Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4 : BLOK STOMATOGNASI 1


TUTOR : drg. Desi Sandra Sari, M.DSc
GENAP 2013/2014
OLEH :
Ketua

: Roni Handika

(131610101068)

Scriber papan

: Elissa Arianto

(131610101075)

Scriber meja

: Danarwati Budiningrum

(131610101074)

Anggota :
1.

Adriano Joshua

(131610101065)

2.

Alvin Ananda S.

(131610101066)

3.

Tira Aisah Puspasari

(131610101073)

4.

Lilis Putri Anjasnurani

(131610101076)

5.

Zoevana Anandra Putri

(131610101078)

6.

Atika Suryadewi

(131610101079)

7.

Yuliandari Amilia Putri

(131610101081)

8.

Fredi Akbar M.

(131610101083)

9.

Miftachul Husna

(131610101084)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan ridho-Nya laporan hasil tutorial skenario yang berisi
tentang Refleks Muntah dapat tersusun setelah mengalami beberapa pembahasan.
Pembuatan makalah ini didasarkan pada hasil pelaksanaan tutorial yang
menggunakan metode seven jumps.
Agar hasil tutorial yang telah kami laksanakan dapat bermanfaat, maka
dibuatlah laporan ini agar dapat dipelajari kembali dan mungkin dapat bermanfaat
untuk adik kelas kami nanti.
Atas terselesaikan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih atas
kerjasama dan keaktifan rekan-rekan satu kelompok serta kepada tutor yang telah
membimbing kami. Makalah ini telah diupayakan sebisa mungkin dengan
mengacu pada beberapa sumber materi dan diskusi kelompok, namun demikian
harus diakui masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan sehingga kritik
dan saran perbaikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Jember, Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................

1.2 SKENARIO.....................................................................

1.3 RUMUSAN MASALAH................................................

1.4 MANFAAT..

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................

BAB II

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN...............................................................

15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagging reflex merupakan salah satu alarm dari tubuh yang menandakan
bahwa sedang terdapat racun yang masuk ke dalam tubuh. Gagging reflex atau
yang biasa disebut dengan reflex muntah ini merupakan suatu proses yang
kompleks yang melibatkan otak dan gastrointestinal tract. Dimana muntah ini
terjadi melalui rangsang yang dibawa ke otak oleh saraf aferen dan akan
dibawa keluar dari otak oleh saraf eferen dihantarkan ke bagian glandula
saliva, otot abdominal, pusat pernapasan, dan saraf cranial. Selanjutnya,
reaksi-reaksi

yang

ditimbulkan

dari

bagian-bagian

tersebut

dapat

menimbulkan terjadinya muntah.


Sebelum terjadinya reflex muntah ini biasanya juga timbul perasaan mual
pada perut. Mual dan muntah ini merupakan hal yang saling berkaitan, dimana
mual merupakan perasaan bahwa lambung ingin mengosongkan isinya
sedangkan muntah merupakan aksi dari pengosongan secara paksa. Mual dan
muntah ini juga turut membawa implikasi yang lain seperti gangguan
keseimbangan metabolik, kegagalan penjagaan diri sendiri dan upaya untuk
melakukan sesuatu, pengurangan nutrisi atau zat makanan kurang/tiada nafsu
makan (anoreksia), saluran esophagus yang luka dan adanya kemoterapi pada
penyakit seperti kanker, mengakibatkan terjadinya gagging reflex.
1.2 Skenario
Pasien perempuan (38 tahun) dating ke tempat praktik dokter gigi dengan
keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan. Dokter gigi mengawali perawatannya
dengan melakukan pencetakan gigi. Pada saat dilakukan pencetakan, pasien
merasa mual dan bereaksi muntah yang diawali dengan adanya saliva yang
berlebihan, berkeringat, serta memberikan respon tubuh dengan cara
menggerakkan kepala leher, tangan dalam usaha menarik diri dari rangsangan

