Anda di halaman 1dari 42

KOMPLIKASI

POSTPARTUM
PERDARAHAN POSTPARTUM
INFEKSI NIFAS
SUB INVOLUTION
INFEKSI PAYUDARA
BENDUNGAN ASI
PERDARAHAN POSTPARTUM
Pengertian
 Kehilangan darah lebih dari 500 ml pada saat
kelahiran lewat vagina.
 Kehilangan darah lebih dari 1000 ml setelah
kelahiran dengan sectio sesarea.

 Perdarahan postpartum terjadi pada sekitar


4% persalinan
 Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau
perdarahan tiba-tiba merupakan suatu
kegawatan yang harus segera ditangani.
PEMBAGIAN PERDARAHAN
POSTPARTUM
 Perdarahan Pascapersalinan Primer/P3
 Yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi
lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan
 Penyebab;
1. Atonia uteri
2. Robekan jalan lahir
3. Retensio plasenta
4. Inversio uteri
5. Ruptur uteri
Penatalaksanaan
Perdarahan kala III (plasenta belum lahir)
 Masase fundus uterus untuk memicu
kontraksi uterus disertai dengan tarikan tali
pusat terkendali. Bila perdarahan terus
terjadi meskipun uterus telah berkontraksi
dengan baik, periksa kemungkinan laserasi
jalan lahir atau ruptur uteri. Bila plasenta
belum dapat dilahirkan, lakukan plasenta
manual. Bila setelah dilahirkan terlihat tidak
lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi
kavum uteri atau kuretase.
Perdarahan pasca persalinan primer /P3
 Periksa apakah plasenta lengkap
 Masase fundus uteri
 Pasang infus RL dan berikan uterotonik
(oksitosin, methergin atau misoprostol)
 Bila perdarahan > 1 liter pertimbangkan transfusi
 Periksa faktor pembekuan darah
 Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan terus
terjadi, periksa kembali kemungkinan adanya
laserasi jalan lahir.
 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan
kompresi bimanual
 Bila perdarahan terus berlangsung,
pertimbangkan ligasi arteri uterina dan ovarika.
LANJUTAN…….
 Perdarahan Pascapersalinan Sekunder/P2S
 Yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama persalinan
 Etiologi;
1. Subinvolutio rahim
2. Keropeng tempat plasenta
3. Retensi fragmen plasenta
 Terapi awal yang dilakukan adalah memasang
cairan infus dan memberikan uterotonika
(methergin 0,5 mg IM), antipiretika dan
antibiotika ( bila ada tanda infeksi). Kuretase
hanya dilakukan bila terdapat sisa konsepsi.
 Jika terjadi anemia berat (Hb < 8 g/dl atau
hematokrit kurang dari 20%), siapkan transfusi
dan berikan tablet besi oral dan asam folat.
 Pemantauan pasien yang ditransfusi pada
tahap;
 Sebelum transfusi dimulai
 Pada saat transfusi dimulai
 15 menit sesudah transfusi mulai
 Setiap 1 jam selama transfusi
 Setiap 4 jam setelah transfusi selesai
 Periksa dan catat pada setiap tahap (transfusi)
 Keadaan umum
 Suhu, Nadi, TD,Pernapasan
 Keseimbangan cairan (masukan cairan oral dan intravena,
haluaran urin)
 Waktu transfusi mulai
 Waktu transfusi selesai
 Volume dan jenis produk darah yang ditransfusi
 Efek samping
 Nomor
 Reaksi transfusi dapat ringan (ruam kulit, gatal)
sampai berat(gagal ginjal, hemolisis, syok
anafilaktik). Hentikan transfusi, berikan cairan IV
(garam fisiologis/ RL) sementara membuat penilaian
awal dari reaksi tersebut dan cari bantuan medis.
Jika reaksi minor, berikan prometazin 10 mg melalui
oral dan observasi.
PENANGANAN SECARA UMUM
 Mobilisasikan seluruh tenaga dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
 Pemeriksaan secara ketat keadaan umum dan tanda vital
ibu
 Jika terjadi syok lakukan syok
 Pastikan kontraksi uterus baik dengan pemijatan uterus,
keluarkan bekuan darah dan suntika oksitosin 10 UI secara
IM
 Pasang infus cairan intra vena dengan kateter jarum yang
besar
 Lakukan kateterisasi untuk memantau cairan yang masuk
dan keluar
 Periksa kelengkapan plasenta dan kemungkinan robekan
jalan lahir.
 Jika perdarahan terus berlangsung lakukan
uji beku darah. Kegagalan terbentuknya
pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang mudah pecah
menunjukkan adanya koagulapati
 Periksa kadar Hemoglobin dan hematokrit (24
jam setelah perdarahan berhenti)
 Antisipasi kebutuhan darah dan lakukan
transfusi sesuai kebutuhan.
DIAGNOSIS PERDARAHAN PASCA
PERSALINAN
Atonia uteri Robekan jalan lahir
 Uterus tidak  Perdarahan segera

