KASUS
RETENSIO PLASENTA
DISUSUN OLEH:
NUR AULIA PRATIWI SALLATU
N 111 18 072
PEMBIMBING KLINIK:
dr. Djemi, SP.OG, MARS (K)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. Desa Ampera
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku : Kaili
Tanggal Pemeriksaan : 29 September 2020
Ruangan : IGD Kebidanan RSUD Undata
ANAMNESA
Thorax:
I : Pergerakan thoraks simetris, tidak tampak sikatrik
P : Nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa tumor
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung,
Batas-batas jantung dalam keadaan normal.
A : Bunyi pernapasan vesikuler pada seluruh lapang paru, tidak terdapat wheezing, dan
ronkhi.
Bunyi jantung I/II murni regular.
Abdomen:
I: perut tampak sedikit membuncit, benjolan (-)
A: peristaltik kesan normal
P: tympani
P: nyeri tekan (+) regio suprapubik.
Pemeriksaan
Fisik
Status Obstetri
Abdomen:
Inspeksi : Tampak sedikit membuncit, tidak tampak bekas operasi
Palpasi
Leopold I: Tinggi fundus uteri sejajar pusat
Leopold II :-
Leopold III : -
Leopold IV : -
BJF :-
HIS :-
Genitalia: tampak tali pusat menjulur sebagian dan telah diklem dengan forcep, perdarahan aktif (+), stosel (+)
berwarna merah segar.
Ekstremitas
Superior : akral dingin, tidak terdapat edema dan tidak tremor
Inferior : akral dingin, tidak terdapat edema dan tidak tremor
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium
Resume
Pasien P6A0 dengan usia kehamilan 37 minggu rujukan dari Puskesmas Pasangkayu masuk IGD
kebidanan rumah sakit Undata dengan keluhan perdarahan di jalan lahir. Perdarahan mulai terjadi
sejak + 3 jam setelah bayi lahir spontan dan tidak diikuti dengan lahirnya plasenta. Sebelum ke
rumah sakit pasien melahirkan di Puskesmas Pasangkayu, ditolong oleh bidan pada tanggal 29-09-
2020, jam 05.38 wita dan tiba di RSUD Undata pada pukul 07.30 wita. Perdarahan yang terjadi
secara terus menerus, berwarna merah segar dan sudah membasahi + 3 kain panjang. Selain itu
pasien juga merasakan nyeri perut bagian bawah, lemas dan pusing. Riwayat HPHT tanggal ?-12-
2019. BAB (+) biasa, BAK (+) biasa. Riwayat ANC, Pasien tidak pernah memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas ataupun dirumah sakit.
Resume
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah: 80/46 mmHg, nadi: 118 kali/menit,
respirasi: 24 kali/menit, suhu: 36,5°C, pada pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva
anemis. Pada pemeriksaan ginekologi, didapatkan perut sedikit membuncit, nyeri tekan
abdomen (+) area suprapubik. Pemeriksaan leopold didapatkan Tinggi fundus uteri sejajar
pusat. Pada pemeriksaan genitalia, didapatkan perdarahan aktif (+), stosel (+) berwarna
merah segar dan tampak adanya tali pusat menjulur sebagian dan telah diklem dengan
forcep. Pada ekstremitas teraba dingin dan lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan WBC 20,38x103/mm HGB 9.6 g/dL, HCT 24.8 %, MCV 78,4 µm3, MCH 30,4 pg
MCHC 38,7 g/dl PLT 273x103 /mm3, HbsAg reaktif.
DIAGNOSIS
P6A0 Gravid 37 Minggu (Aterm) Hemorragic Post Partum ec Retensio Plasenta + Pre Syok + Anemia + Hepatitis B
PENATALAKSANAAN
Nilai Primary Survey (Atasi Pre Syok)
Airway : Cek Patensi Jalan Napas : dengan cara berbicara dengan pasien
Breathing : Cek oksigen dan kadar oksigen dalam darah (Sp02). Setelah itu berikan O2 canul 6 lpm
Circulation : Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau tekanan darah, warna kulit, nadi, isi
vena, produksi urin, dan (CVP) dengan cara :
IVFD RL + oxytocin 1 amp/ 28 tetes per menit (Ta-Ki)
IVFD RL diguyur lanjut RL 20 tpm (Ta-Ka)
Pemasangan kateter
Pemberian obat Uterotonika : Methylergometrin 3x0,125 mg/IM
Manual Plasenta
Peregangan Tali Pusat Terkendali
Metronidazole tablet 3x500mg
Cefadroxyl tablet 2x500 mg
Sulfat Ferrous tablet 2x300 mg
PROGNOSIS
Dubia ad bonam.
Follow up: 30
September 2020
S : perdarahan pervaginam (+), nyeri perut bawah (+), nyeri ulu hati (-), pusing (+), lemas (+), mual (-),
sesak (–), muntah (-), BAB (-), BAK (+).
O : Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,7 °C
Konjungtiva : anemis (+/+)
TFU : 3 jari di bawah umbilikus
A : P6A0 HPP H1 + Retensio plasenta + Anemia ringan + Hepatitis B
P : Advice
IVFD RL 20 tpm
Metronidazole tablet 3x500mg
Cefadroxyl tablet 2x500 mg
SF tablet 2x300 mg
Paracetamol tablet 3x500mg
Follow up:
01Oktober
2020
S : perdarahan pervaginam sedikit (+), nyeri perut bawah (+), A : P6A0 HPP H2 + Retensio plasenta
nyeri ulu hati (-), pusing (-), lemas (+), mual (-), sesak (–), + Anemia ringan
muntah (-), BAB (+), BAK (+). + Hepatitis B
O : Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis P : advice
Tekanan darah : 100/60 mmHg IVFD RL 20 tpm
Nadi : 88 kali/menit Metronidazole tablet 3x500mg
Pernapasan : 20 kali/menit Cefadroxyl tablet 2x500 mg
Suhu tubuh : 36,7°C SF tablet 2x300 mg
Konjungtiva : anemis (-/-) Paracetamol tablet 3x500mg
TFU : 3 jari bawah umbilikus
Pembahasan
Berdasarkan teori, pasien dengan diagnosis retensio plasenta datang dengan keluhan perdarahan yang
terjadi segera setelah terjadinya persalinan, hal ini terjadi akibat dari terlambatnya kelahiran plasenta
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Penyebab plasenta belum lahir dapat disebabkan oleh plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum
lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi
untuk mengeluarkannya. Peristiwa ini dapat terjadi karena plasenta belum lepas dari dinding uterus akibat
kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesive). Selain itu, plasenta
melekat erat pada dinding uterus disebabkan oleh vili korialis menembus desidua sampai miometrium,
sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus
akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkannya atau karena salah
dalam penanganan kala III, sehingga plasenta tertangkap dalam rongga rahim dan terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarseratio placenta).
Pembahasan
Pada kasus ini pasien memiliki riwayat melahirkan sebanyak 6 kali dan hal ini merupakan bagian dari faktor
risiko terjadinya retensio plasenta. Paritas risiko (>3) memililiki resiko 3 kali lebih besar untuk terjadinya
retensio plasenta, hal ini sesuai dengan teori bahwa paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian
perdarahan pasca persalinan lebih tinggi, hal ini di hubungkan dengan fungsi reproduksi ibu bersalin yang
mengalami penurunan karena seringnya hamil atau melahirkan dan menurut teori lain bahwa seringnya hamil
atau melahirkan menyebabkan jaringan parut pada dinding uterus. Jika plasenta melekat pada bekas parut maka
plasenta akan berimplantasi dengan sangat kuat, sehingga kemungkinan akan terjadi retensio plasenta. Selain itu
pasien juga memiliki riwayat pendidikan cukup rendah, yaitu hanya sebatas SMP yang dapat berpengaruh
terhadap terjadinya retensio plasenta, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seseorang dengan
pendidikan rendah memiliki risiko 6,5 kali lebih besar untuk mengalami kejadian retensio plasenta dibandingkan
dengan responden dengan pendidikan tinggi. tingkat pendidikan seseorang turut menentukan tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, lebih aktif menentukan
sikap dan lebih mandiri mengambil tindakan perawatan. Rendahnya pendidikan ibu, berdampak terhadap
rendahnya pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin
sedikit keinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Pembahasan
Pada kasus ini perdarahan terjadi secara terus menerus yang mulai terjadi sejak + 3 jam setelah bayi
lahir spontan tanpa diikuti lahirnya plasenta. Berdasarkan teori, perdarahan yang terus berlanjut akan
menimbulkan tanda-tanda syok dengan gambaran klinis berupa perdarahan terus-menerus dan
keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi jelek. Pasien tampak lemah dan pucat, konjungtiva
anemis, denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, ekstrimitas dingin, nafas
menjadi cepat dan terengah-engah. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada
pasien, yaitu tekanan darah: 80/46 mmHg, nadi: 118 kali/menit, respirasi: 24 kali/menit, suhu:
36,5°C, pada pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan ginekologi,
didapatkan perut sedikit membuncit, nyeri tekan abdomen (+) area suprapubik. Pemeriksaan leopold
didapatkan Tinggi fundus uteri sejajar pusat. Pada pemeriksaan genitalia, didapatkan perdarahan aktif
(+), stosel (+) berwarna merah segar dan tampak adanya tali pusat menjulur sebagian dan telah
diklem dengan forcep. Pada ekstremitas teraba dingin dan lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan WBC 20,38x103/mm HGB 9.6 g/dL, HCT 24.8 %, MCV 78,4 µm3, MCH 30,4 pg MCHC
38,7 g/dl PLT 273x103 /mm3, HbsAg reaktif.
Pembahasan
Tatalaksana umum yang diberikan pada pasien ini adalah sesegera mungkin menilai
perdarahannya dan segera dilakukan resusitasi cairan pada pasien. Kemudian
dilakukan observasi perdarahan, tanda-tanda vital, pemeriksaan darah lengkap,
diberikan infus dengan cairan Ringer Lactat (RL) 500 cc + oxytocin 1 amp/ 28 tetes
per menit (pada tangan kiri); pemasangan infus juga dilakukan pada tangan kanan
yaitu RL diguyur; pemasangan O2 canul 3 lpm; pemberian obat methylergometrin
3x0,125 mg/IM; pemasangan kateter dan dilanjutkan dengan manual plasenta.
Pemberian obat metronidazole tablet 3x500mg; cefadroxyl tablet 2x500 mg; Sulfat
Ferrous tablet 2x300 mg. Selanjutnya, dilakukan observasi secara berkala selama tiga
hari.
Pembahasan
Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut
sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif
kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
Kelainan pada plasenta yakni plasenta inkarserata, plasenta previa dan plasenta
akreta dan faktor risiko lainnya yakni riwayat retensio plasenta, persalinan
prematur, bekas luka operasi uterus, usia > 35 tahun dan Grandemultipara. Adapun
komplikasi secara umum yang dapat terjadi karena retensio plasenta meliputi
perdarahan, infeksi, trauma saluran genital, perforasi uterus,dan inversi uterus.
Prognosis pada pasien ini yaitu dubia ad bonam.
TERIMA KASIH