untuk mengeluarkan segala yang ada dalam mulut dan perutnya. Adanya
bahan cetak pada palatum di bagian langit-langit dirasakan memberikan
rangsangan muntah. Pasien merasa nyaman setelah muntah, selanjutnya dokter
gigi memberikan penjelasan dan melakukan tindakan pencegahan agar tidak
muntah.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan skenario diatas, dapat dirumuskan beberapa
masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana terjadinya mekanisme muntah?
2. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi sistem pencernaan yang
berhubungan dengan reflex muntah?
3. Apa saja factor yang menyebabkan terjadinya reflex muntah?
1.4 Tujuan Pembelajaran
Dari beberapa hal diatas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara
lain sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan mekanisme terjadinya
reflex muntah.
2. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan anatomi, histologi, dan
fisiologi sistem pencernaan yang berhubungan dengan reflex muntah.
3. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan factor penyebab
terjadinya reflex muntah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagging reflex atau efek muntah merupakan suatu mekanisme fisiologis
untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan yang berbahaya bagi
tubuh. Benda-benda tersebut dapat masuk melalui saluran pernapasan atau
pencernaan.
Gagging reflex kerap kali terjadi pada saat suatu benda asing menyentuh
area pencetus atau trigger zone pada rongga mulut yang kemudian akan
dilanjutkan dengan gagging reflex. Trigger zone merupakan daerah sensitif yang
berada di bagian posterior rongga mulut. Sentuhan benda asing dapat merangsang
daerah itu yang akan menyebabkan gagging reflex. Letak trigger zone pada setiap
individu berbeda, dan sensitivitasnya pun berbeda. Tetapi pada kebanyakan orang,
trigger zone di rongga mulut terdapat pada 5 daerah utama yaitu anterior dan
posterior faucil pillar, 1/3 posterior lidah, palatum molle, uvula, dinding posterior
dari faring, dan trakea bagian atas.
Sebagian orang memiliki trigger zone yang lebih luas pada daerah rongga
mulutnya, dan sebagian memiliki area trigger zone yang sempit. Tetapi, ada
sebagian kecil orang yang memiliki trigger zone dengan sensitivitas sangat kecil
sehingga memiliki gagging reflex yang minimal.
Mekanisme fisiologis gagging reflex dimulai saat rangsangan diberikan
pada vomiting center atau pusat muntah, selain itu juga pada chemoreseptor
trigger zone atau CTZ yang berada pada sistem saraf pusat. Ketika vomiting
center dirangsang, maka saraf motorik akan bereaksi pada otot abdomen untuk
menyebabkan muntah. Gerakan antiperistaltik terjadi pada gastrointestinal tract
yang membawa sebagian isi usus halus kembali ke lambung. Kemudian dari
lambung, akan dikeluarkan melalui esophagus dan rongga mulut.
Pada bidang kedokteran gigi, gagging reflex seringkali terjadi pada saat
akan dilakukan pencetakan rahang. Seringkali bahan untuk pencetakan rahang

yang digunakan akan mengenai trigger zone pada rongga mulut dan menyebabkan
gagging reflex. Pada beberapa orang yang memiliki sensitivitas trigger zone yang
kecil, efek dari bahan ini mungkin tidak terlalu terlihat dalam mekanisme gagging
reflex. Namun pada beberapa orang yang memiliki sensitivitas tinggi pada trigger
zone di rongga mulutnya, mungkin hipersensitivitas, maka tentu saja hal ini
menjadi masalah yang cukup besar bagi pasien dan dokter gigi yang
menanganinya. Pada satu sisi, gagging reflex menyebabkan gangguan pada
treatment yang dilakukan dokter gigi pada pasiennya, namun pada sisi lain hal itu
tidak dapat terhindarkan. Karena itu, dilakukan treatment atau penangananpenanganan untuk mengatasi gagging reflex yang tidak terkontrol.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mapping
3.2 Mekanisme Refleks Muntah
3.3 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Sistem Pencernaan
3.4 Faktor-faktor Terjadinya Refleks Muntah
Ada 3 faktor:
a. Faktor pasien: riwayat operasi, usia, kehamilan, obesitas
b.

Pembedahan : mata, THT, gigi

c. Anastesi: pemilihan obat, pra-medikasi, teknik anastesi


Selain itu, dapat pula disebabkan oleh:
a.

Faktor kelainan sistemik

b.

Faktor psikologi

c.

Ekstraoral: penglihatan, penciuman

d.

Intraoral: palatum molle

e.

Faktor anatomi: perbedaan postur lidah, os hyoid

f.

Perubahan tubuh yang cepat

g.

Laterogenik: perlakuan dokter, pemakaian alat

Faktor penyebab yang lain:


a. Mabuk darat : gerakan kendaraan
CTZ
Obat

pertentangan indra
yang

dapat

merangsang labirin telinga dan

mual

digunakan:

Sikloisin,

Prometazon,

kombinasi

odonperidon.
b. Muntah kehamilan : terjadi pada minggu ke 6-14, terjadi kenaikan pesat
HCG.
Obat yang dapat digunakan: vitamin B6, Prometazon, Proklorkerasin

c. Muntah akibat sitostastika: menghambat rangsang langsung ke CTZ,


menghambat stimulasi retoperistaltik, menghambat pelepasan serotonin di
lambung dan usus.
Obat yang dapat digunakan: metoklorpromidin, sifatnya antagonis
serotonin, secara intravena.
d. Muntah karena radioterapi pasca bedah : bagian lambung paling sensitive
oleh radiasi.
Obat yang dapat digunakan: Metoklorpromidin dan Dexametason.
e. Penderita alergi: pada bayi usia 6-12 bulan.
f. Sfinosis spinosus: penyempitan usus pada bayi.
g. Terlalu banyak makan: dapat dipengaruhi oleh jangka waktu makan.
h. Peritonitis: radang perut.
i. Keracunan makanan.
j. Peradangan kantong empedu.
k. Hepatitis.
l. Infeksi virus: misalnya muntaber.
m. Infeksi bakteri: misalnya tifus.
n. Obat obat penyebab muntah: anti kanker, opioid, bronkodilator, dan
anastesi umum.
3.5

Cara mencegah gagging reflex


Cara mencegah gagging reflex yaitu dengan diberikan es balok atau air
es pada mulut pasien. Karena suhu rendah dapat menghambat penyampaian
impuls saraf ke pusat muntah sehingga sensitivitas pasien dapat berkurang.
Selain itu cara lain juga dapat dilakukan seperti relaksasi, distraksi
(mengalihkan perhatian), metode desensitisasi, terapi psikologis, anastesi
local, sedasi, terapi obat-obatan, hipnotik dan akupuntur.
Selain itu cara-cara seperti bernafas lewat hidung juga merupakan
pilihan. Menyemprotkan cairan chloraseptic yang merupakan anastesi local
akan membantu. Melakukan proses unlearning terhadap efek gagging reflex
juga bisa dilakukan dengan cara membiasakan diri. Semakin sering seseorang

mengalami efek tersebut, dan ketika mulai beradaptasi, maka efek tersebut
akan berkurang intensitasnya. Hypnosis juga dapat mengurangi gagging
reflex dengan cara menanamkan sugesti ke otak pasien. Hal ini biasa
dilakukan oleh hipnoterapis untuk mengurangi gagging reflex. Nitrogen
oksida yang merupakan laughing gas juga memiliki peran untuk mengurangi
gagging reflex, selain itu dapat dibantu dengan akupuntur. Akupuntur biasa
dilakukan pada telinga.
3.6

Metode Penanganan Muntah Saat Pencetakan Rahang


Pada waktu pencetakan memerlukan teknik kerja yang cermat dan
menenangkan mental dan fisiknya.
1) Teknik pencetakan rahang yang cermat
a. Operator harus tenang dan cermat saat mencetak rahang.
b. Cara pencetakan yang cermat dilakukan dengan mendudukkan dengan
posisi kepala, tubuh berada dalam satu garis lurus, tegak, dan rileks.

BAB IV
KESIMPULAN

10

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa


Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, melalui
proses kimia khususnya reseptor. Farmakologi terutama terfokus pada dua
subdisiplin yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Dalam farmakodinamik
membahas tentang efek obat didalam dan terhadap suatu organisme, sedangkan
farmakokinetik menguraikan apa yang terjadi dengan suatu zat di dalam
organisme.

DAFTAR PUSTAKA
De Brac ME, Elseviers MM. Analgesic neprhopathy NE JM 1998;338(7):446-52

11

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia 2007. 2012. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
Neal MJ. 2006. Farmakologi Medis. 70-71. Jakarta: Erlangga.
Staf Pengajar Laboratorium Farmakologi Universitas Brawijaya. 1994. Catatan
Kuliah Farmakologi Bagian II. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai