Anda di halaman 1dari 15

CaseReportSession

Laporan Kasus

SKABIES

Penulis
dr.Gina Adianti Putri

Pembimbing
dr.Erbatsi Murina

PROGRAM INTRNSHIP DOKTER INDONESIA BATCH 1 FEBRUARI 2022 WAHANA


PUSKESMAS SINGKARAK
KOTA SOLOK 2022

1
CaseReportSession

KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Scabies”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi kewajiban sebagai Peserta Dokter
Internship Indonesia (PIDI).

Keberhasilan penyusunan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga Allah Yang Maha Esa
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat kepada
dunia ilmu pengetahuan dan klinisi.

 Singkarak, 10 April 2022

Penulis

2
CaseReportSession

BAB 1

TINJAUANPUSTAKA

1.1 Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis,dan produknya. Sinonim atau nama lain
skabies adalah the itch, sky-bees, gudik, budukan, dan gatal agogo.1

1.2 Epidemiologi

Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya.
Prevalensi scabies sangat tinggi padaregion: Afrika, Amerika Selatan, Autralia,
dan Asia Tenggara. Tingginya prevalensi berkolerasi dengan kemiskinan, status
nutrisi yang rendah, dan higene yang tidak adekuat. Skabies sering terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda. 2,3

Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada
tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di Indonesia
menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering.4,5

1.3.Etiologidan Patogenesis

Penyebabnya penyakit skabies adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei


termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family
Sarcoptes, penemunya adalah seorang ahli biologi Diacinto Cestoni.1

Secara morfologik parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval,


punggungnya cembung,dan bagian perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x
350 μm, sedangkan jantan berukuran 150 x 200 μm. Stadium dewasa mempunyai
4 pasang kaki, 2 pasang kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada
betina dan jantan memiliki fungsi yang sama sebagai alat untuk melekat, akan
tetapi kaki belakangnya memiliki fungsi yang berbeda. Kaki belakang betina
berakhir dangan rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat perekat.6,7

3
CaseReportSession

Penularanskabiesmelalui:
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.1

Penularan biasanya melalui scabies betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentuk larva. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelahkopulasi
yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk
betina yang sudah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas
biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapattinggaldalam terowongan, tetapidapat juga keluar.
Setelah 2-3harilarva akanmenjadi nimfa yangmempunyai 2bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.1

Aktivitas Sarcoptes scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan


menimbulkan respons imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan
IgE baik di serum maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu.
Tungau scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau
dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan kondom,karena
kontak melalui kulit di luar kondom.1

Kelainan kulit tidak hanya dapat disebabkan oleh tungau scabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.1

4
CaseReportSession

1.4 FaktorRisiko

Adapunfaktorrisikodariscabiesini adalah:

1. Masyarakatyanghidupdalamkelompokyangpadatsepertiasrama dan
pesantren
2. Higine yangburuk
3. Sosialekonomiyangrendahseperti padapantiasuhan danlainnya
4. Hubunganseksualyangsifatnyapromiskuitas8

1.5 GejalaKlinisdan Diagnosis

Setelah paparan pertama, pruritus dan kemerahan dapat muncul dalam 6-8
minggu.9 Kelainan kulit yang dapat ditemukan berupa papul, vesikel, urtika.Selain
itu, akibat garukan terdapat lesi berupa erosi, eksoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder.10 Untuk mendiagnosis penyakit ini harus ditemukanminimal 2 dari 4
tanda kardinal di bawah:

1. Pruritus noktural artinya gatal pada malam hari yang disebabkanoleh


aktifitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam
sebuah keluarga, sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, diasrama,
atau pondokan. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang
oleh tungau tersebut. Walaupun seluruh anggota keluarga mengalami
investasi tungau, namun tidak memberikan gejala. Hal ini dikenal
sebagai hiposensitisasi. Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan(kunikulus) pada tempat-tempat predileksiyang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok,rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
vesikel. Kunikulus merupakan lesi patogmnomonis dari infeksiscabies.
Namun kunikulus biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal pasien
selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat
predileksinyabiasanyamerupakantempatdenganstratumkorneum

5
CaseReportSession

yang tipis, yaitusela-sela jari tangan, pergelangantangan bagian volar,


siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan),
umbilicus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki,wajah,
dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjangdiagnosis.
Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau
dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala).1

1.6 PemeriksaanPenunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan mikroskopis


dari kerokan kulituntuk menemukan tungau.8 Dapat juga dilakukan tes tinta pada
terowongan (Burrow ink test)dengan cara: papul skabies dilapisi dengan tinta
cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas
alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelapdibandingkan kulit di
sekitarnyakarenaakumulasitintadidalamterowongan. Tesdinyatakanpositif bila
terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk S.8,11

Terdapatbeberapa carauntukmenemukantungau:

1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang terlihat


papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas
sebuah objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepot dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan
hematoksilin eosin (H.E).1

