Anda di halaman 1dari 5

Berikut pembagian tugas dan sub tema dari tugas filsafat ilmu

Tema : KMB (Kumbah Lambung)

Pengepul + PPT + Bab 1 + Bab 3 : Dutya Laras

Pertanyaan

1 : Mengapa kumbah lambung harus dilakukan? ( Trihartuti)

2. Apa indikasi dilakukan kumbah lambung ? (Hanum)

3. Apa kontraindikasi dilakukan kumbah lambung ? (naufal)

4. Apa tujuan kumbah lambung ? (Bu sofi)

5. Bagaimana patofisiologi kumbah lambung ? Jelaskan proses kumbah lambung sampai


menyembuhkan? (Husna)

6. Apa efek samping jika tidak dilakukan kumbah lambung? (Idham)

7. Keterkaitan teori keperawatan dengan kumbah lambung? (Diyah)

8. Peran perawat (Mas Yono)

Sistematika Pencarian tugas harus ada unsur :

1. Ontologi : harus mencari latar belakang apa yang mendasari timbulnya pertanyaan tersebut?
Berdasarkan filsafat ilmu

2. Epistemologi : Bagaimana proses mencari kebenaran dan jawaban dari pertanyaan yang sudah
ada. Jelaskan berdasarkan filsafat ilmu ( Teori Kebenaran )

3. Axiology : Bagaimana penerapannya dalam implementasi keperawatan. Jelaskana berdasarkan


filsafat ilmu serta etik dan moral yang berkembang di masyarakat

Deadline : Rabu, 23 Oktober 2019 jam 20.00 WIB ke mbak Laras


Kontraindikasi dilakukannya bilas lambung yaitu:
1. Keracunan oral lebih dari 4 jam;
2. Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi
esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon, pestisida,
hidrokarbon aromatic, halogen);
3. Pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4. Pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar)
membutuhkan intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi.

Ontologi :
Gastric Lavage atau bilas lambung menajdi salah satu alternative tatalaksana pada
pertolongan pertama keracunan, dekontaminasi pada keracunan lambung sangat efektif pada
1-2 jam pertama. Keputusan untuk melakukan tindakan ini harus mempertimbangkan
keuntungan dan kerugaian(risiko) yang akan terjadi akibat dekontaminasi dengan cara bilas
lambung. Gastric lavage hanya dilakukan pada tempat fasilitas kesehatan dengan alat yang
memadai (Malley et. al 2018; Benson BE et. al, 2013)
Latar belakang tindakan kumbah lambung yaitu membuang racun yang tidak
terabsorbsi setelah racun masuk kesaluran pencernaan, memberikan bantuan pertama pada saat
kejadian agar tidak timbul infeksi oportunistik lain. Pada dasarnya bahan saing (racun) masuk
kedalam tubuh memberi efek samping lain, dan tubuh akan segera beradaptasi untuk
memlindungi dirinya dengan cara mengeluarkan benda tersebut, menghancurkan bendanya
atau diabsorbsi (Naderi S. et.al, 2012). Maka kebenaran kontraindikasi tersebut adalah karena
sudah tidak sesuai dengan indikasi atau cara yang seharusnya dilakukan, pantangan tersebut
harus dihindari karena memiliki efek samping lain yang justru menambah penyakit dan
mengurangi prosesntase kselamatan pasien.

