4: 404-411
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i04.p13
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021
404
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 4: 404-411
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i04.p13
405
Buletin Veteriner Udayana Dewi et al.
diminta untuk menunjukkan buku vaksin pengobatan tidak akan mengenai seluruh
pemilik mengatakan bahwa buku vaksin bagian mata kucing kasus, serta kucing juga
kucing hilang. Kucing kasus memiliki diduga mengalami endopthalmos.
nafsu makan dan minum yang baik dimana Terapi
diberikan makan berupa dry food dan Terapi yang diberikan adalah
minum yang berasal dari air kran. Urinasi Doxycycline (PO: 14,5 mg/kg BB) dan
dan defekasi kucing kasus baik dan tidak
Dexamethasone (PO: 0,5 mg/kg BB)
ada keluhan dari pemilik. Kucing kasus dengan pemberian satu kali sehari selama
sudah pernah diobatin oleh pemilik dengan lima hari, Oxytetracycline HCl 1% (R/
pemberian obat Methylprednisolone (PO: Oxytetra 1% opth ointment tube) dan
2mg/kg BB) dan Cefotaxim (PO: 50mg/kg Chlorampenicol (R/ Erlamycetin eye
BB) yang diberikan dua kali sehari, salep drops) satu tetes dua kali sehari selama 7
mata Gentamycin, dan obat tetes mata yaitu (tujuh) hari (McLaurin et al., 2018).
Cendo xitrol dua tetes pada setiap mata.
Pengobatan diberikan selama dua minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium Hasil
Pemeriksaan fisik dilakukan secara Pemeriksaan fisik dilakukan pada 15
menyeluruh pada tubuh kucing, status November 2019. Hasil pemeriksaan klinis
praesens dan klinis serta pemeriksaan pada mata kanan kucing kasus ditemukan
difokus pada organ mata menggunakan ada kelainan yaitu pada pemeriksaan reflek
metode opthalmoscope dan flourescen test. pupil mata kanan kucing kasus tidak
Sementara uji laboratorium yang dilakukan ditemukan reflek pada pupil dikarenakan
adalah hematologi rutin yang dilakukan membrana niktitan yang menutupi hamper
menggunakan alat Hematology Analyzer. keseluran mata kanan kucing kasus.
Diagnosis Namun, pada pemeriksaan reflek palpebrae
Berdasarkan hasil anamnesis, menunjukan hasil yang positif dengan
pemeriksaan klinis adanya radang pada adanya reflek berkedip. Pemeriksaan
konjungtiva dan melebarnya membrana dilanjutkan untuk fungsi mata yaitu dengan
niktitan pada mata kanan dan pemeriksaan cara menutup mata secara bergantian dan
laboratorium hematologi yaitu anjing dipancing dengan menggunakan makanan
mengalami leukositosis dan limfositosis. agar kucing mau bergerak kearah yang
Pemeriksaan penunjang menggunakan ditentukan. Ketika mata kanan ditutup
opthalmoskop menunjukkan pupil kucing kucing masih dapat mencapai makanan
kasus tidak terdeteksi, dan hasil dari yang diberikan, namun ketika mata kiri
flourescen test menunjukkan tidak adanya ditutup kucing tidak dapat mencapai
ulcer pada kornea. Maka kucing kasus makanan yang diberikan tetapi kucing
didiagnosis mengalami konjungtivitis dan berjalan kearah yang berlawanan dan
melebarnya membrana niktitan akibat sembari menabrak barang-barang yang
trauma. berada didekatnya. Pada membrana niktitan
pada mata kiri kasus terlihat mengalami
Prognosis pelebaran, dan terdapat leleran disekitar
Prognosis yang dapat ditarik dari hasil mata kucing kasus.
pemeriksaan kasus ini yaitu fausta pada
kasus konjingtivitis dan infausta pada kasus Pemeriksaan Opthalmoscope
melebarnya membrana niktitan. Pada kasus Ketika dilakukan pemeriksaan
konjungtivitis umumnya kesembuhan akan menggunakan opthalmoscope pupil mata
terjadi dengan pengobatan dan perawatan kucing kasus sebelah kanan tidak terdeteksi
yang baik dan benar. Namun pada kasus akibat ditutupi oleh membrana niktitan
membrana niktitan yang mengalami yang mengalami pergeseran. Namun, pada
perlebaran akan sulit diobati karena mata kiri kucing kasus ketika diperiksa
406
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 4: 404-411
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i04.p13
407
Buletin Veteriner Udayana Dewi et al.
408
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 4: 404-411
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i04.p13
409
Buletin Veteriner Udayana Dewi et al.
with keratoconjunctivitis sicca. Am. J. Trbolová A. 2011. The most common ete
Vet. Res. 56(7): 880-884. diseases in cat. e-Polish J. Vet.
Slatter D. 2011. Orbit. In Slatter D (Eds). Ophtalmol. 2:1-8.
Fundamentals of Veterinary Widodo S. 2011. Diagnosa Klinik Hewan
Opthalmology. 3rd Ed. Elseiver Kecil. Edisi 1. Intitut Pertanian Bogor
Saunders Publishing, Philadelphia. Press. Bogor Jawa Barat.
Stockham SL, Scott MA. 2008. Williams DL. 2017. Canine
Fundamentals of Veterinary Clinical keratoconjunctivitis sicca: current
Pathology. Ed ke-2. State Avenue concepts in diagnosis and treatment. J.
(USA): Blackwell Publishing. Clin. Ophthalmol. 2(1): 101.
410
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 4: 404-411
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i04.p13
Gambar 1. A. Mata kanan kucing terlihat adanya radang pada konjungtiva bagian atas, dan
terlihat melebarnya membrana nictitan; B. Mata kiri normal.
Gambar 2. Pemeriksaan dengan flourescen test (A), Hasil pemeriksaan dengan flourescen test
(B)
Gambar 3. Keadaan mata kucing kasus setelah terapi selama 7 (tujuh) hari.
411