berkontraksi dan  Darah segar yang

lembek mengalir segera


 Perdarahan segera setelah bayi lahir
 Uterus kontraksi
setelah anak lahir
 Syok baik
 Plasenta lengkap
 Pucat, lemah,
menggigil.
Retensio plasenta Tertinggalnya
 Plasenta belum lahir
sebagian plasenta
setelah 30 menit.  Plasenta atau
 Perdarahan segera
sebagian selaput
 Uterus kontraksi baik
 Perdarahan segera
 Tali pusat putus
akibat traksi  Uterus
berlebihan berkontraksi tetapi
 Invertio uteri akibat tinggi fundus tidak
tarikan berkurang
 Perdarahan lanjutan
Invertio uteri Robekan dinding
 Uterus tidak teraba uterus (Rupture
 Lumen vagina terisi uteri
massa  Perdarahan segera.
 Tampak tali pusat
 Nyeri perut hebat
(jika plasenta belum
lahir)  Syok
 Perdarahan segera  Nyeri tekan perut
 Nyeri sedikit/berat  Denyut nadi ibu
 Syok neurogenik
cepat
 Pucat dan limbung
Perdarahan terlambat  Anemia
 Sub-involutio uteri
 Nyeri tekan perut bawah
 Demam
 Perdarahan > 24 jam
setelah persalinan.
Perdarahan sekunder
atau P2S.
 Perdarahan bervariasi
(ringan atau berat, terus
menerus atau tidak
teratur) dan berbau
(jika disertai infeksi
INFEKSI NIFAS
 Adalah peradangan pada semua alat
genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun
dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 38 ◦ C tanpa menghitung hari
pertama dan berturut-turut selama dua hari
pada 10 hari pertama masa nifas.
ETIOLOGI & CARA TERJADINYA
INFEKSI
 Sekitar 70 % infeksi disebabkan oleh organisme
anaerob (Peptostreptococcus, peptococus,
clostridium perfringens) , organisme aerob
(Streptococcus beta hemolyticus, Escherichia
coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus
aureus dan Neisseria.
 Cara terjadinya Infeksi:
 Tangan pemeriksa yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri
yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Atau
sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman.
 Droflet infection. Sarung tangan atau alat-alat
terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari
hidung atau tenggorokan dokter perawat atau
bidan.
 Dalam RS (kuman-kuman ini bisa dibawa oleh
aliran udara kemana-mana, antara lain ke
handuk, kain-kain alat-alat suci hama dan yang
digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.
 Koitus pada akhir kehamilan
 Infeksi intrapartum (partus lama).
FAKTOR PREDISPOSISI
 Nutrisi dan kesehatan yang buruk
 Persalinan lama dengan pecah ketuban.
 Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan.
 Pemeriksaan vagina yang sering selama
persalinan.
 Tehnik aseptik tidak sempurna
 Tidak memperhatikan tehnik mencuci tangan
 Manipulasi intrauterin (pengeluaran plasenta
secara manual).
 Pelahiran operatif (melalui SC)
 Perawatan perineum tidak memadai
 Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak
ditangani (vaginosis bakteri, Klamidia, GO)
TANDA & GEJALA SERTA
PENCEGAHAN
 Gejala umum; peningkatan suhu tubuh,
malaise, nyeri dan lokhia berbau tidak sedap.

 Pencegahan;
 Selama Kehamilan
 Keadaan gizi harus diperhatikan.
 Koitus pada hamil tua sebaiknya dilakukan secara
hati-hati karena dapat mengakibatkan pecahnya
ketuban dan terjadinya infeksi.
 Selama Persalinan
 Membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-
kuman dalam jalan lahir.
 Menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
 Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin dan mencegah terjadinya perdarahan
banyak
 Semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker
 Alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan
harus suci hama.
 Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika
perlu, indikasi serta kondisi untuk bedah
kebidanan harus dipatuhi. Selanjutnya, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan
transfusi darah diberikan menurut keperluan.
 Selama Nifas
 Kebersihan daerah genital harus dipelihara.
 Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada
hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
 Tiap pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas
jangan dirawat bersama dengan wanita nifas yang
sehat.
JENIS-JENIS INFEKSI
 Endrometritis
 Parametritis
 Peritonitis
 Infeksi trauma vulva, vagina dan serviks
 Infeksi Saluran kemih
 Mastitis
ENDOMETRITIS
 Merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi.
Infeksi terlokalisasi dilapisan uterus terjadi dalam
48 sampai 72 jam setelah kelahiran.
 Kuman-kuman memasuki endometrium, melalui
luka bekas insersio plasenta dan mengenai
mengenai endometrium.
 Gejala;
 Demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat
remittens. Peningkatan hingga 40◦C .
 His lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan.
 Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat
serta berbau.
 Leukosit naik antara 15.000-30.000/mm3
 Takikardi
 Menggigil
 Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.
 Sakit punggung
 Uterus besar dan keras
 Kram postpartum yang berat.
PARAMETRITIS
 Merupakan infeksi jaringan pelvis yang dapat
terjadi melalui beberapa cara; penyebaran
melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi
atau dari endometrium, penyebaran langsung
dari luka pada serviks yang meluas sampai ke
dasar ligamentum.
 Tanda & Gejala; Umumnya mengakibatkan
kenaikan suhu lebih dari 38,6◦C, menggigil,
nyeri abdomen, subinvolutio uterus, letargi,
takikardi.
PERITONITIS
 Berasal dari penyebaran melalui pembuluh
limfe uterus, parametritis yang meluas ke
peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke
peritoneum atau langsung sewaktu tindakan
perabdominal.
 Tanda dan gejala peritonitis ; demam tinggi,
nadi cepat, nyeri abdomen, mual, muntah
dan gelisah.
PENGOBATAN SECARA UMUM
 Segera dilakukan pembiakan atau kultur;
sekret vagina, luka operasi, darah serta uji
kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat dalam pengobatan.
 Berikan dalam dosis yang cukup dan adequat
 Berikan infus atau transfusi darah.
 Penanganan;
 Pemberian antimikroba spektrum luas termasuk
sefalosforin.
 Antibiotik spektrum luas termasuk peniccilin
 Kombinasi Klindamisin dan Gentamisin
 Jika infeksi tidak meluas, maka suhu turun
secara berangsur-angsur dan turun pada hari ke 7
s.d 10.
 Pasien sedapatnya diisolasi, tetapi bayi boleh
terus menyusu pada ibunya.
 Untuk kelancaran pengaliran lokia, pasien boleh
diposisikan dengan posisi fowler dan diberi
uterotonika, dan pasien diminta untuk minum
banyak.
INFEKSI VAGINA, VULVA DAN
PERINEUM
 Tanda dan gejala infeksi episiotomi, laserasi
atau trauma lain adalah
 Nyeri
 Disuria
 Kenaikan suhu tubuh
 Edema
 Sisi jahitan merah dan inflamasi
 Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-
abu kehijauan
 Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka
operasi.
PENANGANAN
 Jahitan episiotomi dan laserasi yang tampak
sebaiknya diperiksa secara rutin.
 Penanganan jahitan yang terinfeksi;
 Membuang semua jahitan, membuka,
mendebridemen, membersihkan luka
 Memberikan obat antimikroba spectrum luas.
INFEKSI SALURAN KEMIH
 Infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif
tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni
kandung kemih akibat trauma kandung kemih
saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,
kontaminasi kuman dari perineum atau
kateterisasi yang sering.
 Gejala :
 Disuria, sering berkemih dan tidak dapat
ditahan. Demam jarang terjadi Sistitis
 Demam, menggigil, perasaan mual dan muntah,
disuria, piuria dan hematuria
Pielonefritis.
PENANGANAN
 Antibiotik; sefalosporin, sulfanamid,
nitrofurantoin.
 Pielonefritis memerlukan penanganan yang
lebih awal, pemberian dosis awal antibiotik
yang tinggi melalui intravena; sefalosporin 3-
6 gr/hr dengan atau tanpa aminoglikosida.
 Sebaiknya dilakukan kultur urine.
MASTITIS
 Merupakan inflamasi payudara yang biasanya
disebabkan oleh stafilococcus aureus,
streptococcus melalui luka pada putting susu
atau melalui peredaran darah.
 Tidak menyusui, BH yang terlalu kencang atau
gangguan menyusui pada bayi merupakan
faktor yang berperan.
 Masuknya organisme infeksius baik dari tangan
ibu setelah mencuci tangan secara tidak tepat
maupun dari mulut bayi. Dapat juga dari
putting yang pecah-pecah dan melepuh.
 Tanda dan gejala;
 Peningkatan suhu yang cepat (39,5 – 40◦ C)
 Peningkatan kecepatan nadi
 Menggigil
 Malaise umum, sakit kepala
 Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara
keras dan kemerahan pada payudara.
 Putting perih dan retak
 Nyeri tekan pada nodus limfe aksila
PENANGANAN
 Penanganan terbaik mastitis adalah dengan
pencegahan. Pencegahan dilakukan;
 Mencuci tangan menggunakan sabun antibakteri
secara cermat.
 Menyusui sejak awal dan sering
 Posisi bayi yang tepat pada saat menyusui.
 Penyangga payudara yang baik tanpa kontriksi
 Melakukan perawatan payudara

dilakukan PENYULUHAN
 Jika sudah terjadi mastitis;
 Gunakan bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat.
 Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan
perawatan payudara
 Kompres hangat pada area yang terkena atau kompres
dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan
nyeri.
 Massase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran
air susu.
 Peningkatan asupan cairan
 Istirahat, berikan paresetamol
 Perlu perawatan diri
 Bila terjadi abses lakukanlah insisi dan pasang pipa
(drain) atau tampon untuk mewngeringkan nanah.
SUB INVOLUTIO
 Merupakan keadaan tertundanya uterus yang
membesar untuk kembali ke ukuran dan
fungsi normal.
 Penyebab; Terjadi akibat bagian plasenta
dan membran yang tertinggal, endometritis
atau tumor fibroid uterus, bekuan darah.
 Tanda & Gejala;
 Keluaran lochia lama
 Perdarahan tidak teratur dan berlebihan
 Uterus lebih besar dari normal
 Uterus lembek (kadang-kadang)
BENDUNGAN ASI
 Bendungan ASI dapat terjadi pada hari ke-2
atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu.
 Bendungan disebabkan oleh karena
penyempitan duktus laktiferus atau
pengeluaran air susu yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusu
( pengosongan payudara yang tidak
sempurna), terlambat menyusukan,
sedangkan produksi terus meningkat,
hubungan dengan bayi kurang baik.
 Tanda dan gejala; terjadinya pembengkakan
payudara bilateral, teraba keras, kadang-
kadang terasa nyeri, seringkali disertai
peningkatan suhu badan, tetapi tidak
terdapat tanda-tanda kemerahan dan
demam.
PENANGANAN
 Ibu dianjurkan untuk terus memberikan air
susunya. (segera dan sering)
 Bila payudara terlalu tegang atau bayi tidak
dapat menyusu, sebaiknya air susu
dikeluarkan dulu untuk menurunkan
ketegangan payudara.
 Pakailah bra untuk menyangga payudara.
 Pemberian analgetik
 Berikan kompres hangat
 Lakukan perawatan payudara.
 SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai