Anda di halaman 1dari 3

Refleks Muntah (Gagging Refleks)

Refleks muntah (gagging refleks) dianggap suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk
melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh, masuk ke
dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea. Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat
diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu (1) somatic (stimulasi saraf sensoris berasal dari
kontak langsung pada area sensitive yang disebut trigger zone, mis : sikat gigi, makanan,
meletakkan benda di dalam rongga mulut), dan (2) psikogenik (distimulasi di pusat otak yang
lebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, mis : penglihatan, suara, bau, perawatan kedokteran
gigi).
Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama/sangat spesifik. Pada
beberapa orang Trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral lidah, posterior palatum, dinding
posterior faring, dan lain-lain. Impuls rangsangan saraf ini akan diteruskan ke otak melalui N.
Glosso-faringeus, dan motoriknya akan dibawa kembali oleh N. Vagus. Selain tempat tersebut,
(gagging refleks) dapat juga disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran pencernaan,
perokok berat, gigi tiruan, variasi anatomi dari palatum molle, perubahan posisi tubuh yang
sangat cepat atau pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Mekanisme refleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut :
(1) Pada tahap awal dari iritasi gastro-intestinal atau distensi yang berlebihan, akan terjadi
gerakan anti peristaltis (beberapa menit sebelum muntah).
(2) Anti peristaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik menuju duodenum dan lambung
dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.
(3) Kemudian pada bagian saat traktus gastro intestinal, terutama duodenum, menjadi sangat
meregang, peregangan ini yang menjadi faktor pencetus yang menimbulkan tindakan
muntah.
(4) Pada saat muntah, kontraksi instrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun pada lambung,
bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus bagian bawah, sehingga mambuat
muntahan bergerak ke esophagus. Selanjutanya kontraksi otot-otot abdomen akan mendorong
muntahan keluar.
(5) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu rangsangan khususnya
kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah
bilateral di medulla (terletak dekat traktus solitaries). Reaksi motoris ini otomatis akan
menimbulkan efek muntah. Impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah
ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus
gastro intestinal bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen.
(6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma dengan rangsangan kontraksi
semua dinding otot abdomen. Keadaan ini memeras perut diantara diafragma dan otot-otot
abdomen, membentuk suatu tekana intragrastik sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya,
sfingter esophagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat isi lambung ke atas
melalui esophagus.
(7) Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa reflesk yang terjadi di ronggal mulut yaitu (1)
bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan faring untuk mengangkat sfingter esophagus
bagian atas hingga terbuka, (3) penutupan glottis, (4) pengangkatan palatum molle untuk
menutup nares posterior (daerah yang paling sensitive di dalam rongga mulut berbagai
rangsangan).

Beberapa faktor penyebab muntah yaitu :

1. Kelainan sistemik

Kesehatan umum pasien sering berkaitan dengan kesehatan gigi dan berpengaruh terhadap
refleks muntah. Beberapa penyakit kronis dapat menimbulkan reaksi muntah misalnya gangguan
saluran pernafasan, deviasi septum, polip hidung dan luka lambung dapat meningkatkan refleks
muntah.

2. Faktor psikologik

Reflek muntah yang aktif secara abnormal dapat tejadi karena pengalaman sebelumnya yang
memicu episode muntah. Secara psikologik.ketakutan adalah faktor di bawah sadar yang selalu
mempengaruhi orang untuk muntah misalnya pasien pada waktu pencetakan ketakutan untuk
menelan benda asing, pemakaian alat-alat yang dimasukan dalam mulut pasien (2).

3. Faktor Fisiologik

Faktor fisiologik yang dapat menyebabkan muntah dibagi 2 yaitu sebagai berikut.

(a). Faktor ekstra oral

Berupa rangsangan yang datang dari luar rongga mulut dapat berupa rangsangan penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Rangsangan penglihatan, pasien dengan melihat alat yang akan
digunakan untuk perawatan sudah dapat menimbulkan rangsangan muntah misalnya kaca mulut,
sendok cetak, bahan cetak. Dapat pula terjadi reaksi muntah karena melihat pasien lain muntah
Rangsangan pendengaran, dengan mendengar pasien lain muntah sudah terangsang timbul reaksi
muntah. Rangsangan penciuman, bau dapat menimbulkan rangsangan untuk muntah misalnya
bau bahan cetak, obat-obatan dan bau rokok dari dokternya

(b). Faktor intra oral


Daerah pada sekitar mulut yang mempunyai respon rangsangan taktil yang berbeda. Ada yang
hiposensitif dan ada yang hipersensitif, daerah anterior palatum kurang sensitif dari sebelah
posterior. Pada pencetakan, bahan cetak jangan sampai berlebihan sehingga pada palatum di
bagian postenor dapat merangsang muntah.

4. Faktor latrogenik
Faktor luar yang tidak ada keterkaitan dengan pasien misalnya perlakuan yang kurang baik tidak
hati-hati dan pemakaian alat dengan temperatur yang ektrim dapat merangsang timbulnya
muntah
5. Faktor lain
Muntah dapat terjadi pada berbagai keadaan misalnya kehamilan, mabuk perjalanan Dapat pula
karena efek samping pemakaian obat, operasi dan terapi radiasi.

Anda mungkin juga menyukai