Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyaknya populasi hewan merupakan suatu permasalahan bagi kesehatan
masyarakat di Indonesia, hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya hewan kecil seperti
kucing, terutama di pasar tradisional maupun disekitar rumah diberbagai kota. Salah satu cara
untuk mencegah peningkatan populasi pada kucing tersebut adalah melakukan sterilisasi pada
kucing
jantan. Sterilisasi pada hewan jantan atau biasa disebut dengan kastrasi
(Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan
spermatic cord (corda spermatica). Tujuan dilakukan pembedahan ini diantaranya untuk
sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan kerusakan akibat traumatik. Kastrasi juga berfungsi
untuk mengurangi populasi, dan mencegah terjadinya penularan penyakit, sehingga kucing
tidak mudah melakukan perkawinan.Kastrasi dilakukan karena untuk mengontrol jumlah atau
populasi suatu hewan di lingkungan tertentu. Di kota-kota besar banyak pemilik yang merasa
tidak dapat mengontrol jumlah populasi hewan yang dimilikinya sehinnga pemilik tersebut
melakukan kastrasi pada hewan kesayangannya.
Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testes (testikel) yang terbungkus di dalam
skrotum. Testis menghasilkan spermatozoa (sel kelamin jantan) dan testosterin atau hormon
kelamin jantan. Menurut Yusuf kucing yang akan dikastrasi sebaiknya sebelum memasuki
masa puber yakni sekitar 5-8 bulan, karena dapat mencegah munculnya sifat atau perilaku
kucing yang tidak diinginkan. Kastrasi juga dapat dilakukan pada hewan yang lebih tua
disesuaikan dengan umur. Alat diagnostik untuk memastikan kucing layak dioperasi
sebaiknya menggunakan seperti X-ray, tes darah urin. Kastrasi ini dilakukan pada hewan
jantan dalam keadaan tidak sadar (anastesi umum) (Waluyo, 2009).
Sebagaimana dengan hewan lain, kucing mempunyai temperamen yang berbeda
beda. Tingkah laku sebagian besar kucing mengikuti suatu pola yang harus dimengerti oleh
mereka yang hendak mengobatinya. Kucing merupakan hewan pemalu dan penakut dan
karena itu mudah tertekan jika dibawa ke lingkungan yang baru dan menurut perkiraan kucing
tersebut memusuhinya. Saat dalam keaadan tertekan demikian hewan ini dapat menjadi sangat
penurut (Soegiri, 2007).
1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknik kastrasi pada kucing dengan
baik dan benar serta mampu mengaplikasikannya dengan tujuan menekan populasi
perkembangbiakan kucing demi kesejahteraan manusia.
1.3 Manfaat
Dapat mengangkat testis dan spermatic cord dari skrotum agar steril dan terhindar dari
berbagai macam penyakit yang disebabkan karena hormon testosteron.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kastrasi
Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa
pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh (Komang et al , 2011). Orchidektomi atau
kastrasi adalah sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan.
Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (anastesi umum).
(Fossum, 2002). Kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk
membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica).
Menurut Komang dkk (2011), metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1.

Metode terbuka

Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak
lagi terbungkus.
2.

Metode tertutup

Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika
vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus. Kucing yang
akan dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri ketika berumur 5 8
bulan.Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa
puber, karena dapat mencegah munculnya sifat / perilaku kucing yang tidak diinginkan.
Keuntungan kastrasi, antara lain :
1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
Salah satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah kelahiran anak kucing yang tidak
diinginkan.Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga
memungkinkan pemilik kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.
2. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain
Testosteron adalah hormon kelamin jantan.Hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola
perilaku pada kucing jantan.Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon testosteron
adalah
perilaku
agresi.Setelah
kebiri,
perilaku
ini
cenderung
berkurang
banyak.Spraying/Urine marking adalah salah satu perilaku alami kucing jantan yang tidak di
kebiri.Sebagian besar perilaku ini hilang setelah kucing dikebiri.
3. Tidak Suka Berkeliaran
Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui
udara.Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui
dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari
dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh. Kucing jantan yang telah dikebiri
cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini dan lebih suka diam di dalam rumah.

4.

Lebih Jarang Terluka

Keuntungan medis lain dari kebiri adalah jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan
kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena penyakit yang
dapat menular melalui luka/kontak.
5.

Peningkatan Genetik

Beberapa kucing dikebiri karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan kucingkucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah kucing-kucing cacat
dapat dikurangi.
6.

Mengurangi Resiko Tumor dan Gangguan Prostat

Tumor dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang sekali
terjadi.Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon testosteron yang
dihasilkan oleh testis.Tindakan kebiri menyebabkan hewan tidak lagi menghasilkan hormon
tersebut, sehingga resiko tumor dan gangguan pada prostat dapat dikurangi.
7.

Cenderung Lebih Manja

Sebagian besar perilaku agresif pada kucing jantan dipengaruhi hormon testosteron.Kucing
yang dikebiri cenderung tidak agresif dan lebih manja.
Kelemahan dari kucing yang dikastrasi antara lain:
1. Kegemukan atau obesitas
Rata-rata seekor kucing jantan yang dikastrasi membutuhkan asupan kalori sebanyak 25%
untuk menjaga berat badannya dank arena kucing yang dikastrasi memiliki rata2 proses
metabolisme makanan yang rendah maka asupan nutrisi tersebut akan disimpan menjadi
lemak, sehingga menimbulkan kegemukan.
2. Kehilangan untuk memperoleh keturunan yang potensial /berharga terutama untuk para
breeder.
3. Penurunan kadar testosteron mengakibatkan kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan
fungsi otot-otot badan. Penurunan kadar testosteron juga mengakibatkan penundaan
penutupan pertumbuhan tulang panjang, sehingga kucing yang dikastrasi pertumbuhan tulangtulang ekstremitasnya lebih panjang dibandingkan yang tidak dikastrasi.
2.2 Organ Reproduksi
Testis merupakan kelenjar kelamin jantan pada hewan yang dibungkus dengan
skrotum yang menghasilkan spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi khususnya
testosteron. Selama pubertas testis berkembang untuk memulai produksi spermatogenesis.
Ukuran testis bergantung pada produksi sperma, cairan interstisial dan produksi cairan sel
sertoli. Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin, adapun fungsi testis yaitu
memproduksi spermatozoa, memproduksi hormon testosteron, serta dipengaruhi dengan
hormon gonadotropin dari kelenjar pituitari bagian anterior yaitu luteinizing hormon (LH),
follicle-stimulating hormone (FSH).

Bagian struktur testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea,
didalam testis terdapat saluran tubulus seminiferus diantara tubulus seminiferus terdapat sel
leydig yang memproduksi hormon testosteron. Spermatozoa akan bergerak dari tubulus
menuju rete testis, duktus eferen dan epididimis, spermatozoa akan dikeluarkan melalui vas
deferens dan berakhir di penis.
2.3 Stadium Anestesi
Dalam arti yang lebih luas, anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa terhadap
suatu rangsangan. Pemberian anestetikum dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Seringkali anestesi
dibutuhkan pada tindakan yang berkaitan dengan pembedahan. Anestetikum yang diberikan
pada hewan akan membuat hewan tidak peka terhadap rasa nyeri sehingga hewan menjadi
tenang, dengan demikian tindakan diagnostik, terapeutik atau pembedahan dapat dilaksanakan
lebih aman dan lancar. Perjalanan waktu sepanjang sejarah menunjukkan bahwa anestesi pada
hewan digunakan untuk menghilangkan rasa dan sensasi terhadap suatu rangsangan yang
merugikan (nyeri), menginduksi relaksasi otot, dan terutama untuk membantu melakukan
diagnosis atau proses pembedahan yang aman.
Stadiun 1 atau stadium analgesi adalah stadium awal anestesi yang terjadi segera
setelah dilakukan anestesi secara inhalasi atau injeksi. Hewan pada stadium ini masih sadar
tetapi kehilangan orientasi dan menurunnya sensitifitas terhadap rasa nyeri. Respirasi dan
denyut jantung masih normal atau meningkat, dan semua refleks masih ada; Stadium 2 atau
stadium delirium atau eksitasi adalah stadium yang dimulai dari hilangnya kesadaran. Semua
refleks masih ada dan bisa muncul berlebihan. Hewan masih dapat mengunyah, menelan, dan
mulut umumnya menganga. Kondisi pupil yang dilatasi tetapi akan berkontriksi apabila ada
rangsangan sinar. Stadium ini berjalan cepat dan bahkan akan terlewati apabila diberikan
preanestesi yang baik.
Stadium 2 akan berakhir apabila hewan menunjukkan tanda relaksasi otot, respirasi
menurun, dan terjadi penurunan refleks; Stadium 3 atau stadium pembedahan adalah stadium
melakukan tindakan bedah dan dibagi menjadi empat plane, yaitu plane 1 atau anestesi ringan,
plane 2 atau anestesi pembedahan,plane 3 atau anestesi dalam, dan plane 4 atau paralisa; dan
Stadium 4 atau stadium terminal (stadium kelebihan dosis) (Archibald, 1966).

BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

3.1.2

1. Needle
2. Needle holder
3. Gunting tajam tajam
4. Gunting tajam tumpul
5. Gunting tumpul tumpul
6. Towel clamp
7. Roschester pain
8. Silet
9. Pinset ( anatomis dan chirurgis)
10. Scalpel dan blade
11. Tali pengikat
Bahan
1.Obat premedikasi : atropine sulfat (0,512ml)
2.Obat anesthesia : xylazin (0,32ml) dan ketamine (0,32ml)
3.Obat analgesic : tolfenamide (0,32ml)
4.Obat antibiotic : amoxicillin (2,56ml)
5.Alcohol 70%
6.Iodin
7.Sabun
8.Duk
9.Kapas
10. Benang (Silk catgut, plain catgut, dan chromic catgut)

3.2 Cara Kerja


3.2.1

Pre Operasi
Pre Operasi
- Persiapan ruangan.
- Sterilisasi alat bedah, meliputi dissecting set, tampon bulat dan
tampon kotak, dan duk.
- Sterilisasi meja operasi.
- Perhitungan dosis meliputi atropine sulfat (0,512ml), xylazin
(0,32ml), ketamine (0,32ml), tolfenamide (0,32ml), dan amoxicillin
(2,56ml).
- Handling kucing.
- Pemberian obat premedikasi, yaitu atropine sulfat secara subcutan
dengan volume obat sebesar 0,32 ml pada pukul 13.00 WIB.
- Pemberian obat anesthesia, yaitu ketamine (0,32ml) dan xylazine
(0,32ml) secara intramuscular dengan cara dicampurkan keduanya
dalam 1 spuit pada pukul 13.15 WIB. Kemudian dilakukan restrai
kucing dengan posisi rebah.
- Dilakukan pencukuran bulu menggunakan silet pada area skrotum
dengan cara kapas diberi sabun terlebih dahulu, lalu dibersihkan
pada area tersebut.
- Kucing teranesthesi pukul 13. WIB.
- Diberikan tampon bulat pada rongga mulut dengan menarik lidah
keluar agar tidak tergigit saat kucing teranesthesi.
Hasil

3.2.2

Operasi
Operasi

Dilakukan pemasangan duk pada daerah yang akan dioperasi.


Dilakukan penjepitan pada keduat sisi duk menggunakan towel
clamp.
Dilakukan insisi pada area tengah skrotum kearah caudal
menggunakan scalpel blade.
Dilakukan dengan jari tangan dinding skrotum dipejet secara
halusdan hati hati diatas salah satu testis lalu didorong ke arah
bagian cranial skrotum.
Dilakukan insisi pada kulit skrotum dan fascia spermatica lalu
dilanjutkan menginsisi tunica vaginalis tepat diatas testis pada
daerah raphe median.
Dilakukan insisi melebar sampai testis yang ditekan bagian
belakangnya menyembul keluar lubang insisi kemudian dipegang
lalu ditarik keluar.
Dilakukan insisi meshorcium tipis dan epididimis mulai spermatic
cord dibagian cranial dan ekor epididimis di bagian caudal.
Dilakukan ligasi pada ligament testis dengan benang absorbable.

Dilakukan pemotongan testis yang masih menempel di tunica


vaginalis parietalis dengan ligamen pada ekor epididimis.
Disiapkan jarum dan catgut silk
Dijahit pada kulit skrotum dengan pola jahitan simple interupted
Setelah penjahitan selesai diberikan iodin
Lalu dimasukkan dalam kandang perawatan sambil menunggu
kucing benar-benar sadar dan kembali aktif.
kucing sadar 14.30WIB.

Hasil

3.2.3 Pasca Operasi


Perawatan 1 (01-10-2015)
-

Suhu : 38,1 0C
Pulsus : 112
CRT : < 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : tinggi
Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml

Hasi
l

Perawatan 2 (02-10-2015)
-

Suhu : 37,6 0C
Pulsus : 108
CRT : < 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : normal
Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
Tolfenamin 0,32ml kg/BB

Hasi
l

Perawatan 3 (03-10-2015)
- Suhu : 37,9 0C
-Pulsus : 104
-CRT : < 2
-Appetice : normal
-Defekasi : normal

-Urinasi : normal
-SL : normal
-Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
Hasi
l

Perawatan 4 (04-10-2015)
- Suhu : 38,2 0C
- Pulsus : 116
- CRT : < 2
- Appetice : normal
- Defekasi : normal
- Urinasi : normal
- SL : normal
- Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
- Tolfenamin 0,32 ml kg/BB
Hasi
l

Perawatan 5 (05-10-2015)
-

Suhu : 38,0 0C
Pulsus : 112
CRT : < 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : normal
Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml

Hasi
l

Perawatan
(06-10-2015)
- 6 Suhu
: 36,5 oC
- Suhu : 37,9 0C
- Pulsus : 112
- CRT : < 2
- Appetice : normal
- Defekasi : normal
- Urinasi : normal
- SL : normal
- Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
- Tolfenamin 0,3 ml kg/BB
Hasi
l

Perawatan 7 (07-10-2015)

Hasi
l

Suhu :38,6 0C
Pulsus : 112
CRT :< 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : normal
Lepas jahitan

BAB IV
HASIL

4.1 ANAMNESA
4.1.1 Shippy dalam kondisi sehat
4.1.2 Testis tidak mengalami pembesaran
4.1.3 Tidak ada luka pada testis
4.1.4 Nafsu makan baik
4.1.5 Minum shippy baik
4.1.6 Berdiri tegak, dengan penopang keempat kakinya
4.2 PERHITUNGAN DOSIS
4.2.1 Betamox (intramuscular)
Dosis : 15 mg/ kg BB
Konsentrasi : 150 mg/ ml

4.2.2 Amoxicillin (per oral)


Dosis : 20 mg/ kg BB
Konsentrasi : 125/5 mg/ ml

4.2.3 Atropin (subcutan)


Dosis : 0,04 mg/ kg BB
Konsentrasi : 1 mg/ ml

4.2.4 Ketamin (intramuscular)


Dosis : 10 mg/ kg BB
Konsentrasi : 100 mg/ ml

4.2.5 Xylazin (intramuscular)


Dosis : 2 mg/ kg BB
Konsentrasi : 20 mg/ ml

4.2.6 Tolfenamid Acid (subcutan)


Dosis : 4 mg/ kg BB
Konsentrasi : 40 mg/ ml

4.2.7 Sanpicillin (topical)


4.3 DATA YANG DIPEROLEH

Pemeriksaan Hewan
Kelas: 2012 A

1.
2.
3.
4.

Kelompok: 4

Nama
Amelda Kurnia Esty Vera
Tito Adikresna
Lutfi Azam Fahiza
Yuli Ayu Kartika

Nim
125130100111015
125130100111008
125130101111001
125130101111002

SIGNALEMENT
Nama

: Sippy

Jenis hewan

: Kucing

Kelamin

: Jantan

Ras/breed

: Domestik

Warna bulu/kulit

: Hitam Putih

Umur

: 2 tahun

Berat badan

: 3,2 kg

Tanda kusus

: ada bekas luka dileher

Pemeriksaan Hewan
Hospital Name

: CLINIC VETERINARY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY

Address

: JL. MT. HARYONO

City

: MALANG

Tanggal

: 28 September 2015

Temp: 38,8 0C
Pulse: 184/ menit

Respirasi: 100/menit

Membrane color: normal

CRT: < 2

Hydration: normal

Body Weight: 3,2 kg

Color and consistency of feces:


Body condition : Underweight

Overweight

Normal

System Review
a. Integumentary
Normal
Abnormal
e. Nervus
Normal
Abnormal
i. Lympatic
Normal
Abnormal

b. Otic
Normal
Abnormal
f. Cardiovaskuler
Normal
Abnormal
j. Reproduction
Normal
Abnormal

c. Optalmic
Normal
Abnormal
g. Respiration
Normal
Abnormal
k. Urinaria
Normal
Abnormal

Deskripsi Abnormal
Vaksinasi

Ya

Tidak

ctt: Disease Record:

FORM OPERASI
KASTRASI / OH

d. Muscoloskeletal
Normal
Abnormal
h. Digesty
Normal
Abnormal

Nama Pemilik : kelompok 4


Alamat
: Malang
Nama
: Sippy
Jenis Kelamin : Jantan
Jenis Hewan : Kucing
Ras/ Brees
: Domestik
KONTROL ANASTESI
Obat

Golongan Obat

Sanpicillin ANTIBIOTIK
Atropin
PREMEDIKASI
Sulfat
PREMEDIKASI
Ketamin +
ANASTHESI
Xylazin
Tolfen

Temp
Membrane mucosa
CRT
Pulsus
Respirasi
Hydration

: 38,8 0C
: normal
:< 2
: 120/ menit
: 48/ menit
: normal

DOSIS
Volume
KOSENTRASI
(mg/Kg
Obat
(mg/ml)
BB)
(ml)

Rute

Waktu

Topikal

14.10

0,04

0,512

Subcutan

13.00

10
2
4

100
20
40

0,32
0,32
0,32

Intrauscular
Intramuscularr
Subcutan

13.15
13.15
15.47

90
112
37,9

120
114
38,0

KONTROL PEMERIKSAAN
Menit ke0
Pulsus(/menit) 120
Temp(0C)
38,3
Menit
135
Pulsus(/menit) 114
Temp(0C)
39,2

15
118
38,0

30
116
38,0

150
120
38,2

Mulai Operasi

: 13.15 WIB

Selesai Operasi

: 14.30 WIB

Mulai Anastesi

: 13.15 WIB

165
112
38,1

45
120
38,2
180
128
38,0

60
116
38,3

75
108
38,5

105
112
37,5

FORM MONITORING
PASCA OPERASI

Nama Hewan
Jenis Hewan
Ras/Breed
Umur
Jenis Kelamin

: Sippy
: Kucing
: Domestik
: 1 Tahun
: Jantan

Tanggal
1/10/2015 Suhu : 38,1C
Pulsus : 112
CRT : <2
2/10/2015 Suhu : 37,6C
Pulsus : 108
CRT : <2
3/10/2015 Suhu : 37,9C
Pulsus : 104
CRT : <2
4/10/2015 Suhu : 38,2C
Pulsus : 116
CRT : <2
5/10/2015 Suhu : 38,0C
Pulsus : 112
CRT : <2
6/10/2015 Suhu : 37,9C
Pulsus : 112
CRT : <2
7/10/2015 Suhu : 38,6C
Pulsus : 112
CRT : <2
Suhu :
Pulsus :
CRT :

Nama Pemilik : kelompok 4


Alamat
: Malang
No telp
: 08563356161

Pemeriksaan
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL

:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++

Terapi
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1

T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
Tolfenamide acid
(0,32 ml)
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1

T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
Tolfenamide acid
(0,32 ml)
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1

T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
Tolfenamide acid
(0,32 ml)
Lepas Jahitan

T/

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa Prosedur
5.1.1 Persiapan Alat Dan Bahan
Ketika melakukan kastrasi, terlebih dahulu kita menyiapkan alat dan bahan
operasi, sehingga pada saat operasi alat sudah tersedia dan lengkap untuk memudahkan
kita saat melakukan operasi ini. Alat-alat yang digunakan adalah 1 blade ukuran 23, 1
scalpel , 2 arteri clamp, 2 gunting (tajam-tajam dan tajam-tumpul), 1 jarum ujung segitga,
1 pinset chirurgis dan 1 anatomis, 1 needle holder, 1 silet, 4 tali pengikat, 1 duk, 2 towel
clamp, dan lamp harus melalui proses sterilisasi terlebih dahlu agar semua alat steril
kecuali gunting dan lamp karena gunting bila di sterlilisasi menjadi tumpul. Tujuan dari
sterilisasi yaitu agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat menghambat proses
penyembuhan luka (Komang et al, 2011).
Sedangkan bahan yang digunakan dalam hal ini antara lain tampon bulat dan
tampon kotak masing-masing berjumlah 10 buah, catgut chromic 3-0 untuk meligasi
spermatic cord, silk 3-0 untuk menjahit skrotum, alkohol 70%, povidone iodine secara
topikal, premedikasi atropine sulfat 0,512 ml, anastesi ketamin 0,32 ml dan xylazine
0,32 ml, antibiotik betamox 0,32 ml, sanpicillin secara topikal dan amoxicillin 2,56 ml
serta analgesik tolfenamic 0,32 ml.
5.1.2 Persiapan Operator dan Co Operator
Dalam operasi kastrasi ini kami membagi anggota kelompok menjadi operator, co
operator, asisten operator. Operator maupun co operator harus dalam keadaan yang steril
dengan memakai jas lab, glove steril dengan disemprot alkohol 70% terlebih dahulu,
memakai penutup kepala dan masker. Kondisi operator dan co operator harus dalam
keadaan yang sehat fisik agar pelaksanaan operasi berjalan lancar. Semua anggota
kelompok harus memahami prosedur operasi kastrasi.
5.1.3 Persiapan Hewan
Pada praktikum kali ini kami menggunakan kucing jantan sebagai hewan yang akan
dikastrasi. Kucing tersebut harus dalam kondisi yang sehat dan umur lebih dari 1 tahun.
Hal tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik berupa inspeksi ada atau tidaknya
kelainan bagian tubuh, pengukuran berat badan, pulsus, temperatur, membrane mukosa,
penentuan umur dengan melihat gigi yang telah tanggal (Komang et al, 2011). Kucing
dipuasakan makan 8-12 jam sebalum dilakukan operasi.
5.1.4 Pemberian anestesi
Pada pemberian anestesi yang pertama kucing diinjeksi atropine sulfat 0,52 ml
secara subcutan sebagai premedikasi. Atropin sulfat merupakan premedikasi golongan
antikolinergik atau parasimpatik. Obat premedikasi bertujuan untuk mencegah terjadinya

muntah, dan mempercepat proses anastesi. Selanjutnya ditunggu 15 menit yang


kemudian diberikan anastesi dari campuran ketamin 0,32 ml dan xylazine 0,32 ml secara
intramuscular. Kombinasi ketamin-xylazin merupakan kombinasi obat anestesi yang
ideal karena menghasilkan efek yang sinergis yaitu efek analgesik yang kuat dan
relaksasi otot yang bagus. Setelah pemberian ketamin-xylazin ditunggu kucing hingga
teranestesi selama kurang lebih 15 menit.
5.1.5 Pelaksanaan Operasi
Setelah pasien teranastesi, hewan diterlentangkan di meja operasi dan difiksasi
menggunakan tali pada ke empat kaki lalu dilakukan pencukuran rambut pada bagian
skrotum untuk memudahkan incise saat kastrasi, selanjutnya didesenfeksi dengan
alcohol 70% agar tidak terjadi kontaminasi. Setelah semuanya telah siap, kucing
dipasang duk dengan menggunakan towel clamp disekitar bagian scrotum dengan
scrotum tidak tertutup duk. Metode kastrasi yang digunakan adalah tipe kastrasi terbuka
yakni Tunica vaginalis ikut disayat, spermatic chord dicari terlebih dahulu, kemudian di
clamp menggunakan arteri clamp, kemudian diligasi menggunakan catgut chromic 3-0
lalu testis dipotong dari penggantungnya. Pelaksanaan Operasi dimulai pada pukul 13.15
WIB di lab.Ilmu Bedah Khusus Universitas Brawijaya. Berikut operasi yang dilakukan:
Bagian scrotum di tekan dengan tangan sampai terlihat batas tengah antara kedua testis.
Batas tersebut diinsisi dengan menggunakan blade. Panjang sayatan disesuaikan dengan
ukuran testis. Selanjutnya bagian tunica vaginalis dari salah satu testis ikut disayat
sampai testis keluar dengan menekan bagian testis. Setelah testis menyembul keluar,
testis ditarik sampai terlihat spermatic cord (duktus deferens dan pembuluh darah).
Kemudian dilakukan ligasi menggunakan arteri clamp pada masing-masing duktus
deferens dan pembuluh darah. Lalu diligasi dengan arteri clamp, masing-masing duktus
deferens dan pembuluh darah diligasi menggunakan catgut chromic 3-0 diantara arteri
clamp dan testis sampai benar-benar terligasi secara kuat, hal tersebut bertujuan agar
tidak terjadi perdarahan saat pemotongan testis. Setelah masing-masing diligasi.,
pembuluh darah dan duktus deferens diligasi menjadi satu menggunakan catgut chromic
3-0 agar benar-benar terikat kuat. Sesudah dilakukannya ligasi, testis dipotong
menggunakan blade, pemotongan dilakukan di antara testis dan ligasi. Untuk testis
berikutnya juga dilakukan dengan metode yang sama dengan testis sebelumnya. Setelah
kedua testis terambil, disemprotkan dengan menggunakan spuit yang berisi sanpicillin
sebanyak 1 ml di sekitar ligasi. Sanpicillin merupakan antibiotik, berfungsi untuk
mencegah adanyak kontaminasi bakteri yang dapat menghambat proses penyembuhan.
Kedua testis telah dipotong, selanjutnya dilakukan penjahitan pada kulit bagian luar
(skrotum) yang diinsisi menggunakan silk 3-0 dengan jahitan terputus sederhana
sebanyak 8 jahitan. Pada saat proses penjahitan, pasien mulai sedikit sadar, sehingga
operator mengalami kesulitan. Ditambah dengan kulit scrotum yang tebal sehingga
sangat susah untuk menjahitnya. Setelah selesai menjahit, luka diolesi dengan povidone
iodine agar luka cepat menutup dan cepat kering. Dan diinjeksi tolfenamide acid 0,32 ml
secara subcutan untuk mengurangi rasa sakit (analgesik). Operasi selesai dilakukan pada
pukul 14.30 WIB.

5.1.6 Perawatan Pasca Operasi


Pada saat perawatan di rumah, pasien ditempatkan pada kandang yang bersih dan
kering. Luka operasi secara rutin dikontrol kebersihannya dan kesembuhannya. Terapi
yang diberikan selama 7 hari berturut-turut adalah amoxicillin syrup secara oral sebanyak
2,56 ml pada pagi dan sore hari. Tetapi pada hari ke-4, terapi amoxicillin tidak diberikan
dikarenakan habis. Setelah operasi kucing makan secara lancar tidak ada masalah dengan
kesehatan kucing. Luka kering dengan sempurna, sehingga jahitan bisa dilepas tepat
waktu yaitu pada hari ke-7.
5.2 Analisa Hasil
Pada operasi kastrasi pelaksanaan berjalan dengan lancar tanpa ada kendala.
Persiapan alat dan bahan dilakukan sebelum operasi, alat telah disediakan oleh asisten
praktikum dan sudah disterilisasi. Perhitungan dosis telah dilakukan sebelum operasi
berlangsung dan asisten praktikum telah menyediakan bahan yang obat anestesi dalam
bentuk spuit. Setelah persiapan serasa cukup lalu dilakukan premedikasi pada kucing
dengan memberi atropine sulfat secara subcutan. Kemudian ditunggu 15menit. Sembari
menunggu 15 menit kita melakukan pre tes. Setelah pre test, diberi ketamine-xylazine
sebagai anestesi umum. Ditunggu hingga kucing benar-benar teranestesi dengan
memeriksa reflek mata dan reflek gerak. Kemudian dilakukan peletakan kucing dengan
telentang difiksasi dengan tali di setiap ujung ekstremitas. Tidak lupa kita berikan tampon
pada mulut, agar lidah tidak tergigit pada saat teranestesi. Lalu dilakukan pencukuran
bulu pada skrotum dengan menggunakan silet. Setelah itu dipasang duk dengan
menggunakan towel clamp yang dikaitkan pada kulit sekitar testis. Setelah duk terpasang
dengan sempurna barulah dilakukan incisi pada skrotum pada bagian tengah (tunica
dartos) untuk memisahkan testis kanan dan testis kiri. Kemudian diincisi fascia
spermatica dan terlihat tunica vaginalis, diincisi sebesar testis lalu testis dikeluarkan
dengan cara menekan bagian testis hingga keluar. Selanjutnya dicari pembuluh darah dan
spermatic chord. Kedua saluran tersebut dibendung dengan arteri clamp 2 buah. Pada sisi
dekat testis dan sisi dekat tubuh. Lalu diligasi dengan menggunakan catgut chromic
ukuran 3-0. Diligasi dengan kuat diantara arteri clamp. Selanjutnya dipotong dengan
menggunakan blade. Kemudain arteri clamp dilepas. Diberikan antibiotic yaitu sanpicillin
di bagian dalam skrotum sebelum dilakukan penjahitan pada bagian skrotum, agar tidak
ada kontaminasi bakteri di dalam skrotum. Lalu dilakukan penjahitan pada skrotum untuk
menutup luka dengan benang silk 3-0 dengan teknik jahit terputus sederhana. Kita jahit
dengan 8 jahitan, karena luka incisi cukup lebar. Setelah jahitan selesai diberi povidone
iodine secara topical sebagai antiseptic untuk mempercepat kesebuhan luka dan
meminimalisir kontaminasi bakteri. Perawatan pasca operasi diberikan amoxicillin dan
tolfenamide secara rutin dan dipantau kesembuhan lukanya. Alhamdulillah pada hari ke-7
luka sudah mengering dan jahitan sudah dapat dilepas.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat menyimpulkan bahwa maksud dan tujuan dilakukan
kastrasi yaitu menurunkan populasi hewan karena dapat mencegah kesuburan hewan jantan
(tujuan sterilisasi), mengurangi sifat menjelajah, dan memngurangi kebiasaan kencing yang
tidak baik. Kastrasi juga dapat mengurangi resiko penyakit yang berhubungan dengan
hormone androgen seperti gangguan prostat, tumor, dan perineal hernia. Indikasi lain dari
kastrasi adalah menghindari sifat abnormal yang diturunkan, gangguan testis dan epididimis,
mencegah tumor skrotum, trauma dan abses serta dapat mengurangi gangguan endokrin..
Sebelum dilakukan kastrasi (orchiectomy), sebaiknya hewan dibersihkan terutama daerah
sekitar skrotum dan dipuasakan kemudian dilakukan beberapa persiapan diantaranya
persiapan operator, alat dan bahan, instrumen bedah, pasien, serta tempat. Persiapan ini
dilakukan bertujuan untuk mempermudah jalannya proses kastrasi dan agar tidak terjadi
infeksi mikroba pada pasien.
6.2 Saran
Dalam praktikum sebaiknya lebih aseptis dan lebih konsisten dalam memerankan
peran sebagai operator atau asisten operator saat operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Archibald. 1966. Anestesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Frandson. 1993. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. A Jhon Wiley & Sons Ltd,
Publication
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama.
Airlangga University Press, Surabaya.
Soegiri. Wulansari, Retno. 2007. Cara-cara Mengekang Hewan. IPB Press : Bogor.
Waluyo. 2009. Bedah Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai