Anda di halaman 1dari 11

.

Mekanisme Mastikasi
Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah,
dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi
dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di
pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan
bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan
otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan laring.
Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan
secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang
secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb
sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang
kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yang
mana merupakan pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan
dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses
digesti.

I.1 Pergerakan Pengunyahan


Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topic yang menarik
dalam hal klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan
prostodonti. Salah satu tujuan memugar bentuk oklusal adalah untuk memastikan
kontak gigi terintegrasi dengan pola pergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa
penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan
dan untuk mengidentifikasikan posisi mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari
posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi penelitian tentang rahang pada alat yang
bernama simulator atau artikulator.
Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi
incidor sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk
mengunyah, gigi anterior (incisors) berperan untuk memotong dan gigi posterior
( molar) berperan untuk menggiling makanan.
Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan
proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik
retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan
secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral
dekat dengan area dengan area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat
menyebabkan pengunyahan.
Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat
dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.
penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahang
memimpin untuk mengembalikan kontraksi.

secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus
lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat
rahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.
pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan,
khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki
membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus
dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai


berikut:

enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga


tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar
oleh sekresi pencernaan.

Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan dari


gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan
dari lambung ke usus kecil, kemudian berturut-turut ke dalam semua segmen usus.

I.1.1 Pergerakan
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup.
Tingkat dan pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada
hewan dan juga manusia. Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda
tergantung jenisnya. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah
kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang
sangat bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat
dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan ditransportasikan ke bagian
posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode reduksi.
Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.
Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk
makanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fastopening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase
selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup.
Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol
pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang
dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi
diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di
dalam rongga mulut oleh lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah
bergerak ke depan dan memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan
lidah kembali tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang
yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada rongga mulut. Ketika
makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan berpindah ke
belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting dalam
pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara mengembalikan
lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian

lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai


pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.

I.1.2 Aktivitas Otot


Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas
polaasynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu
puncak, tingkat dimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola
aktivitas ditentukan oleh factor-faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat
penghancuran makanan, dan faktor individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif
selama rahang terbuka, ketika otot pembuka rahang sangat aktif. Aktivitas pada
penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup. Aktivitas dari otot penutup
rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya makanan di antara gigi.
Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan, lebih aktif
daripada otot penutupan rahang kontralateral.

I.2 Struktur batang otak dalam control mastikasi


Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan
aktivitas beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain
yang memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi
reticular juga terlibat.

I.2.1 Nukleus Trigeminal Sensorik


Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada di sepanjang batas
lateral batang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi rostral paling banyak dari
nucleus ini disebut nucleus sensorik principal (kadang lebih sering sering disebut
nucleus sensorik utama) dan sisanya adalah nucleus spinal trigeminal. Nukleus spinal
dibagi lagi dari rostral ke kaudal menjadi subnukleus oralis, interpolaris, dan kaudalis.
Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus. Cabang utama akan
bercabang menjadi limb ascending dan descending, atau secara sederhana turun
memasuki batang otak untuk membentuk traktus trigeminal menutupi sekeliling
aspek lateral dari nucleus sensori utama, sementara secara kaudal limb descending
membentuk traktus spinal trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal.
Cabang akson kolateral meninggalkan traktus trigeminal dan memasuki nucleus
sensori untuk membentuk sumbu terminal pada beberapa nucleus dengan tingkat
yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut dan wajah berakhir di medial
dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral.
Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local mempunyai
akson yang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan mengirimkan akson ke
rostral nuclei batang otak yang lain; dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam
nucleus sensorik. Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi,
subnukleus oralis terdiri dari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial, dan garis
batas. Divisi ventrolateral terdiri dari interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu
yang memproyeksi spinal cord, dan satu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk

dorsal medular). Di dalam subdivisi dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks
cerebral. Sedangkan grup neuron pada garis batas memproyeksi cerebellum dan
tanduk dorsal medullar.
Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilingi
oleh akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral.
Nukleus sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan
neuronnya yang lebih rendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit
primer yang tebal, panjang, dan lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan
nucleus utama adalah adanya sejumlah gelondong akson bermyelin pada nucleus
spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan electron menunjukkan adanya
neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar pada nucleus sensori utama.
Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit primer berasal dari sedikit
perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. Dendrit sekunder lebih
panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.

I.2.2 Nukleus Trigeminal Mesencefalic


Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup rahang dan
badan sel dari ligament periodontal, gingival, dan mekanoreseptor palatal berlokasi di
dalam nucleus mesencefalic. Penyusunannya unik di dalam sistem saraf pusat.
Nukleus neuron mesencefalic berupa unipolar; akson tunggal yang bercabang 2
menjadi cabang perifer dan sentral. Cabang sentral mengeluarkan sejumlah cabang
kolateral yang berakhir di nucleus motorik, spinal cord, dan area lain dari batang otak.
Badan sel neuron yang menginervasi gelondong otot, ditemukan di sepanjang
nucleus, dan badan sel yang berasal dari reseptor ligament periodontal dibatasi
setengah kaudalnya.

I.2.3 Nukleus Tigeminal Motorik


Motoneuron yang mengatur otot-otot mastikasi terdapat pada nucleus trigeminal
motorik. Analisis distribusi ukuran soma motoneuron menandakan bahwa nucleus
trigeminal motorik terdiri dari motoneuron gamma dan alfa. Sejumlah studi
pembuktian neural mendemostrasikan bahwa motoneuron gamma yang menginervasi
otot-otot mastikasi dipisahkan secara anatomi di dalam nucleus; Motoneuron penutup
rahang berlokasi di dorsolateral, sedangkan motoneuron pembuka rahang berlokasi di
divisi ventromedial nucleus. Pengamatan intraselular dan ekstraselular terhadap
motoneuron mastikasi menunjukkan bahwa input sinaps untuk motoneuron pembuka
dan penutup rahang berbeda. Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong
otot untuk menutup rahang tidak mempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi
aktivitas neural yang memulai mekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan
menghambat otot penutup rahang dan meningkatkan aktivitas otot pembuka rahang.
Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua grup
motoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi di sini
terdapat sedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region dorsolateral dan
ventromedial nucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari
struktur mikro nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme
reflek mastikasi.

I.2.4 Nukleus Hipoglosal Motorik


Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih homogen daripada nucleus
trigeminal motorik. Ia terbentuk dari motoneuron yang besar dan multipolar dan
sebuah populasi dari interneuron-interneuron kecil. Dendrit-dendrit motoneuron besar
melintasi garis tengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau berseberangan dalam
formasi reticular. Interneuron-interneuron kecil memiliki hanya satu atau dua dendrite
yang terdiri oleh nucleus secara total.

I.2.5 Nukleus Fasial Motorik


Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal motoneuron. Kolom-kolom
medial dan lateral yang lebih besar terpisah oleh kolom intermediet yang lebih kecil.
Studi pembuktan neural menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan secara
topografi di dalam nucleus. Otot yang mengontrol bibir atas dan nares mempunyai
motoneuron sendiri pada bagian ventral dan dorsal kolom sel lateral. Otot bibir bawah
disuplai oleh motoneuron pada kolom sel intermediet. Otot-otot yang berhubungan
dengan telinga dikontrol oleh motoneuron pada kolom sel medial. Terdapat perbedaan
utama pada pola dendrit antara motoneuron di 3 kolom sel. Dendrit pada motoneuron
fasial secara luas berada di subdivisi yang sama yang mengandung soma, tapi
terkadang meluas di luar batas nucleus fasial motorik.

I.2.6 Kontrol Mastikasi


Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang
yang sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola
dasar oscillatory pergerakan mastikasi berawal dari generator neural yang terdapat
di brain stem. Input sensori afferent yang terjadi pada nuclei ini juga merupakan
faktor yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan proses mastikasi. Dan faktor
yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak akan mempengaruhi system
koordinasi brain stemmastikatori. Setelah sekian banyak penelitian dilakukan, tiga hal
inilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar terhadap pengontrolan
proses mastikasi.

I.3 Aktivitas brain stem selama mastikasi


Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas oral,
fakta menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari
dalam brain stem. Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu
gerakan mastikasi adalah adanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk
jaringan neural oscillatory yang mampu merangsang terjadinya pola gerakan
mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai generator pola mastikasi atau pusat
mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung jawab dalam proses
respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator, mastikasi juga
terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi dari strukur
orofacial.

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak
lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat
sekurang-kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya
termasuk sederhana bila dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih
kompleks (sebagai contohnya proses penelanan).
Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jawclosing dan refleksjaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat
mengetuk ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan
menhasilkan input sensori yang akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang
singkat (sekitar 6 detik) electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang
terjadi pada otot masseter dan temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa
gerak motorik pada otot yang akan menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang
sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan gerak knee-jerk refleks dimana hanya
satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input refleks jawclosing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll dapat
menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan
percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input
tapi tidak menghentikan refleks.
Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan
mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-opening dan
inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan
sekurang-kurangnya satu interneuron bekerja.
Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jawclosing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada
intinya ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh
pusat dibantu dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output
ritmikal dengan frekuensi yang sesuai dengan input yang terjadi.
Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan
aktivitas itrasel dari motoneuron yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan
digastrics (jaw-opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan
hiperpolarisasi (inhibisi) saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi
saat opening, akan tetapi tidak hiperpolarisasi saat closing.
II Penelanan
Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan
makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food into the body
through the mouth.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam
proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf
servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam
lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu
terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke
lambung.

II.1 Neurofisiologi menelan


Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase
esophageal.

II.1.1 Fase oral


Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan
oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan
membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini
berlangsung secara disadari. Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.


ORGAN

AFFEREN (sensorik)

EFFEREN (motorik)

Mandibula

n. V.2 (maksilaris)

N.V : m. Temporalis, m. maseter,


m. pterigoid

Bibir

n. V.2 (maksilaris)

n. VII : m.orbikularis oris, m.


zigomatikum, m.levator labius
oris, m.depresor labius oris, m.
levator anguli oris, m. depressor
anguli oris

n.VII: m. mentalis, m. risorius,


m.businator
Mulut & pipi

n.V.2 (maksilaris)

Lidah

n.V.3 (lingualis)

n.XII : m. hioglosus, m.
mioglosus

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi,
setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot
intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke
posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke
faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring
sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi
m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

Peranan saraf kranial fase oral


ORGAN

AFFEREN (sensorik)

EFFEREN (motorik)

Bibir

n. V.2 (mandibularis),
n.V.3 (lingualis)

n. VII : m.orbikularis oris,


m.levator labius oris, m.
depressor labius, m.mentalis

n. V.2 (mandibularis)

n.VII: m.zigomatikus,levator
anguli oris, m.depressor anguli
oris, m.risorius. m.businator

Mulut & pipi

n.IX,X,XI : m.palatoglosus
Lidah

n.V.3 (lingualis)

Uvula

n.V.2 (mandibularis)

n.IX,X,XI :
m.uvulae,m.palatofaring

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai
serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen
(motorik).

II.1.2 Fase Faringeal


Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas
dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis
(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.
Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring


inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan
faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)
Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan
dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah
dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu
detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Peranan saraf kranial pada fase faringeal


Organ

Afferen

Efferen

Lidah

n.V.3

n.V :m.milohyoid, m.digastrikus


n.VII : m.stilohyoid
n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid
n.XII :m.stiloglosus

Palatum

n.V.2, n.V.3

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini


n.V :m.tensor veli palatini

Hyoid

n.Laringeus
superior cab
internus (n.X)

n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus


n.VII : m. Stilohioid
n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

n.X
Nasofaring

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus


n.X

Faring

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring,


m.konstriktor faring sup, m.konstriktor
ffaring med.
n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

n.rekuren (n.X)

n.IX :m.stilofaring

n.X

n.X : m.krikofaring

Laring

Esofagus

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai
serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan
waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus
bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu
pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta
pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah
sesuai dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam


penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :
Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah
2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari
m.konstriktor faring.
Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat
terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap
ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh
m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus
bagian superior.

II.1.3 Fase Esofageal


Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan
turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :


1.
Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik
primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus
bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang
peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2.
Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus
mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus
dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak
peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada
lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang
gelombang peristaltik primer.

II.1.4 Peranan sistem saraf dalam proses menelan


Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring
langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)
pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses
menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke
motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

Anda mungkin juga menyukai