Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG LAKI-LAKI USIA 71 TAHUN DENGAN

KONJUNGTIVITIS ET CAUSA SUSPEK BAKTERIAL

Diajukan guna memenuhi tugas Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro

Disusun oleh :

MUHAMMAD MURTADHO

22010118220203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Laki-laki Usia 71 Tahun dengan


Konjungtivitis Bakterial telah disajikan guna melengkapi tugas Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tanggal 3 Desember 2020.

Semarang, 3 Desember 2020

Mengesahkan,

Pembimbing

dr. Donna Hermawati, M.Si.Med


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva bulbar atau konjungtiva
palpebra, ditandai dengan pembengkakan, pembentukan cairan eksudat dan mata tampak
merah. Peradangan konjungtiva (konjungtivitis) menjadi penyakit mata yang paling umum
di seluruh dunia, yang umumnya disebabkan eksogen, namun dapat pula endogen.
Berdasarkan penyebab konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi,
toksik dan molluscum contangiosum. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis
bervariasi tergantung dari agen penyebabnya.
Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Diperkirakan 10% dari
jumlah penduduk Indonesia seluruh golongan umur pernah menderita konjungtivitis. Data
lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat
kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%). Penting bagi dokter layanan primer untuk
mampu mendiagnosis konjungtivitis secara tepat dan memberikan terapi yang sesuai secara
komprehensif. Mengenali penyebab dan factor risiko agar dapat mengurangi kejadian
konjungtivitis di kemudian hari.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah memahami dan melaksanakan
diagnosis holistik serta penanganan komprehensif pasien konjungtivitis bakteri
berdasarkan pendekatan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Terlaksananya kunjungan ke rumah pasien
b. Mengatahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien
c. Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif
1.3 Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar dapat
melaksanakan praktik kedokteran keluarga termasuk diagnostik holistik dan penanganan
komprehensif secara langsung kepada pasien dengan konjungtivitis bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konjungtivitis Bakteri


2.1.1 Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva bulbar atau konjungtiva
palpebra, ditandai dengan pembengkakan, pembentukan cairan eksudat dan mata
tampak merah. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya infeksi bakteri sehingga
disebut juga konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis bakteri umumnya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), Streptococcus
pyogenes (haemolyticus, Moraxella lacunate (Moraxella Axenfeld bacillus),
Pseudomonas pyocyanea, Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis
(meningococcus), Corynebacterium diphtheriae, Haemophilus influenzae.
2.1.2 Epidemiologi
Konjungtivitis bakteri terjadi pada semua ras dengan perbedaan frekuensi dapat
tercermin dari variasi geografis prevalensi bakteri patogen. Prevalensi konjungtivitis
bakteri pada laki-laki dan perempuan sama. Perbedaan tingkat infeksi terjadi pada pola
lingkungan dan perilaku. Usia merupakan faktor yang berhubungan dengan
konjungtivitis bakteri.1,3 Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-7,5%.
Diperkirakan 10% dari jumlah penduduk Indonesia seluruh golongan umur pernah
menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama,
konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%).
2.1.3 Etiologi dan Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab konjungtivitis pada orang
dewasa. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella lacunate
lebih sering menyerang pada anak-anak. Penularan melalui kontak dengan sekret atau
permukaan yang terkontaminasi seperti seprei. Pseudomonas jarang menyebabkan
konjungtivitis. Spesies Gonococcus dan Chlamydia, yang dapat menyebabkan bentuk
serius konjungtivitis, cenderung menyebar secara seksual atau vertikal (dari ibu ke
anak). Dokter harus mempertimbangkan organisme pada dalam setiap bayi yang baru
lahir dengan peradangan mata.
Konjungtiva merupakan organ yang terpapar banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata
dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi,
mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap
menghanyutkan air mata ke duktus lakrimalis dan air mata mengandung substansi
antimikroba termaskl lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel
atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari
stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan
fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluhpembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling
nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini
biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi
benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air
mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan
menambah jumlah air mata.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau
panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan
tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang
biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Adanya nyeri menandakan inflamasi pada
kornea. Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, produksi cairan
eksudat, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel
(hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan
adenopati pre-aurikuler.
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi
konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan
pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman
penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun
mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata,
sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata
yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. Konjungtivitis bacterial
yang ditandai dengan eksudat purulen.
2.2 Kedokteran Keluarga
2.2.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu pengetahuan
klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus mmahami
manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal
ini harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
A. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah
sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah
tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga. Untuk lebih terinci menilai
permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga serta fungsi keluarga,
yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan organ
sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai
risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi
keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
B. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku
yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan
pola perilaku dan kebiasaannya.
C. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses
dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang
berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
a. Proses dinamika dalam keluarga
b. Potensi keluarga
c. Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
d. Pendidikan dan lingkungannya
D. Hakikat Ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
E. Hakikat Medik
Temuan-temuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi
ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga
sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
2.2.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana, terarah,
untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat
memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan
ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila
memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat komprehensif,
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi kedokteran
keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-
masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan
terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula
pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah
organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn.A
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Puspogiwang Timur No.28
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
3.2 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan
Anamnesis : dilakukan secara Autoanamnesis pada Tanggal 20 November 2020 di
Klinik Hutama Medika
Keluhan Utama : Mata merah
Riwayat Penyakit Sekarang:
± 5 hari sebelumnya pasien mata terasa pedas dan berwarna merah, kelopak mata terasa
lengket ketika bangun tidur dan terdapat kotoran di tepi kelopak mata. Mata nerocos (+),
gatal (+) pasien mengaku kadang mengucek matanya karena gatal. Pandangan kabur (-),
nyeri kepala (-), demam (-), batuk (-) pengunaan lensa kontak (-). Pasien sudah menggunakan
tetes mata yang dibeli sendiri namun keluhan tak kunjung membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat DM disangkal
Riwayat HT disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit lain tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat DM disangkal
Riwayat HT disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit lain tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien tinggal bersama seorang istri, seorang anak dan menantu serta dua orang cucu.
pekerjaan mengelola kos – kosan dan katering
Penghasilan total lebih kurang : 7.000.000/bulan
Pembiayaan kesehatan dengan JKN NON PBI.
Food Recall :
Tabel 1. Food Recall
I(7/12/2019) II(8/12/2019) III (9/12/2019)
Nasi putih 1 centong  Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong
Daun ketela rebus Air Tahu tempe rebus 2 buah Pindang serani
Pagi
putih 1 gelas Air putih 1 gelas mangkok
Air putih 1 gelas
Nasi goreng bakso 1 porsi Nasi putih 1 centong
Air putih 1 gelas Tahu tempe rebus 2 buah
Siang
Air putih 1 gelas

Nasi putih 1 centong Daun Nasi putih 1 centong


ketela rebus Air putih 1 gelas Pindang serani 1
Malam
mangkok
Air putih 1 gelas

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan fisik dilakukan pada tanggal 23 November 2020.
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 108/69 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 36,8 0 C
Status Gizi :
- TB/BB : 169cm/51 kg
- BMI : 18,32kg/m (Normoweight)
2

- Lingkar perut : 55 cm

Status Generalis
Mata : Konjungtiva hiperemis (+/+) sekret (+/+) mukopurulen, papil (+), anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), eksoftalmus (-/-)
Telinga : Discharge (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Deviasi septum (-), nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge
(+) bening encer
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : Tidak dilakukan
Leher : Simetris, trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru
- Inspeksi: Simetris saat statis dan dinamis
- Palpasi: Stem fremitus kanan=kiri
- Perkusi: Sonor seluruh lapangan paru
- Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS, kuat
angkat, tidak melebar.
- Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, supel
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (+) normal
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Status Ophtalmologis
Oculus Dexter Oculus Sinister

Tidak diperiksa Visus Tidak diperika

Tidak dilakukan Correction Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Sensus coloris Tidak dilakukan

Gerak bola mata bebas ke Parase/paralyse Gerak bola mata bebas ke


segala arah segala arah

Edema (-), spasme (-), Palpebra superior Edema (-), spasme(-),


eritema (-), bekas luka (-) eritema (-), bekas luka (-)

Edema (-), spasme (-), Palpebra inferior Edema (-), spasme (-),
eritema (-), bekas luka (-) eritema (-), bekas luka (-)

Injeksi konjungtiva (+), Conjungtiva Injeksi konjungtiva (+),


folikel (-), palpebralis folikel (-), pseudomembran
pseudomembran (-), papil (-), papil (-)
(-)

Sekret (+) mukopurulen Conjungtiva fornices Sekret (+) mukopurulen

Kemosis (+), injeksi Conjungtiva bulbi Kemosis (-), injeksi


konjungtiva (+), sekret (+) konjungtiva (-), sekret (-)
mukopurulen

Tidak ada kelainan Sclera Tidak ada kelainan

Jernih, flouresin test (tidak Cornea Jernih, flouresin test (tidak


dilakukan), infiltrate (-). dilakukan), infiltrate (-).

