Disusun Oleh :
Nur Aulia Pratiwi Sallatu
N 111 18 072
Pembimbing Klinik :
dr. Djemi, Sp. OG, MARS (K)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu penyebab terbanyak dari
morviditas maternal dan perinatal, mempengaruhi sebanyak 3% dan 5% dari seluruh
kehamilan dan berkontribusi terhadap 60.000-70.000 kematian maternal dan 500.000
kematian janin setiap tahun di seluruh dunia. 4,5
Berdasarkan latar belakang di atas, penting untuk mengetahui penanganan
terbaru dari preeklampsia dan eklampsia dalam praktik sehari-hari, untuk mencegah
komplikasi yang merugikan bagi ibu dan janin.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1.2 Epidemiologi
Insidensi terkait kondisi hipertensi dalam kehamilan bervariasi di setiap
wilayah dan negara, yaitu sebesar 5%-10%. Menurut World Health Organization,
hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab terbanyak dari mortalitas
wanita selama masa kehamilan, yaitu sebanyak 16% dari jumlah kasus kematian
dalam kehamilan.1,3
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu penyebab terbanyak dari
morviditas maternal dan perinatal, mempengaruhi sebanyak 3% dan 5% dari seluruh
kehamilan dan berkontribusi terhadap 60.000 kematian maternal dan 500.000
kematian janin setiap tahun di seluruh dunia.5
6
berhubungan dengan pengeluaran berlebihan mediator oleh sel-sel endotel yang
cedera.5
Peningkatan pengeluaran fms-like tyrosine kinase (sFlt) -1 atau endoglin dan
penurunan free placental growth factor (PlGF) merupakan hipotesis lain untuk
patogenesis preeklamsia, yang disebut sebagai ketidakseimbangan angiogenik. Ketika
sFlt-1 yang merupakan varian untuk PlGF dan VEGF meningkat, ada inaktivasi atau
penurunan konsentrasi PlGF dan VEGF, sehingga terjadi disfungsi endotel. Dalam
kasus Endoglin, yang merupakan coreceptor permukaan untuk transforming growth
factor β (TGF β), endoglin soluble (sEng) berikatan dengan reseptor endotel dan
menghambat beberapa TGF β isoform, sehingga menyebabkan penurunan nitrit
oksida (NO) yang mengatur vasodilatasi. Sel endotel vaskular yang dari wanita yang
menderita pre-eklampsia atau terpapar serum dari kehamilan pre-eklampsia
menghasilkan lebih sedikit NO dari sel endotel dari pada kehamilan normal. Akar et
al. menunjukkan bahwa produksi agonis-stimulaed NO berkurang dalam arteri
umbilikalis terisolasi. Penelitian lain juga melaporkan penurunan produksi agonis-
stimulated NO oleh umbilical dan sel endotel vena tangan berasal dari kehamilan pre-
eklampsia, kesimpulannya bahwa produksi NO dikompromikan juga dalam arteri
sistemik ibu dan pembuluh darah vena, tidak hanya di pembuluh uterine dan
pembuluh umbilikalis. 5
Prostasiklin (PGI 2) merupakan vasodilator poten lain yang menurun pada
wanita pre-eklampsia. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan signaling endotel Ca
2+ dan penurunan produksi PGI 2 karena reactive oxygen species (ROS). Hal ini
masih belum jelas peran endothelium derived hyperpolarizing factor (EDHF) dalam
patogenesis vaskular dari pre-eklampsia, bagaimanapun, EDHF yang memediasi
vasorelaxation berkurang pada pembuluh darah wanita hamil dengan pre-eklampsia. 5
Sebuah subset dari wanita dengan pre-eklampsia memiliki autoantibodi
terhadap type-1 angiotensin II receptor (AT 1) diserum. Yang dapat mengaktifkan
AT 1 di sel endotel, sel otot polos pembuluh darah, dan sel-sel mesangial dari
glomerulus ginjal. DI 1 autoantobodies telah terbukti menyebabkan hipertensi,
7
proteinuria, endotheliosis kapiler glomerulus, peningkatan produksi sVEGFR-1
(soluble Vascular Endothelial Growth Factor Receptor) dan sEng, dan untuk
merangsang sintesis NADPH oksidase. Kondisi ini menyebabkan produksi stres
oksidatif, peningkatan produksi trombin, defek fibrinolysis dengan deposisi fibrin,
dan akhirnya ke tingkat anti-angiogenik. Pre-eklampsia juga telah dikaitkan dengan
trombositopenia. Bahkan, peran aktivasi trombosit pada pre-eklampsia telah
dibuktikan melalui beberapa artikel, termasuk peningkatan ukuran trombosit dan
penurunan usia trombosit, peningkatan kadar plasma ibu dari faktor trombosit 4 dan β
thromboglobulin meningkatan produksi tromboksan B2 oleh trombosit, dan
pembentukan trombus dimikrosirkulasi dari beberapa organ target. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, PGl2 merupakan vasodilator dan menghambat agregasi
platelet menurun pada wanita dengan pre-eklampsia, sedangkan tromboksan A2
meningkat sehingga menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi platelet. Ini akan
menyebabkan vasospasme dan penggunaan trombosit, yang merupakan karakteristik
dari pre-eklampsia. Fitur lain yang penting pada wanita pra-eklampsia adalah
pengaktivan trombin yang berlebihan. Hal ini mungkin disebabkan oleh hal berbeda
(disfungsi sel endotel, aktivasi trombosit, kemotaksis monosit, proliferasi limfosit,
aktivasi neutrofil, atau generasi yang berlebihan dari faktor jaringan dalam
menanggapi aktivitas prositokin inflamasi) dan berakhir dipengendapan fibrin
dibeberapa organ sistem. Faktor-faktor lain yang terkait dalam patogenesis pre-
eklampsia termasuk genetik, faktor lingkungan, dan gaya hidup. Faktor genetik dan
lingkungan mengatur beberapa komponen yang menentukan kerentanan perempuan
terhadap penyakit, seperti kecenderungan untuk gangguan hipertensi, penyakit
autoimun, atau diabetes (faktor-faktor ini mempengaruhi terjadinya pre-eklampsia).5
Di sisi lain, berat badan yang berlebihan (indeks massa tubuh >35 Kg/m2)
merupakan faktor risiko penting untuk penyakit ini, Dapat dikatakan bahwa ibu yang
obesitas dapat mengurangi migrasi sitotrofoblas dan remodeling arteri spiral uteri
sehingga menyebabkan iskemia plasenta. Selain itu, obesitas juga meningkatkan
sirkulasi faktor antiangiogenik dan jalur proinflamasi melalui iskemia plasenta
8
dengan cara penurunan NO pembuluh darah dan peningkatan resistensi perifer, yang
dapat menyebabkan perkembangan pre-eklampsia. 5
9
Penyakit sindrom antifosfolipid
Penyakit ginjal kronik
Penyakit autoimun kronik
Penyakit tromboemboli vena (VTE)
Jarak kehamilan >10 tahun
4. Edema Paru
10
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity
(ARDV)
Preeklampsia berat:
Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg dalam dua
kali pemeriksaan berjarak 15 menit dengan menggunakan lengan yang sama
disertai dengan proteinuria proteinuria >300 mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstick +2. Jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia,
yaitu:1,2,3
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
4. Edema Paru
11
Preeklampsia biasanya memberikan gejala klinis pada saat usia kehamilan
memasuki trimester kedua (bentuk onset dini) atau trimester ketiga (bentuk onset
lambat), yaitu pada saat usia gestasi lebih dari 20 minggu. Preeklampsia dapat terjadi
pada kondisi hipertensi gestasional dan hipertensi kronik. 1,2.3
Preeklampsia terdiagnosis ketika terdapat hipertensi gestasional, yaitu
wanita yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya dan memiliki
tekanan darah >140/90 mmHg disertai dengan proteinuria. 1,2.3
Preeklampsia superimposed pada hipertensi kronik merupakan hipertensi
