Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN TOTAL PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER II

I. Enteritis Pada Kucing Selamet


II. Influenza Pada Kucing Galang
III. Calicivirus Pada Kucing Bobby

Nama : Andri Maulana Yusup

NPM : 12820051

Kelompok : B1

DEPARTEMEN KLINIK VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2016
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER II

I. Acara Praktikum Ke-1

ENTERITIS PADA KUCING SELAMET

Nama : Andri Maulana Yusup

NPM : 12820051

Kelompok : B1

DEPARTEMEN KLINIK VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Memelihara hewan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hiburan di
rumah. Banyak orang memilih memelihara hewan untuk menghilangkan stres, karena
dengan melihat segala tingkah dan penampilan dari hewan-hewan peliharaan
diharapkan mampu memberikan kesenangan dan mengusir rasa lelah setelah seharian
diluar rumah. Salah satu jenis hewan yang banyak dipilih masyarakat untuk dipelihara
adalah kucing. Karakteristik pembeda jenis kucing satu dengan kucing lainnya adalah
pola warna rambut pada kulit.
Kucing merupakan salah satu hewan yang rentan terhadap penyakit. Kucing
yang berubah menjadi pendiam dan kurang lincah, makan lebih sedikit dari jumlah yang
biasa, atau secara umum tampak kurang sehat, hal ini dapat mengindikasikan bahwa
kucing sedang kurang sehat atau sakit dan sebaiknya kucing dibawa ke dokter hewan
untuk diperiksakan kesehatannya.
Pemilik kucing harus mengetahui gejala-gejala sakit sebelum memutuskan
membawa ke dokter hewan atau memberikan obat-obatan. Tanda-tanda kucing sakit
adalah nafsu makan tiba-tiba berkurang, lesu dan tidur seharian, sering bersembunyi di
tempat gelap, kurang minum atau minum berlebihan, feses berdarah / berlendir, buang
air di luar litter box, diare / Mencret, muntah-muntah, batuk-batuk, bersin-bersin terus
menerus, menggaruk dan menjilati area yang sama terus menerus, mengibas-ngibaskan
kepala dalam waktu yang sering, biasanya ada masalah di telinganya, belekan, mata
berair, mata tidak jernih, gusi berwarna pucat, tidak buang air besar lebih dari 1 hari ,
kencing sedikit, pincang, serta perut terlalu gendut atau terlalu kurus.
1.2 TUJUAN
Setelah melakukan praktikum, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Menyebutkan gejala-gejala utama pada penyakit system digesti pada hewan

kesayangan

2. Menyebutkan diferensial diagnosis penyakit sistem digesti berdasarkan gejala-

gejala yang ditemukan

3. Menyebutkan sebab-sebab dari gejala-gejala yang ditemukan pada penyakit

sistem digesti pada hewan kesayangan

4. Menyebutkan langkah-langkah pemeriksaan tambahan yang diperlukan

berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan

1.3 Manfaat
Dengan mampu mendiagnosa dengan tepat penyakit pada kucing, maka akan

mampu memberikan terapi yang tepat sehingga dapat menyembuhkan penyakit yang

diderita pada kucing.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ENTERITIS
Enteritis adalah peradangan pada intestinal, yang dikarakteristikkan adanya

infiltrasi eosinofil, biasanya masuk ke lamina propia, namun kadang melibatkan

submucosa dan muskularis (Tilley and Smith, 2000).

Enteritis dapat bersifat akut maupun kronis yang dapat mengakibatkan

peningkatan peristaltik usus, kenaikan jumlah sekresi kelenjar pencernaan serta

penurunan proses penyerapan cairan maupun nutrisi makanan yang terlarut di

dalamnya. Enteritis primer maupun sekunder ditandai dengan menurunnya nafsu

makan, menurunnya kondisi tubuh, dehidrasi dan diare. Perasaan sakit karena adanya

enteritis bersifat bervariasi, tergantung pada jenis hewan yang menderita serta derajat

keradangan (Subronto, 1995). Kondisi ini mengakibatkan gerakan mukosal intestinal

mengalami perpindahan cairan dan elektrolit secara cepat dari darah ke lumen usus

sehingga terjadi dehidrasi dan shock hipovolemik secara cepat. Kerusakan mukosa usus

dan shock septik atau shock endotoksik diakibatkan terjadinya translokasi dari bakteri

atau toksin bakteri. Natrium dan Kalium hilang bersama dengan hilangnya cairan tubuh

akibat terjadinya dehidrasi (Nugroho dan Whendarto, 1998).

2.2 ETIOLOGI

Alergi pakan, infeksi fungal, bekterial, atau parasit dan neoplasma sering menjadi

penyebab terjadinya enteritis (Boothe, 2001). Beberapa bakteri penyebab antara lain
Escherichia coli, Salmonella sp., Campylobacter jejuni, Clostridium perfringens, parasit

antara lain nematoda: Ancylostoma sp., Toxocara sp., Strongyloides, cestoda:

Dipylidium caninum, Taenia sp., protozoa: Giardia, Coccidia, Cryptosporodia, viral:

Canine Parvoviral Enteritis, Canine Distemper dan Canine Coronaviral Enteritis.

Adanya radang mampu meningkatkan frekuensi dan intensitas peristaltik usus

akibatnya penyerapan nutrisi pada usus halus berkurang sehingga vili usus menjadi

rusak dan kerja usus menjadi lebih meningkat sehingga mengeluarkan banyak cairan.

Jumlah air yang tidak terserap jadi lebih banyak hingga konsistensi tinja jadi lebih encer

dan pengeluarannya menjadi lebih sering serta banyak (terjadi diare) (Subronto, 1995).

Kehilangan cairan tubuh akan menyebabkan dehidrasi (Moore, 2004).

2.3 GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang sering dijumpai pada enteritis seperti diare disertai atau tanpa

muntah, demam, anoreksia, depresi dan sakit pada abdomen (Nelson, R.W. dan Couto,

C.G., 2003). Enteritis kronis, dapat mengakibatkan kekurusan dengan feses cair,

berdarah, lendir atau ada reruntuhan jaringan yang jumlahnya mencolok. Enteritis akut

selalu disertai dengan oligouria atau anuria, dan disertai dengan menurunnya nafsu

makan, anoreksia total maupun parsial. Pada radang kronis biasanya nafsu makan tidak

mengalami perubahan (Subronto, 1995).


2.4 DIAGNOSA DIFFERENTIAL

Diagnosa banding adalah infeksi-infeksi enteric akibat virus dan penyakit-

penyakit intestinal kibat parasit yang lain (Ancylostoma sp) (Subronto, 1995).

2.4 PENGOBATAN

Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyebab primernya, perlu

dipertimbangkan pemberian protektiva, adstringensia. Rasa sakit yang terus menerus

dapat dikurangi dengan pemberian analgesika atau transquilizer. Pemberian cairan faali

maupun elektrolit mutlak diberikan unutuk mengganti cairan yang hilang. Pemberian

antibiotik dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat

pertumbuhan bakteri yang memungkinkan kondisi peradangan menjadi lebih parah

(boothe, 2001).
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 MATERI PEMERIKSAAN


Pada pemeriksaan pasien, materi pemeriksaan yang digunakan meliputi alat dan

bahan seperti hammer atau palu reflex, penlight, thermometer, stetoskop, meja operasi

hewan serta alcohol.

Hammer atau Palu Reflex digunakan untuk memeriksa kemampuan reflex dari

bagian-bagian tertentu tubuh. Biasa juga disebut dengan alat perkusi. Cara

menggunakannya dengan memukulkan atau mengetukkan hammer pada daerah yang

ingiin dilihat refleksnya ataupun pada daerah yang akan didengar ada tidaknya suara

resonan ataupun suara pekak normal pada beberapa bagian tubuh hewan (Adillah dkk,

2014)

Penlight sebagai alat bantu penerangan untuk memeriksa pasien, agar

pemeriksaan lebih jelas. Umumnya digunakan pada mata untuk melihat

kontraksi/dilatasi pupil, juga bisa digunakan pada beberapa daerah yang berongga. Cara

menggunakannya yaitu nyalakan lampu penlight dengan memutar pada gagang

bawahnya atau ditekan pada kepala penlight (tergantung dari jenisnya), arahkan

cahayanya pada bagian yang akan diamati atau diperiksa (Adillah dkk, 2014).

Thermometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Terbagi atas 3 jenis yaitu,

thermometer air raksa, thermometer digital dan thermometer infra merah. Adapun

thermometer air raksa dan thermometer digital memiliki perbedaan pada pengukurnya.

Untuk thermometer digital, jika suhu tubuh sudah didapat maka alat tersebut akan
mengeluarkan bunyi dengan sendirinya. Sedangkan thermometer raksa sendiri

deteksinya memakan waktu yang lama, sehingga kurang efisien untuk digunakan. Cara

menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada rectum atau anus hewan lalu tunggu

beberapa saat sampai didapatkan suhu tubuhnya (Adillah dkk, 2014)

Stetoskop digunakan untuk mendengar bunyi pada bagian tubuh tertentu,

umumnya pada bagian tubuh yang berongga. Misalnya pada bagian thorax dan

abdomen. Pada bagian thorax dapat didengarkan suara jantung dan suara paru-paru

(resonan atau pekak). Dan pada bagian abdomen digunakan untuk mendengar suara

gerakan rumen pada hewan besar, detak jantung janin jika dalam keadaan bunting

trimester akhir. Cara menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada area

intercostalis jika yang ingin diperiksa adalah jantung. Pastikan pasien dalam keadaan

rileks. Jangan lupa memasang stetoskop di telinga, kemudian dengarkan detak

jantungnya (Adillah, dkk 2014)

Meja Operasi Hewan merupakan peralatan atau meja untuk melakukan

pemeriksaan dan operasi pada hewan seperti anjing, kambing, atau ternak lainnya,

diaplikasikan untuk bidang veterinary (rumah sakit hewan) , penampungan hewan,

pembiakan hewan, dan bidang yang berkaitan (Anonim, 2016a)

Alkohol merupakan senyawa kimia yang mengandung satu maupun lebih dari satu

gugus fungsi hidroksil. Golongan alkohol sendiri dibedakan menjadi primer, sekunder

dan juga tersier. Alkohol disebut dengan alkanol. Berikut ini adalah fungsi dari alcohol:

(1) sebagai pelarut, fungsi positif alkohol yang belum banyak diketahui oleh masyarakat

luas adalah alkohol banyak digunakan sebagai bahan pelarut. Alkohol ini digunakan
untuk melarutkan kosmetik berupa astringent dalam bentuk bedak yang cair; (2) sebagai

antiseptic, antiseptik yang ada di pasaran Indonesia hanyalah sabun antiseptik yang bisa

digunakan untuk mencuci tangan yang terkena kuman. Ternyata alkohol juga memiliki

kandungan antiseptik yang bisa digunakan untuk mensterilisasi dari kuman. Dunia

medis banyak menggunakan alkohol untuk mensterilkan alat-alat kedokteran yang

digunakan. (3) bahan bakar, Tidak hanya bensin dan minyak tanah saja yang bisa

digunakan untuk bahan bakar, namun alkohol pun bisa digunakan sebagai bahan bakar.

Sifat panas pada alkohol dan senyawa kimia didalamnya membuat alkohol bisa

digunakan sebagai bahan bakar dan sifatnya mudah terbakar. Untuk menjadikannya

bahan bakar, alkohol harus dicampurkan dengan bahan yang lainnya seperti etanol dan

metanol. Alkohol berupa spritus sangat efektif untuk dijadikan sebagai bahan bakar.

Untuk penggunaannya harus hati-hati sebab sangat beracun jika sampai terminum, jika

terkena mata bisa menyebabkan kebutaa permanen; (4) membuat bahan kimia lain,

alkohol bisa digunakan sebagai bahan pembuatan untuk senyawa kimia lainnya misal

digunakan sebagai pembuatan keasaman cuka; (5) Antibeku, fungsi alkohol lainnya

adalah bisa digunakan sebagai zat antibeku. Alkohol dengan jenis etilen glikol atau

etanadiol biasa digunakan sebagai zat antibeku untuk air radiator mobil di negara yang

memiliki empat musim (Anonim, 2016b)

3.2 METODE PEMERIKSAAN


Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode sinyalmen, anamnesis,

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, mencium atau membaui, serta mengukur dan

menghitung. Sinyalmen merupakan identitas diri suatu hewan yang membedakannya


dengan hewan yang lain, di mana sinyalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat

laksana jalan atau surat jalan bagi hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat

lain. Fungsi lain dari sinyalmen adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat

kesehatan hewan atau surat statuus vaksinasi yang telah dijalaninya. Fungsi ketiga

adalah identitas diri di dalam rekam medic kerumahsakitan (Adillah dkk, 2014)

Anamnesis adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan klien atau

pemilik hewan mengenai keadaan hewannya. Cara mendapatkan anamnesis dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan menyidik namun tidak disadari oleh pemilik

hewan. Seorang dokter hewan harus berusaha mendapatkan keterangan selengkap

mungkin dari pemilik hewan untuk memperoleh peneguhan diagnosis (Adillah dkk,

2014)

Inspeksi merupakan pemeriksaan dengan cara melihat atau melakukan observasi

terhadap keadaan pasien. Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang

berhubungan dengan status fisik. Teknik inspeksi dilakukan ketika pertama kali bertemu

pasien dan yang diamati yaitu tingkah laku dan keadaan tubuh pasien serta hal umum

dan khusus, misalnya dengan melihat semua orifisium eksternal. Inspeksi bisa dilakukan

berbarengan dengan anamnesa. Alat penunjang untuk melakukan inspeksi adalah

endoskopi, radiografi, dan ultrasonografi (Adillah dkk, 2014)

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun

sedikit tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir

dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari palpasi adalah untuk mengetahi bagian

yang terasa nyeri serta perubahan patologi pada organ (konsistensi, elastisitas, keras).
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan pemeriksaan

perkusi yaitu menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan

vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan

(udara, cairan, atau zat padat). Organ yang bisa diperkusi adalah dada (paru-paru dan

jantung), rongga abdomen, sinus paranasal, dan emfisime subkutan. Alat bantu yang

bisa digunakan adalah pleximeter dan plexor. Perkusi pada hewan besar susah untuk

dilakukan karena organ dalam terlalu besar, jaringan di atas organ tebal karena terdapat

banyak lemak dan otot (Adillah dkk, 2014)

Auskultasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan

alat bantu yaitu stetoskop dengan tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat mendengar

bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus serta untuk mengukur tekanan darah dan nadi.

Auskultasi terbagi menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung adalah

telinga langsung menempel di bagian yang diperiksa sedangkan tidak langsung adalah

dengan stetoskop (Adillah dkk, 2014)

Gambar Materi Pemeriksaan


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 KONDISI HEWAN

AMBULATOIR

Tanggal Pemeriksaan 5 Oktober 2016


Nama Pemilik Feby Nur Sofiatin
Alamat Jl. Raya Balongbendi, Sidoarjo
No. Telp. Pemilik 083899397709
Dokter Hewan Drh. Ady Kurnianto., M.Si
Jenis Hewan Kucing
Nama Hewan Selamet
Signalement Jantan/domestik/badan berwarna putih,
telinga dan ekor berwarna hitam,
berumur 10 bulan

ANAMNESIS : Diare, minum di kamar mandi, belum vaksin, belum diberi obat
cacing

STATUS PRAESENS :

1. Keadaan Umum :
a. Ekspresi Muka : Ceria b. Kondisi Tubuh : Pincang
kaki belakng sebelah kiri
2.
a. Frekuensi Nafas :76x/menit b. Frek. Pulsus : 80x/menit

c. Temp : 39C

3. Kulit dan Rambut :


a. Turgor kulit : cepat b. Bulu : rontok, kusam

4. Selaput Lendir :
a. Mukosa Mata : berwarna pucat b. Mukosa Mulut: lembab, CRT 2 detik

c. Anus dan Penis : bersih


5. Kelenjar kelenjar Limfe :
a. Lgl. Mandibularis : Normal b. Lgl. Axillaris: Normal

c. Lgl. Retropharyngealis : Normal d. Lgl. Femoralis : Normal

6. Pernafasan : Auskultasi : Tipe Pernafasan pada kucing Bronchial

7. Peredaran Darah : Auskultasi Jantung (systole (lup) dan diastole (dup) : dapat
dibedakan)

8. Pencernaan :
a. Inspeksi dan palpasi rongga mulut : Baik (normal)
b. Aspeksi rongga mulut : bau makanan c. Palpasi oespohagus : tidak ada
Pembengkakan

d. Auskultasi bagian usus: gerak peristaltiknya e. Inpesksi anus : bersih


gemericik tidak begitu berdesir.

9. Kelamin dan Perkencingan :


Palpasi pada VU : tidak bengkak Inspkesi pada scrotum dan penis : normal

10. Syaraf
a. Reflek Pupil : normal b. Reflek palpebrae : normal c. Reflek kaki : kaki
kiri belakang tidak
ada respon

DIAGNOSA : ENTERITIS

PROGNOSA : FAUSTA (tingkat kesembuhan > 50%)


Dari hasil pemeriksaan klinik yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa
Selamet terkena enteritis, kemudian dokter memberikan resep :

R/ Inj
Oxytetracycline 0,25 cc
B-Complex 0,30 cc
Neurobion
Dexamethason
S.d.c.form
R/ Amoxicillin 500 mg
B-Complex 50 mg
m.f.pulv. da. in. caps . t.d No.X
S.b.d.d.Caps. I

4.2 KANDUNGAN / KOMPOSISI OBAT


4.2.1 Medoxy

MEDOXY-L merupakan sediaan antibiotik yang memiliki daya

kerja luas. MEDOXY-L bekerja terhadap sebagian besar bakteri

Gram (+) dan Gram (-), termasuk yang resisten terhadap Penicillin.

MEDOXY-L bekerja cepat, efek terapeutik dalam jaringan tubuh

tercapai dalam waktu 1-2 jam setelah penyuntikan.

KOMPOSISI :

Setiap ml mengandung :

Oxytetracycline .50 mg

Lidocaine HCl ... ...2% b/v


4.2.1.1 Indikasi MEDOXY-L

1. Unggas : CRD (ngorok), korisa (snot, pilek, muka bengkak), kolera (berak hijau),

infeksi bakteri Gram (-) dan Gram (+) yang resisten terhadap Penicillin.

2. Hewan besar (sapi, kuda, kerbau, domba, kambing, babi) : Pneumonia, septicemia

epizootica, leptospirosis, anthrax, foot rot, bacterial enteritis, metritis, mastitis, calf

scours, anaplasmosis, erysipelas (diamond skin disease), scours pada anak babi dan

infeksi karena luka

3. Hewan kecil (anjing, kucing) :Distemper complex, infeksi saluran pencernaan dan

pernapasan, leptospirosis dan infeksi karena luka

4.2.1.2 Aturan Pakai

Obat disuntikkan secara intramuskuler (tembus daging/otot) atau subkutan (bawah kulit)

4.3 VITAMIN B- COMPLEX-INJ

Gabungan vitamin B ini efektif untuk menormalkan


system syaraf yang tergangu , memperbaiki pertumbuhan ,
meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan nafsu makan,
mencegah / mengobati hewan hewan dari penyakit
defisiensi vitamin B. Walaupun beberapa hewan tertentu
dapat mensintesis sendiri vitamin ini, namun proses
pembentukan sangat tergantung pada factor / unsur lain.
Oleh karena itu perlu pasokan vitamin b- komplek dari luar
tubuh hewan .
Komposisi:
Tiap 100 ml mengandung:
Vitamin B1.......................................250 mg
Vitamin B2.......................................125 mg
Vitamin B6.......................................125 mg
Nicotinamide....................................250 mg
Ca-D-Panhotenada...........................250 mg

4.3.1 Aturan Pakai

Ayam:
petelur umur 1- 2 bulan/ ayam broiler berat 0,2 0,6 kg: 0,2 0,4 ml
petelur umur 2 3 bulan/ ayam broiler berat 0,6 1,0 kg: 0,4 0,7 ml
petelur umur lebih dari 4 bulan/ ayam broiler berat lebih dari 1,5 kg: 1ml

Sapi:
anak sapi : 0,05 ml/kg BB.
sapi dewasa: 0,03 ml/kg BB.

Babi:
berat 40 kg: 1 2 ml
berat 40 75 kg: 2 3 ml
berat lebih dari 75 kg: 3 5 ml

Anjing dan kucing: 0,10 ml 0,50 ml/kg BB

Sediaan : cairan injeksi

Kemasan : 50 ml dan 100 ml/botol


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kasus ini, kucing selamet terkena penyakit enteritis. Ada beberapa hal yang

sering menjadi penyebabterjadinya penyakit enteritis pada kucing antara lain alergi

pakan, infeksi fungal, bekterial, atau parasit dan neoplasma. Gejala klinis yang sering

dijumpai pada enteritis adalah diare disertai atau tanpa muntah, demam, anoreksia,

depresi dan sakit pada abdomen. Rasa sakit yang terus menerus dapat dikurangi dengan

pemberian analgesika atau transquilizer. Pemberian cairan faali maupun elektrolit

mutlak diberikan unutuk mengganti cairan yang hilang. Pemberian antibiotik dapat

dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat pertumbuhan bakteri yang

memungkinkan kondisi peradangan menjadi lebih parah


DAFTAR PUSTAKA

Adillah, H., M.I. Djamil., E. Augusta., A.A. Karlina., S. Nurfitriani. 2014. Pengenalan
Alat Diagnostik Klinik. Program Studi Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anonim. 2016a. Alkohol, Fungsi-Efek-Kebutuhan dalam Tubuh.


http://halosehat.com/farmasi/aditif/alkohol Diakses 20 Oktober 2016

Anonim. 2016b. Meja Operasi Hewan. http://www.indonetwork.co.id/product/meja-


operasi-hewan-5498771 Diakses 20 Oktober 2016

Boothe, D.M. 2001. Small Animal Clinical Pharmacology and Therapeutics. Toronto:
W.B. Saunders Company. Pp. 150, 154, 272,

Nelson, R.W. and Couto C.G. 2003. Small Animal Internal Medicine 3th ed. St. Louis
Missouri: Mosby.

Subronto, 1995, Ilmu Penyakit Ternak I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Subronto dan Tjahajati, I. 2008. Ilmu Penyakit Ternak III: Farmakologi Veteriner,
Farmakodinamika dan Farmakokinesis, Farmakologi Klinis. Yogyakarta:
Gadjahmada University Press.

Tilley, L.P. and Smith F.W.K. 2000. The 5-minute Veterinary Consult, Ver. 2.0. USA:
Lippincott Williams and Wilkins.
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER II

II. Acara Praktikum Ke-2

INFLUENZA PADA KUCING GALANG

Nama : Andri Maulana Yusup

NPM : 12820051

Kelompok : B1

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA


2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memelihara hewan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hiburan di
rumah. Banyak orang memilih memelihara hewan untuk menghilangkan stres, karena
dengan melihat segala tingkah dan penampilan dari hewan-hewan peliharaan
diharapkan mampu memberikan kesenangan dan mengusir rasa lelah setelah seharian
diluar rumah. Salah satu jenis hewan yang banyak dipilih masyarakat untuk dipelihara
adalah kucing. Karakteristik pembeda jenis kucing satu dengan kucing lainnya adalah
pola warna rambut pada kulit.
Kucing merupakan salah satu hewan yang rentan terhadap penyakit. Kucing
yang berubah menjadi pendiam dan kurang lincah, makan lebih sedikit dari jumlah yang
biasa, atau secara umum tampak kurang sehat, hal ini dapat mengindikasikan bahwa
kucing sedang kurang sehat atau sakit dan sebaiknya kucing dibawa ke dokter hewan
untuk diperiksakan kesehatannya.
Pemilik kucing harus mengetahui gejala-gejala sakit sebelum memutuskan
membawa ke dokter hewan atau memberikan obat-obatan. Tanda-tanda kucing sakit
adalah nafsu makan tiba-tiba berkurang, lesu dan tidur seharian, sering bersembunyi di
tempat gelap, kurang minum atau minum berlebihan, feses berdarah / berlendir, buang
air di luar litter box, diare / Mencret, muntah-muntah, batuk-batuk, bersin-bersin terus
menerus, menggaruk dan menjilati area yang sama terus menerus, mengibas-ngibaskan
kepala dalam waktu yang sering, biasanya ada masalah di telinganya, belekan, mata
berair, mata tidak jernih, gusi berwarna pucat, tidak buang air besar lebih dari 1 hari ,
kencing sedikit, pincang, serta perut terlalu gendut atau terlalu kurus.
1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Menyebutkan gejala-gejala utama pada penyakit system digesti pada hewan

kesayangan

2. Menyebutkan diferensial diagnosis penyakit sistem digesti berdasarkan gejala-

gejala yang ditemukan

3. Menyebutkan sebab-sebab dari gejala-gejala yang ditemukan pada penyakit

sistem digesti pada hewan kesayangan

4. Menyebutkan langkah-langkah pemeriksaan tambahan yang diperlukan

berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan

1.3 Manfaat
Dengan mampu mendiagnosa dengan tepat penyakit pada kucing, maka akan

mampu memberikan terapi yang tepat sehingga dapat menyembuhkan penyakit yang

diderita pada kucing.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FLU KUCING

Flu kucing adalah penyakit yang biasanya terjadi karena infeksi biasanya

dikombinasikan dengan bakteri atau virus-virus lainnya. Penyakit kucing sering terjadi

pada kucing, mau kucing dewasa ataupun anak kucing, walau kucing dewasa sistem

kekebalan tubuhnya kuat, tetapi tidak dipungkiri untuk terserang penyakit flu. Flu

kucing dapat dicegah dengan vaksinasin rutin. Flu kucing walau jarang membuat angka

kematian, tetapi kondisi flu kucing sangat fatal bila terjadi kepada anak kucing. Kucing

dewasapun akan terlihat jika terserang flu berkepanjangan, dari bersin-bersin, dan

hidung basah itu gejala kecil yang terjadi terhadap kucing (Tan, 2014)

Penyakit flu sering terjadi pada kucing, terutama pada kucing yang belum

divaksinasi dan mudah sekali menular kepada kucing lain. Penyakit ini jarang

menyebabkan kematian pada kucing dewasa tetapi dapat berakibat fatal bila menyerang

anak kucing.Meskipun pada kucing dewasa jarang berakibat fatal, gejala-gejala

penyakit seperti pilek dan bersin-bersin dapat berlangsung cukup lama.Oleh karena itu

pencegahan dengan vaksinasi rutin merupakan tindakan terbaik (Tan, 2014).

2.2 ETIOLOGI
Flu kucing atau cat flu merupakan penyakit flu yang biasa ada pada kucing.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi Feline Herpes Virus-1 (FHV-1),
Feline Viral Rhinotracheitis, ataupun calicivirus. Virus jenis tersebut tidak menular pada

manusia (Little 2008). Walaupun pada kucing dewasa flu kucing tidak terlalu

berbahaya, namun bila menyerang anak kucing dapat bersifat fatal yang dapat

menyebabkan kematian. Penyebab flu pada kucing bisa juga karena terserang bakteri

yaitu bakteri Bordetella Bronchiseptica (Tan, 2014)

2.3 EPIDEMIOLOGI

Seperti halnya penyakit flu pada manusia, flu kucing juga menyebar melalui air

liur, cairan bersin/droplet yang mengandung virus. Droplet ini tersebar melalui bersin,

kontak langsung atau tidak langsung melalui peralatan (tempat makanan, minuman,

kandang, dll) yang tercemar virus. Kontak tidak langsung juga dapat terjadi melalui

sentuhan manusia, oleh karena itu cucilah tangan dengan sabun/antiseptik setelah

memegang kucing sakit agar tidak menulari kucing lain. Masa inkubasi penyakit ini

dapat mencapai 3 minggu, artinya kucing bisa saja tidak menunjukkan gejala sakit flu

hingga 3 minggu sejak virus menyerang. Selama 3 minggu tersebut kucing bisa saja

menyebarkan virus, meskipun tidak terlihat sakit (Tan, 2014).

2.4 PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS

Ciri ciri atau gejala cat flu, Feline Herpes Virus-1 (FHV-1) merupakan penyakit

yang paling serius, nama lainnya adalah Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) (Davison

et al . 2009). Feline Herpes Virus menginfeksi selaput mata, lapisan faring, hidung,

sinus, dan tenggorokan (Povey 1979). Ciri atau gejala yang paling umum dari infeksi

FHV-1 adalah mempengaruhi membran mata, conjunctivitis (mata bengkak, merah


disertai adanya kotoran mata penuh dengan cairan kental seperti nanah, hal ini di

karenakan adanya infeksi sekunder), kadang kadang bisa berkembang menjadi corneal

ulcer. Bersin, rhinitis (radang yang mengakibatkan keluarnya cairan dari hidung,

awalnya keluar cairan bening, kemudian berubah menjadi tebal dan hijau seiring

berkembangnya penyakit, bahkan sering kehilangan indera penciuman, demam, depresi,

kehilangan nafsu makan.

Cat flu yang disebabkan oleh Feline Calicivirus (FCV) mempunyai gejala klinis

yang beragam karena FCV memiliki strain yang cukup banyak (Radford et al . 2009).

Kucing dengan infeksi FCV akan mengalami gejala yang ulcerasi pada mulut dan lidah,

palatum, bibir, keluar discharge dari hidung dan mata (Cai et al . 2002), gingivitis

(radang gusi), infeksi pada membran mata tetapi tidak menimbulkan ulcer, demam,

depresi, nafsu makan menurun, pneumonia muncul jika ada infeksi sekunder, nyeri

sendi, ada beberapa yang mengakibatkan ulcer pada paw (Coyne et al . 2006).

Bordetella bronchiseptica, di sisi lain, dapat menyebabkan penyakit pada berbagai

spesies dan yang penting, adalah penyebab utama dari kennel cough (tracheobronchitis)

pada anjing. Gejala ringan hingga berat yang menandakan flu pada kucing adalah :

- Bersin-bersin berkelanjutan dan demam.

- Nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali.

- Tampak lemah, lesu, diikuti dengan batuk, mata merah dan berair.

- Sudut kelopak mata mengeluarkan belek, kucing tidak dapat membuka mata karena

lengket.

- Diare dengan kotoran yang berbau, encer, dan berlendir.


- Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan semacam sariawan pada

mulut dan menyebabkan kucing kesakitan bila makan.

- Tanda-tanda penyakit biasanya mulai berkurang setelah 7 hari dan kembali ke

kondisi semula dalam 2-3 minggu.

2.5 DIAGNOSA
Diagnosa kasus cat flu sulit untuk dilakukan karena banyaknya gejala klinis yang

dapat ditunjukkan oleh kucing sakit sehingga banyak pula differential diagnosanya.

Cara Dalam beberapa kasus, seekor kucing bisa saja diinfeksi oleh lebih dari satu jenis

virus. Metode tradisional untuk mendiagnosa FHV-1 atau FCV adalah mengisolasi virus

dalam kultur sel. Cara mendiagnosa kucing terkena cat flu yang paling efektif adalah

dikonfirmasi melakukan swab pada tenggorokan kemudian di cek di laboratorium

dengan menggunakan teknik PCR (Polimerase Chain Reaction). Pemeriksaan antibodi

dalam darah tidak begitu efektif, karena banyak kucing yang mendapatkan antibodi dari

vaksinasi (Little 2008).

2.6 DIAGNOSA DIFFERENTIAL

Penyakit Feline Rhinotracheitis memiliki gejala yang hampir sama dengan infeksi

Calicivirua dan Panleukopenia. Pada Panleukopenia gejala yang terlihat adalah gejala-

gejala dari traktus digestivus, muntah-muntah dan diare. Pada Panleukopenia ditemukan

leukopeni yang parah sedangkan FVR sekali-kali ditemukan leositiosis. Pada infeksi

Calicivirus maka rhinitis biasanya bersifat mucus dan jarang berubah menjadi purulent.

Diferensiasi secara virologis dapat dilakukan (Burhan, 2015).


2.6 PENGOBATAN

Pengobatan menggunakan antivirus untuk FHV dan FCV seperti acyclovir

tidak begitu efektif. Antivirus yang lebih efektif untuk pengobatan FHV adalah

Famciclovir. Pengobatan yang biasanya dilakukan untuk menangani cat flu adalah

sebagai berikut:

1. Pemberian antibiotik lebih bersifat mencegah infeksi sekunder yang disebabkan

oleh bakteri. Obat-obat lain yang diberikan biasanya bertujuan untuk mengurangi

gejala flu seperti menurunkan panas, melegakan pernafasan dan menghilangkan

lendir saluran pernafasan yang berlebihan. Selebihnya sangat tergantung pada

sistem kekebalan tubuh kucing itu sendiri.

2. Pada kucing dengan kondisi dan gizi yang bagus, penyakit flu ini akan sembuh

sendiri dalam waktu 2-3 minggu. Meskipun kucing tidak mau makan, usahakan ada

makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan cara disuapi, agar kucing tersebut

tetap mempunyai energi dan nutrisi yang baik untuk memerangi virus flu.

3. Untuk mata yang berair atau mengeluarkan kotoran mata tanpa disertai nanah,

basuh mata dengan kapas yang dibasahi air hangat, kemudian dilap dengan tissue

kering. Sedangkan untuk mata yang mengalami ulcer diobati dengan menggunakan

tetes mata trifluridine, idoxuridine atau cidofovir (Little 2008).

4. Pemberian multivitamin dan suplemen dapat dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan kekebalan tubuh kucing dan meningkatkan nafsu makannya.


5. Berikan tempat tidur yang hangat untuk kucing, menjaga kebersihan tubuh kucing

dan kandang kucing serta mengkarantina kucing dari kucing-kucing lain supaya

tidak menular.

6. Jangan sering-sering memandikannya saat sedang flu.

Masa penyembuhan flu kucing ini berlangsung selama beberapa minggu.

Pada beberapa kasus yang disertai infeksi, masa penyembuhannya dapat berlangsung

lebih lama.

2.7 PENCEGAHAN
- Pemberian vaksinasi yang benar dan tepat, biasanya untuk vaksinasi awal anak

kucing sebelum terinfeksi (sering pada usia 6-8 minggu). Vaksinasi lebih

bersifat pencegahan.Vaksinasi rutin tidak 100 % melindungi kucing dari penyakit.

Pada kucing yang rutin divaksinasi, meskipun terserang flu biasanya tidak parah

dan lebih cepat sembuh.

- Kucing yang terinfeksi harus di isolasi (di dipisah dengan kucing yang sehat).

- Penularan lewat kontak antar sesama kucing yang terinfeksi dengan yang sehat

seperti cairan dari hidung dan mata, bersin, tempat makan, manusia (bekas kontak

dengan kucing yang terinfeksi).

- Mengganti tempat pasir (cat litter ) maintenance.

- Biasakan mencuci tangan dan mengganti baju kita setelah kontak dengan kucing

yang terinfeksi.
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 MATERI PEMERIKSAAN

Pada pemeriksaan pasien, materi pemeriksaan yang digunakan meliputi alat dan

bahan seperti hammer atau palu reflex, penlight, thermometer, stetoskop, meja operasi

hewan serta alcohol.

Hammer atau Palu Reflex digunakan untuk memeriksa kemampuan reflex dari

bagian-bagian tertentu tubuh. Biasa juga disebut dengan alat perkusi. Cara

menggunakannya dengan memukulkan atau mengetukkan hammer pada daerah yang

ingiin dilihat refleksnya ataupun pada daerah yang akan didengar ada tidaknya suara

resonan ataupun suara pekak normal pada beberapa bagian tubuh hewan (Adillah dkk,

2014)

Penlight sebagai alat bantu penerangan untuk memeriksa pasien, agar

pemeriksaan lebih jelas. Umumnya digunakan pada mata untuk melihat

kontraksi/dilatasi pupil, juga bisa digunakan pada beberapa daerah yang berongga. Cara

menggunakannya yaitu nyalakan lampu penlight dengan memutar pada gagang

bawahnya atau ditekan pada kepala penlight (tergantung dari jenisnya), arahkan

cahayanya pada bagian yang akan diamati atau diperiksa (Adillah dkk, 2014).

Thermometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Terbagi atas 3 jenis yaitu,

thermometer air raksa, thermometer digital dan thermometer infra merah. Adapun

thermometer air raksa dan thermometer digital memiliki perbedaan pada pengukurnya.

Untuk thermometer digital, jika suhu tubuh sudah didapat maka alat tersebut akan
mengeluarkan bunyi dengan sendirinya. Sedangkan thermometer raksa sendiri

deteksinya memakan waktu yang lama, sehingga kurang efisien untuk digunakan. Cara

menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada rectum atau anus hewan lalu tunggu

beberapa saat sampai didapatkan suhu tubuhnya (Adillah dkk, 2014)

Stetoskop digunakan untuk mendengar bunyi pada bagian tubuh tertentu,

umumnya pada bagian tubuh yang berongga. Misalnya pada bagian thorax dan

abdomen. Pada bagian thorax dapat didengarkan suara jantung dan suara paru-paru

(resonan atau pekak). Dan pada bagian abdomen digunakan untuk mendengar suara

gerakan rumen pada hewan besar, detak jantung janin jika dalam keadaan bunting

trimester akhir. Cara menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada area

intercostalis jika yang ingin diperiksa adalah jantung. Pastikan pasien dalam keadaan

rileks. Jangan lupa memasang stetoskop di telinga, kemudian dengarkan detak

jantungnya (Adillah, dkk 2014)

Meja Operasi Hewan merupakan peralatan atau meja untuk melakukan

pemeriksaan dan operasi pada hewan seperti anjing, kambing, atau ternak lainnya,

diaplikasikan untuk bidang veterinary (rumah sakit hewan) , penampungan hewan,

pembiakan hewan, dan bidang yang berkaitan (Anonim, 2016a)

Alkohol merupakan senyawa kimia yang mengandung satu maupun lebih dari satu

gugus fungsi hidroksil. Golongan alkohol sendiri dibedakan menjadi primer, sekunder

dan juga tersier. Alkohol disebut dengan alkanol. Berikut ini adalah fungsi dari alcohol:

(1) sebagai pelarut, fungsi positif alkohol yang belum banyak diketahui oleh masyarakat

luas adalah alkohol banyak digunakan sebagai bahan pelarut. Alkohol ini digunakan
untuk melarutkan kosmetik berupa astringent dalam bentuk bedak yang cair; (2) sebagai

antiseptic, antiseptik yang ada di pasaran Indonesia hanyalah sabun antiseptik yang bisa

digunakan untuk mencuci tangan yang terkena kuman. Ternyata alkohol juga memiliki

kandungan antiseptik yang bisa digunakan untuk mensterilisasi dari kuman. Dunia

medis banyak menggunakan alkohol untuk mensterilkan alat-alat kedokteran yang

digunakan. (3) bahan bakar, Tidak hanya bensin dan minyak tanah saja yang bisa

digunakan untuk bahan bakar, namun alkohol pun bisa digunakan sebagai bahan bakar.

Sifat panas pada alkohol dan senyawa kimia didalamnya membuat alkohol bisa

digunakan sebagai bahan bakar dan sifatnya mudah terbakar. Untuk menjadikannya

bahan bakar, alkohol harus dicampurkan dengan bahan yang lainnya seperti etanol dan

metanol. Alkohol berupa spritus sangat efektif untuk dijadikan sebagai bahan bakar.

Untuk penggunaannya harus hati-hati sebab sangat beracun jika sampai terminum, jika

terkena mata bisa menyebabkan kebutaa permanen; (4) membuat bahan kimia lain,

alkohol bisa digunakan sebagai bahan pembuatan untuk senyawa kimia lainnya misal

digunakan sebagai pembuatan keasaman cuka; (5) Antibeku, fungsi alkohol lainnya

adalah bisa digunakan sebagai zat antibeku. Alkohol dengan jenis etilen glikol atau

etanadiol biasa digunakan sebagai zat antibeku untuk air radiator mobil di negara yang

memiliki empat musim (Anonim, 2016b)

3.2 METODE PEMERIKSAAN

Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode sinyalmen, anamnesis,

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, mencium atau membaui, serta mengukur dan

menghitung. Sinyalmen merupakan identitas diri suatu hewan yang membedakannya


dengan hewan yang lain, di mana sinyalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat

laksana jalan atau surat jalan bagi hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat

lain. Fungsi lain dari sinyalmen adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat

kesehatan hewan atau surat statuus vaksinasi yang telah dijalaninya. Fungsi ketiga

adalah identitas diri di dalam rekam medic kerumahsakitan (Adillah dkk, 2014)

Anamnesis adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan klien atau

pemilik hewan mengenai keadaan hewannya. Cara mendapatkan anamnesis dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan menyidik namun tidak disadari oleh pemilik

hewan. Seorang dokter hewan harus berusaha mendapatkan keterangan selengkap

mungkin dari pemilik hewan untuk memperoleh peneguhan diagnosis (Adillah dkk,

2014)

Inspeksi merupakan pemeriksaan dengan cara melihat atau melakukan observasi

terhadap keadaan pasien. Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang

berhubungan dengan status fisik. Teknik inspeksi dilakukan ketika pertama kali bertemu

pasien dan yang diamati yaitu tingkah laku dan keadaan tubuh pasien serta hal umum

dan khusus, misalnya dengan melihat semua orifisium eksternal. Inspeksi bisa dilakukan

berbarengan dengan anamnesa. Alat penunjang untuk melakukan inspeksi adalah

endoskopi, radiografi, dan ultrasonografi (Adillah dkk, 2014)

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun

sedikit tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir

dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari palpasi adalah untuk mengetahi bagian

yang terasa nyeri serta perubahan patologi pada organ (konsistensi, elastisitas, keras).
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan pemeriksaan

perkusi yaitu menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan

vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan

(udara, cairan, atau zat padat). Organ yang bisa diperkusi adalah dada (paru-paru dan

jantung), rongga abdomen, sinus paranasal, dan emfisime subkutan. Alat bantu yang

bisa digunakan adalah pleximeter dan plexor. Perkusi pada hewan besar susah untuk

dilakukan karena organ dalam terlalu besar, jaringan di atas organ tebal karena terdapat

banyak lemak dan otot (Adillah dkk, 2014)

Auskultasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan

alat bantu yaitu stetoskop dengan tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat mendengar

bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus serta untuk mengukur tekanan darah dan nadi.

Auskultasi terbagi menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung adalah

telinga langsung menempel di bagian yang diperiksa sedangkan tidak langsung adalah

dengan stetoskop (Adillah dkk, 2014)

Gambar Materi Pemeriksaan


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Hewan

AMBULATOIR

Tanggal Pemeriksaan 5 Oktober 2016


Nama Pemilik Wulandari Puspita Dewi
Alamat Ds. Siwalanpanji, Jl. K.H. Khamdani Gang
1Buduran
No. Telp. Pemilik 085755018414
Dokter Hewan Drh. Ady Kurnianto., M.Si
Jenis Hewan Kucing
Nama Hewan Galang
Signalement Jantan/Peaknose/Badan berwarna hitam/
1,5 tahun

ANAMNESIS : Pilek, diare, tidak nafsu makan, muntah, bersin berlendir

STATUS PRAESENS :

1. Keadaan Umum :

a. Ekspresi Muka : Sayu

b. Kondisi Tubuh : Sedang

2. a. Frekuensi Nafas : 80x/menit b. Frek. Pulsus : 84x/menit c. Temp : 38C


3. Kulit dan Rambut :
a. Turgor kulit : cepat b. Bulu : kusam, tidak rontok

4. Selaput Lendir :
a. Mukosa Mata : pink b. Mukosa Mulut : pink, CRT 2 detik

c. Anus : normal

d. Mukosa Hidung : pink


e. Penis : normal
f.
5. Kelenjar kelenjar Limpoglandula :
a. Lgl. Mandibularis : Normal b. Lgl. Retropharyngealis : Normal
c. Lgl. Femoralis : Normal

6. Pernafasan :
Auskultasi : Tipe Pernafasan pada kucing Bronchial

7. Peredaran Darah : Auskultasi Jantung (systole (lup) dan diastole (dup) : dapat
dibedakan)

8. Pencernaan :
a. Inspeksi dan palpasi rongga mulut : Baik (normal)

b. Aspeksi rongga mulut : bau makanan c. Palpasi Oesophagus : normal


d. Auskultasi bagian usus : gerak peristaltiknya e. Inspeksi anus : Bersih
gemericik tidak begitu berdesir.

9. Kelamin dan Perkencingan :


a. Palpasi pada ginjal : tidak ada pembengkakan b. Palpasi pada VU : ada isinya
dan tidak ada reaksi sakit.

c. Inspeksi pada penis : tidak ada pembengkakan

10. Syaraf
a. Reflek Pupil : normal b. Reflek palpebrae : normal c. Reflek kaki : normal

DIAGNOSA : INFLUENZA (FLU KUCING)

PROGNOSA : FAUSTA (tingkat kesembuhan >50%)

Dari hasil pemeriksaan klinik yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa

Galang terkena Influenza, kemudian dokter memberikan resep :


R/ Amoxicillin 500 mg

Ranitidin 250 mg

B-Complex 50 mg

m.f.pulv.da.in.caps.t.d.No.X

S.b.d.d.Caps.I

# paraf

R/ Inj. Amoxicillin 0,1

Inj.B. Complex 0,1 Gambar. Pemberian obat injeksi

S.d.c form

# paraf

4.2 KANDUNGAN / KOMPOSISI OBAT


4.2.1 Medoxy

MEDOXY-L merupakan sediaan antibiotik yang memiliki

daya kerja luas. MEDOXY-L bekerja terhadap sebagian besar

bakteri Gram (+) dan Gram (-), termasuk yang resisten

terhadap Penicillin. MEDOXY-L bekerja cepat, efek

terapeutik dalam jaringan tubuh tercapai dalam waktu 1-2 jam

setelah penyuntikan.

KOMPOSISI :

Setiap ml mengandung :
Oxytetracycline .50 mg

Lidocaine HCl ... ...2% b/v

4.2.1.1 Indikasi MEDOXY-L

1. Unggas : CRD (ngorok), korisa (snot, pilek, muka bengkak), kolera (berak hijau),

infeksi bakteri Gram (-) dan Gram (+) yang resisten terhadap Penicillin.

2. Hewan besar (sapi, kuda, kerbau, domba, kambing, babi) : Pneumonia, septicemia

epizootica, leptospirosis, anthrax, foot rot, bacterial enteritis, metritis, mastitis, calf

scours, anaplasmosis, erysipelas (diamond skin disease), scours pada anak babi dan

infeksi karena luka

3. Hewan kecil (anjing, kucing) :Distemper complex, infeksi saluran pencernaan dan

pernapasan, leptospirosis dan infeksi karena luka

4.2.1.2 Aturan Pakai

Obat disuntikkan secara intramuskuler (tembus daging/otot) atau subkutan (bawah kulit)

4.3 VITAMIN B- COMPLEX-INJ

Gabungan vitamin B ini efektif untuk menormalkan system


syaraf yang tergangu , memperbaiki pertumbuhan ,
meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan nafsu makan,
mencegah / mengobati hewan hewan dari penyakit defisiensi
vitamin B. Walaupun beberapa hewan tertentu dapat
mensintesis sendiri vitamin ini, namun proses pembentukan
sangat tergantung pada factor / unsur lain. Oleh karena itu
perlu pasokan vitamin b- komplek dari luar tubuh hewan .

Komposisi:
Tiap 100 ml mengandung:
Vitamin B1.......................................250 mg
Vitamin B2.......................................125 mg
Vitamin B6.......................................125 mg
Nicotinamide....................................250 mg
Ca-D-Panhotenada...........................250 mg

4.3.1 Aturan Pakai

Ayam:
petelur umur 1- 2 bulan/ ayam broiler berat 0,2 0,6 kg: 0,2 0,4 ml
petelur umur 2 3 bulan/ ayam broiler berat 0,6 1,0 kg: 0,4 0,7 ml
petelur umur lebih dari 4 bulan/ ayam broiler berat lebih dari 1,5 kg: 1ml

Sapi:
anak sapi : 0,05 ml/kg BB.
sapi dewasa: 0,03 ml/kg BB.

Babi:
berat 40 kg: 1 2 ml
berat 40 75 kg: 2 3 ml
berat lebih dari 75 kg: 3 5 ml

anjing dan kucing: 0,10 ml 0,50 ml/kg BB

sediaan: cairan injeksi

kemasan: 50 ml dan 100 ml/botol


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kasus ini, kucing terkena Influenza (Flu Kucing). Penyakit ini dapat

disebabkan oleh adanya infeksi Feline Herpes Virus-1 (FHV-1), Feline Viral

Rhinotracheitis, ataupun calicivirus. Flu kucing menyebar melalui air liur, cairan

bersin/droplet yang mengandung virus. Droplet ini tersebar melalui bersin, kontak

langsung atau tidak langsung melalui peralatan (tempat makanan, minuman, kandang,

dll) yang tercemar virus. Gejala klinis dari penyakit ini adalah conjunctivitis (mata

bengkak, merah disertai adanya kotoran mata penuh dengan cairan kental seperti nanah,

hal ini di karenakan adanya infeksi sekunder), kadang kadang bisa berkembang menjadi

corneal ulcer. Bersin, rhinitis (radang yang mengakibatkan keluarnya cairan dari

hidung, awalnya keluar cairan bening, kemudian berubah menjadi tebal dan hijau

seiring berkembangnya penyakit, bahkan sering kehilangan indera penciuman, demam,

depresi, kehilangan nafsu makan. Untuk terapi pengobatan, pemberian antibiotik lebih

bersifat mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obat lain yang

diberikan biasanya bertujuan untuk mengurangi gejala flu seperti menurunkan panas,

melegakan pernafasan dan menghilangkan lendir saluran pernafasan yang berlebihan.

Selebihnya sangat tergantung pada sistem kekebalan tubuh kucing itu sendiri.

Pemberian multivitamin dan suplemen dapat dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan kekebalan tubuh kucing dan meningkatkan nafsu pakannya. Untuk

pencegahan dilakukan dengan cara Pemberian vaksinasi yang benar dan tepat, biasanya

untuk vaksinasi awal anak kucing sebelum terinfeksi (sering pada usia 6-8 minggu).
Vaksinasi lebih bersifat pencegahan.Vaksinasi rutin tidak 100 % melindungi kucing

dari penyakit. Pada kucing yang rutin divaksinasi, meskipun terserang flu biasanya tidak

parah dan lebih cepat sembuh.


DAFTAR PUSTAKA

Adillah, H., M.I. Djamil., E. Augusta., A.A. Karlina., S. Nurfitriani. 2014. Pengenalan
Alat Diagnostik Klinik. Program Studi Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anonim. 2016a. Alkohol, Fungsi-Efek-Kebutuhan dalam Tubuh.


http://halosehat.com/farmasi/aditif/alkohol Diakses 20 Oktober 2016

Anonim. 2016b. Meja Operasi Hewan. http://www.indonetwork.co.id/product/meja-


operasi-hewan-5498771 Diakses 20 Oktober 2016

Burhan, W. 2015. Penyakit Rhinotracheitis Pada Kucing.


http://penyakithewankita.blogspot.co.id/2012/05/penyakit-rhinotracheitis-pada-
kucing.html Diakses 20 Oktober 2016

Cai Y, Fukushi H, Koyasu S, Kuroda E, Yamaguchi T, Hirai K. 2002. An etiological


investigation of domestic cats with conjunctivitis and upper respiratory tract
disease in Japan. J Vet Med Sci. 64: 215-219.

Coyne KP, Jones BR, Kipar A, Chantrey J, Porter CJ, Barber PJ, Dawson S, Gaskell
RM, Radford AD. 2006. Lethal outbreak of disease associated with feline
calicivirus infection in cats. Vet Rec. 158: 544 550.

Davison AJ, Eberle R, Ehlers B, Hayward GS, McGeoch DJ, Minson AC, Pellett PE,
Roizman B, Studdert MJ, Thiry E. 2009. The order Herpesvirales. Arch
Virol. 154: 171 177.

Little S. 2008. Feline herpevirus and calicivirus. The Winn Feline Foundation.

Radford AD, Addie D, Belak S, Boucraut-Baralon C, Egberink H, Frymus T, Gruffydd-


Jones T, Hartmann K, Hosie MJ, Lloret A, Lutz H, Marsilio F, Pennisi MG,
Thiry E, Truyen U, Horzinek MC. 2009. Feline calicivirus infection. ABCD
guidelines on prevention and management. J Fel Med and Surg. 11: 556-564.
Povey, RC. 1979. A review of feline viral rhinotracheitis (feline herpesvirus I infection)
Di dalam: Comparative Immunology, Microbiology and Infectious Diseases. Ed:
Bruno C, James M. New York (US): Elsevier. 2(2 3): 373 387.

Tan. 2014. Cara Menangani Flu Kucing beserta Gejala-Gejalanya.


http://www.gudangkesehatan.com/cara-menangani-flu-kucing-beserta-gejala-
gejalanya/ Diakses 20 Oktober 2016.
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER II

III. Acara Praktikum Ke-3

CALICIVIRUS PADA KUCING BOBBY

Nama : Andri Maulana Yusup

NPM : 12820051

Kelompok : B1

DEPARTEMEN KLINIK VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memelihara hewan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hiburan di
rumah. Banyak orang memilih memelihara hewan untuk menghilangkan stres, karena
dengan melihat segala tingkah dan penampilan dari hewan-hewan peliharaan
diharapkan mampu memberikan kesenangan dan mengusir rasa lelah setelah seharian
diluar rumah. Salah satu jenis hewan yang banyak dipilih masyarakat untuk dipelihara
adalah kucing. Karakteristik pembeda jenis kucing satu dengan kucing lainnya adalah
pola warna rambut pada kulit.
Kucing merupakan salah satu hewan yang rentan terhadap penyakit. Kucing
yang berubah menjadi pendiam dan kurang lincah, makan lebih sedikit dari jumlah yang
biasa, atau secara umum tampak kurang sehat, hal ini dapat mengindikasikan bahwa
kucing sedang kurang sehat atau sakit dan sebaiknya kucing dibawa ke dokter hewan
untuk diperiksakan kesehatannya.
Pemilik kucing harus mengetahui gejala-gejala sakit sebelum memutuskan
membawa ke dokter hewan atau memberikan obat-obatan. Tanda-tanda kucing sakit
adalah nafsu makan tiba-tiba berkurang, lesu dan tidur seharian, sering bersembunyi di
tempat gelap, kurang minum atau minum berlebihan, feses berdarah / berlendir, buang
air di luar litter box, diare / Mencret, muntah-muntah, batuk-batuk, bersin-bersin terus
menerus, menggaruk dan menjilati area yang sama terus menerus, mengibas-ngibaskan
kepala dalam waktu yang sering, biasanya ada masalah di telinganya, belekan, mata
berair, mata tidak jernih, gusi berwarna pucat, tidak buang air besar lebih dari 1 hari ,
kencing sedikit, pincang, serta perut terlalu gendut atau terlalu kurus.
1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum, diharapkan mahasiswa mampu :

5. Menyebutkan gejala-gejala utama pada penyakit system digesti pada hewan

kesayangan

6. Menyebutkan diferensial diagnosis penyakit sistem digesti berdasarkan gejala-

gejala yang ditemukan

7. Menyebutkan sebab-sebab dari gejala-gejala yang ditemukan pada penyakit

sistem digesti pada hewan kesayangan

8. Menyebutkan langkah-langkah pemeriksaan tambahan yang diperlukan

berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan

1.3 Manfaat
Dengan mampu mendiagnosa dengan tepat penyakit pada kucing, maka akan

mampu memberikan terapi yang tepat sehingga dapat menyembuhkan penyakit yang

diderita pada kucing.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CALICIVIRUS

Feline calicivirus merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan

oleh virus Feline Rhinotracheitis dan bakteri Chlamydia. Calicivirus dan

Rhinotracheitis menyebabkan sekitar 85 90 % dari seluruh penyakit pernapasan pada

kucing. Calicivirus tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras kucing.

Calicivirus mempunyai beberapa strain dimana strain tertentu dapat menyebabkan

gejala yang berbeda-beda (Anonim, 2016a)

2.2 ETIOLOGI

Feline Calicivirus (FCV) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Calicivirus, yaitu virus RNA, yang dulu dikenal sebagai Picornavirus. Penyakit ini

biasanya menyerang mulut, hidung, mata sampai ke paru-paru sebagai infeksi lanjutan.

2.3 GEJALA KLINIS

Gejala yang tampak dari infeksi FCV antara lain adalah lethargy, pengerasan

rambut di sekitar mulut dan hidung, anorexia, in-appetance, oral ulceration,

hipersalivasi dan nasal discharge dengan atau tanpa disertai demam dan bersin. Gejala

klinis muncul dari 2-8 hari setelah infeksi virus dan mencapai puncaknya dalam 10 hari

setelah gejala klinis teramati (Subronto 2006).


Pada kejadian akut saluran pernapasan tertutup lendir, dehidrasi dan tidak adanya

makanan yang masuk maka segera akan mengakibatkan kelemahan dan diikuti

kematian. Pada kejadian infeksi FCV kronis, gejala yang timbul akan tampak ringan

bahkan tidak ada sama sekali. Berdasarkan hasil observasi dan waktu kejadian penyakit

sampai kepada kematian (5 hari), Princess dicurigai mengalami infeksi Calicivirus

yang bersifat akut. Hal ini terlihat dari gejala klinis yang muncul berupa lemas

anoreksia, sneezing, hipersalivasi, mukosa anemis, discharge pada hidung, anus kotor,

ada ulcer di mulut dan di gusi dan nafas dengan intensitas kuat dan dalam.

2.4 PATOGENESA

Patogenesa dari penyakit FCV yaitu adanya transmisi virus secara langsung dari

kucing terinfeksi kepada kucing sehat atau adanya kontaminasi dari tangan pemilik

ataupun peralatan kandang yang tercemar virus. Rute infeksi biasanya berasal dari

nasal, oral dan conjungtiva. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan segera

bereplikasi di jaringan target yaitu conjunctiva, mukosa mulut, mukosa hidung dan

paru-paru (Subronto 2008).

2.5 DIAGNOSA DIFFERENSIAL

Diagnose deferensial dari Calicivirus adalah Feline Rhinotracheitis. Penyakit ini

disebabkan oleh Feline Herpes Virus (FHV). Bersama-sama dengan calicivirus dan

Chlamydia sering menyebabkan Flu pada kucing (cat Flu) (Anonim, 2016a)
2.6 PENGOBATAN

Pengobatan dilakukan melalui pemberian infus ringer lactat, ampicillin, dan

biosalamine. Pemberian ringer lactat bertujuan untuk mengatasi kondisi

ketidakseimbangan elektrolit pada tubuh hewan karena dehidrasi dan kondisi in-

appetance. Pemberian antibiotik ampicillin bertujuan untuk mengobati terjadinya

infeksi sekunder dari bakteri pada saat kondisi tubuh dan imunitas hewan melemah.

Ampicilin merupakan antibiotik yang bersifat broad spectrum. Ampicillin diaplikasikan

secara intravena dengan dosis maksimal. Sedangkan pemberian biosalamine berfungsi

memperbaiki proses metabolisme tubuh hewan sehingga meningkatkan kerja otot lebih

baik dan meningkatkan daya tahan tubuh.

2.7 PENCEGAHAN
Pencegahan untuk mengatasi kejadian FCV adalah dengan melakukan vaksinasi

kucing secara teratur setiap tahun. Meskipun tidak 100 % melindungi kucing dari

penyakit, kucing yang sudah divaksinasi mempunyai kemungkinan sembuh yang lebih

tinggi dan cepat. Vaksin Calicivirus dapat mencegah beberapa variant FCV. Vaksin

FCV biasanya terdapat dalam bentuk jamak yaitu digabung bersama vaksin penyakit

virus lainnya, yaitu berupa vaksin polivalen yang terdiri dari FHV, FCV dan

Panleukopenia.
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 MATERI PEMERIKSAAN

Pada pemeriksaan pasien, materi pemeriksaan yang digunakan meliputi alat dan

bahan seperti hammer atau palu reflex, penlight, thermometer, stetoskop, meja operasi

hewan serta alcohol.

Hammer atau Palu Reflex digunakan untuk memeriksa kemampuan reflex dari

bagian-bagian tertentu tubuh. Biasa juga disebut dengan alat perkusi. Cara

menggunakannya dengan memukulkan atau mengetukkan hammer pada daerah yang

ingiin dilihat refleksnya ataupun pada daerah yang akan didengar ada tidaknya suara

resonan ataupun suara pekak normal pada beberapa bagian tubuh hewan (Adillah dkk,

2014)

Penlight sebagai alat bantu penerangan untuk memeriksa pasien, agar

pemeriksaan lebih jelas. Umumnya digunakan pada mata untuk melihat

kontraksi/dilatasi pupil, juga bisa digunakan pada beberapa daerah yang berongga. Cara

menggunakannya yaitu nyalakan lampu penlight dengan memutar pada gagang

bawahnya atau ditekan pada kepala penlight (tergantung dari jenisnya), arahkan

cahayanya pada bagian yang akan diamati atau diperiksa (Adillah dkk, 2014).

Thermometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Terbagi atas 3 jenis yaitu,

thermometer air raksa, thermometer digital dan thermometer infra merah. Adapun

thermometer air raksa dan thermometer digital memiliki perbedaan pada pengukurnya.

Untuk thermometer digital, jika suhu tubuh sudah didapat maka alat tersebut akan
mengeluarkan bunyi dengan sendirinya. Sedangkan thermometer raksa sendiri

deteksinya memakan waktu yang lama, sehingga kurang efisien untuk digunakan. Cara

menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada rectum atau anus hewan lalu tunggu

beberapa saat sampai didapatkan suhu tubuhnya (Adillah dkk, 2014)

Stetoskop digunakan untuk mendengar bunyi pada bagian tubuh tertentu,

umumnya pada bagian tubuh yang berongga. Misalnya pada bagian thorax dan

abdomen. Pada bagian thorax dapat didengarkan suara jantung dan suara paru-paru

(resonan atau pekak). Dan pada bagian abdomen digunakan untuk mendengar suara

gerakan rumen pada hewan besar, detak jantung janin jika dalam keadaan bunting

trimester akhir. Cara menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada area

intercostalis jika yang ingin diperiksa adalah jantung. Pastikan pasien dalam keadaan

rileks. Jangan lupa memasang stetoskop di telinga, kemudian dengarkan detak

jantungnya (Adillah, dkk 2014)

Meja Operasi Hewan merupakan peralatan atau meja untuk melakukan

pemeriksaan dan operasi pada hewan seperti anjing, kambing, atau ternak lainnya,

diaplikasikan untuk bidang veterinary (rumah sakit hewan) , penampungan hewan,

pembiakan hewan, dan bidang yang berkaitan (Anonim, 2016b)

Alkohol merupakan senyawa kimia yang mengandung satu maupun lebih dari satu

gugus fungsi hidroksil. Golongan alkohol sendiri dibedakan menjadi primer, sekunder

dan juga tersier. Alkohol disebut dengan alkanol. Berikut ini adalah fungsi dari alcohol:

(1) sebagai pelarut, fungsi positif alkohol yang belum banyak diketahui oleh masyarakat

luas adalah alkohol banyak digunakan sebagai bahan pelarut. Alkohol ini digunakan
untuk melarutkan kosmetik berupa astringent dalam bentuk bedak yang cair; (2) sebagai

antiseptic, antiseptik yang ada di pasaran Indonesia hanyalah sabun antiseptik yang bisa

digunakan untuk mencuci tangan yang terkena kuman. Ternyata alkohol juga memiliki

kandungan antiseptik yang bisa digunakan untuk mensterilisasi dari kuman. Dunia

medis banyak menggunakan alkohol untuk mensterilkan alat-alat kedokteran yang

digunakan. (3) bahan bakar, Tidak hanya bensin dan minyak tanah saja yang bisa

digunakan untuk bahan bakar, namun alkohol pun bisa digunakan sebagai bahan bakar.

Sifat panas pada alkohol dan senyawa kimia didalamnya membuat alkohol bisa

digunakan sebagai bahan bakar dan sifatnya mudah terbakar. Untuk menjadikannya

bahan bakar, alkohol harus dicampurkan dengan bahan yang lainnya seperti etanol dan

metanol. Alkohol berupa spritus sangat efektif untuk dijadikan sebagai bahan bakar.

Untuk penggunaannya harus hati-hati sebab sangat beracun jika sampai terminum, jika

terkena mata bisa menyebabkan kebutaa permanen; (4) membuat bahan kimia lain,

alkohol bisa digunakan sebagai bahan pembuatan untuk senyawa kimia lainnya misal

digunakan sebagai pembuatan keasaman cuka; (5) Antibeku, fungsi alkohol lainnya

adalah bisa digunakan sebagai zat antibeku. Alkohol dengan jenis etilen glikol atau

etanadiol biasa digunakan sebagai zat antibeku untuk air radiator mobil di negara yang

memiliki empat musim (Anonim, 2016c)

3.2 METODE PEMERIKSAAN

Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode sinyalmen, anamnesis,

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, mencium atau membaui, serta mengukur dan

menghitung. Sinyalmen merupakan identitas diri suatu hewan yang membedakannya


dengan hewan yang lain, di mana sinyalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat

laksana jalan atau surat jalan bagi hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat

lain. Fungsi lain dari sinyalmen adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat

kesehatan hewan atau surat statuus vaksinasi yang telah dijalaninya. Fungsi ketiga

adalah identitas diri di dalam rekam medic kerumahsakitan (Adillah dkk, 2014)

Anamnesis adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan klien atau

pemilik hewan mengenai keadaan hewannya. Cara mendapatkan anamnesis dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan menyidik namun tidak disadari oleh pemilik

hewan. Seorang dokter hewan harus berusaha mendapatkan keterangan selengkap

mungkin dari pemilik hewan untuk memperoleh peneguhan diagnosis (Adillah dkk,

2014)

Inspeksi merupakan pemeriksaan dengan cara melihat atau melakukan observasi

terhadap keadaan pasien. Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang

berhubungan dengan status fisik. Teknik inspeksi dilakukan ketika pertama kali bertemu

pasien dan yang diamati yaitu tingkah laku dan keadaan tubuh pasien serta hal umum

dan khusus, misalnya dengan melihat semua orifisium eksternal. Inspeksi bisa dilakukan

berbarengan dengan anamnesa. Alat penunjang untuk melakukan inspeksi adalah

endoskopi, radiografi, dan ultrasonografi (Adillah dkk, 2014)

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun

sedikit tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir

dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari palpasi adalah untuk mengetahi bagian

yang terasa nyeri serta perubahan patologi pada organ (konsistensi, elastisitas, keras).
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan pemeriksaan

perkusi yaitu menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan

vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan

(udara, cairan, atau zat padat). Organ yang bisa diperkusi adalah dada (paru-paru dan

jantung), rongga abdomen, sinus paranasal, dan emfisime subkutan. Alat bantu yang

bisa digunakan adalah pleximeter dan plexor. Perkusi pada hewan besar susah untuk

dilakukan karena organ dalam terlalu besar, jaringan di atas organ tebal karena terdapat

banyak lemak dan otot (Adillah dkk, 2014)

Auskultasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan

alat bantu yaitu stetoskop dengan tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat mendengar

bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus serta untuk mengukur tekanan darah dan nadi.

Auskultasi terbagi menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung adalah

telinga langsung menempel di bagian yang diperiksa sedangkan tidak langsung adalah

dengan stetoskop (Adillah dkk, 2014)

Gambar Materi Pemeriksaan


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Hewan

AMBULATOIR

Tanggal Pemeriksaan 19 Oktober 2016


Nama Pemilik Andri Maulana Yusup
Alamat Jl. Dukuh Kupang Barat Gang 15 No 17
No. Telp. Pemilik 031257890
Dokter Hewan Drh. Ady Kurnianto., M.Si
Jenis Hewan Kucing
Nama Hewan Bobby
Signalement Jantan/Domestik/Putih-Kuning/ 5 bln

1. Keadaan Umum :
a. Ekspresi Muka : Lesu Kondisi Tubuh : Kurus

2. a. Frekuensi Nafas : 16x/menit


b. Frek. Pulsus : 44x/menit c. Temp : 36C

3. Kulit dan Rambut :


a. Turgor kulit : lambat b. Bulu : kusam dan rontok

4. Selaput Lendir :
a. Mukosa Mata : pucat b. Mukosa Mulut : pucat & ada ulcer, CRT > 2 dtk

c. Anus dan penis :pucat d. Mukosa Hidung : pucat

5. Kelenjar kelenjar Limpa : PALPASI


a. Lgl. Mandibularis : Normal b. Lgl. Retropharyngealis : Normal
c. Lgl. Femoralis : Normal

6. Pernafasan :
Auskultasi : Tipe Pernafasan pada kucing Bronchial dan terdengar berat

7. Peredaran Darah : Auskultasi Jantung (systole (lup) dan diastole (dup) : dapat
dibedakan) dan frekuensi lebih cepat dari normal

8. Pencernaan :
a. Inspeksi dan palpasi rongga mulut : ada ulcer pada mulut dan berbau nanah
b. Aspeksi rongga mulut : bau nanah c. Palpasi Oesophagus : normal

d. Auskultasi bagian usus : gerak peristaltiknya e. Inspeksi anus : Kotor


berdesir cepat

9. Kelamin dan Perkencingan :


a. Palpasi pada ginjal : tidak ada pembengkakan b. Palpasi Pada VU : berisi sedikit
urin

b. Inspeksi pada penis : tidak ada pembengkakan

10. Syaraf
a. Reflek Pupil
b. Reflek palpebrae : normal c. Reflek kaki : normal

DIAGNOSIS : CALICIVIRUS

PROGNOSA : DUBIUS (tingkat kesembuhan 50%)

Dari hasil pemeriksaan klinik yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa
Bobby terkena Calicivirua, kemudian dokter memberikan resep :

R/ Inj
Oxytetracycline 0,25 cc Gambar. Pemberian obat injeksi
B-Complex 0,30 cc

4.2 KANDUNGAN / KOMPOSISI OBAT


4.2.1 Medoxy

MEDOXY-L merupakan sediaan antibiotik yang memiliki

daya kerja luas. MEDOXY-L bekerja terhadap sebagian besar

bakteri Gram (+) dan Gram (-), termasuk yang resisten

terhadap Penicillin. MEDOXY-L bekerja cepat, efek

terapeutik dalam jaringan tubuh tercapai dalam waktu 1-2 jam

setelah penyuntikan.

KOMPOSISI :

Setiap ml mengandung :
Oxytetracycline .50 mg

Lidocaine HCl ... ...2% b/v

4.2.1.1 Indikasi MEDOXY-L

1. Unggas : CRD (ngorok), korisa (snot, pilek, muka bengkak), kolera (berak hijau),

infeksi bakteri Gram (-) dan Gram (+) yang resisten terhadap Penicillin.

2. Hewan besar (sapi, kuda, kerbau, domba, kambing, babi) : Pneumonia, septicemia

epizootica, leptospirosis, anthrax, foot rot, bacterial enteritis, metritis, mastitis, calf

scours, anaplasmosis, erysipelas (diamond skin disease), scours pada anak babi dan

infeksi karena luka

3. Hewan kecil (anjing, kucing) :Distemper complex, infeksi saluran pencernaan dan

pernapasan, leptospirosis dan infeksi karena luka

4.2.1.2 Aturan Pakai

Obat disuntikkan secara intramuskuler (tembus daging/otot) atau subkutan (bawah kulit)

4.3 VITAMIN B- COMPLEX-INJ

Gabungan vitamin B ini efektif untuk menormalkan


system syaraf yang tergangu , memperbaiki pertumbuhan ,
meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan nafsu makan,
mencegah / mengobati hewan hewan dari penyakit
defisiensi vitamin B. Walaupun beberapa hewan tertentu
dapat mensintesis sendiri vitamin ini, namun proses
pembentukan sangat tergantung pada factor / unsur lain.
Oleh karena itu perlu pasokan vitamin b- komplek dari luar tubuh hewan .
Komposisi:
Tiap 100 ml mengandung:
Vitamin B1.......................................250 mg
Vitamin B2.......................................125 mg
Vitamin B6.......................................125 mg
Nicotinamide....................................250 mg
Ca-D-Panhotenada...........................250 mg

4.3.1 Aturan Pakai

Ayam:
petelur umur 1- 2 bulan/ ayam broiler berat 0,2 0,6 kg: 0,2 0,4 ml
petelur umur 2 3 bulan/ ayam broiler berat 0,6 1,0 kg: 0,4 0,7 ml
petelur umur lebih dari 4 bulan/ ayam broiler berat lebih dari 1,5 kg: 1ml

Sapi:
anak sapi : 0,05 ml/kg BB.
sapi dewasa: 0,03 ml/kg BB.

Babi:
berat 40 kg: 1 2 ml
berat 40 75 kg: 2 3 ml
berat lebih dari 75 kg: 3 5 ml

Anjing dan kucing: 0,10 ml 0,50 ml/kg BB

Sediaan : cairan injeksi

Kemasan : 50 ml dan 100 ml/botol


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada kasus ini, kucing menderita Felince Calicivirus (FCV). Gejala yang

tampak dari infeksi FCV antara lain adalah lethargy, pengerasan rambut di sekitar mulut

dan hidung, anorexia, in-appetance, oral ulceration, hipersalivasi dan nasal discharge

dengan atau tanpa disertai demam dan bersin. Penyebaran penyakit ini terjadi secara

langsung dari kucing terinfeksi kepada kucing sehat atau adanya kontaminasi dari

tangan pemilik ataupun peralatan kandang yang tercemar virus. Pengobatan dilakukan

melalui pemberian infus ringer lactat, ampicillin, dan biosalamine. Pencegahan untuk

mengatasi kejadian FCV adalah dengan melakukan vaksinasi kucing secara teratur

setiap tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Adillah, H., M.I. Djamil., E. Augusta., A.A. Karlina., S. Nurfitriani. 2014. Pengenalan
Alat Diagnostik Klinik. Program Studi Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anonim. 2016a.Feline Calicivirus : Penyakit Menular Pada Kucing.


http://www.kucingkita.com/penyakit-kucing/feline-calicivirus-penyakit-
menular-pada-kucing Diakses 20 Oktober 2016

Anonim. 2016b. Alkohol, Fungsi-Efek-Kebutuhan dalam Tubuh.


http://halosehat.com/farmasi/aditif/alkohol Diakses 20 Oktober 2016

Anonim. 2016c. Meja Operasi Hewan. http://www.indonetwork.co.id/product/meja-


operasi-hewan-5498771 Diakses 20 Oktober 2016

Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba Pada Anjing dan Kucing.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai