Anda di halaman 1dari 10

DEFINISI SISTEM PENGUNYAHAN

 langkah pertama dalam proses pencernaan meliputi pemotongan, perobekan, penggilingan, dan
pencampuran makanan yang masuk dalam rongga mulut oleh gigi
 Suatu kompleksitas dari neuromuskular dengan bantuan seluruh fungsi rahang atas, rahang bawah,
bersama-sama dengan temporomandibular, lidah, Sircumoral muskular, otot-otot mastikasi, dan gigi
 Suatu proses gabungan gerak antar dua rahang yang terpisah, termasuk proses biofisik dan biokimia
dari penggunaan bibir, gigi, pipi, lidah, langit-langit mulut, serta seluruh struktur pembentuk oral, untuk
mengunyah makanan dengan tu$uan menyiapkan makan agar dapat ditelan
 Kesatuan organ yang memiliki fungsi berkaitan satu sama lainnya
 Sistem pengunyahan merupakan tindakan untuk memecah makanan menjadi partikel yang siap untuk
ditelan
 Melibatkan struktur jaringan yang kompleks dari sistem neuromuskular dan sistem pencernaan
 Pada kondisi normal, terjadi hubungan dan integritas dari semua komponen sistem pengunyahan seperti
gigi geligi, otot-otot, TMJ, bibir, pipi, palatum, lidah dan sekresi saliva
 Gerakan rahang yang normal pada aktivitas pengunyahan tidak hanya ke atas dan ke bawah, tetapi juga
ke samping. Pergerakan rahang ini juga didukung oleh aktifitas otot-otot leher dan punggung, serta
berhubungan pula dengan aktivitas otot-otot di sekitar sendi. Kondisi gigigeligi yang tersusun dengan
baik pada lengkung geligi akan menempatkan kedua kondilus sendi berada pada bagian tengah diskus
artikularis. Keadaan ini akan menyebabkan fungsi pengunyahan dapat berlangsung dengan efektif.

FUNGSI SISTEM PENGUNYAHAN


 Sistem pengunyahan yang merupakan proses awal dari sistem pencernaan
 Memotong dan menggiling makanan : Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan yang lebih
kecil untuk mempermudah proses menelan
 Membantu mencerna sellulosa
 Memperluas permukaan
 Merangsang sekresi saliva
 Mencampur makanan saliva
 Melindungi mukosa
 Mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut
 Merangsang papila pengecap yang secara refleks memicu sekresi saliva, lambung, pankreas, dan empedu
untuk mempersiapkan proses berikutnya
 Pengunyahan mempercepat pencer-naan makanan karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada
permukaan partikel makanan
 Memudahkan pengosongan makanan dari lambung ke usus halus lalu ke semua segmen usus berikutnya

ORGAN SISTEM PENGUNYAHAN


 Lidah
o Berperan penting selama proses pengunyahan
o Mengontrol pergerakan makanan dan membentuk bolus (bentuk makanan yang didapatkan dari
pengunyahan)
o Membawa dan mempertahankan makanan diantara permukaan oklusal gigi geligi
o Membuang benda asing
o Bagian makanan yang tidak enak rasanya dan membawa bolus ke palatum sebelum akhirnya ditelan
o Mempertahankan kebersihan mulut dengan menghilangkan debris makanan pada gingival,
vestibulum dan dasar mulut
o Mencegah tergelincirnya makanan
o Mendorong makanan kepermukaan kunyah
o Membantu mencampur makanan dengan saliva
o Memilih makanan yang halus untuk ditelan
o Membersihkan sisa makanan
o Membantu proses bicara dan menelan
 Mandibula
o Gerakan mandibula selama proses pengunyahan dimulai dari gerakan membuka mandibula yang
dilakukan oleh kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Pada saat bersamaan muskulus temporalis,
muskulus masseter dan muskulus pterygoideus medialis tidak mengalami aktifitas atau mengalami
relaksasi
o Makanan akan masuk kerongga mulut dan disertai dengan proses menutupnya mandibula. Gerakan
menutup mandibula disebabkan oleh kontraksi muskulus temporalis, muskulus masseter dan
muskulus pterygoideus medialis, sedangkan muskulus pterygoideus lateralis mengalami relaksasi.
o Pada saat mandibula menutup perlahan, muskulus temporalis dan muskulus masseter juga
berkontraksi membantu gigi geligi agar berkontak pada oklusi yang normal.

 Maksila

 Sendi temporo mandibula (TMJ)


TMJ merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang pada saat pengunyahan. TMJ
merupakan salah satu sendi yang paling kompleks pada tubuh dan merupakan tempat dimana mandibula
berartikulasi dengan kranium .Artikulasi tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang
disebut sendi ginglimoid dan pada saat bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang diklasifikasikan
sebagai sendi arthrodial. TMJ terbentuk dari kondilus mandibular yang terletak pada fosa mandibula
tulang temporal. Kedua tulang dipisahkan dari artikulasi langsung oleh lempeng sendi. TMJ
diklasifikasikan sebagai sendi kompound.
Ada dua gerakan utama pada sendi TMJ, yaitu :
a. Gerak rotasi
Rotasi adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan superior kondilus
dengan permukaan inferior diskus artikularis. Berdasarkan porosnya dibagi atas : ( 1) horisontal,
(2) frontal/ vertikal, dan (3) sagital.
b. Gerak meluncur atau translasi
Translasi adalah suatu gerakan di mana setiap titik dari obyek bergerak secara serempak dengan
kecepatan dan arah yang sama. Di dalam sistim pengunyahan, tranlasi terjadi ketika rahang
(bawah) bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi, kondilus dan ramus semua pindah ke arah
dan derajat inklinasi yang sama
Temporomandibular Joint (TMJ) merupakan sendi sinovial yang menghubungkan mandibula dengan
tulang temporal pada posisi yang tepat. Pada posisi normal kondilus mandibula berada tepat pada fossa
glenoidea tulang temporal. Tulang kartilago (articilar disc) merupakan bantalan yang berada diantara
kondilus dan fossa glenoidea yang memungkinkan mandibula bergerak tanpa menimbulkan rasa sakit.
TMJ didukung oleh beberapa struktur, antara lain struktur tulang, ligamen, muskulus, dan saraf.
TMJ menghubungkan tulang mandibula dan tulang temporal.
1. Penampang artikular tulang temporal
Terdiri dari sebuah bagian cekung pada posterior (glenoid/ fossa mandibula) dan bagian cembung
pada anterior (articular eminensia atau tonjolan artikular).
2. Condylus mandibula
Fungsi : penghubung dari kapsul dan lempeng artikular.
3. Capsule of the joint (kapsula artikularis)
4. Articular disc/ meniscus
Merupakan serat kolagen tebal (seperti bantalan), jaringan ikat dan fibroblast.
5. Join cavities (kavitas penghubung)
6. Ligamen-ligamen pendukung
o Ligamentum temporomandibulare lateral
Fungsi : membatasi gerakan mandibula kea rah posterior, mencegah condylus bergerak terlalu
jauh ke arah inferior dank e arah posterior serta menyediakan pertahanan untuk mencegah
kesalahan dalam penempatan yang terlalu lateral.
o Ligamentum sphenomandibulare
o Ligamentum stylomandubulare
 Struktur gigi
Kontak gigi merupakan oklusi dari gigi geligi yang disebabkan oleh kontrol neuromuscular terhadap
sistem pengunyahan. Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi dalam rahang atas dan bawah. Secara
fungsional, oklusi gigi seseorang yang normal tergantung dari fungsi dan dampaknya terhadap jaringan
periodonsium, otot dan TMJ.
Susunan gigi yang lengkap pada oklusi sangat penting karena akan menghasilkan proses pencernaan
makanan yang baik. Pemecahan makanan pada proses pengunyahan sebelum penelanan akan membantu
pemeliharaan kesehatan gigi yang baik.
Cusp (tonjol) gigi pada lengkung maksila dan mandibula yang terletak pada posisi normal dengan
gigi antagonisnya akan menghasilkan kontak yang maksimal antara cusp dan fossa. Oklusi gigi dapat
bervariasi dari satu individu dengan individu lainnya. Oklusi ideal merupakan oklusi dimana terdapat
hubungan yang tepat dari gigi pada bidang sagital. Selama proses pengunyahan gigi geligi cenderung
berada pada posisi istirahat, dimana pada posisi ini semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada
dalam keadaan istirahat. Pada posisi ini terdapat celah antara gigi atas dan bawah yang disebut free way
space. Pada kondisi ini gigi akan memberikan efek mekanis yang maksimal terhadap makanan.
Pada saat makanan yang berkonsistensi keras digigit, posisi gigi insisiv adalah edge to edge (insisal
insisiv rahang atas kontak dengan insisal insisiv rahang bawah). Selanjutnya mandibula bergerak ke depan
sampai makanan berkontak dengan gigi, sebagai tanda dimulainya proses pemotongan makanan, setelah
itu mandibula akan mengalami retrusi. Retrusi mandibula berhenti ketika terdapat resistensi terhadap
makanan. Pada saat gigi geligi rahang bawah menekan makanan, tegangan otot akan meningkat dan
pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk gerakan beraturan yang terus menerus. Makanan yang telah
dipotong oleh gigi insisiv kemudian dihancurkan dan digiling oleh gigi posterior kemudian dihancurkan
dan dibawa ke daerah palatum dibagian posterior
Bentuk-bentuk dan fungsi gigi
1. Gigi Seri (incisor) : gigi yang memiliki satu akar yang berfungsi untuk memotong dan mengerat
makanan atau benda lainnya.
2. Gigi taring (canine): gigi yang memilki satu akar dan memiliki fungsi untuk mengoyak makanan
atau benda lainnya.
3. Gigi Geraham Kecil (premolar) : gigi yang punya dua akar yang berguna / berfungsi untuk menggilas
dan mengunyah makanan atau benda lainnya.
4. Gigi geraham (molar) : gigi yang memiliki tiga akar yang memiliki fungsi untuk melumat dan
mengunyah makanan atau benda-benda lainnya.

 Otot-otot pengunyahan
Pergerakan dalam proses pengunyahan terjadi karena gerakan kompleks dari beberapa otot
pengunyahan. Otot- otot utama yang terlibat langsung dalam pengunyahan adalah muskulus masseter,
muskulus temporalis, muskulus pterygoideus lateralis, dan muskulus pterygoideus medialis. Selain itu
juga ada otot-otot tambahan yang juga mendukung proses pengunyahan yaitu muskulus mylohyoideus,
muskulus digastrikus, muskulus geniohyoideus, muskulus stylohioideus, muskulus infrahyoideus,
muskulus buksinator dan labium oris

A. Otot masseter
o Saraf : nervus trigerminus divisi mandibulae (N. V3)
o Fungsi : mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi sewaktu mengunyah.
o Ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus dan proses koronoideus
mandibula.
o Origo: batas inferior dan permukaan medial arkus zygomatic.
o Insersi: permukaan lateral ramus mandibula dan proses koronoideus nya.
o Persarafan: saraf melalui saraf mandibula masseteric yang memasuki permukaan yang
mendalam.
o Ini mengangkat dan menjorok mandibula, menutup rahang dan serat dalam retrude itu.

B. Otot temporal
o Saraf : nervi teempirales profundi (N. V3) saraf mandibula
o Fungsi : elevasi dan retrusi mandibula
o Ini adalah otot berbentuk kipas yang luas yang mencakup wilayah temporal.
o Ini adalah otot pengunyahan yang kuat yang dengan mudah dapat dilihat dan dirasakan selama
penutupan rahang bawah.
o Origo : lantai fosa temporal dan permukaan dalam fasia temporal.
o Insersi: tip dan permukaan medial dari proses koronoideus dan batas anterior ramus mandibula.
o Para temporalis mengangkat mandibula, menutup rahang, dan serat posterior mandibula retrude
setelah tonjolan

C. Otot pterigoid medial


o Saraf : nervus trigerminus divisi mandibularis.
o Fungsi : untuk membantu mengangkat mandibula, elevasi mandibula dan menutup mulut.
o Ini adalah otot tebal, segiempat yang juga memiliki dua kepala atau asal.
o Ini mencakup kepala lebih rendah dari otot pterygoideus lateral.
o Hal ini terletak jauh ke ramus mandibula.
o Origo: dalam kepala-medial permukaan plat pterygoideus lateral dan proses piramida tulang
palatine, kepala tuberositas-dangkal rahang.
o Insersi: permukaan medial ramus mandibula, lebih rendah foramen mandibula.
o Persarafan: N. mandibula melalui saraf pterygoideus medial.
o Ini membantu untuk mengangkat rahang bawah dan menutup rahang.
o Bertindak bersama-sama, mereka membantu untuk menonjol mandibula.
o Bertindak saja, menonjol sisi rahang.
o Bertindak secara bergantian, mereka menghasilkan gerak gerinda.

D. Otot pterigoid lateral


o Saraf : divisi anterior dari n. trigerminus divisi mandibularis.
o Fungsi : untuk menuntun pergerakan posterior disc dan condylus seperti kembali ke posisi sentrik.
o Ini adalah otot, pendek tebal yang memiliki dua kepala atau asal.
o Ini adalah otot berbentuk kerucut dengan puncaknya menunjuk posterior.
o Origo : unggul kepala infratemporal permukaan dan puncak infratemporal sayap yang lebih besar
dari tulang sphenoid, kepala rendah-lateral permukaan plat pterygoideus lateral.
o Insersi: leher mandibula, disk artikular, dan kapsul sendi temporomandibular.
o Persarafan: saraf melalui saraf mandibula pterygoideus lateral dari batang anterior, yang masuk itu
permukaan dalam.
o Bertindak bersama-sama, otot-otot menonjol mandibula dan menekan dagu.
o Bertindak sendirian dan secara bergantian, mereka menghasilkan sisi ke sisi gerakan mandibula.

Fungsi otot-otot pengunyahan secara umum:


a) Untuk pergerakan dari rahang dan laring
b) Protusi mandibular
c) Retrusi mandibular
d) Penyimpangan lateral dari mandibula
e) Depresi mandibula
f) Pergerakan laryngeal

E. Otot digastrikus
Otot digastrikus memiliki dua belly yang dihubungkan oleh tendon yang melekat pada tulang
hioideus yaitu:
 Posterior belly, berasaldari insura mastoideus pada prosesus mastoideus medialis tulang
temporalis.
 Anterior belly, berasal dari fosa digastrikus bagian bawah dalam mandibula.
Tendon diantara kedua belly. Karena hal tersebut, otot ini memiliki banyak kegunaan tergantung pada
tulang yang difiksasi, yaitu
 Ketika mandibula dalam keadaan stabil. Oto digastrikus menaikkan tulang hioideus
 Ketika tulang hioideus di fiksasi, otot digastrikus membuka mulut dengan menurunkan
mandibula.
 Otot wajah

 Otot kepala dan leher

MEKANISME PENGUNYAHAN
Mengunyah dapat bersifat volunter, tetapi sebagian besar merupakan suatu refleks ritmik akibat respon
otot-otot rangka pada rahang, pipi, bibir, dan lidah terhadap tekanan makanan ke jaringan mulut. Awalnya,
bolus makanan menghambat refleks otot untuk mengunyah yang menyebabkan rahang bawah turun. Hal ini
menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan kontraksi rebound , sehingga
secara otomatis rahang bawah terangkat kemudian terjadi oklusi gigi namun menekan bolus melawan dinding
mulut. Rahang bawah kembali turun dan mengalami rebound, hal ini terjadi berulang kali selama proses
mengunyah.
Proses mastikasi merupakan suatu proses gabungan gerak antar dua rahang yang terpisah, termasuk proses
biofisik dan biokimia dari penggunaan bibir, gigi, pipi, lidah, langit-langit mulut, serta seluruh struktur
pembentuk oral, untuk mengunyah makanan dengan tujuan menyiapkan makan agar dapat ditelan. Lidah
berfungsi mencegah tergelincirnya makanan, mendorong makanan kepermukaan kunyah, membantu
mencampur makanan dengan saliva, memilih makanan yang halus untuk ditelan, membersihkan sisa makanan,
membantu proses bicara dan membantu proses menelan. Pada waktu mengunyah kecepatan sekresi saliva
1,0-1,5 liter/hari, pH 6-7,4. Saliva berfungsi mencerna polisakarida, melumatkan makanan, menetralkan asam
dari makanan, melarutkan makanan, melembabkan mulut dan anti bakteri. Pada proses mastikasi terjadi
beberapa stadium antara lain stadium volunter dimana makanan diletakkan diatas lidah kemudian didorong ke
atas dan belakang pada palatum lalu masuk ke pharynx, di mana hal ini dapat dipengaruhi oleh kemauan.
Selanjutnya pada stadium pharyngeal bolus pada mulut masuk ke pharynx dan merangsang reseptor sehingga
timbul refleks-refleks antara lain ter$adi gelombang peristaltik dari otot-otot konstriktor pharynx sehingga
nafas berhenti se$enak. Proses ini sekitar 1-2 detik dan tidak dipengaruhi oleh kemauan. 0emudian pada
stadium oesophangeal ter$adi gelombang peristaltik primer yang merupakan lan$utan dari gelombang
peristaltik pharynx dan gelombang peristaltik sekunder yang berasal dari dinding oesophagus sendiri. Proses
ini sekitar 5-10 detik dan tidak dipengaruhi oleh kemauan. Setelah melalui proses ini makanan siap untuk
ditelan.
Guyton dan Hall (2008) menambahkan, pengunyahan mempercepat pencer-naan makanan karena
enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, memudahkan pengosongan
makanan dari lambung ke usus halus lalu ke semua segmen usus berikutnya.
Saliva utamanya diproduksi oleh kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual. Komposisi saliva yaitu
99,5% H2O, sisanya elektrolit dan protein saliva (amilase, mukus, dan lisozim). Sehingga Sherwood (2001)
merumuskan fungsi saliva sebagai berikut :
1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui enzim amilase
2. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan
3. Memiliki efek antibakteri oleh lisozim
4. Pelarut molekul-molekul yang merangsang papil pengecap
5. Membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah
6. Berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi
7. Penyangga bikarbonat pada saliva menetralkan asam pada makanan dan yang dihasilkan bakteri,
sehingga mencegah karies gigi.
Ganong (2008) menambahkan bahwa terdapat dua enzim pada saliva, yaitu lipase lingual dan α-amilase
saliva. Terdapat pula musin yang melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut,
selain itu mengandung IgA, lisozim, laktoferin, dan protein kaya prolin. Komposisi ion saliva relatif
tergolong isotonik dengan konsentrasi Na+, K +, Cl-, dan HCO3- yang mirip dengan komposisi ion plasma.
Meski demikian, saliva tidak esensial untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Menurut Sherwood
(2001) sekresi saliva bersifat spontan dan kontinu, dengan jumlah rata-rata 1-2 liter per hari. Sekresi saliva
dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yaitu :
1. Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi), adanya kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam
rongga mulut terhadap makanan
2. Refleks saliva didapat (terkondisi), pengeluaran air liur terjadi tanpa rangsangan oral, hanya berpikir,
melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan
3. Rangsangan parasimpatis menyebabkan sekresi saliva yang encer dalam jumlah besar dan kaya
enzim. Sedangkan rangsangan simpatis, menyebabkan sekresi saliva kental dalam jumlah kecil dan
kaya mukus. Sehingga mulut lebih terasa kering, hal ini terjadi dalam keadaan stres dan cemas

Mekanisme dalam pengunyahan secara normal dan yang mengalami kelainan sendi temporomandibula
pada pasien yang mengunyah satu sisi berbeda. Terlihat perbedaan aktivitas otot-otot pengunyahan pada yang
normal dan yang abnormal. Pada dasarnya dapat dilihat dari 3 fase,yaitu fase membuka saat gigi meninggalkan
kontak dengan lawannya dan mandibula turun, kedua fase menutup, saat mandibula bergerak kembali ke atas
sampai terjadinya kontak pertama antara gigi – geligi bawah dan gigi – geligi atas, dan fase ketiga fase oklusi
,yaitu saat mandibula kembali ke posisi interkupasi maksimal dengan dipandu oleh bergesernya kontak gigi-
geligi bawah dan gigi – geligi atas.
Pada keadaan normal pergerakan sendi yaitu gerakan rotasi terjadi pada kondilus dengan permukaan
bawah discus à disebut struktur kondilus disckomplek (sendi bawah). Gerakan menggelincir terjadi pada
sendi bagian atas antara kondilus disckomplek dengan fosa glenoidalis.
Pada kasus mengunyah dengan satu sisi pada fase membuka mulut terjadi rotasi dimana discus
bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior m.pterygoideuslateral inferior dan m.pterygoideuslateral
superior berkontraksi. Dan terjadi translasi dimana discus beserta kondilus bergerak ke anterior mengikuti
guiding line sampai eminentia artikular. Semua ototnya dalam keadaan kontraksi. Pada fase menutup mulut
discus artikularis bergerak ke anterior dan kondilus ke posterior untuk mempertahankan kedudukan kondilus
agar tetap berada pada zona intermediet, maka m.pterygoideus lateral superior kontraksi dan m.pterygoideus
lateral inferior relaksasi.

MEKANISME MENELAN
Menurut Ganong (2008), menelan merupakan respon refleks yang dicetuskan oleh impuls aferen nervus
trigeminus, glosofaringeus, dan vagus. Menelan diawali dengan kerja volunter, yaitu mengumpulkan isi mulut
di lidah dan mendorongnya ke faring. Refleks dari rangsangan ini yaitu inhibisi pernapasan dan penutupan
glotis, serta rangkaian kontraksi involunter otot faring yang mendorong makanan ke esofagus. Makanan
menuruni esofagus dengan kecepatan 4cm/detik dan dapat lebih cepat jika dalam posisi tegak (akibat gaya
tarik bumi). Guyton dan Hall (2008) menjelaskan proses menelan terdiri dari:
1. Tahap volunter (mencetuskan proses menelan). Terjadi bila makanan sudah siap untuk ditelan.
2. Tahap faringeal. Bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam
esofagus. Pada tahap ini palatum mole tertarik ke atas, menutupi nares posterior untuk mencegah
refluks makanan ke rongga hidung. Menurut Sherwood (2001), pada tahap ini makanan diarahkan
menuju esofagus dan dicegah memasuki saluran yang lain dengan cara :
a. Lidah menekan palatum durum (mencegah bolus kembali ke mulut)
b. Uvula terangkat dan menutupi saluran hidung
c. Elevasi laring dan penutupan erat pita suara mencegah makanan masuk ke trakea. Saat proses
menelan, saluran pernapasan tertutup sementara (tidak lebih dari 6 detik)
d. Otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke dalam esofagus
3. Tahap esofageal. Fase involunter yang befungsi menyalurkan makanan secara cepat dari faring ke
lambung. Normalnya esofagus melakukan dua gerakan peristaltik, yaitu peristaltik primer dan
peristaltik sekunder.
a. Peristaltik primer, merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik yang dimulai dari faring yang
menyebar ke esofagus. Makanan berjalan ke lambung dalam waktu 8-10 detik, dan akan lebih
cepat dalam keadaan tegak (5-8 detik) karena efek gaya grafitasi bumi.
b. Peristaltik sekunder, terjadi jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua makanan
dari esofagus ke lambung. Menurut Sherwood (2001), gelombang ini tidak melibatkan pusat
menelan dan orang yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya. Secara refleks, peregangan
esofagus meningkatkan sekresi saliva. Bolus yang terperangkap dilepas dan digerakkan ke depan
melalui gerakan peristaltik sekunder yang lebih kuat dan lubrikasi saliva tambahan. Guyton dan
Hall (2008) menambahkan bahwa alur saraf gelombang ini dimulai dari saraf intrinsik dalam
sistem saraf mienterikus dan sebagian oleh refleks-refleks pada faring. Kemudian dihantarkan ke
medula melalui serabut-serabut aferen vagus dan kembali ke esofagus melalui serabut-serabut saraf
eferen glosofaringeal dan vagus.
Guyton dan Hall (2008) menambahkan bahwa alur saraf gelombang
ini dimulai dari saraf intrinsik dalam sistem saraf mienterikus dan
sebagian oleh refleks-refleks pada faring. Kemudian dihantarkan ke
medula melalui serabut-serabut aferen vagus dan kembali ke esofagus
melalui serabut-serabut saraf eferen glosofaringeal dan vagus.
Menurut Sherwood (2001), esofagus merupakan saluran berotot yang
relatif lurus dan berjalan memanjang diantara faring dan lambung. Kedua
ujung esofagus dijaga oleh sfingter, yaitu sfingter faringoesofagus (sfingter
esofagus atas) dan sfingter gastroesofagus (sfingter esofagus bawah).
1. Sfingter faringoesofagus. Mencegah masuknya sejumlah besar
udara ke esofagus dan lambung dengan cara tetap tertutup, kecuali saat
menelan. Jika mekanisme ini tidak berjalan, saluran penceraan akan
banyak menerima gas yang menyebabkan eructation (sendawa)
berlebihan.
2. Sfingter gastroesofagus.Guyton dan Hall (2008) menjelaskan,
mukosa esofagus tidak mampu berlama-lama menahan sekresi lambung
yang bersifat sangat asam dan mengandung banyak enzim proteolitik.
Sehingga, konstriksi tonik sfingter ini mencegah terjadinya refluks yang
bermakna dari isi lambung ke esofagus

PERGERAKAN PENGUNYAHAN
Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incidor sebesar 55 pounds
dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi anterior (incisors) berperan untuk
memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untuk menggiling makanan.
Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nervus cranial ke lima dan proses pengunyahan
dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular di batang otak pusat rasa akan
menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus, amyglada dan di
korteks cerebral dekat dengan area dengan area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan
pengunyahan.
Pergerakan
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat dan pola
pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia. Pola pergerakan
rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan
jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung
pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal,
makanan ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode
reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan. Pergerakan rahang
pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan dan spesiesnya. Selama periode
reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga
fase selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup.
Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan makanan dan
pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan
otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di
dalam rongga mulut oleh lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan
memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fast-opening
dan fase-closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada rongga
mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan berpindah ke belakang di bawah
soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan
yang bias ditelan, sementara mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian
oklusal untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai
pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.
Pergerakan rahang merupakan pergerakan yang unik dan kompleks. Pergerakan mandibula dicetuskan
oleh beberapa reseptor sensori yang disampaikan ke sistem saraf pusat melalui serabut saraf afferen. Aktifitas
sistem syaraf ini akan menyebabkan kontraksi dan relaksasi dari otot-otot pengunyahan. Koordinasi dan
ritmisitas dari pengunyahan berkaitan dengan aktivasi dua refleks batang otak yaitu gerakan menutup dan
membuka mandibula. Refleks pembukaan rahang diaktifkan oleh stimulasi mekanis yaitu tekanan pada
ligamen periodontal dan mekanoreseptor mukosa yang menyebabkan5,10. Eksitasi pada otot pembuka rahang
akan menghambat kontraksi dari otot–otot penutup rahang.
Persyarafan yang mengatur pergerakan rahang adalah N. Trigeminus (V), merupakan N. Cranialis
terbesar dan hubungan perifernya mirip dengan N. Spinalis, yaitu keluar berupa radiks motorial dan sensorial
yang terpisah dan radix sensorial mempunyai ganglion yang besar. Serabut sensoriknya berhubungan dengan
ujung saraf yang berfungsi sebagai sensasi umum pada wajah, bagian depan kepala, mata, cavum nasi, sinus
paranasal, sebagian telinga luar dan membrane tymphani, membran mukosa cavum oris termasuk bagian
anterior lingua, gigi geligi dan struktur pendukungnya serta dura meter dari fosa cranii anterior. Saraf ini juga
mengandung serabut sensorik yang berasal dari ujung propioseptik pada otot rahang dan kapsula serta bagian
posterior discus articulation temporomandibularis. Radiks motoria mempersarafi otot pengunyahan, otot
palatum molle ( M. Tensor veli palatine ), otot telinga tengah.

REFLEKS PENGUNYAHAN (MASTIKASI)


1. Reflek miotatik atau regang (stretch reflex)
2. Jaw opening reflex
3. Jaw unloading reflex
4. Horizontal jaw reflex

Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat dari otot
mastikasi yang membuat rahang bawah turun.
2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahang memimpin untuk
mengembalikan kontraksi.
3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus lagi, melawan
lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal
(rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.
4. pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan, khususnya untuk
kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidak tercerna
di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.

JENIS – JENIS MASTIKASI (PENGUNYAHAN)


Jenis dari pengunyahan pada satu sisi rahang adalah pengunyahan yang menggunakan satu sisi rahang
sebelah kanan, dan satu sisi rahang sebelah kiri. Yang masing – masing dalam setiap sisi nya memiliki
sepasang sendi rahang baik di sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri.
Dan dilihat dari struktur dan fungsinya persendian yang terdapat dalam tiap rahang yaitu pada bagian
atas, antara fossa glenoid dan eminensia artikularis, dengan permukaan atas diskus artikularis. Pada bagian
bawah, yang merupakan bagian kedua antara permukaan bawah diskus artikularis dengan kepala kondil. Dan
apabila terjadi penyimpangan seperti mengunyah pada salah satu sisi rahang saja dan berjalan lama maka
posisi akhir kondilus kanan dan kiri akan menjadi asimetri yang diikuti oleh diskus artikularnya.

PENGATURAN SYARAF OTOT MASTIKASI


Kegiatan pengunyahan tidak hanya kegiatan pusat pengunyahan yang terletak di formasio retikularis
batang otak. Pusat pengunyahan dapat dipengaruhi oleh aferen dari perifer bagian lain, termasuk wajah dan
mulut, dan dipengaruhi juga oleh bagian otak lain, misalnya emosi, stress, dan kehendak. Pengunyahan dapat
terjadi tanpa rangsang dari perifer, sekali dimulai dapat terus berlangsung tanpa dipengaruhi kemauan. Tetapi
kemauan berperan dalam memulai atau menghentikan pengunyahan, yang pengaturannya terletak dalam
korteks serebri.
Mekanisme penghantaran impuls berserta jalur persarafan yang secara umum terjadi dimana stimulus
yang diterima oleh tubuh akan dihantarkan ke SSP, namun stimulus yang berasal dari wajah dan struktur di
dalam rongga mulut tidak dihantarkan ke korda spinalis melalui jalur-jalur spinal. Sebagai gantinya, implus
akan dibawa oleh saraf aferen dari sistem trigeminal. Badan sel saraf aferen trigeminal terletak di ganglion
gasserian. Impuls yang dibawa oleh saraf aferen akan dihantarkan ke dalam batang otak (kompleks nukleus
sensorik trigeminal) untuk bersinapsis dengan antarneuron pada daerah trigeminal spinal tract nucleus.
Daerah ini memiliki kesamaan dengan tanduk dorsal dari korda spinalis.
Kompleks nekleus sensorik trigeminal terdiri dari main sensory nucleus (neukleus sensori utama),
yang menerima masukan dari neuron aferen yang mempersarafi jaringan pulpa serta periodontal dan
trigeminal spinal tract nucleus. Spinal tract nucleus dibagi menjadi 3 bagian yaitu subnukleus oralis,
subnukleus interpolaris dan subnukleus kaudalis. Subnukleus kaudalis merupakan daerah di batang otak yang
menerima dan mengintegrasikan masukan nosiseptif (nyeri) yang dibawa oleh saraf aferen trigeminal.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN MASTIKASI


Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Mastikasi
1. Kehilangan Gigi
Gigi merupakan organ manusia yang terpenting. Tanpa gigi, manusia tidak dapat mencerna makanan. Gigi
berfungsi untuk mengunyah setiap makanan yang masuk ke dalam mulut untuk diteruskan ke dalam tubuh
manusia, tentunya makanan yang sudah halus. Proses ini akan berlangsung mulai dari masa kanak-kanak
sampai dewasa.
Manfaat utama gigi adalah untuk mengunyah beraneka ragam makanan yang tekstur dan nilai gizinya
berbeda-beda. Dengan terjadinya kehilangan gigi maka menurunlah efisiensi pengunyahan. Kehilangan gigi
merupakan penyebab terbanyak menurunnya fungsi mastikasi, karena berhubungan erat dengan masalah
karies dan penyakit-penyakit periodontal. Kehilangan gigi tidak selalu memuaskan dengan adanya
kompensasi penggantian gigi palsu karena sering menimbulkan perasaan yang kurang nyaman dari pemakai,
sehingga fungsi gigi belum dapat sepenuhnya digantikan oleh gigi tiruan ditinjau dari segi efektifitas dan
efisiensinya.
Makanan yang dikonsumsi sebelum masuk lebih dalam menuju alat pencernaan harus melewati mulut. Di
rongga mulut ini makanan sudah mulai menjalani proses pencernaan. Kelancaran pengunyahan makanan di
dalam rongga mulut bergantung pada kelengkapan susunan gigi. Jumlah gigi geligi yang tidak lengkap akan
menurunkan keefektifan fungsi pengunyahan. Belum lagi soal penurunan selera makan yang pada umumnya
banyak menghinggapi mereka yang berusia tua. Gangguan fungsi pengunyahan dapat pula disebabkan karena
penurunan fungsi dari lidah, mukosa mulut, otot-otot pengunyah, kelenjar ludah, dan sistem susunan saraf.

Sekalipun dengan gigi palsu berkualitas baik, penderita edentulisme tetap mengalami kesulitan dalam
mengunyah makanan yang bertekstur keras atau kenyal. Prevalensi edentulisme di Kanada mencapai 17%
pada tahun 1990, dan di Amerika Serikat sekarang prevalensinya mencapai 9,7% pada kelompok usia 18 tahun
ke atas. Prevalensi keadaan ini meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia, dan 33,1% bangsa
Amerika yang berusia 65 tahun ke atas menderita edentulisme; prevalensi pada kelompok usia inilah yang
paling banyak terserang, dan kelompok usia ini paling banyak menampakkan akibat fisik yang ditimbulkan
oleh keadaan tersebut.
Lebih lanjut, kelompok lansia akan menjadi bagian terbesar dari jumlah total populasi dikarenakan terus
berkembangnya generasi baby boomer dimana angka kelahiran lebih tinggi daripada angka kematian bayi
pada tahun tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 1998 Thompson dan Kreisel meramalkan peningkatan
populasi tua di Kanada sebesar 36,5% hingga pada tahun 2015. Meskipun peningkatan mutu layanan
kesehatan beserta peningkatan dalam hal frekuensi pemanfaatannya belakangan ini telah dapat menurunkan
laju pertambahan jumlah edentulisme, bertambahnya jumlah populasi lansia diperkirakan akan dapat
meningkatkan kebutuhan akan beragam bentuk layanan kesehatan mulut.

2. Penyakit Dalam Rongga Mulut


Berbagai macam unsur fisik terlibat dalam proses makan khususnya unsur-unsur dalam rongga mulut,
bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, dan tenggorokan; sistem saraf dan otak; sistem hormonal/endokrin, dan
enzim yang berkaitan dengan penerimaan makanan dan proses metabolisme tubuh.
Oleh karena itu, jika terdapat kelainan atau penyakit pada unsur-unsur organik tersebut, pada umumnya akan
disertai dengan terdapatnya gangguan/kesulitan mengunyah.
1. Adapun kelainan/penyakit pada gigi geligi dan unsur-unsur lain dalam rongga mulut, yaitu :
 Kelainan bawaan
 Labioschizis (bibir sumbing), frenulum lidah pendek, makroglosia, dll
2. Penyakit infeksi
Stomatitis, gingivitis, tonsilitas, dll.
3. Kelainan/Penyakit Neuromuskuler
Paresis/paralisis lidah dan otot-otot sekitar pharynx dan larynx.
4. Penyakit/kelainan non infeksi
Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna
5. Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down
Penyakit Neuromuskuler : Palsi serebral

3. Faktor Psikologis
Selain karena faktor fisik, masalah gangguan fungsi mastikasi juga disebabkan karena proses
perkembangan selera dan kemampuan makan yang berkembang sejalan dengan perkembangan organ-organ
fisik termasuk sistem pencernaan. Disinilah sering timbul masalah sulit makan yang kerap kali dibarengi
dengan gangguan psikologis.
Gangguan psikologis dapat timbul karena kompleksitas masalah kehidupan yang dihadapi dan kerap
kali terus dipikirkan sehingga mempengaruhi selera makan dan kegiatan mengunyah pada saat makan. Pada
umumnya seseorang dengan gangguan psikologis, makanan yang mereka telan kurang sempurna
pengunyahannya, sehingga sistem pencernaanlah yang akan memperbaiki pengunyahan makanan yang tidak
lengkap dalam mulut.

Anda mungkin juga menyukai