dalam kehamilan yang muncul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
wanita yang memiliki riwayat hipertensi sebelum terjadi kehamilan, berupa
hipertensi kronik namun disertai dengan proteinuria. 1,2.3
1.6 Tatalaksana
Diagnosis dan klasifikasi yang benar penting, karena terapi farmakologi untuk
preeklampsia dan pre-eklampsia berat berbeda.5
Manajemen preeklampsia dimaksudkan untuk mencegah perubahan ke arah
preeklampsia berat, untuk menetapkan waktu kelahiran, dan untuk mengevaluasi
12
perkembangan paru-paru janin. Dalam kasus preeklampsia berat, tujuan terapi untuk
mencegah eklampsia (kejang), kontrol tekanan darah secara ketat, dan perencanaan
persalinan.5
Preeklampsia Preeklampsia Berat Eklampsia
Mencegah terjadinya Mencegah eklampsia Mencegah mortalitas ibu
preeklampsia berat (kejang) dan janin
Menetapkan waktu Mengontrol tekanan darah Mencegah eklampsia
kelahiran secara ketat berulang
Mengevaluasi Perencanaan persalinan Mengontrol tekanan darah
perkembangan paru-paru secara ketat
janin Perencanaan persalinan
Tabel 1. Perbedaan Tujuan Tatalaksana Preeklampsia dan Eklampsia5
13
Magnesium Sulfat
Loading dose Dosis Pemeliharaan Dosis “Booster”
(Jika diperlukan)
4-6 g IV, Bolus 2-3 g IV 2 g IV, bolus pelan
pelan-pelan (20
(10 min)
min)
2-3 dari 10 mL 8 dari 10 ml dalam 1000 ml 1 dari 10 ml jika
(20 mg/Ml) dalam
dari 1000 ml RL atau kejang berulang
100 ml RL
Dextrosa
untuk perfusi Untuk perfusi 50-75 ml/jam,
200-300 ml/h
pemeliharaan untuk 24 jam
setelah terminasi atau
kejang terakhir
Obat Dosis
Metildopa (PO) 500mg – 3g terbagi dalam 2 dosis
Labetalol (PO) 100-200mg/hari terbagi dalam 2
sampai 3 dosis
Labetalol (IV) 10-20mg, di ulang 20-80mg IV setiap
30 menit atau 1-2 mg; max dari 300
mg/hari
Nifedipine (PO) 30-120 mg/hari
14
Hydralazine (PO) 50-300mg/hari dibagi 2 sampai 4 dosis
Hydralazine (IV) 5-10mg IV: dapat diulang setiap 20-30
menit sampai maximum 20mg
Nicardipine (IV) Awalnya 5mg/jam, meningkat 2,5mg
tiap 15 menit sampai maximum
15mg/jam
Keterangan :
PO: Oral, IV: Intravena
Tabel 3. Pilihan Lini Pertama Obat Anti Hipertensi dalam Kehamilan8
Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam
sejak terjadinya kejang.
15
terdapat hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan
gawat janin. Lakukan pengawasan ketat.
16
Preeklampsia Preeklampsia Berat Eklampsia
Pemberian aspirin dosis Pemberian obat anti Tatalaksana
rendah hipertensi preeklampsia
Obat anti hipertensi Bila terjadi kejang,
Pemberian suplementasi
dilanjutkan sampai perhatikan jalan napas,
kalsium
persalinan pernapasan (oksigen),
Induksi persalinan dan sirkulasi (cairan
Pada ibu dengan
dianjurkan bagi ibu intravena).
preeklampsia ringan
dengan preeklampsia MgSO4 dosis awal
atau hipertensi
berat dengan janin (loading dose)
gestasional ringan yang
yang belum viable atau diberikan secara
sudah aterm, induksi
tidak akan viable dalam intravena kepada ibu
persalinan dianjurkan.
1-2 minggu. Lakukan intubasi jika
Ketika janin sudah terjadi kejang berulang
viable namun usia dan segera kirim ibu ke
kehamilan belum ruang ICU (bila
mencapai 34 minggu, tersedia) yang sudah
manajemen ekspektan siap dengan fasilitas
dianjurkan ventilator tekanan
Ketika usia kehamilan positif.
antara 34 dan 37 Bayi harus segera
minggu, manajemen dilahirkan dalam 12 jam
ekspektan boleh sejak terjadinya kejang.
dianjurkan, asalkan
tidak terdapat
hipertensi yang tidak
terkontrol, disfungsi
organ ibu, dan gawat
janin.
17
Pada ibu dengan
preeklampsia berat
yang kehamilannya
sudah aterm, persalinan
dini dianjurkan.
Tabel 4. Perbedaan Tatalaksana Preeklampsia, Preeklampsia Berat, dan
Eklampsia5.7
1.7 Prognosis
Wanita dengan preeklampsia memiliki penurunan sebanyak 52% untuk terjadi
eklampsia jika ditangani dengan cepat, terutama dengan pemberian magnesium sulfat
yang sesuai dengan protokol yang ada.9
Wanita dengan preeklampsia berat merupakan kelompok dengan resiko tinggi
untuk dilakukan persalinan secara sectio caesarean untuk mencegah komplikasi-
komplikasi yang mungkin muncul dan mencegah motalitas ibu dan janin terkait
dengan eklampsia yang mungkin terjadi.9,10
1.8 Komplikasi
Komplikasi maternal preeklampsia berat / eklampsia bisa menyebabkan kondisi
yang mengancam nyawa, menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu, janin, dan
neonatal. Komplikasi ini termasuk sindrom HELLP, koagulopati intravaskular
diseminata dan gagal ginjal akut. Risiko seorang wanita di negara berkembang yang
meninggal karena sebab terkait ibu adalah 33 kali lebih tinggi daripada wanita di
negara maju. Kematian ibu merupakan hasil dari pendarahan otak, edema paru, gagal
ginjal akut, ruptur hati, atau DIC.10
Efek jangka panjang mungkin termasuk gagal ginjal kronis, penyakit
kardiovaskular, atau kebutaan kortikal. Sebagian besar pasien (85,1%) tidak memiliki
komplikasi besar. Komplikasi maternal yang paling umum adalah sindrom HELLP
sebesar 9,1% dan tidak ada pasien yang meninggal karenanya. 10
18
Komplikasi janin / neonatal termasuk lahir mati, prematuritas beserta
komplikasinya, dan berat badan lahir rendah. Sekitar 22% bayi yang dilahirkan mati
menunjukkan bahaya serius bahwa gangguan hipertensi ini dapat berdampak pada
kesehatan janin. Lebih dari setengah bayi yang hidup dirawat di NICU. Kematian
neonatal dini disebabkan oleh prematuritas berat, berat lahir sangat rendah / rendah,
dan sindrom gangguan pernapasan. Kebanyakan pasien datang terlambat sehingga
tidak ada waktu untuk memberikan intervensi seperti kortikosteroid untuk
pematangan paru janin. 10
1.9 Pencegahan
Untuk pencegahan preeklampsia, satu-satunya terapi efektif yang saat ini dikenal
adalah aspirin dosis rendah. Beberapa pedoman nasional, termasuk World Health
Organization (WHO) telah melaporkan bahwa dari kehamilan 12 minggu hingga
melahirkan, dosis aspirin 75–100 mg harus diresepkan. Namun, beberapa penelitian
menunjukkan manfaat dari terapi ini hanya pada wanita yang beresiko tinggi terkena
penyakit ini. Aspirin mengurangi resiko prematur preeklampsia dan preeklampsia
berat. Baru-baru ini, Tong et al. menyimpulkan bahwa dosis aspirin harus lebih besar
dari 100 mg dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Meher dan kolabolator,
pemberian aspirin dimulai setelah usia kehamilan 16 minggu lebih bermanfaat
mencegah pre – eklampsia.5
Salah satu pedoman yang digunakan rumah sakit Portugis yaitu menyarankan
konsumsi aspirin (100 mg) oleh wanita hamil yang memiliki lebih dari satu faktor
resiko. Preventif lainnya, termasuk suplementasi magnesium, minyak ikan, dan
suplemen vit C, D, dan E telah diusulkan namun gagal menunjukkan manfaat nyata
dan menerima konsus dalam komunitas ilmiah. Suplementasi kalsium berhubungan
dengan penurunan resiko preeklampsia dan kelahiran prematur. Hal ini paling efektif
pada populasi yang memiliki intake kalsium yang rendah (<600mg/hari yang dapat
terjadi dibeberapa negara berpendapatan rendah dan menengah). Dalam hal ini, WHO
merekomendasikan suplemen kalsium sebanyak 2 gr perhari. Mengenai intervensi
19
gaya hidup beberapa penelitian menemukan tidak adanya keuntungan dari
pembatasan natrium, intervensi makanan, dan aktivitas fisik.5
20
BAB III
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA
1 Gabbe SJ, Niebyl JR, Simson JL, Landon MB, Galan HL, Jauniaux ER, et al.
Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies. 7th ed.2017. New York:
Elsevier.
2 Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto
Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan
tatalaksana Pre-Eklampsia. 2016
3 Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. Williams
Obstetrics. 24th ed. 2014. New York : McGraw-Hill.
4 Muzalfah R, Santik YDP, Wahyuni AS. Kejadian preeklampsia pada ibu
bersalin. Higea.2018:2;3
5 Peres GM, Mariana M, Cairrao E. Pre-Eclampsia and Eclampsia: An Update
on Pharmacological Treatment Applied in Portugal. Journal of Cardiovascular
Development and Disease. 2018;5:3.
6 Situmorang TH, Damantalm Y, Januarista A, Sukri. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamul di poli KIA RSU
Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako.2016;2(1):1-75
7 Kementerian Kesehatan, R. I. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.1 st
Ed. 2013.
8 Phipps E, Prasanna D, Brima W, dan Jim B. Preeclampsia : Updates in
Pathogenesis, Definitions, and Guidelines. Clinical Journal Am Soc
Nephrology. 2016 ; 11 : 1102-1113.
9 J. France, P. S. Muganyizi. Characteristics of symptoms of imminent
eclampsia: A case referent study from a tertiary hospital in Tanzania. Open
Journal of Obstetrics and Gynecology. 2012;2: 311-7
22
10 Ngwenya S. Severe preeclampsia and eclampsia: incidence, complications,
and perinatal outcomes at a low-resource setting. Int J Womens Health.
2017;9:353-357.
23