PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyaknya populasi hewan merupakan suatu permasalahan bagi kesehatan
masyarakat di Indonesia, hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya hewan kecil seperti
kucing, terutama di pasar tradisional maupun disekitar rumah diberbagai kota. Salah satu cara
untuk mencegah peningkatan populasi pada kucing tersebut adalah melakukan sterilisasi pada
kucing
jantan. Sterilisasi pada hewan jantan atau biasa disebut dengan kastrasi
(Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan
spermatic cord (corda spermatica). Tujuan dilakukan pembedahan ini diantaranya untuk
sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan kerusakan akibat traumatik. Kastrasi juga berfungsi
untuk mengurangi populasi, dan mencegah terjadinya penularan penyakit, sehingga kucing
tidak mudah melakukan perkawinan.Kastrasi dilakukan karena untuk mengontrol jumlah atau
populasi suatu hewan di lingkungan tertentu. Di kota-kota besar banyak pemilik yang merasa
tidak dapat mengontrol jumlah populasi hewan yang dimilikinya sehinnga pemilik tersebut
melakukan kastrasi pada hewan kesayangannya.
Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testes (testikel) yang terbungkus di dalam
skrotum. Testis menghasilkan spermatozoa (sel kelamin jantan) dan testosterin atau hormon
kelamin jantan. Menurut Yusuf kucing yang akan dikastrasi sebaiknya sebelum memasuki
masa puber yakni sekitar 5-8 bulan, karena dapat mencegah munculnya sifat atau perilaku
kucing yang tidak diinginkan. Kastrasi juga dapat dilakukan pada hewan yang lebih tua
disesuaikan dengan umur. Alat diagnostik untuk memastikan kucing layak dioperasi
sebaiknya menggunakan seperti X-ray, tes darah urin. Kastrasi ini dilakukan pada hewan
jantan dalam keadaan tidak sadar (anastesi umum) (Waluyo, 2009).
Sebagaimana dengan hewan lain, kucing mempunyai temperamen yang berbeda
beda. Tingkah laku sebagian besar kucing mengikuti suatu pola yang harus dimengerti oleh
mereka yang hendak mengobatinya. Kucing merupakan hewan pemalu dan penakut dan
karena itu mudah tertekan jika dibawa ke lingkungan yang baru dan menurut perkiraan kucing
tersebut memusuhinya. Saat dalam keaadan tertekan demikian hewan ini dapat menjadi sangat
penurut (Soegiri, 2007).
1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknik kastrasi pada kucing dengan
baik dan benar serta mampu mengaplikasikannya dengan tujuan menekan populasi
perkembangbiakan kucing demi kesejahteraan manusia.
1.3 Manfaat
Dapat mengangkat testis dan spermatic cord dari skrotum agar steril dan terhindar dari
berbagai macam penyakit yang disebabkan karena hormon testosteron.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kastrasi
Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa
pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh (Komang et al , 2011). Orchidektomi atau
kastrasi adalah sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan.
Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (anastesi umum).
(Fossum, 2002). Kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk
membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica).
Menurut Komang dkk (2011), metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1.
Metode terbuka
Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak
lagi terbungkus.
2.
Metode tertutup
Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika
vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus. Kucing yang
akan dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri ketika berumur 5 8
bulan.Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa
puber, karena dapat mencegah munculnya sifat / perilaku kucing yang tidak diinginkan.
Keuntungan kastrasi, antara lain :
1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
Salah satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah kelahiran anak kucing yang tidak
diinginkan.Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga
memungkinkan pemilik kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.
2. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain
Testosteron adalah hormon kelamin jantan.Hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola
perilaku pada kucing jantan.Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon testosteron
adalah
perilaku
agresi.Setelah
kebiri,
perilaku
ini
cenderung
berkurang
banyak.Spraying/Urine marking adalah salah satu perilaku alami kucing jantan yang tidak di
kebiri.Sebagian besar perilaku ini hilang setelah kucing dikebiri.
3. Tidak Suka Berkeliaran
Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui
udara.Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui
dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari
dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh. Kucing jantan yang telah dikebiri
cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini dan lebih suka diam di dalam rumah.
4.
Keuntungan medis lain dari kebiri adalah jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan
kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena penyakit yang
dapat menular melalui luka/kontak.
5.
Peningkatan Genetik
Beberapa kucing dikebiri karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan kucingkucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah kucing-kucing cacat
dapat dikurangi.
6.
Tumor dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang sekali
terjadi.Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon testosteron yang
dihasilkan oleh testis.Tindakan kebiri menyebabkan hewan tidak lagi menghasilkan hormon
tersebut, sehingga resiko tumor dan gangguan pada prostat dapat dikurangi.
7.
Sebagian besar perilaku agresif pada kucing jantan dipengaruhi hormon testosteron.Kucing
yang dikebiri cenderung tidak agresif dan lebih manja.
Kelemahan dari kucing yang dikastrasi antara lain:
1. Kegemukan atau obesitas
Rata-rata seekor kucing jantan yang dikastrasi membutuhkan asupan kalori sebanyak 25%
untuk menjaga berat badannya dank arena kucing yang dikastrasi memiliki rata2 proses
metabolisme makanan yang rendah maka asupan nutrisi tersebut akan disimpan menjadi
lemak, sehingga menimbulkan kegemukan.
2. Kehilangan untuk memperoleh keturunan yang potensial /berharga terutama untuk para
breeder.
3. Penurunan kadar testosteron mengakibatkan kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan
fungsi otot-otot badan. Penurunan kadar testosteron juga mengakibatkan penundaan
penutupan pertumbuhan tulang panjang, sehingga kucing yang dikastrasi pertumbuhan tulangtulang ekstremitasnya lebih panjang dibandingkan yang tidak dikastrasi.
2.2 Organ Reproduksi
Testis merupakan kelenjar kelamin jantan pada hewan yang dibungkus dengan
skrotum yang menghasilkan spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi khususnya
testosteron. Selama pubertas testis berkembang untuk memulai produksi spermatogenesis.
Ukuran testis bergantung pada produksi sperma, cairan interstisial dan produksi cairan sel
sertoli. Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin, adapun fungsi testis yaitu
memproduksi spermatozoa, memproduksi hormon testosteron, serta dipengaruhi dengan
hormon gonadotropin dari kelenjar pituitari bagian anterior yaitu luteinizing hormon (LH),
follicle-stimulating hormone (FSH).
Bagian struktur testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea,
didalam testis terdapat saluran tubulus seminiferus diantara tubulus seminiferus terdapat sel
leydig yang memproduksi hormon testosteron. Spermatozoa akan bergerak dari tubulus
menuju rete testis, duktus eferen dan epididimis, spermatozoa akan dikeluarkan melalui vas
deferens dan berakhir di penis.
2.3 Stadium Anestesi
Dalam arti yang lebih luas, anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa terhadap
suatu rangsangan. Pemberian anestetikum dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Seringkali anestesi
dibutuhkan pada tindakan yang berkaitan dengan pembedahan. Anestetikum yang diberikan
pada hewan akan membuat hewan tidak peka terhadap rasa nyeri sehingga hewan menjadi
tenang, dengan demikian tindakan diagnostik, terapeutik atau pembedahan dapat dilaksanakan
lebih aman dan lancar. Perjalanan waktu sepanjang sejarah menunjukkan bahwa anestesi pada
hewan digunakan untuk menghilangkan rasa dan sensasi terhadap suatu rangsangan yang
merugikan (nyeri), menginduksi relaksasi otot, dan terutama untuk membantu melakukan
diagnosis atau proses pembedahan yang aman.
Stadiun 1 atau stadium analgesi adalah stadium awal anestesi yang terjadi segera
setelah dilakukan anestesi secara inhalasi atau injeksi. Hewan pada stadium ini masih sadar
tetapi kehilangan orientasi dan menurunnya sensitifitas terhadap rasa nyeri. Respirasi dan
denyut jantung masih normal atau meningkat, dan semua refleks masih ada; Stadium 2 atau
stadium delirium atau eksitasi adalah stadium yang dimulai dari hilangnya kesadaran. Semua
refleks masih ada dan bisa muncul berlebihan. Hewan masih dapat mengunyah, menelan, dan
mulut umumnya menganga. Kondisi pupil yang dilatasi tetapi akan berkontriksi apabila ada
rangsangan sinar. Stadium ini berjalan cepat dan bahkan akan terlewati apabila diberikan
preanestesi yang baik.
Stadium 2 akan berakhir apabila hewan menunjukkan tanda relaksasi otot, respirasi
menurun, dan terjadi penurunan refleks; Stadium 3 atau stadium pembedahan adalah stadium
melakukan tindakan bedah dan dibagi menjadi empat plane, yaitu plane 1 atau anestesi ringan,
plane 2 atau anestesi pembedahan,plane 3 atau anestesi dalam, dan plane 4 atau paralisa; dan
Stadium 4 atau stadium terminal (stadium kelebihan dosis) (Archibald, 1966).
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.2
1. Needle
2. Needle holder
3. Gunting tajam tajam
4. Gunting tajam tumpul
5. Gunting tumpul tumpul
6. Towel clamp
7. Roschester pain
8. Silet
9. Pinset ( anatomis dan chirurgis)
10. Scalpel dan blade
11. Tali pengikat
Bahan
1.Obat premedikasi : atropine sulfat (0,512ml)
2.Obat anesthesia : xylazin (0,32ml) dan ketamine (0,32ml)
3.Obat analgesic : tolfenamide (0,32ml)
4.Obat antibiotic : amoxicillin (2,56ml)
5.Alcohol 70%
6.Iodin
7.Sabun
8.Duk
9.Kapas
10. Benang (Silk catgut, plain catgut, dan chromic catgut)
Pre Operasi
Pre Operasi
- Persiapan ruangan.
- Sterilisasi alat bedah, meliputi dissecting set, tampon bulat dan
tampon kotak, dan duk.
- Sterilisasi meja operasi.
- Perhitungan dosis meliputi atropine sulfat (0,512ml), xylazin
(0,32ml), ketamine (0,32ml), tolfenamide (0,32ml), dan amoxicillin
(2,56ml).
- Handling kucing.
- Pemberian obat premedikasi, yaitu atropine sulfat secara subcutan
dengan volume obat sebesar 0,32 ml pada pukul 13.00 WIB.
- Pemberian obat anesthesia, yaitu ketamine (0,32ml) dan xylazine
(0,32ml) secara intramuscular dengan cara dicampurkan keduanya
dalam 1 spuit pada pukul 13.15 WIB. Kemudian dilakukan restrai
kucing dengan posisi rebah.
- Dilakukan pencukuran bulu menggunakan silet pada area skrotum
dengan cara kapas diberi sabun terlebih dahulu, lalu dibersihkan
pada area tersebut.
- Kucing teranesthesi pukul 13. WIB.
- Diberikan tampon bulat pada rongga mulut dengan menarik lidah
keluar agar tidak tergigit saat kucing teranesthesi.
Hasil
3.2.2
Operasi
Operasi
Hasil
Suhu : 38,1 0C
Pulsus : 112
CRT : < 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : tinggi
Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
Hasi
l
Perawatan 2 (02-10-2015)
-
Suhu : 37,6 0C
Pulsus : 108
CRT : < 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : normal
Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
Tolfenamin 0,32ml kg/BB
Hasi
l
Perawatan 3 (03-10-2015)
- Suhu : 37,9 0C
-Pulsus : 104
-CRT : < 2
-Appetice : normal
-Defekasi : normal
-Urinasi : normal
-SL : normal
-Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
Hasi
l
Perawatan 4 (04-10-2015)
- Suhu : 38,2 0C
- Pulsus : 116
- CRT : < 2
- Appetice : normal
- Defekasi : normal
- Urinasi : normal
- SL : normal
- Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
- Tolfenamin 0,32 ml kg/BB
Hasi
l
Perawatan 5 (05-10-2015)
-
Suhu : 38,0 0C
Pulsus : 112
CRT : < 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : normal
Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
Hasi
l
Perawatan
(06-10-2015)
- 6 Suhu
: 36,5 oC
- Suhu : 37,9 0C
- Pulsus : 112
- CRT : < 2
- Appetice : normal
- Defekasi : normal
- Urinasi : normal
- SL : normal
- Antibiotik : Amoxicilin 2,56 ml
- Tolfenamin 0,3 ml kg/BB
Hasi
l
Perawatan 7 (07-10-2015)
Hasi
l
Suhu :38,6 0C
Pulsus : 112
CRT :< 2
Appetice : normal
Defekasi : normal
Urinasi : normal
SL : normal
Lepas jahitan
BAB IV
HASIL
4.1 ANAMNESA
4.1.1 Shippy dalam kondisi sehat
4.1.2 Testis tidak mengalami pembesaran
4.1.3 Tidak ada luka pada testis
4.1.4 Nafsu makan baik
4.1.5 Minum shippy baik
4.1.6 Berdiri tegak, dengan penopang keempat kakinya
4.2 PERHITUNGAN DOSIS
4.2.1 Betamox (intramuscular)
Dosis : 15 mg/ kg BB
Konsentrasi : 150 mg/ ml
Pemeriksaan Hewan
Kelas: 2012 A
1.
2.
3.
4.
Kelompok: 4
Nama
Amelda Kurnia Esty Vera
Tito Adikresna
Lutfi Azam Fahiza
Yuli Ayu Kartika
Nim
125130100111015
125130100111008
125130101111001
125130101111002
SIGNALEMENT
Nama
: Sippy
Jenis hewan
: Kucing
Kelamin
: Jantan
Ras/breed
: Domestik
Warna bulu/kulit
: Hitam Putih
Umur
: 2 tahun
Berat badan
: 3,2 kg
Tanda kusus
Pemeriksaan Hewan
Hospital Name
Address
City
: MALANG
Tanggal
: 28 September 2015
Temp: 38,8 0C
Pulse: 184/ menit
Respirasi: 100/menit
CRT: < 2
Hydration: normal
Overweight
Normal
System Review
a. Integumentary
Normal
Abnormal
e. Nervus
Normal
Abnormal
i. Lympatic
Normal
Abnormal
b. Otic
Normal
Abnormal
f. Cardiovaskuler
Normal
Abnormal
j. Reproduction
Normal
Abnormal
c. Optalmic
Normal
Abnormal
g. Respiration
Normal
Abnormal
k. Urinaria
Normal
Abnormal
Deskripsi Abnormal
Vaksinasi
Ya
Tidak
FORM OPERASI
KASTRASI / OH
d. Muscoloskeletal
Normal
Abnormal
h. Digesty
Normal
Abnormal
Golongan Obat
Sanpicillin ANTIBIOTIK
Atropin
PREMEDIKASI
Sulfat
PREMEDIKASI
Ketamin +
ANASTHESI
Xylazin
Tolfen
Temp
Membrane mucosa
CRT
Pulsus
Respirasi
Hydration
: 38,8 0C
: normal
:< 2
: 120/ menit
: 48/ menit
: normal
DOSIS
Volume
KOSENTRASI
(mg/Kg
Obat
(mg/ml)
BB)
(ml)
Rute
Waktu
Topikal
14.10
0,04
0,512
Subcutan
13.00
10
2
4
100
20
40
0,32
0,32
0,32
Intrauscular
Intramuscularr
Subcutan
13.15
13.15
15.47
90
112
37,9
120
114
38,0
KONTROL PEMERIKSAAN
Menit ke0
Pulsus(/menit) 120
Temp(0C)
38,3
Menit
135
Pulsus(/menit) 114
Temp(0C)
39,2
15
118
38,0
30
116
38,0
150
120
38,2
Mulai Operasi
: 13.15 WIB
Selesai Operasi
: 14.30 WIB
Mulai Anastesi
: 13.15 WIB
165
112
38,1
45
120
38,2
180
128
38,0
60
116
38,3
75
108
38,5
105
112
37,5
FORM MONITORING
PASCA OPERASI
Nama Hewan
Jenis Hewan
Ras/Breed
Umur
Jenis Kelamin
: Sippy
: Kucing
: Domestik
: 1 Tahun
: Jantan
Tanggal
1/10/2015 Suhu : 38,1C
Pulsus : 112
CRT : <2
2/10/2015 Suhu : 37,6C
Pulsus : 108
CRT : <2
3/10/2015 Suhu : 37,9C
Pulsus : 104
CRT : <2
4/10/2015 Suhu : 38,2C
Pulsus : 116
CRT : <2
5/10/2015 Suhu : 38,0C
Pulsus : 112
CRT : <2
6/10/2015 Suhu : 37,9C
Pulsus : 112
CRT : <2
7/10/2015 Suhu : 38,6C
Pulsus : 112
CRT : <2
Suhu :
Pulsus :
CRT :
Pemeriksaan
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
Appetice
Defekasi
Urinasi
SL
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
:-++++
Terapi
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
Tolfenamide acid
(0,32 ml)
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
Tolfenamide acid
(0,32 ml)
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
T/ Amoxicillin (2,56
ml) 2x1
Tolfenamide acid
(0,32 ml)
Lepas Jahitan
T/
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa Prosedur
5.1.1 Persiapan Alat Dan Bahan
Ketika melakukan kastrasi, terlebih dahulu kita menyiapkan alat dan bahan
operasi, sehingga pada saat operasi alat sudah tersedia dan lengkap untuk memudahkan
kita saat melakukan operasi ini. Alat-alat yang digunakan adalah 1 blade ukuran 23, 1
scalpel , 2 arteri clamp, 2 gunting (tajam-tajam dan tajam-tumpul), 1 jarum ujung segitga,
1 pinset chirurgis dan 1 anatomis, 1 needle holder, 1 silet, 4 tali pengikat, 1 duk, 2 towel
clamp, dan lamp harus melalui proses sterilisasi terlebih dahlu agar semua alat steril
kecuali gunting dan lamp karena gunting bila di sterlilisasi menjadi tumpul. Tujuan dari
sterilisasi yaitu agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat menghambat proses
penyembuhan luka (Komang et al, 2011).