Kesan: kedalaman cukup Camera oculi anterior Kesan : kedalaman cukup

Kripte (+) Iris Kripte (+)

Bulat, sentral, reguler, Ø Pupil Bulat, sentral, reguler, Ø


3mm, RP (+) N 3mm, RP (+) N

Jernih Lensa Jernih


Tidak diperiksa Fundus reflex Tidak diperiksa

Tidak dilakukan Tensio oculi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Sistem canalis Tidak dilakukan


lacrimalis

Ekstremitas : Superior Inferior


Oedema : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
Akral dingin : -/- -/-
Capillary refill : <2”/<2” <2”/<2”

Diagnosis Kerja
ODS Konjungtivitis Bakteri

Rencana Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa yang telah diberikan :
- Tetes mata khoramfenikol 0,5% ODS
- Paracetamol 500 mg p.r.n
- Vit C 3x1
Tatalaksana non medikamentosa
- Memberikan edukasi untuk tidak mengucek mata
- Menyarankan menggunakan kacamata pelindung saat bepergian/ di luar rumah
- Edukasi untuk mengompres mata dengan air dingin yang bersih dan rutin
membersihkan sekret
- Edukasi untuk istirahat dan pola makan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
3.3 Continum of Care
3.3.1 Skala Depresi Geriatri
Tabel 2. Skala Depresi Geriatri
N Pertanyaan Skor Skor
o 1 0
1 Apakah Bapak sebenarnya puas dengan kehidupan Bapak? Tidak Ya
2 Apakah Bapak telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan Ya Tidak
Bapak?
3 Apakah Bapak merasa kehidupan Bapak kosong? Ya Tidak
4 Apakah Bapak sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah Bapak mempunyai semangat yang baik setiap saat? Tidak Ya
6 Apakah Bapak takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi Ya Tidak
pada Bapak?
7 Apakah Bapak merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Tidak Ya
Bapak?
8 Apakah Bapak sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah Bapak lebih senang tinggal di rumah daripada pergi keluar dan Ya Tidak
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah bapak merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat Ya Tidak
dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah bapak pikir bahwa hidup bapak sekarang ini menyenangkan? Tidak Ya

12 Apakah bapak merasa tidak berharga seperti perasaan bapak saat ini? Ya Tidak

13 Apakah bapak penuh semangat? Tidak Ya


14 Apakah bapak merasa bahwa keadaan bapak tidak ada harapan? Ya Tidak
15 Apakah bapak pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya Ya Tidak
dari bapak?
TOTAL SKOR 2
Skor antara 1-4 menunjukkan keadaan baik / tidak depresi 
Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi 
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Kesan: Keadaan baik/tidak depresi
3.3.2 Mini Mental State Examination

Tabel 3. Mini Mental State Examination

No Daftar Pertanyaan Jawaban


1. Tanggal berapa hari ini ? (bulan, tahun) 27 November 2020
2. Hari apakah hari ini ? Jumat
3. Apakah nama tempat ini ? Rumah
4. Berapa nomor rumah bapak? 28
5. Berapa umur bapak ? 71
6. Kapan bapak lahir (Tanggal, Bulan, Tahun) ? 17 Agustus 1949
7. Siapa nama Presiden sekarang ? Jokowi
8. Siapa nama Presiden sebelum ini ? SBY
9. Siapa nama gadis Ibu anda ? Tuminah
10. Hitung mundur 3 - 3, mulai dari 20 [20 – 3, 17, 14, 11
dst] ?
Jumlah salah 0

Keterangan:
0 – 2 kesalahan = Baik;
3 – 4 kesalahan = Gangguan intelek ringan; 
5 – 7 kesalahan = Gangguan intelek sedang; 
8 –10 kesalahan = Gangguan intelek berat. 
Kesan : baik

Max Nila
i
ORIENTASI
5 ( 5) Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
5 ( 5) Sekarang kita berada dimana? (Nama rumah sakit, jalan, nomor rumah, kota
kabupaten, provinsi)
REGISTRASI
3 ( 3) Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda (kata yang pemeriksa gunakan :
bola, kursi, sepatu) dan diberikan satu detik untuk tiap benda. Kemudian pasien
diminta mengulang ketiga nama benda tersebut. Pasien diminta mengulangi hingga
benar menyebutkan. Hitung jumlah percobaan dan catat : 2 kali.
ATENSI DAN KALKULASI
5 (5) Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “HUJAN“ (nilai diberi
pada huruf yang benar sebelum kesalahan)
MENGINGAT
3 (3) Tanyakan kembali nama tiga benda yang telah disebut di atas. Berikan nilai 1 untuk
tiap jawaban yang benar.
BAHASA
9 (9) 1. Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil atau arloji (2 nilai)
2. Ulangi kalimat berikut : “ JIKA TIDAK, DAN ATAU TAPI
(1 nilai)
3. Laksanakanlah 3 buah perintah ini: Peganglah selembar kertas
dengan tangan kananmu, lipatlah kertas tersebut pada
pertengahan dan letakkan di lantai (3 nilai )
4. Bacalah dan laksanakanlah perintah berikut: “ PEJAMKAN
MATA
ANDA” (1 nilai)

5. Tuliskanlah sebuah kalimat (1 


nilai)
6. Tirulah gambar ini (1 nilai )

Jumlah skor : 30

3.3.3 Clock Drawing Test


1 poin untuk menggambar lingkaran tertutup.
1 poin untuk kedua belas angka lengkap.
1 poin untuk meletakkan semua angka-angka secara tetap
1 poin untuk kedua jarum jam dalam posisi tepat/ menunjukkan waktu yang tepat
Skor Tn. A : 4 poin (normal)
3.3.4 Skor Norton
Tabel 4. Skor Norton
Penilaia Sko Skor Pasien
n r
Kondisi fisik umum : 3
Baik 4
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kesadaran : 4
Komposmentis 4
Apatis 3
Konfus/soporus 2
Stupor/koma 1
Aktivitas : 3
Ambulan 4
            Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilitas : 3
Bergerak bebas 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tak bisa bergerak 1
Inkontinensia : 3
Tidak ada 4
Kadang-kadang 3
Sering inkontinensia urin 2
Inkontinensia alvi & urin 1
Skor 16
total
Kategori : Skor 16-20 : kecil sekali/tak terjadi
  12-15 : kemungkinan kecil terjadi
< 12 : kemungkinan besar terjadi 
Skor : 16 (kemungkinan kecil sekali/tak terjadi)

3.3.5 Indeks KATZ


Tabel 5. Indeks KATZ
N Aktivitas Mandiri Tergantung
o
1. Bathing Memerlukan bantuan hanya pada 1 Memerlukan bantuan dalam mandi
bagian tubuh (bagian belakang / anggota lebih dari 1 bagian tubuh dan saat
tubuh yang  terganggu) atau dapat masuk serta keluar dari bak mandi /
melakukan sendiri tidak dapat mandi sendiri
2. Dressing Menaruh pakaian & mengambil pakaian, Tidak dapat memakai pakaian
memakai pakaian, ’brace’, & menalikan sendiri atau tidak berpakaian
sepatu dilakukan sendiri sebagian
3. Toiletting Pergi ke toilet, duduk berdiri dari kloset, Memakai   ’bedpan’ atau ’comode’
memakai pakaian dalam, membersihklan atau mendapat bantuan pergi ke
kotoran (memakai ’bedpan’ pada malam toilet atau memakai toilet
hari saja & tidak memakai penyangga
mekanik)
4. Transfering Berpindah dari dan ke tempat tidur & Tidak  dapat melakukan/ dengan
berpindah dari dan ke tempat duduk bantuan untuk berpindah dari & ke
(memakai      atau      tidak memakai alat tempat   tidur   /  tempat duduk
bantu)
5. Continence BAB dan BAK baik Tidak dapat mengontrol sebagian /
seluruhnya dalam BAB & BAK,
dengan bantuan manual / kateter
6. Feeding Mengambil makanan dari piring / yang Memerlukan bantuan untuk makan
lainnya & memasukkan ke dalam mulut atau tidak dapat makan semuanya
(tidak termasuk kemampuan untuk atau makan per- parenteral)
memotong daging & menyiapkan makanan
seperti mengoleskan mentega di roti)
Klasifikasi menurut Indeks Katz : 
A: Mandiri, untuk 6 fungsi 
B: Mandiri, untuk 5 fungsi 
C: Mandiri, kecuali bathing & 1 fungsi lain 
D: Mandiri, kecuali bathing, dressing, & 1 fungsi lain 
E: Mandiri, kecuali bathing, dressing, toiletting & 1 fungsi lain 
F : Mandiri,kecuali bathing,dressing, toiletting, transfering & 1fungsi lain 
G : Ketergantungan untuk semua 6 fungsi di atas 
Kesan : Katz A: Mandiri, untuk 6 fungsi

3.3.6 Frailty Index


Tabel 6. Frailty Index
Defisit 0 0,25 0,5 0,75 1
Ringa
Gangguan penglihatan Tidak Sedang Berat Sangat berat
n
Ringa
Gangguan pendengaran Tidak Sedang Berat Sangat berat
n
Bantuan Tergantung
Bantuan untuk makan Mandiri
minimal total

Bantuan untuk berpakaian dan melepas Bantuan Tergantung


Mandiri
pakaian minimal total

Bantuan Tergantung
Bantuan untuk berjalan Mandiri
minimal total
Bantuan untuk tidur dan bangun dari Bantuan Tergantung
Mandiri
tidur minimal total
Bantuan Tergantung
Bantuan untuk mandi Mandiri
minimal total
Bantuan Tergantung
Bantuan untuk pergi ke kamar mandi Mandiri
minimal total
Bantuan Tergantung
Bantuan untuk menelepon Mandiri
minimal total
Bantuan untuk berjalan mencapai Bantuan Tergantung
Mandiri
tempat kegiatan minimal total
Bantuan untuk Bantuan Tergantung
Mandiri
berbelanja minimal total
Bantuan untuk mempersiapkan Bantuan Tergantung
Mandiri
makanan sendiri minimal total
Bantuan Tergantung
Bantuan untuk pekerjaan rumah tangga Mandiri
minimal total
Bantuan Tergantung
Kemampuan untuk minum obat Mandiri
minimal total
Kemampuan untuk mengurus keuangan Bantuan Tergantung
Mandiri
sendiri minimal total
Anggapan mengenai tingkat kesehatan Sangat
sendiri baik Sangat buruk
Baik Sedang Buruk

Kesulitan melakukan
Tidak ada Kesulitan Kesulitan berat
aktivitas sehari-hari
ringan
Hidup sendiri Tidak Ya
Batuk Tidak Ya

Merasa lelah Tidak Ya

Hidung
tersumbat dan bersin Tidak Ya
Tekanan darah
Tidak Ya
tinggi
Masalah jantung dan
Tidak
peredaran darah Ya
Stroke atau
Tidak Ya
akibat stroke

Artritis atau rematik Tidak


Ya
Penyakit
Tidak Ya
Parkinson
Masalah mata Tidak Ya
Masalah
Tidak Ya
telinga
Masalah gigi Tidak Ya

Masalah paru Tidak Ya


Masalah
Tidak Ya
lambung
Masalah ginjal Tidak Ya

Tidak dapat mengontrol kemih Tidak


Ya

Tidak dapat mengontrol BAB Tidak


Ya
Diabetes Tidak Ya
Masalah dengan kaki atau pergelangan
Tidak Ya
kaki
Masalah
Tidak Ya
dengan saraf
Masalah
Tidak Ya
dengan kulit
Fraktur Tidak Ya
Kategori:
No Frail : < 0,25
Frail : ≥ 0,25
Skor : 5/40 = 0,125 (No Frail)

3.4 Data Tambahan


3.4.1 Profil Anggota Keluarga
Tabel 2. Daftar anggota keluarga dalam satu rumah
No Nama Kedudukan JK Umur Pendidikan Pekerjaan
dalam Keluarga (tahun)
1. Tn. A KK L 71 Tamat SMA Wiraswasta
2 Ny. S Istri P 47 Tamat SD Ibu Rumah
Tangga
3. Ny. R Anak L 40 Tamat SMA Ibu Rumah
Tangga
4. Tn. R Menantu L 41 Strata 1 Wiraswasta
5. An. Z Cucu P 10 SD Pelajar
6. An. F Cucu P 7 SD Pelajar

Bentuk keluarga: extended family

A. Genogram
Gambar 1. Genogram Keluarga Kandung Pasien

Keterangan :
- Tanggal pembuatan genogram : 27 November 2020
- Pemberi Informasi : Tn. A
- = Meninggal

- =  Pasien

= Keluarga yang tinggal dalam satu rumah

- Jenis Keluarga : Extended family


B. Family Map

Gambar 2. Family Map

Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan = : fungsional

Hubungan antara pasien dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dalam
keadaan yang fungsional.

C. Family Life Line

Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang mempengaruhi
kesehatan :

Tabel 5. Family Life Line


Tahun Usia Life Event Severity of Illness
1949 0 Lahir di Semarang
1955 6 th Masuk SD
1961 12 th Masuk SMP
1964 15 th Masuk SMA
1967 18 th Bekerja (Guru Agama)
1976 27 th Membuka Usaha Persewaan
Alat Pesta
1991 42 th Ibu kandung pasien meninggal
1993 44 th Ayah kandung pasien meninggal
1995 46 th Mendirikan dan mengelola kos
1996 47 th Pasien sempat sinkop dan
dirawat di RS namun tidak
didapatkan kelainan organ
2020 71 th Pasien sakit konjungtivitis
bakterial

D. Family Life Cycle


Menurut siklus keluarga oleh Duvall, keluarga berada pada siklus ke- yaitu “Ageing
Family Member”

E. APGAR
Tabel 6. Family APGAR Score
No Pertanyaan Hampir Kadang- Hampir tidak
selalu kadang pernah (0)
(2) (1)
1 Addaptation: Saya puas dengan 2
keluarga saya karena masing-
masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
2 Partnership: Saya puas dengan 1
keluarga saya karena dapat
membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya
hadapi
3 Growth: Saya puas dengan 2
kebebasan yang diberikan keluarga
saya untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
4 Affection: Saya puas dengan 2
kehangatan/kasih sayang yang
diberikan keluarga saya
5 Resolve: Saya puas dengan waktu 2
yang disediakan keluarga untuk
menjalin kerjasama

Dari tabel di atas, bila dijumlahkan mempunyai total 9 poin yang berarti fungsi dalam
keluarga ini baik.

F. SCREEM
Tabel 4. Family SCREEM

Variabel Resource Pathology


Social Komunikasi pasien dengan anggota keluarga Tidak ada
dalam keadaan yang cukup baik.
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik
dengan tetangga sekitar rumah
Cultural Pasien merupakan suku Jawa. Pasien tidak Tidak ada
terlalu percaya dengan hal yang berbau
mistis.
Religion Pasien menganut agama Islam. Anggota Tidak ada
keluarga lain juga menganut agama Islam.
Pasien dan anggota keluarga melakukan
sholat 5 waktu dan terkadang mengikuti
pengajian.
Economic Pasien tinggal bersama istri dan satu anak Tidak ada
pasien, menantu dan dua cucu. Pasien dan
isteri mengelola kos dan Menantu serta anak
pasien membuka usaha catering. Penghasilan
total lebih kurang Rp 10.000.000,00.
Pembiayaan kesehatan dengan JKN NON
PBI. Kesan : sosial ekonomi cukup
Educatio Pasien tamat SMA, isteri tamat SMA anak Tidak ada
n yang tinggal serumah tamat SMA, Menantu
lulusan S-1. Pendidikan anggota keluarga
cukup untuk dapat memecahkan atau
memahami sebagian besar permasalahan
yang muncul dalam keluarga.
Medical Perawatan kesehatan datang ke fasilitas Tidak ada
kesehatan.

3.5 Fungsi Keluarga


3.5.1 Fungsi Biologis
Pasien datang dengan keluhan mata terasa pedas dan berwarna merah ± 5
hari sebelumnya pasien mata terasa pedas dan berwarna merah, kelopak mata
terasa lengket ketika bangun tidur dan terdapat kotoran di tepi kelopak mata. Mata
nerocos (+), gatal (+) pasien mengaku kadang mengucek matanya karena gatal.
Pandangan kabur (-), nyeri kepala (-), demam (-), batuk (-) pengunaan lensa
kontak (-). Pasien sudah menggunakan tetes mata yang dibeli sendiri namun
keluhan tak kunjung membaik. Perencanaan kesehatan dilakukan secara bersama
antara anggota keluarga.
3.5.2 Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama istri , satu anak pasien, menantu dan dua cucu.
Waktu luang digunakan untuk mengaji dan menonton TV. Pasien jarang
berolahraga. Bila terdapat masalah, penyelesaiannya didiskusikan bersama
anggota keluarga dengan keputusan akhir juga diambil bersama. Hubungan pasien
dengan keluarga baik. Setiap hari keluarga inti menyediakan waktu untuk
berkumpul bersama.
3.4.3. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di Puspogiwang Timur no.28. Komunikasi pasien dengan
tetangga baik. Pasien memandang suatu masalah sebagai suatu hal yang harus
dihadapi. Tidak ada kepercayaan atau mitos dalam keluarga.
3.4.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien tinggal bersama istri dan satu anak pasien, menantu dan dua cucu.
Pasien dan isteri mengelola kos dan Menantu serta anak pasien membuka usaha
catering. Penghasilan total lebih kurang Rp 10.000.000,00. Pembiayaan
kesehatan dengan JKN NON PBI. Kesan : sosial ekonomi cukup
3.4.5. Fungsi Pendidikan
Pasien tamat SMA, isteri tamat SMA anak yang tinggal serumah tamat
SMA, Menantu lulusan S-1. Pendidikan anggota keluarga cukup untuk dapat
memecahkan atau memahami sebagian besar permasalahan yang muncul dalam
keluarga.
3.4.6. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga beragama Islam. Anggota keluarga lain juga
menganut agama Islam. Pasien dan anggota keluarga melakukan sholat 5 waktu
dan terkadang mengikuti pengajian.
3.5. Perilaku Hidup Sehat
Tabel 7. Keluarga Sehat
Pertanyaan
No Rumah Tn. A Ny.S Tn. R Ny. R An. Z An. F Nilai
Indikator
Tangga (71 th) (68th) (41th) (40 th) (10 th) (7 th) Keluarga
Keluarga mengikuti
1   N N N N N N N
program KB
Ibu hamil melahirkan
2   N
di fasyankes
Bayi usia 0-12 bulan
3 diberikan imunisasi   N
lengkap
Pemberian ASI
4 eksklusif bayi 0-6   N
bulan
Pemantauan
5   N
pertumbuhan balita
Penderita TB paru yang
6   N
berobat sesuai standar
Penderita hipertensi
7   N
yang berobat teratur
Tidak ada anggota
8   Y Y Y Y Y Y 1
keluarga yang merokok
Sekeluarga sudah
9   Y Y Y Y Y Y 1
menjadi anggota JKN
10 Mempunyai dan Y Y Y Y Y Y Y 1
menggunakan sarana
air bersih
Menggunakan jamban
11 Y Y Y Y Y Y Y 1
keluarga
Penderita gangguan
12 jiwa berat berobat     N
dengan benar
5/(12-
7)
1,0
Kategori keluarga berdasarkan Indeks Keluarga Sehat:
Keluarga Sehat : IKS > 0,80
Keluarga Pra-Sehat : IKS 0,50-0,80
Keluarga Tidak Sehat : IKS < 0,50
Keluarga pasien termasuk keluarga sehat denga IKS 1,0

3.6. Lingkungan Rumah


3.6.1. Komponen Rumah
Langit-langit Ada
Dinding Tembok sudah diplester dan di cat
Lantai Ubin
Jendela kamar tidur Ada
Jendela ruang keluarga Ada
Ventilasi Ada luas ventilasi > 10% dari luas lantai
Lubang asap dapur Tidak ada
Pencahayaan Terang, dan tidak silau sehingga dapat
membaca normal
Hewan ternak Tidak ada

Jendela di rumah selalu dibuka setiap hari. Rumah dan halaman dibersihkan setiap
hari. Kebiasaan memasak dengan kompor gas. Terdapat ventilasi dari dapur yang langsung
keluar sehingga asap memasak bisa langsung terbuang keluar rumah.
3.6.2. Sarana sanitasi
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini dialirkan ke selokan
tertutup, yang mengalir menuju sungai kecil di tepi jalan. Pembuangan sampah pada
keluarga ini adalah tempat sampah dalam rumah kedap air dan tertutup. Setiap hari sampah
dibuang di tempat pembuangan di depan gang rumah pasien. Sarana air bersih didapat dari
PAM. Jarak antara sarana air bersih dan pembuangan kotoran lebih dari 10 meter. Jamban
keluarga ini adalah jamban leher angsa. Tempat penampungan air dikuras satu bulan 1 kali,
namun penampungan air tidak ditutup, barang-barang bekas biasanya dijual.

3.6.3. Akses ke Sarana Kesehatan


Jarak dari rumah ke Klinik Pratama lebih kurang 5-10 menit dengan kendaraan mobil.
Jarak dari rumah ke RS kurang lebih 10-15 menit dengan kendaraan mobil.

3.6.4. Denah Rumah

Gambar 3. Denah Rumah


3.7. Lingkungan Pekerjaan
Pasien mengelola kos-kosan bersama istri dengan lokasi tepat disamping rumah
tinggal pasien.
3.8. Pengetahuan Kedokteran Wisata

Pasien dan keluarga terakhir berwisata kurang lebih satu tahun yang lalu, ke daerah
Pantai Marina, Semarang. Sebelumnya pasien dan keluarga akan merencakan terlebih
dahulu apabila akan berwisata. Keluarga tidak membawa obat-obatan tertentu saat
berwisata. Pasien dan keluarga menyiapkan dana sebelum berwisata. Selama berwisata,
anggota keluarga jarang menjadi sakit.
3.9 Diagnosis Holistik
3.9.1 Aspek 1 (personal)
Keluhan : Mata merah dan terasa pedas (Konjungtivitis)
Kekhawatiran : Mata tidak kunjung sembuh dan makin buruk
Harapan : Segera sembuh dan tidak menimbulkan komplikasi maupun menularkan ke
anggota keluarga.
3.9.2 Aspek 2 (Klinis)
Laki-laki 71 tahun
Konjungtivitis Bakterial
3.9.3 Aspek 3 (Internal)
- Usia : 71 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Genetik : riwayat penyakit dalam keluarga disangkal
- Pekerjaan : wiraswasta
- Pendidikan : tamat SMA
- Perilaku olahraga: tidak berolahraga
- Pola makan : frekuensi makan rata-rata 2-3 kali sehari. Pasien biasanya makan
di rumah. Pasien jarang ngemil di luar makan utama. Pasien jarang makan buah-
buahan.
- Pola kegiatan : Pasien menghabiskan sebagian besar waktu untuk mengaji dan
mengelola kos. Setelah itu pasien menghabiskan waktu mengobrol bersama
keluarga dan beristirahat sambil menonton TV. Waktu luang digunakan unuk
menonton TV dan mengaji.
- Kebiasaan : pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol
- Spiritual : pasien beragama Islam dan taat beribadah
3.9.4 Aspek 4 (Eksternal)
Lingkungan rumah: kebersihan rumah cukup baik, setiap hari selalu dibersihkan.
Ventilasi di rumah cukup dan selalu dibuka setiap harinya.
Alat pelindung seperti sarung tangan khusus untuk memasak tidak ada.
3.9.5 Aspek 5 (Fungsional)
Pasien masih aktif secara mandiri dan tidak membutuhkan bantuan dalam aktivitas
sehari hari.
3.10 Penatalaksanaan Komprehensif
3.10.1 Patient Centered Care
A. Promotif :
Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan komplikasi
yang akan terjadi apabila tidak diobati
Edukasi agar menjaga pola makan yang bergizi dan pola hidup bersih dan sehat
agar meningkatkan daya tahan tubuh

B. Preventif
Edukasi mencuci tangan secara baik dan benar dan menjaga higienitas tangan
Edukasi untuk tidak terlalu sering mengucek mata
C. Kuratif
Pemberian obat antibiotik topikal untuk mencegah perburukan infeksi.
Menyarankan memakai kacamata saat bepergian atau di luar ruangan
Kompres dingin dan membersihkan sekret secara rutin
D. Rehabilitatif
Menyarankan pasien ke dokter apabila terjadi perburukan atau timbul
komplikasi
atau keluhan lain
3.10.2 Family focused
A. Promotif
Memberitahu keluarga untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat
B. Preventif
Mengedukasi keluarga bahwa penyakit dapat menular sehingga usahakan
memotivasi pasien menjaga higienitas tangan dan menggunakan kaca mata.
C. Kuratif
Memotivasi dan mengingatkan pasien untuk pemakaian obat secara teratur
D. Rehabilitatif
Belum diperlukan
3.10.3 Community Oriented
A. Promotif
Edukasi penerapan PHBS
B. Preventif
Edukasi mengenai hand higene dan deteksi dini keluhan mata
C. Kuratif
Mengedukasi kepada tetangga dan kader jika ada keluhan mata merah agar
segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
D. Rehabilitatif
Belum diperlukan

3.11 Tindak Lanjut

Risiko dan
Masalah Intervensi Follow Up
Kesehatan
Konjungtivitis 23/11/2020 - Pasien dan Keluarga
bakterial - Pemberian obat antibiotik memahami kondisi

untuk menangani keluhan yang berisiko


menyebabkan
- Edukasi mengenai
konjingtivitis
penyebab mata merah
- Pasien dan keluarga
- Edukasi agar memakai
memahami komplikasi
kacamata untuk sementara
jika tidak mendapat
agar mencegah perburukan penanganan yang baik
dan penularan - Pasien dan keluarga
27/11/2020 berkomitmen agar
-Home visit : menjaga higienitas,
Edukasi PHBS dan Cek menggunakan kacamata

kesehatan Rutin untuk mencegah


penularan.
- Pasien memahami
pentingnya PHBS dan
pentingnya
pemeriksaan kesehatan
secara berkala untuk
lansia

Kesimpulan tindak lanjut:


- Tingkat pemahaman : Baik
- Faktor Pendukung : Pasien dan keluarga bersedia dan antusias menerima
informasi yang diberikan serta berusaha akan melakukan saran yang diberikan.
- Faktor penghambat : Tidak berkesempatan melakukan intervensi pada komunitas
karena keterbatasan waktu.
- Indikator keberhasilan : Pasien dan keluarga mengetahui, dapat mengulangi edukasi
yang diberikan, pasien dan keluarga mau melaksanakan apa yang disarankan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penatalaksaan pasien seorang laki-laki usia 71 tahun dengan Konjungtivitis bakterial
dengan pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
Terapi Medikamentosa :
- Tetes mata khoramfenikol 0,5%
- Paracetamol 500 mg p.r.n
- Vit C 3x1
Terapi Non medikamentosa :
- Edukasi mengenai penyebab mata merah
- Edukasi agar memakai kacamata untuk sementara agar mencegah perburukan dan
penularan
- Edukasi hand hygiene
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien diperlukan pendekatan keluarga dalam menatalaksana
pasien secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana AK. Disease of the Conjunctiva. Dalam : Khurana AK. Author. Comprehensive
Opthalmology. Ed. 4th. New Delhi : New Age International. 2007. hal.51-87

2. Lang GK, Lang GE. Bacterial Conjunctivitis. Dalam : Lang GK. Author.
Ophthalmology : A Short Textbook. Stuttgar-New York : Thieme. hal.82-3

3. Garcia FJ, Schwab IR. Conjunctivitis. Dalam Eva PR, Whitcher JP. Editors. General
Ophthalmology. New York : Mc Graw Hill. 2007

4. Cavuoto K, et al. Update on Bacterial Conjunctivitis in South Florida. American


Academy of Ophthalmology. 2008. vol.115. hal 51-6

5. Ilyas S. Mata Merah dengan Penglihatan Normal. Dalam : Ilyas S. Author. Ilmu Penyakit
Mata. Ed. 3th. 2010

6. Singer MS, Langston DP, Levy BD. Conjunctivitis (Red Eye). The Health Care of
Homeless Persons. 2003. hal.11-

7. Quinn CJ, et al. Care of the Patient with Conjunctivitis. American Optometric
Association. 2002. hal.1-60 8. Banks MR. Conjunctivitis: More than Meets the Eye. The
Canadian Journal of Continuing Medical Education. 2002. hal.65-77

8. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip Pencegahan.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai