Mekanisme Mastikasi
Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah,
dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi
dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di
pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan
bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan
otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan laring.
Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan
secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang
secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb
sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang
kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yang
mana merupakan pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan
dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses
digesti.
secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus
lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat
rahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.
pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan,
khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki
membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus
dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.
I.1.1 Pergerakan
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup.
Tingkat dan pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada
hewan dan juga manusia. Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda
tergantung jenisnya. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah
kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang
sangat bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat
dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan ditransportasikan ke bagian
posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode reduksi.
Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.
Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk
makanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fastopening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase
selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup.
Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol
pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang
dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi
diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di
dalam rongga mulut oleh lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah
bergerak ke depan dan memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan
lidah kembali tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang
yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada rongga mulut. Ketika
makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan berpindah ke
belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting dalam
pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara mengembalikan
lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian
dorsal medular). Di dalam subdivisi dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks
cerebral. Sedangkan grup neuron pada garis batas memproyeksi cerebellum dan
tanduk dorsal medullar.
Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilingi
oleh akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral.
Nukleus sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan
neuronnya yang lebih rendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit
primer yang tebal, panjang, dan lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan
nucleus utama adalah adanya sejumlah gelondong akson bermyelin pada nucleus
spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan electron menunjukkan adanya
neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar pada nucleus sensori utama.
Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit primer berasal dari sedikit
perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. Dendrit sekunder lebih
panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.
Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak
lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat
sekurang-kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya
termasuk sederhana bila dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih
kompleks (sebagai contohnya proses penelanan).
Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jawclosing dan refleksjaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat
mengetuk ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan
menhasilkan input sensori yang akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang
singkat (sekitar 6 detik) electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang
terjadi pada otot masseter dan temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa
gerak motorik pada otot yang akan menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang
sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan gerak knee-jerk refleks dimana hanya
satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input refleks jawclosing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll dapat
menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan
percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input
tapi tidak menghentikan refleks.
Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan
mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-opening dan
inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan
sekurang-kurangnya satu interneuron bekerja.
Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jawclosing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada
intinya ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh
pusat dibantu dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output
ritmikal dengan frekuensi yang sesuai dengan input yang terjadi.
Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan
aktivitas itrasel dari motoneuron yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan
digastrics (jaw-opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan
hiperpolarisasi (inhibisi) saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi
saat opening, akan tetapi tidak hiperpolarisasi saat closing.
II Penelanan
Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan
makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food into the body
through the mouth.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam
proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf
servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam
lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu
terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke
lambung.
AFFEREN (sensorik)
EFFEREN (motorik)
Mandibula
n. V.2 (maksilaris)
Bibir
n. V.2 (maksilaris)
n.V.2 (maksilaris)
Lidah
n.V.3 (lingualis)
n.XII : m. hioglosus, m.
mioglosus
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi,
setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot
intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke
posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke
faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring
sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi
m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)
AFFEREN (sensorik)
EFFEREN (motorik)
Bibir
n. V.2 (mandibularis),
n.V.3 (lingualis)
n. V.2 (mandibularis)
n.VII: m.zigomatikus,levator
anguli oris, m.depressor anguli
oris, m.risorius. m.businator
n.IX,X,XI : m.palatoglosus
Lidah
n.V.3 (lingualis)
Uvula
n.V.2 (mandibularis)
n.IX,X,XI :
m.uvulae,m.palatofaring
Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai
serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen
(motorik).
Afferen
Efferen
Lidah
n.V.3
Palatum
n.V.2, n.V.3
Hyoid
n.Laringeus
superior cab
internus (n.X)
n.X
Nasofaring
Faring
n.rekuren (n.X)
n.IX :m.stilofaring
n.X
n.X : m.krikofaring
Laring
Esofagus
Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai
serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan
waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus
bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu
pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta
pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah
sesuai dengan umur.
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak
peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada
lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang
gelombang peristaltik primer.