6
CaseReportSession

1.7.DiagnosisBanding
Penyakit scabies merupakan the greatest imitator, karena dapatmenyerupai
banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah
prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, urtikaria
papular, Insect bite, dishidrosis, pioderma.1,8,11
1.8 Komplikasi
Infeksi kulit sekunder oleh S. aureus sering terjadi terutama pada anak-anak.
Komplikasi scabies dapat menurunkan kualitas hidup dan prestasi belajar. 8
Limfangitis dan seprikemia dapat terjadi terutama pada scabies berkrusta.9

1.9. Tatalaksana

1.9.1 Nonmedikamentosa

Melakukan higine lingkungan dna individu; Skabies dapat bertahan 3 hari di


luar tubuh manusia, dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada
suhu 60°C atau disimpan dalam kantung plastik tertutup selama beberapa hari.
Karpet, kasur, bantal, tempat duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu
dijemur di bawah terik matahari setelah dilakukan penyedotan debu.Tidak
melalukan kontak dengan penderita scabies, tidak menggunakan peralatan pribadi
bersama-sama.8,11
1.9.2 Medikamentosa

Prinsip: tata laksana menyeluruh meliputi penggunaan skabisida yang efektif


untuk semua stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dan nara kontak secara
serempak, menjaga higiene, serta penanganan fomites yang tepat. Terdapat
beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
 Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Bila
belum sembuh, dapat diulang setelah satu pekan.tidak dianjurkan pada
bayi di bawah 2 bulan
 Krimlindane1%dioleskanpadakulitdandibiarkanselama8jam.Cukup sekali
pemakaian, dapat diulang bila belum sembuh setelah satu pekan. Tidak
boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.

7
CaseReportSession

 Salepsulfur5-10%,dioleskanselama8jam,3malamberturut-turut.
 Krimkrotamiton 10%dioleskan selama8 jampadaharike-1,2,3,dan
 Emulsibenzilbenzoat10% dioleskanselama24jampenuh.

2. Sistemik
 Antihistaminsedatif (oral) untukmengurangigatal.
 Bilainfeksisekunderdapatditambahantibiotik sistemik.
 Padaskabieskrustosadiberikanivermektin(oral)0,2mg/kgdosistunggal, 2-3
dosis setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat kurang
dari 15 kg, wanita hamil dan menyusui.11

1.9 Pencegahan

Perlu dilakukan edukasi pasa pasien tentang penyakit ekabies, perjalanan


penyakit, penularan, cara eradikasi tungau scabies, menjadi higiene pribadi,
dan tata cara pengolesan obat. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan
orang di sekitar pasien yang berhubungan erat.1

1.10 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat


pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higine), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik. 1 Namun jika
tidak ditatalaksana, penyakit dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Padaorang
imunokompeten, jumlah tungau dapat berkurang seiring waktu. 9Pruritus dapat
bertahan beberapa minggu setelah pengobatan akibat reaksi hipersensitif
terhadap antigen tungau. Skabies nodular dapat bertahanbeberapa bulan
setelah pengobatan. Skabies krustosa relatif sulit diobati

Quoadvitam :bonam

Quo ad funtionam : bonam

Quo adsanactionam:bonam11

8
CaseReportSession

BAB 2

LAPORANKASUS

IDENTITASPASIEN

Nama :An. A

Umur : 11tahun

JenisKelamin :Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar/ santri

Alamat : Sumani

Negeri Asal : Indonesia

Agama : Islam

Suku : Minang

Tanggal Pemeriksaan : 5 April 2022

I. Anamnesis
Seorang pasien laki-laki usia11 tahun, datang ke poli anak pukesmas Singkarak
pada tanggal 5 April 2022 dengan :

KeluhanUtama
Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal pada kedua tangan terutama
disela- sela jari dan punggung kaki,tungkai bawah, paha, bokong, yang semakin
bertambah banyak sejak 2 minggu yang lalu.

9
CaseReportSession

RiwayatPenyakitSekarang
 Awalnya sekitar 3 minggu yang lalu, muncul bintik-bintik
kemerahansebesar kepala jarum pentul pada sela jari tangan kiri, lalu
bintik kemerahan menyebar ke kedua tangan dan kaki. Bintik kemerahan
terasa gatal terutama meningkat pada malam hari sehingga pasien sering
menggaruk. Saat ini bintik kemerahan terdapat pada kedua tangan dan
punggung kaki, tungkai bawah, paha, bokong,
 Bintikkemerahantidakdisertairasanyeri
 Pasien tinggal diasrama, dan tidur sekamar dengan teman temannya yang
mengeluhkan gejala yang yang sama,
 Gejala pada kulit dan keluhan gatal-gatal tidak dicetuskan oleh sesuatu
(makanan, obat, kontak dengan benda-benda tertentu, cuaca)

 Riwayatalergiobatdan makanantidak ada.


 Tidakada riwayatdigigitserangga.
 Pasientidak memilikiasma.
 Riwayatbersin-bersindipagiharitidakada.
 Pasientidakmemilikihewan peliharaan

RiwayatPenyakitDahulu
 Pasien tidak pernah menderita penyakit dengan gejala bintik-bintik
kemerahan sebelumnya.

RiwayatPenyakitKeluarga/RiwayatAtopik/Alergi
 Riwayatalergi,asma,rhinitisalergi,padakeluargatidakada

10
CaseReportSession

RiwayatPekerjaan,Sosial,Ekonomi,danKebiasaan

 Pasien adalah seorang pelajar santri, tinggal di asrama bersama teman-


teman nya
 Pasienmengakusering bertukarhandukdenganteman sekamarnya
 Pasien memiliki kebiasaan bermain bola bersama teman temannya dan
mengaku jarang mandi
 Pasienmencucisprei3 bulansekali

II. PemeriksaanFisik
Status Generalis
KeadaanUmum :baik
Kesadaran : CMC
StatusGizi : Baik
Rambut :tidakmudahrontok,botaksetempattidakada
Pemeriksaan Torak : diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen :diharapkandalambatasnormal
Pemeriksaan Ekstremitas : dalam batas normal

StatusDermatologikus

Lokasi :Keduapunggungkaki,tungkaibawah,paha, bokong,

Distribusi :terlokalisir

Bentuk :tidakkhas

Susunan :tidakkhas

Batas :tegas

Ukuran :milier– numular

Efloresensi :papul eritem,erosi,dan krusta

StatusVenerologikus :tidakdiperiksa

11
CaseReportSession

Kelainanselaput :tidakadakelainan

Kelainankuku :tidakadakelainan

Kelainanrambut :tidakadakelainan

KelainanKGB :tidakadapembesaran KGB

12
CaseReportSession

III. Resume

Seorang laki-laki 11 tahun datang ke poli anak puskesmas Singkarak pada


tanggal 5 April 2022 dengan:

 Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal pada kedua punggung kaki,


tungkai bawah, paha, bokong, dan kemaluan yang semakin bertambah
banyak sejak 2 minggu yang lalu.
 Gatalterusmenerusdan meningkatpadamalam hari.
 Pasien sekamar dengan teman- temannya mengalamikeluhan yang sama
 Dari pemeriksaan dermatologis didapatkan papul dan lesi berlokasi di
bokong, paha, tungkai bawah, dan punggung kaki

IV. DiagnosisKerja :Skabies

V. Diagnosisbanding :prurigo,pedikulosiskorporis

VI. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan rutin :dilakukanpemeriksaanmikroskopisdaripreparat
kerokan kulit dengan KOH.
Hasil :Tidakditemukantungau.

VII. Diagnosis :Skabies

VII.Penatalaksanaan

Umum
Edukasikepadapasiententang:
 Penjelasanperjalanan penyakit

13
CaseReportSession

 Pengobatan terhadap pasiendan teman sekamar yang terkenasecara


serentak
 Hindaripemakaianhandukataupakaianataubarang-baranglainbersama
 Bajudanspreiyangtelahdipakaiolehpasiendicucidenganair panas
kemudian di jemur di bawah matahari
 Kasur,danbantaldijemurdibawahsinarmatahari.
 Pasien diminta untukmenjagakebersihan

Khusus
Topikal : Krim Permetrin 5%, dioleskan selama 8-10 jam pada malam hari
pada seluruh tubuh kecuali wajah dan leher. Jika terkena air kembali dioleskan.

Sistemik : TabletCetirizin10 mg2kalisehari pada pagi dan malam.

VIII.Prognosis
Quoadsanam :bonam
Quo ad vitam :bonam
Quoadkosmetikum:bonam
Quoadfunctionam:bonam

14
CaseReportSession

DAFTARPUSTAKA

1. Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah


S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh : Badan Penerbit
FKUI; 2015.p.138-140.
2. Micali G, Lacarrubba F, Verzì AE, Chosidow O, Schwartz RA. Scabies:
Advances in Noninvasive Diagnosis. PLoS Negl Trop Dis. 2016
Jun;10(6):e0004691.
3. Anderson KL, Strowd LC. Epidemiology, Diagnosis, and Treatment of
Scabies in a Dermatology Office. J Am Board Fam Med.2017 Jan
02;30(1):78-84.
4. Audhah NA, Umniyati SR, dan Siswati AS. Scabies risk factor on students
of islamic boarding school (study at darul hijrah islamic boarding school,
cindai alusvillage, martapurasubdistrict, banjar district, south kalimantan). J
Buski. 2012;1(4):14-22.
5. Aminah P, Sibero HT, dan Ratna MG. Hubungan tingkat pengetahuan
dengan kejadian skabies. J Majority. 2015;5(4):54-59.
6. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, danSungkar S. Parasitologikedokteran
edisikeempat. Jakarta: Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia; 2008.
7. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi I. Makassar:Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
8. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktis Klinis Di Fasilitas Pelayanan
tingkat Pertama edisi 1. PB IDI; Jakarta, 2017.
9. Wolf, K. Katz, GS. Paller GA, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine 7th ed. Mc Graw Hill Medical; Singapore, 2008.
10. Cheistanto, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi 4. Media Aesculpius; Jakarta, 2014.
11. PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. Perdokski; Jakarta, 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai