DAFTAR ISI
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
12
BAB IV KESIMPULAN
.....................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................
19
BAB I
DASAR TEORI
Beberapa fungsi penting tubuh yang terlibat dalam proses makan antara lain
pengunyahan, gerakan lidah, perasa, penelanan, dan salivasi. Selain bagian tubuh yang
berperan langsung pada proses makan, secara fisiologis beberapa organ juga ikut berperan
dalam menimbulkan keinginan dan selera makan yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan keterlibatan susunan saraf pusat.
1
I.1. Pengunyahan/Mastikasi
Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot pengunyahan,
saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak rongga mulut, dan gigi-gigi.
Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum,
gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi
oleh cabang motorik N. Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh
nukleus di batang otak.
Di dalam mulut, makanan mengalami peoses mastikasi untuk mempermudah
mencerna makanan dan merangsang sekresi saliva. Proses mengunyah disebabkan oleh
refleks mengunyah yang berlangsung terus menerus sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.
(1) Pada saat makanan akan masuk ke dalam mulut akan merangsang refleks inhibisi otot-otot
pengunyahan, yang menstimulasi membukanya rongga mulut karena rahang bawah turun.
(2) Penurunan ini segera menginisiasi refleks regang otot-otot rahang yang menyebabkan
kontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara otomatis mengangkat rahang bawah
sehingga terjadi penutupan rongga mulut dan oklusi gigi-gigi.
(3) Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya bolus yang berada di atas permukaan oklusal
gigi bergerak ke arah pipi.
(4) Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi otot-otot rahang
sehingga mulut kembali terbuka.
(5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat kembali makanan ke
atas permukaan gigi-gigi dan mencampur makanan dengan enzim pencernaan di rongga
mulut. Kondisi ini akan terus menerus terjadi sehingga terjadi pemecahan ukuran partikel
makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk ditelan. Kecepatan pencernaan makanan
sangat tergantung pada luas permukaan total yang dapat menghasilkan getah lambung.
Penghancuran
makanan
menjadi
parikel-partikel
halus
berfungsi
mncegah
ekskorias/lukanya saluran pencernaan. Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf
kranialis ke-12, Hypoglossus.
I.2. Penelanan
Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada dasarnya
merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Pada proses penelanan makanan digerakkan
dari faring menuju esophagus. Proses penelanan terdiri dari tiga fase, yaitu:
(1) Fase Volunter
Makanan ditelan secara sadar.Makanan ditekan atau didorong ke bagian belakang
mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan kebelakang terhadap palatum
sehingga lidah memaksa bolus makanan masuk ke dalam orofaring. Proses menelan pada
2
fase ini seluruhnya atau hamper seluruhnya terjadi secara otomatis dan biasanya tidak
dapat dihentikan.
(2) Fase Faringeal
Setelah makanan didorong ke belakang mulut, ia merangsang daerah reseptor
menelan yang semuanya terletak di sekitar orofaring, khususnya tonsil. Selanjutnya,
impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian kontraksi otot faring dengan
jalan sebagai berikut.
a. Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior, untuk mencegah refluks
makanan ke rongga hidung.
b. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling mendekati
hingga membentuk celah sagittal sebagai jalan masuk makanan ke posterior-faring.
c. Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglottis terdorong ke belakang ke atas
pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan ke dalam trakea.
d. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang melekat pada os
hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esophagus.
e. Selanjutnya, bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas) berelaksasi sehingga
memungkinkan makanan berjalan dari posterior faring ke dalam esophagus bagian
atas. Pada saat menelan sfingter tetap berkontraksi secara tonik dengan kuat untuk
mencegah udara masuk ke dalam esophagus saat bernapas.
f. Pada saat laring terangkat dan sfingter esophagus atas relaksasi, m. konstriktor faringis
superior berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang peristaltik cepat yang
berjalan ke bawah melewati otot-otot faring dan masuk ke esophagus serta mendorong
makanan masuk ke esophagus bagian bawah. Mekanisme menelan pada stadium
faringeal ini berlangsung selama 1-2 detik.
Impuls saraf pada fase faringeal dihantarkan dari daerah-daerah tersebut melalui
bagian sensoris N. Trigeminus dan N. Glosofaringeus menuju ke formasio retikularis medulla
oblongata dan bagian bawah pons sebagai pusat penelanan, yang erat hubungannya dengan
traktus solitaries sebagai penerima impuls sensoris dari mulut. Selanjutnya, impuls motoris
dari pusat menelan ke faring dan bagian atas esophagus dihantarkan melalui saraf kranial ke
V, IX, X dan XII serta beberapa nervous servicalis superior.
esophagus
yaitu
menghantarkan
makanan
dari
faring
ke
Gelombang peristaltic esophagus hamper seluruhnya dikontrol oleh refleks vagus yang
merupakan sebagian dari keseluruhan mekanisme menelan. Gelombang ini berjalan dari
faring ke lambung kira-kira dalam waktu 5-10 detik.Refleks ini dihantarkan melalui serat
aferen vagus dari esophagus ke medulla oblongata dan kembali lagi ke esophagus melalui
serat eferen vagus.
pusat muntah bilateral di medulla (terletak dekat traktus solitaries). Reaksi motoris ini
otomatis akan menimbulkan efek muntah. Impuls-impuls motorik yang menyebabkan
muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke
traktus gastro intestinal bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot
abdomen.
(6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma dengan rangsangan kontraksi
semua dinding otot abdomen. Keadaan ini memeras perut diantara diafragma dan otot-otot
abdomen, membentuk suatu tekana intragrastik sampai ke batas yang lebih tinggi.
Akhirnya, sfingter esophagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat isi
lambung ke atas melalui esophagus.
(7) Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa reflesk yang terjadi di ronggal mulut yaitu
(1) bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan faring untuk mengangkat sfingter
esophagus bagian atas hingga terbuka, (3) penutupan glottis, (4) pengangkatan palatum
molle untuk menutup nares posterior (daerah yang paling sensitive di dalam rongga mulut
berbagai rangsangan).
Cara mencegah refleks gagging yaitu dengan diberikannya es balok (berkumur dengan
air es berulang kali), karena es balok (air es) memiliki suhu rendah sehingga dapat
menghambat kerja saraf untuk menyampaikan rangsang menuju pusat muntah.Sehingga
sensitivitas pasien dapat berkurang. Selain itu, beberapa cara dapat digunakan untuk menekan
efek gagging refleks antara lain relaksasi, mengalihkan perhatian, metode desensitisasi, terapi
psikologis dan perilaku, anetsei lokal, sedasi, general anestesi, terapi obat-obatan, hipnotik,
dan akupuntur.
I.3. Koordinasi Gerakan Lidah
Lidah merupakan organ stomatognatik berotot yang dilapisi oleh mukosa yang
memiliki reseptor pengecap. Lidah memiliki kemampuan untuk bergerak ke segala arah.
Selain memiliki fungsi sebagai alat pengecap, lidah membantu proses pengunyahan makanan.
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1.1 Pengunyahan
a. Kekuatan Gigit Maksimal
Jenis Kelamin Orang
Coba
Perempuan
Laki-laki
Kedalaman Gigi
Gigi
Kanan
0,2 cm
0,4 cm
0,6 cm
0,3 cm
0,4 cm
0,7 cm
Insisiv pertama
Caninus
Molar pertama
Insisiv pertama
Caninus
Molar pertama
Kiri
0,2 cm
0,4 cm
0,6 cm
0,2 cm
0,5 cm
0,7 cm
b. Efisiensi Kunyah
Perhitungan efisiensi kunyah
Pengunyahan 20 kali
*Msaringan = 11,52 gr
N+S
= 25,62 gr
S
= 11,52 gr
Berat nasi = 9,15 gr
NA
= (N+S)-S
x 100%
= 25,62-11,52
x 100%
= 14,1
= 1,54 x 100%
= 154%
Pengunyahan 15 kali
*Msaringan = 11,52 gr
N+S
= 25,32 gr
S
= 11,52 gr
Berat nasi = 9,15 gr
NA
= (N+S)-S
x 100%
= 25,32-11,52
x 100%
= 13,8
= 1,50 x 100%
= 150%
6
Pengunyahan 10 kali
*Msaringan = 11,52 gr
N+S
= 24,30 gr
S
= 11,52 gr
Berat nasi = 9,15 gr
NA
= (N+S)-S
x 100%
= 24,30-11,52
x 100%
= 12,78
= 1,39 x 100%
= 139%
Efisiensi Kunyah
15 kali
150 %
20 kali
154 %
Coba
Perempuan
10 kali
139 %
Posisi Lidah
Bentuk
Ukuran
(normal/tidak)
Warna
Tekstur
Relaksasi
Anterior
Normal
Depan lidah
Normal
Normal
Sedikit putih
Sedikit putih
Halus
Halus
Lateral
melengkung
Melengkung
Normal
Lebih halus
Posterior
(berbelok)
Terlihat
Normal
merah
Bagian atas
Halus
Kelamin
Orang Coba
Perempuan
Gerakan
dorsum
merah, bagian
lidah
bawah biru
(adanya vena)
Mengunyah
Normal
Normal
Sedikit putih
Halus
: Ujung lidah ditarik ke arah lateral kanan kiri (tergantung sisi mengunyah)
bagian dalam yang tujuannya untuk membantu agar makanan (permen karet)
tetap dikunyah disisi oklusal gigi.
7
Pola Gerakan
(deskripsikan apakah gerakannya normal atau ada hambatan)
Normal (terdapat pola pergerakan ke atas, ke bawah dan ke atas lagi.
Gerakan ke atas pertama dari epiglottis terdorong ke belakang, ke atas
pintu superior laring. Gerakan ke bawah dari gerakan seluruh laring yang
ditarik ke bawah, ke depan oleh otot Os.hyoideus. Gerakan ke atas terakhir
dan gerakan laring saat terangkat dan sfingter esophagus atas relaksasi)
Lokasi
Ujung Lidah
Dorsal Lidah
Lateral Kiri
Lateral Kanan
Anterior
Posterior
Posterior palatum
Uvula
Tonsil
Faring Atas (jika bisa)
Yang paling sensitif adalah:
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengunyahan
a. Kekuatan Gigit Maksimal
Kekuatan gigit maksimal adalah kekuatan gigi untuk menggigit secara maksimal. Pada
percobaan, didapatkan hasil kekuatan gigit maksimal paling besar adalah pada molar,
lalu caninus dan yang paling kecil adalah pada gigi insisiv. Kekuatan gigit maksimal
diukur antara gigi molar pertama dan sedikit demi sedikit berkurang untuk gigi
sebelahnya. Faktor yang membatasi daya gigit tidak begitu jelas, namun refleks
protektif mungkin saja dihasilkan oleh reseptor pada jaringan periodontal dan
mengahalangi kontraksi dari otot-otot pengunyahan ketika beban menjadi sangat
tinggi, jaringan periodontal akan mendistribusikan tekanan lebih luas, sehingga
menyebabkan mechanoreseptor pada jaringan periodontal beraksi.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada orang coba berjenis kelamin laki-laki
dan perempuan memiliki hasil yang berbeda, dimana kekuatan gigit maksimal antara
laki-laki dengan perempuan lebih besar laki-laki. Biasanya laki-laki dapat menahan
beban sedikit lebih besar daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan
untuk menahan beban sama pada laki-laki dan perempuan.
b. Efisiensi Kunyah
Efisiensi kunyah merupakan jumlah gerak kunyah atau waktu yang dibutuhkan untuk
mengurangi makanan menjadi ukuran partikel tertentu kemampuan untuk melumatkan
makanan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang coba yang
berjenis kelamin perempuan memiliki efisiensi kunyah sebesar 154% pada
pengunyahan 20 kali, 150% pada pengunyahan 15, dan 139% pada pengunyahan 10
kali. Efisiensi yang melebihi 100% (batas maksimum efisiensi) ini disebabkan karena
setelah kunyah, nasi mengandung banyak air dan saliva, serta adanya air dan saliva
10
yang tertimbang sehingga membuat nasi sisa kunyah menjadi lebih berat dari sebelum
dikunyah.
Jika kekuatan gigit meningkat maka jumlah kunyahan menurun, demikian sebaliknya
jika kekuatan gigit menurun maka jumlah kunyah meningkat. Jika jumlah kunyahan
meningkat maka lama penelanan menurun, demikian sebaliknya jika jumlah kunyah
menurun maka lama penelanan meningkat. Hal ini disebabkan karena sifat manusia
yang memiliki kemampuan beradaptasi yang besar dengan mengkompensir
kekurangan dan kelebihan fungsi kunyahnya.
c. Kelelahan pada Otot Wajah
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang coba yang berjenis
kelamin perempuan merasakan otot mulutnya benar-benar letih (terasa kaku) pada
menit ke 15 lebih 4 detik, dengan jumlah kunyahan 650 kali kunyah. Pengunyahan
ideal sebanyak 33 kali, sehingga jika seseorang mengunyah terus menerus tanpa
istirahat, maka ia akan mengalami kelelahan.
Jumlah pergerakan mastikasi bergantung pada jenis makanan, contohnya pada
pengunyahan telur dan daging. Jumlahnya pergerakan yang dihasilkan akan lebih
banyak pada orang yang menguyah daging dibandingkan dengan orang yang
menguyah telur. Dan permen karet merupakan suatu jenis makanan yang memiliki
tekstur kenyal sehingga membutuhkan pergerakan mastikasi yang banyak.
arah, sehingga warna dan tekstur disesuaikan beberapa pergantian posisi lidah ketika
dilakukan pengunyahan.
Pada posisi lidah di anterior bentuk lidah mengecil, ukuran normal, warna sedikit
putih dan tekstur halus, pada posisi ini lidah mengalami sedikit kontraksi sehingga
menyebabkan bentuk dan teksturnya berubah dari posisi relaksasi. Pada posisi lidah di
lateral terlihat bentuk lidah mengecil dan menebal, ukurannya normal, warnanya
merah muda, dan teksturnya kasar, hal ini disebabkan karena saat lidah mencapai
lateral terjadi kontraksi yang sangat kuat. Pada posisi posterior terjadi perubahan
bentuk dan ukuran yaitu melebar dan normal. Sedangkan pada saat mengunyah lidah
bergerak ke anterior posterior.
12
Pada percobaan ini, orang coba diminta untuk merasakan kemudahan menelan pada
saat dipijat dan tidak dipijat. Orang coba merasakan bahwa pengunyahan yang disertai
dengan pemijatan lebih memudahkan penelanan karena makanan lebih halus dan
berair. Sedangkan pengunyahan yang tanpa disertai dengan pemijatan orang coba tetap
dapat menelan tanpa hambatan namun sedikit terasa lebih sulit.
Pengunyahan yang disertai pemijatan justru lebih mudah atau lebih nyaman karena
dengan pemijatan dapat mengurangi spasme otot yang terjadi akibat digunakan untuk
mengunyah. Kenyamanan saat pemijatan juga dikarenakan operator melakukan
pemijatan dengan benar, sehingga tidak menimbulkan rasa mengganggu pada orang
coba. Selain itu ketika dilakukan pemijatan juga dapat membantu dalam proses
mengunyah karena di daerah pemijatan terdapat kelenjar saliva dimana jika dilakukan
pemijatan pada daerah tersebut maka akan merangsang sekresi dari kelenjar saliva
sehingga dapat membantu proses pengunyahan.
ada suatu sentuhan. Pada bagian dorsal lidah, lidah posterior, palatum bagian posterior
orang coba merasakan gagging refleks sedang. Sedangkan pada uvula dan tonsil orang
coba merasakan gagging refleks yang kuat.
Hal ini dapat terjadi karena pada bagian posterior lidah merupakan daerah rangsang
muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat adanya rangsang maka
akan dapat menyebabkan gagging refleks.
b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah
Pada percobaan ini, gagging refleks dipicu menggunakan rangsangan suhu dengan
penggunaan air dingin dan air hangat. Hasil percobaan yang kami lakukan diketahui
bahwa orang coba yang berjenis kelamin perempuan pada bagian ujung lidah, lidah
anterior bagian lidah lateral kiri, bagian lidah lateral kanan, palatum bagian posterior,
orang coba tidak merasakan gagging refleks hanya terasa bahwa ada suatu sentuhan.
Pada bagian dorsal lidah dan bagian lidah posterior, orang coba sedikit merasakan
adanya gagging reflex. Sedangkan pada uvula tonsil orang coba merasakan gagging
refleks yang sedang namun lebih kuat daripada dorsal lidah dan lidah posterior.
Hal ini dikarenakan pada bagian posterior palatum merupakan daerah rangsang
muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat adanya rangsang maka
akan dapat menyebabkan gagging refleks, khususnya pada bagian posterior rongga
mulut. Juga disebabkan oleh adanya pengaruh suhu, yaitu suhu dingin yang dapat
menekan respon gagging refleks karena pada suhu dingin sistem syaraf bekerja lebih
lambat, sehingga rasa muntah yang dirasakan, tidak separah ketika hanya diberi
sentuhan dan diberi air hangat sebelum percobaan.
c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah
Pada percobaan ini, penetesandilakukan pada bagian yang paling sensitive yakni
bagian posterior lidah, uvula dan tonsil. Orang coba (perempuan) merasakan mual
pada bagian-bagian yang dirangsang tersebut.
Menurut teori yang ada, rasa pahit adalah rasa yang kuat dan dapat merangsang refleks
muntah karena pahit dapat dirasakan pada bagian posterior lidah dimana daerah
tersebut merupakan daerah rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ
ini terdapat adanya rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging refleks,
khususnya pada bagian posterior rongga mulut. Hal inilah yang menyebabkan orang
coba terangsang untuk gagging reflex saat ditetesi dengan kina pada posterior
lidahnya.
14
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kekuatan gigit maksimal adalah kekuatan gigi untuk menggigit secara maksimal. Pada
percobaan, didapatkan hasil kekuatan gigit maksimal paling besar adalah pada molar,
lalu caninus dan yang paling kecil adalah pada gigi insisiv.
2. Efisiensi kunyah merupakan jumlah gerak kunyah atau waktu yang dibutuhkan untuk
mengurangi makanan menjadi ukuran partikel tertentu kemampuan untuk melumatkan
makanan. Efisiensi yang melebihi 100% (batas maksimum efisiensi) ini disebabkan
karena setelah kunyah, nasi mengandung banyak air dan saliva, serta adanya air dan
saliva yang tertimbang sehingga membuat nasi sisa kunyah menjadi lebih berat dari
sebelum dikunyah.
3. Jika seseorang mengunyah terus menerus tanpa istirahat, maka ia akan mengalami
kelelahan. Selain itu, jumlah pergerakan mastikasi bergantung pada jenis makanan.
15
4. Pada bagian uvula dan tonsil merupakan daerah gagging refleks yang kuat. Hal ini
dapat terjadi karena pada bagian posterior lidah merupakan daerah rangsang muntah
atau Trigger Zone (CTZ). Gagging refleks juga dipengaruhi oleh adanya rangsangan
suhu, yaitu suhu dingin yang dapat menekan respon gagging refleks karena pada suhu
dingin sistem syaraf bekerja lebih lambat. Selain itu, gagging refleks juga dapat
dipengaruhi rasa pahit karena rasa pahit adalah rasa yang kuat dan dapat merangsang
refleks muntah karena pahit dapat dirasakan pada bagian posterior lidah dimana
daerah tersebut merupakan daerah rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ).
DAFTAR PUSTAKA
Bagian
Biomedik,
Lab.
Fisiologi
Fisiologi.Jember:Universitas Jember
FKG
UNEJ.2015.Petunjuk
Praktikum
Bagian Biomedik, Lab. Fisiologi FKG UNEJ.2015.Modul Mastikasi dan Modalitas Rasa
dalam Rongga Mulut.Jember:Universitas Jember
Williams Ganong, .F. 1983. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 10.Jakarta:EGC
Guyton, Arthur dan John E. Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.Jakarta:EGC
Pearce, Evelyn C.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia
Sloane, Ethel.2000.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta:EGC
16