio uteri
C. Ketidakmampuan pengeluaran foetus
1. kurangnya kontraksi uterus (inertia uteri I & II)
2. ruptura diafragmatika
3. bunting diluar kandungan
II. Distokia Foetalis

A. Foetus terlalu besar (oversized fetus)


1. absolute oversized fetus (prol., metab., breed)
2. relative oversized fetus (ukuran fetus normal)
B. Kelainan perkembangan ( deformasi) fetus
1. duplikasi fetus
2. monstrositis
3. ascites fetus
4. anasarca
5. hydrocephalus
C. Kesalahan situs, posisi dan posture
D. Kematian foetus
1. Mummifikasi foetus
2. Maceratio foetus
3. Molle/bunting anggur
ISTILAH-ISTILAH KEBIDANAN

untuk menjelaskan bagaimana KEDUDUKAN


pedet/fetus dalam saluran kelahiran

1. PRESENTASI / SITUS
2. POSISI
3. HABITUS
1. PRESENTASI / SITUS

menjelaskan hubungan antara sumbu memanjang


fetus dan
saluran kelahiran induk

hubungan
sejajar/paralel
tegak lurus
1. PRESENTASI / SITUS (lanjutan)

1. Situs LONGITUDINAL
Sumbu Longitudinal fetus sejajar/paralel saluran kelahiran
a. Longitudinal Anterior
• situs anterior, letak kepala
• fetus keluar maju (kaki depan dan/atau kepala dahulu)
b. Longitudinal Posterior
• situs posterior, letak sungsang
• fetus keluar mundur (kaki belakang atau pantat dahulu)
1. PRESENTASI / SITUS (lanjutan)

2. Situs TRANSVERSAL
Fetus melintang (sumbu longitudinal fetus tegak lurus
terhadap saluran kelahiran)
a. Transverso-dorsal
• Situs Dorso lumbal, presentasi dorsal
• punggung fetus menghadap keluar

b. Transverso-ventral
• Situs Sterno-abdominal, presentasi ventral
• dada/perut/kaki-2 fetus menghadap keluar
2. POSISI
 Situs LONGITUDINAL
hubungan DORSUM FETUS & batas2 pelvis materna

 Situs TRANSVERSAL
hubungan KEPALA FETUS & batas-batas pelvis materna

sakrum
batas-batas
ileum ileum rongga pelvis
kiri kanan

pubis
2. POSISI (lanjutan)

 Dorso-sacral /Dorsal (tengkurap)


 Dorso-ilial dextra (Dorsoilial kanan)
 Dorso-pubis /Ventral (terlentang)
 Dosro-ilial sinistra (Dorso ilial kiri)

 Cephalo-sacral
 Cephalo-ilial dextra
 Cephalo-pubis
 Cephalo-ilial sinistra
3. HABITUS/POSTURE

menjelaskan hubungan ekstremitas fetus


(kepala, leher atau kaki-kaki) terhadap
tubuhnya sendiri

 Normal (tak ada fleksi/penekukan)


 Abnormal
PRESENTASI, POSISI DAN HABITUS UNTUK
KELAHIRAN NORMAL
Situs
Longitudinal
Posterior
Posisi Dorso-
Sakral
Habitus
normal

Situs
Longitudinal
Anterior
Posisi
Dorso-Sakral
Habitus
normal
PERUBAHAN-PERUBAHAN
KEDUDUKAN FETUS
(Stadium I)

 Ekstensi kedua ekstremitas


(kedua kaki depan dan kepala
/kedua kaki belakang
mengarah/masuk ke saluran
kelahiran)

 Pemutaran fetus pada sumbu


memanjangnya yang merubah
fetus ke posisi dorsosakral
HABITUS ABNORMAL
 Kaki depan
• Fleksi Karpal (uni- & bilateral)
• Fleksi Bahu/Scapula
• Ekstensi siku tak lengkap (ELBOW LOCK Posture)

 Kaki belakang
• Hock flexion / fleksi tarsal
• Hip flexion (bilateral: BI-HIP FLEXION/BREECH)

 Kepala leher
• Lateral
• Keatas
• Kebawah (=VERTEX)
TINDAKAN-TINDAKAN
KEBIDANAN
DISTOKIA
kedudukan
abnormal

C-section
reposisi Size test ? N
Hidup ? Y (Histerotomi)
Y N

tarik fetotomi
paksa
A. REPOSISI

mengembalikan fetus ke KEDUDUKAN (= presentasi +


posisi + habitus) normal dengan cara:

ROTASI
1. pemutaran
fetus pada sumbu longitudinalnya

TRAKSI
2. penarikan
bagian tubuh fetus untuk reposisi atau penarikan tubuh fetus
untuk menambah atau menggantikan usaha pengeluaran induk
A. REPOSISI (lanjutan)

3. RETROPULSI
pendorongan fetus atau bagian tubuh fetus kearah
uterus untuk menciptakan ruang untuk memungkinkan
dilakukannya reposisi

4. EKSTENSI
meluruskan persendian yang terlipat/fleksi

5. VERSI
pemutaran fetus pada sumbu transversalnya
(situs transversal →longitudinal)
B. Pemeriksaan ukuran fetus relatif
terhadap saluran kelahiran

 Pervaginal, dilakukan penalian diatas kedua


pergelangan kaki belakang atau kaki depan dan
kepala
 Kedua/ketiga tali ditarik
 Tangan diletakkan pada os ilium kiri kanan
sakrum dan pubis mengukur berapa banyak sisa
bagian foetus yang tidak bisa melewati pelvis
inlet
C. HIDUP atau MATI ?
 Situs Anterior
 Refleks menelan/menyedot
 Refleks pedal/menarik
 Refleks berkedip
 Detak jantung fetus
 Situs Posterior
 Refleks Pedal/interdigital
 Refleks anal
 Tali pusat yang berdenyut
D. FORCED EXTRACTION
= Tarik Paksa - menarik fetus dengan paksa keluar dari saluran
kelahiran induk, syarat-syarat :

 Kedudukan (= presentasi + posisi + habitus) fetus normal


 Ukuran fetus normal / tidak ada kelainan perkembangan
 Cairan amnion masih ada
 Maks. tenaga 4 laki-laki dewasa / dengan Calf puller
Pelaksanaan Tarik Paksa

 Sesinkron mungkin dengan perejanan induk


 Arah pengeluaran fetus
 Penarikan kaki secara bergantian
 Pemutaran/rotasi 45o
ARAH PENARIKAN sakrum
sacrum
induk
POSISI NORMAL
LA = situs longit. anterior
dorsum pubis
fetus LP = situs longit. posterior
induk

LA X

kelahiran normal
& tarik paksa
dorsopubis
dorsosacral
dorsosakral

LP
LP
LA
LA LP
LP
X
DIMENSI PELVIS MATERNA
berbagai diameter rongga pelvis

A. Ø sacro-pubis 19.0 ± 3 cm
B. Ø bis iliaca superior/dorso trans iliaca 14.5 ± 2 cm
C. Ø bis iliaca inferior/
ventral trans iliaca
13.5 ± 2 cm
D. Ø silang sacro-iliaca
>ØA
ROTASI 45O

hubungan antara bentuk penampang melintang pelvis sapi


dan penampang melintang pinggul fetus selama proses
kelahiran
4. FETOTOMI
 pemotongan tubuh dan bagian tubuh fetus untuk
mempermudah pengeluarannya melalui saluran kelahiran

 hanya dilakukan pada fetus yang mati

 Fetotomi PERKUTAN
pemotongan fetus melalui kulit

 Fetotomi SUBKUTAN
pemotongan fetus dibawah kulit
NORMAL / ABNORMAL ?
KUDA

Fetal hypoxia !

Suzanita Utama, FKH Unair, 2012 34


Ekstremitas dan kepala
leher kuda relatif lebih
panjang dibanding sapi
REFERENCES

 Arthur, G.H., Noakes, D.E. and Pearson, H. 1992. Veterinary


Reproduction and Obstetrics (Theriogenology) 6th Ed,
Bailliere Tindall. London.

 Hafez, E.S.E. and Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm


Animals. 7th Ed. Lippincott Williams & Wilkins. London.

 Mahaputra, L., Mustofa, I., Utama, S., Restiadi, T.I. dan


Mulyati, S. 2011. Ilmu Kebidanan Veteriner (Buku Ajar).
Laboratorium Kebidanan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga.

THE END

Anda mungkin juga menyukai