Sedangkan bahan yang digunakan dalam hal ini antara lain tampon bulat dan
tampon kotak masing-masing berjumlah 10 buah, catgut chromic 3-0 untuk meligasi
spermatic cord, silk 3-0 untuk menjahit skrotum, alkohol 70%, povidone iodine secara
topikal, premedikasi atropine sulfat 0,512 ml, anastesi ketamin 0,32 ml dan xylazine
0,32 ml, antibiotik betamox 0,32 ml, sanpicillin secara topikal dan amoxicillin 2,56 ml
serta analgesik tolfenamic 0,32 ml.
5.1.2 Persiapan Operator dan Co Operator
Dalam operasi kastrasi ini kami membagi anggota kelompok menjadi operator, co
operator, asisten operator. Operator maupun co operator harus dalam keadaan yang steril
dengan memakai jas lab, glove steril dengan disemprot alkohol 70% terlebih dahulu,
memakai penutup kepala dan masker. Kondisi operator dan co operator harus dalam
keadaan yang sehat fisik agar pelaksanaan operasi berjalan lancar. Semua anggota
kelompok harus memahami prosedur operasi kastrasi.
5.1.3 Persiapan Hewan
Pada praktikum kali ini kami menggunakan kucing jantan sebagai hewan yang akan
dikastrasi. Kucing tersebut harus dalam kondisi yang sehat dan umur lebih dari 1 tahun.
Hal tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik berupa inspeksi ada atau tidaknya
kelainan bagian tubuh, pengukuran berat badan, pulsus, temperatur, membrane mukosa,
penentuan umur dengan melihat gigi yang telah tanggal (Komang et al, 2011). Kucing
dipuasakan makan 8-12 jam sebalum dilakukan operasi.
5.1.4 Pemberian anestesi
Pada pemberian anestesi yang pertama kucing diinjeksi atropine sulfat 0,52 ml
secara subcutan sebagai premedikasi. Atropin sulfat merupakan premedikasi golongan
antikolinergik atau parasimpatik. Obat premedikasi bertujuan untuk mencegah terjadinya
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat menyimpulkan bahwa maksud dan tujuan dilakukan
kastrasi yaitu menurunkan populasi hewan karena dapat mencegah kesuburan hewan jantan
(tujuan sterilisasi), mengurangi sifat menjelajah, dan memngurangi kebiasaan kencing yang
tidak baik. Kastrasi juga dapat mengurangi resiko penyakit yang berhubungan dengan
hormone androgen seperti gangguan prostat, tumor, dan perineal hernia. Indikasi lain dari
kastrasi adalah menghindari sifat abnormal yang diturunkan, gangguan testis dan epididimis,
mencegah tumor skrotum, trauma dan abses serta dapat mengurangi gangguan endokrin..
Sebelum dilakukan kastrasi (orchiectomy), sebaiknya hewan dibersihkan terutama daerah
sekitar skrotum dan dipuasakan kemudian dilakukan beberapa persiapan diantaranya
persiapan operator, alat dan bahan, instrumen bedah, pasien, serta tempat. Persiapan ini
dilakukan bertujuan untuk mempermudah jalannya proses kastrasi dan agar tidak terjadi
infeksi mikroba pada pasien.
6.2 Saran
Dalam praktikum sebaiknya lebih aseptis dan lebih konsisten dalam memerankan
peran sebagai operator atau asisten operator saat operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Archibald. 1966. Anestesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Frandson. 1993. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. A Jhon Wiley & Sons Ltd,
Publication
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama.
Airlangga University Press, Surabaya.
Soegiri. Wulansari, Retno. 2007. Cara-cara Mengekang Hewan. IPB Press : Bogor.
Waluyo. 2009. Bedah Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya
LAMPIRAN