Epistemology :
Sejarah bilas lambung berawal dari pengamatan kenapa reflek fagal atau muntah terjadi pada
saat tidak sengaja meminum racun. Dasar pertanyaaan keluar kenapa harus muntah pada saat benda
asing yang tidak diterima tubuh dikeluarkan kembali ?, studi dilakukan untuk mengetahui seberapa
efektif bilas lambung apabila diterapkan. Bagaimana golden period pertolongan pertama pada saat
keracunan ? seberapa efektif bilas lambung terhadap kasus keracunan ?apakah bilas lambung menjadi
prioritas dalam menolong keracunan ?apakah tidak ada acara lain untuk menanggulangi keracunan
selain bilas lambung ?bagaimana proses bilas lambung yang sesuai ?apa saja kontra indikasi dari bilas
lambung ?apa risiko yang didapatkan apabila bilas lambung ?
Studi eksprimental pada hewan dan manusia, bilas lambung menunjukkan hasil yang sangat
variabel dan keefektifannya dapat sangat berkurang seiring dengan waktu. Laporan kasus serta studi
klinis juga melaporkan hal yang serupa. Pengambilan racun melalui bilas lambung dinilai sama sekali
tidak efektif setelah 4 jam. Tindakan bilas lambung juga tidak memperlihatkan keuntungan pada hasil
akhir saat dibandingkan dengan pasien lain yang tidak melakukan bilas lambung, bahkan apabila
tindakan bilas lambung dilakukan dalam waktu 60 menit konsumsi benda asing. Berdasarkan position
paper tersebut, tidak ada kondisi di mana “bilas lambung dapat memungkinkan untuk dilakukan”
(Naderi S. et.al, 2012).
Dekontaminasi lambung (menghilangkan racun dari lambung) efektif bila dilakukan
sebelum masa pengosongan lambung terlewati (1-2 jam, termasuk penuh atau tidaknya
lambung). Proses patofisiologi dari racun berjalan masuk kedalam tubuh hingga di proses
terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung, lalu lambung akan mengadakan
perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke
dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut
dengan cara memuntahkannya. Muntah yang berulang maka tubuh akan mengalami dehidrasi
akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Risiko dehidrasi yang
tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan
merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan
terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat
dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian (Hudok et. al 1997; Smeltzer
& Susan 2001)
Pasien tidak sadar tidak diperbolehkan untuk bilas lambung. Pada saat pingsan atau
penurunan kesadaran dapatndisertai dengan penurunan tekanan darah dan detak jantung,
sehingga asupan darah keotak berkurang. Pada saat pasien tidak sadar dan dipasang NGT untuk
bilas lambung membutuhkan intubasi untuk mencegah inspirasi, berarti hal ini dapat dilakukan
pada fasilitas kesehatan yang memadai. Proses bilas lambung memiliki pantangan berupa
ketidak sadaran karena risiko yang dimiliki cukup besar apabila tetap dilakukan proses
pemasukan NGT untuk bilas lambung.

AXIOLOGI
Nilai kontraindikasi berisi sebuah larangan untuk ditindak lanjuti yang bertujuan untuk
menolong dan memperpanjang usia klien. Bentuk fakta yang berdasarkan dari hasil penelitian
dikatakan bahwa apabila racun sudah masuk didalam lambung lebih dari 2 jam sudah tidak
efektif untuk dibilas lambung. Pada waktu yang telah diteliti ada jam tertentu untuk
pengeluaran racun dengan bilas lambung atau memilikki golden periode dan ketidak sadaran
klien memiliki sebuah nilai kebermanfaatan yang berprioritas keselamatan pasien.
Budaya yang sering dilakukan adalah menepuk punggung dana tau memijat punggung
untuk membantu proses perangsangan muntah. Agama meyakini bahwa niatan untuk
menolong adalah sebuah prioritas yangdiperbolehkan ntuk dilakukan meskipun perbedaan
jenis kemalin menjadi hilang btasannya. Secara etika etiket dan moral kontraindikasi bilas
lambung kejujuran, keadilan, kebermanfaatan yang berfokus kepada pasien. Perawat dengan
sub Veracity, perawat melakukan pemeriksaan dengan jujur sesuai prosedur dan tidak ada
angka atau hasil pemeriksaan yang mengarang. Justice, dengan keadaan pasien yang belum
jelas secara administrasi, perawat bersikap adil dan memperlakukan pasien seperti pasien-
pasien yang lain, semuanya sesuai prosedur dan tidak ada perbedaan penanganan.
Beneficience, mungkin ini prinsip moral yang dilematis, namun tujuan dari sebuah perawatan
adalh asa kebermanfaatannya untuk kesembuhan pasien.
Benson BE, Hoppu K, Troutman WG, Bedry R, Erdman A, Höjer J, et al. Position paper
update: gastric lavage for gastrointestinal decontamination. Clinical Toxicology [Internet].
2013Mar;51(3):140–6. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23418938
Hudok, Carolyn M. ,dkk. 1997. Critical Care Nursing A Holistic Approach, Seventh Edition.
Lippincott-Raven : Philadelphia.
Naderi S, Sud P, Acerra J, Pardo S, D'Amore JZ, Ward MF, et al. The Use of Gastric Lavage
in India for Poisoned Patients. Journal of Clinical Toxicology [Internet]. 2012;02(02).
Available from:
https://www.researchgate.net/publication/271102173_The_Use_of_Gastric_Lavage_in_In
dia_for_Poisoned_Patients
Smeltzer, Suzzane C. dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Sentra Informasi Keracunan Badan POM, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan
Untuk Rumah Sakit, Karbon Monoksida, Jakarta, 2001.
O'Malley GF, O'Malley R. General Principles of Poisoning [Internet]. MSD Manual
Professional Edition. 2018. Available from:
https://www.msdmanuals.com/professional/injuries-poisoning/poisoning/general-
principles-of-poisoning

Anda mungkin juga menyukai