Oleh
Pembimbing
RSUD AROSUKA
KABUPATEN SOLOK
2023
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1 klasifikasi dan diagnosis hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan:8
2.2 Gejala klinis Preeklampsia berat8
2.3 Epidemiologi
Mulai dari satu kasus per 100 kehamilan untuk 1 kasus per
1700kehamilan. Rentang angka kejadian preeklampsia-eklampsia di negara
berkembang seperti negara Afrika seperti Afrika selatan, Mesir, Tanzania, dan
Ethiopia bervariasi dari 1,8% sampai 7,1%. Di Nigeria angka kejadiannya
berkisar antara 2% sampai 16,7% Dan juga preeklampsia ini juga dipengaruhi oleh
ibu nullipara, karena ibu nullipara memiliki resiko 4-5 kali lebih tinggi dari pada ibu
multipara.10
a. Usia
b. Faktor keturunan
c. Diet/gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu. Penelitian lain
menyebutkan bahwa kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian
yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese/overweight.
d. Tingkah laku/sosioekonomi
Insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama hamil
memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh lebih
tinggi. Istirahat baring yang cukup selama hamil mengurangi kemungkinan/insidens
hipertensi dalam kehamilan.
e. Hiperplasentosis
f. Diabetes mellitus
g. Kehamilan pertama
n. Kehamilan multipel
2.4 Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
sehingga penyakit ini disebut dengan “The Diseases of Theories”. Pada implantasi
normal terjadi remodelling arteri spiralis karena diinvasi oleh trofoblas
endovaskular. Pada preeklamsia terjadi invasi trofoblastik inkomplet karena
invasi trofoblas yang dangkal. Pembuluh desidua akan dilapisi oleh trofoblas
endovaskular. Arteriola miomerrium yang lebih dalam tidak kehilangan lapisan
endotel dan jaringan muskuloelastik dan rerata diameter eksternal hanya setengah
diameter pembuluh pada plasenta normal.8,13
1. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan “Blocking Antibodies” terhadap antigen plasenta
tidak sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan terhadap
Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan “Blocking
Antibodies” akan lebih banyak akibat respon imunitas pada kehamilan sebelumnya,
seperti respons imunisasi.
2. Faktor Hormonal
3. Faktor Genetik
Faktor nutrisi yang kurang mengandung asam lemak essensial terutama asam
Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan menyebabkan “Loss
Angiotensin Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.
2.5 Patogenesis
2.6 Diagnosis
4. Edema Paru
3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
5. Edema Paru
LAPORAN KASUS
3.1Identitas
Umur : 22 tahun
3.2 Anamnesis
Pasien rujukan dari puskesmas post partum 2 jam yang lalu, pasien
mengeluhkan sakit kepala hebat sejak 1 hari sebelum melahirkan, pasien merasa mual
dan muntah setelah melahirkan, muntah 1 kali berisi apa yang dimakan. Pasien rutin
memeriksakan kehamilan ke puskesmas,
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM,
hipertensi, dan riwayat alergi sebelumnya.
3.3Pemeriksaan Fisik
• Nadi : 86 kali/menit
• Suhu : 36,8°C
• Kepala : Normosefal
Paru :
- Inspeksi : paru simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Jantung :
Hb/Ht/L/Tr: 13,7/38/17.890/242.000
Gdr: 108
Protein Urine: +2
3.5Diagnosis
3.6 Tatalaksana
Rawat kebidanan
Domperidone 2 x 1
Inj. Ceftriaxon2 x 1 gr
Metronidazole 3 x 500 mg
Paracetamol 3 x 1
Sf 3 x 1
IVFD RL + regimen MgSO4 dosis maintanace (8gr) jika habis lanjutkan
IVFD RL 30tpm
Follow Up
S/
-Demam (-)
Abdomen :
P/
-Kontrol KU
-IVFD RL 8 jam/kolf
-Inj ceftriaxon 2 X 1
- metronidazole 3 x 500 mg
- paracetamol 3 x 1 tab
Daftar Pustaka