Dentisha's Blog
Just another WordPress.com site
1/20
29/3/2015
Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan pr
oses
pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular
di batang
otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimula
si area
di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan area sens
ori
untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.
Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat dijelask
an
sebagai berikut :
1.
kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat d
ari
otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.
2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahang
memimpin untuk mengembalikan kontraksi.
3.
secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus lag
i,
melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun
dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.
4. pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan, khususnya
untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki membrane selulosa
yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebel
um
makanan dapat dicerna.
Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai berikut:
– enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga t
ingkat
pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi
pencernaan.
– Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan dari
gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan dari
lambung ke usus kecil, kemudian berturut-turut ke dalam semua segmen usus.
I.1.1 Pergerakan
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat dan
pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga
manusia.
Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan
pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi
karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran
makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan
ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam
periode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum
penelanan. Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada
bentuk
makanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening
dan slow-
opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka da
n dua
fase selama rahang menutup.
Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
2/20
29/3/2015
Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan
makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan
oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal permuk
aan gigi.
Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Sel
ama fase
slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas permukaan
makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fast-opening dan
fase-
closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada
rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan
berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat
penting
dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara mengembalika
n
lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian le
bih
lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan l
idah
selama terjadinya aktivitas ini.
3/20
29/3/2015
trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal. Cabang akson kolateral mening
galkan
traktus trigeminal dan memasuki nucleus sensori untuk membentuk sumbu terminal pada
beberapa nucleus dengan tingkat yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut
dan
wajah berakhir di medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih later
al.
Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local mempunya
i akson
yang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan mengirimkan akson ke rostral n
uclei
batang otak yang lain; dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam nucleus senso
rik.
Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi, subnukleus oralis te
rdiri
dari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial, dan garis batas. Divisi ventrol
ateral terdiri
dari interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord,
dan
satu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam subdivisi
dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan grup neuron
pada
garis batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal medullar.
Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilin
gi oleh
akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral.
Nukleus
sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan neuronnya yang l
ebih
rendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit primer yang tebal, panja
ng, dan
lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan nucleus utama adalah adanya sejumla
h
gelondong akson bermyelin pada nucleus spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
dan
electron menunjukkan adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar p
ada
nucleus sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit prime
r
berasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. De
ndrit
sekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.
4/20
29/3/2015
menunjukkan bahwa input sinaps untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda.
Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup rahang tidak
mempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas neural yang memulai
mekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan menghambat otot penutup rahang dan
meningkatkan aktivitas otot pembuka rahang.
Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua grup
motoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi di sini
terdapat
sedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region dorsolateral dan ventro
medial
nucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari struktur mi
kro
nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme reflek mastikasi.
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
5/20
29/3/2015
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
6/20
29/3/2015
AFFEREN (sensorik)
EFFEREN (motorik)
Mandibula
n. V.2 (maksilaris)
Bibir
n. V.2 (maksilaris)
n.V.2 (maksilaris)
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
7/20
29/3/2015
Lidah
n.V.3 (lingualis)
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi, se
telah otot-
otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lida
h
berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. B
agian
anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring se
hingga
menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. pala
to
faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)
AFFEREN (sensorik)
EFFEREN (motorik)
n. V.2 (mandibularis)
n.IX,X,XI : m.palatoglosus
n.V.3 (lingualis)
n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring
Uvula
n.V.2 (mandibularis)
Lidah
Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 seb
agai serabut
afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (m
otorik).
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
8/20
29/3/2015
Afferen
Lidah
Efferen
n.V :m.milohyoid, m.digastrikus
n.V.3
n.VII : m.stilohyoid
n.XII :m.stiloglosus
n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini
n.V.2, n.V.3
n.Laringeus superior
cab internus (n.X)
n.VII : m. Stilohioid
Palatum
Hyoid
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
9/20
29/3/2015
Nasofaring
n.X
Faring
n.X
n.IX :m.stilofaring
Laring
n.rekuren (n.X)
n.X : m.krikofaring
Esofagus
n.X
Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X seba
gai serabut
afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan
waktu
gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian at
as.
Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah
,
pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bag
ian
atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
10/20
29/3/2015
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak perist
altik
dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia aki
bat dari
berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik pr
imer.
11/20
29/3/2015
Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 k
ali,
sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidup
seseorang.
Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sam
pai
ke lambung.
Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang sal
uran
mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi. Disfagia dapat diserta
i
dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.
Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia di
bagi
berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berda
sarkan
mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dap
at
menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainann
ya hanya
dilihat dari gangguan di esofagusnya.
III Berbicara
Percakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan prose
s
percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan baha
sa adalah
cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang
dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu
untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.
Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan pr
oduksi
suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.
Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bi
cara yang
normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan da
ri
udara dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat)
untuk
phonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial
dan
struktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai
bicara
12/20
29/3/2015
* Ventricle
* Infraglotitic
Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio ventric
le.
Didalam faring ini terdapat pita suara yang dapat menghasilkan gelombang suara yang
nantinya akan di modifikasi oleh resonator dan articulator yang kemudian dihasilka
n suara
yang seperti kita ucapkan sehari-hari. Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan
tension)
dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot-otot
tersebut
adalah:
M. Cricothyroideu menegangkan pita suara
M. Tyroarytenoideus (vocalis) relaksasi pita suara
M. Cricoarytenoideus lateralis adduksi pita suara
M. Cricoarytenoideus posterior abduksi pita suara
M. Arytenoideus transversus menutup bagian posterior rima glotidis
penempatan bibir, rahang, lidah, dan velum(soft palate). Perangkap (trap-door actio
n) yang
dibuat sepasang velum pada vocal tract membuat secondary cavity yang berpartisipasi
dalam
speech production- nasal tract. Nasal cavity memiliki panjang sekitar 12 cm dan lua
s 60 cm3.
Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara yang melewati
vocal
cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai filter dengan frekuensi yang d
iinginkan,
berkorespondensi dengan resonansi akustik dari vocal tract
13/20
29/3/2015
14/20
29/3/2015
III.2 Vokalisasi
Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar adalah
pita
suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari glotis.
pita suara ini
diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot spesifik pada laring itu sendir
i.
Gambar 37-10B menggambarkan pita suara. Selama pernapasan normal, pita akan terbuka
lebar agar aliran udara mudah lewat. Selama fonasi, pita menutup bersama-sama sehin
gga
aliran udara diantara mereka akan menghasilkan getaran (vibrasi). Kuatnya getaran t
erutama
ditentukan oleh derajat peregangan pita, juga oleh bagaimana kerapatan pita satu
sama lain
dan oleh massa pada tepinya.
Gambar 37-10A memperlihatkan irisan pita suara setelah mengangkat tepi mukosanya. T
epat
di sebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang kuat dan disebut ligamen
vokalis.
Ligamen ini melekat pada anterior dari kartilago tiroid yang besar, yaitu kartilago
yang
menonjol dari permukaan anterior leher dan (Adam’s Apple”). Di posterior, ligamen v
okalis
terlekat pada prosessus vokalis dari kedua kartilago aritenoid. Kartilago tiroid da
n kartilago
aritenoid ini kemudian berartikulasi pada bagian bawah dengan kartilago lain, yaitu
kartilago
krikoid.
Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi kartilago tiroid ke depan atau oleh rotasi
posterior
dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot-otot dari kartilago tiroid dan
kartilago
aritenoid menuju kartilago krikoid. Otot-otot yang terletak di dalam pita suara di
sebelah
lateral ligamen vokalis, yaitu otot tiroaritenoid, dapat mendorong kartilago ariten
oid ke arah
kartilago tiroid dan, oleh karena itu, melonggarkan pita suara. Pemisahan otot-otot
ini juga
dapat mengubah bentuk dan massa pada tepi pita suara, menajamkannya untuk menghasil
kan
bunyi dengan nada tinggi dan menumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).
Akhirnya, masih terdapat beberapa rangkaian lain dari otot laringeal kecil yang ter
letak di
antara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid, yang dapat merotasikan kartilago
ini ke arah
dalam atau ke arah luar atau mendorong dasarnya bersama-sama atau memisahkannya, un
tuk
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
15/20
29/3/2015
16/20
29/3/2015
Artikulasi
Berarti gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang be
rtanggung
jawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara.
Regio
fasial dan laryngeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebelum, gan
glia basalis,
dan korteks sensorik semuanya membantu mengatur urutan dan intensitas kontraksi oto
t,
dengan mekanisme umpan balik serebelar dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan setiap
regio
ini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial atatu total untuk berbicara dengan jel
as.
17/20
Lesi yang tidak mempengaruhi cerebral cortex, khususnya lesi vascular pada basal ga
nglia dan
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
29/3/2015
Lesi yang tidak mempengaruhi cerebral cortex, khususnya lesi vascular pada basal ga
nglia dan
thalamus, dapat juga menyebabkan afasia yang disebut afasia subcortical.
Lesi kecil pada otak dapat merusak kemampuan untuk membaca dan/atau menulis, tanpa
menganggu bicara ataupun fungsi kognitif lainnya. Alexia (ketidakmampuan untuk memb
aca)
dengan agraphia (ketidakmampuan menulis) berhubungan dengan lesi kortex pada lobus
parietal kiri, dibelakang cortex area auditorik. Alexia tanpa agraphia berhubungan
dengan
lobus occipital kiri.
IV.3 Lokalisasi pusat kontrol bahasa
Vokalisasi mamalia membutuhkan koordinasi pergerakan pernapasan, laryngeal artikul
atori
(supralaryngeal). Moto neuron bertanggung jawab untuk pergerakan respiratori yang b
erada
dalam corda spinalis lumbar atas, toraxic dan servikal. Kontrol – kontrol ditemukan
dalam
nucleus ambiguus. Neuron yang bertanggung jawab untuk kontrol pergerakan artikulato
r
terlokalisasi dalam nukleus motorik trigeminal, nukleus facial, rostal nucleus ambi
guus,
nucleus hipoglosal, dan corda spinalis servical atas. Demikian, bahkan pada tingkat
kontrol
efferen kontrksi otot (jalur final) yang umum, vokalisasi melibatkan suatu satuan e
kstensive
pada motoneuron yang bersambung dari pons ke corda spinalis.
Transeksi pusat otak diatas nucleus motorik trigeminal pada hewan mengakibatkan hew
an”
ini bisu. Karena itu, pertukaran informasi sraf antara nuclei motor cranial, motone
uron
respiratorius spinalis, dan informasi somato sensorik yang memasuki batang otak baw
ah dan
corda spinalis tidak cukup u8ntuk menginisiai vokalisasi. Input koordinasi dari pus
at cerebral
yang lebih tinggi diperlukan. Dengan beberapa penelitian behavioral yang hati” pada
produksi bahasa, para neurologis telah mendeskripsikan beberapa aphasia yang biasan
ya
terlibat dalam area berbeda di hemisver otak. Salah satu aphasia yang paling awal,
wernicke’s
aphasia, yang mana pasien dapat berbicara sangat cepat, tanpa peduli irama, pola ka
limat, dan
artikulasi. Kata”, jika tidak didengarkan secara baik”, dapat terdenga hampir norma
l. Pasien
gagal menggunakan kata” yang benar dan justur menggunakan frase circumlacutory.
Karakteristik lain parafrasia, yang mana satu kata atau frase disubsitusi untuk yan
g lain,
terkadang pada makasud yang terkait, ataupun tidak terkait. Pasien ini dapat memili
ki
kehilangan percakapan yang parah walaupun pendengaran suara non verbal dan musik bi
sa
jadi sepenuhnya normal. Lesi saraf ini berhubungan dengan gangguan linguistik asosi
asi
seperti ketidak mampuan membaca (aleksia) dan ketidak mampuan menulis (agrafia).
Pada Broca’s apasia , kata-kata terjadi secara perlahan, artikulasi tidak rapi, dan
kata”
gramatikal kecil dan akhiran huruf mati dan kata kerja bersambung jadi kata-kata di
ucapkan
memiliki gaya telegrafik. Lesi ini terlokalisasi dalam zona bahasa anterior, dan bu
kan lesi
kombinasi.
Conduction aphasia, menyerupai Wernicke’s aphasia pada keberadaan kata” yang kebany
akan
normal dan lancar tapi repetisi yang buruk, juga kompensasi auditori yang baik. Les
i ini
mengkompromisasi struktur yang cecara normal mentransfer informasi auditori ke sist
em
motor, langkah fisiologis diperlukan untuk tindakan mengulangi kalimat.
Pasien dengan global aphasia tidak dapat berbicara atau memahami bahasa. Mereka tid
ak
dapat membaca, menulis, mengulangi, atau menyebutkan nama barang-barang. Lesi ini
ektensive dan yang secara esensial di suplai oleh cabang cortical pada arteri tenga
h otak
mengarahnkan semua perisylvian territory pada hemisver kiri.
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
18/20
29/3/2015
Pada anomic aphasia, satu-satunya gangguan adalah dalam menemukan kata” yang tepat.
Ini
adalah bentuk aphasia yang tidak biasa yang secara khas mengikuti lesi di aspek pos
terior
lobus temporalis inferior kiri, dekat border temporal-occipital.
Transcortical motor aphasia dihasilkan dari lesi yang memutuskan hubungan area broc
a’s dari
cortex motori suplementer. Pasien akan melakukan percakapan tapi hanya dapat
mengucapkan sedikit syllables.
Transcortical sensory mengikuti diskoneksi dari Wernicke’s area pada area asosiasi
temporal
parietal posterior. Ini menyebabkan aphasia lancar dengan pemahaman yang defektif,
dan
defek dalam berfikir atau mengingat maksud sinyal dan tanda-tanda.
Pasien tidak bisa membaca dan menulis dan juga memiliki kesulitan dalam menemukan k
ata-
kata tapi dapat mengulangi kata-kata verbal secara mudah dan lancar.
Lesi yang tidak mempengaruhi cortex cerebral, biasanya lesi vaskuler dalam ganglia
basalis
dan talamus, dapat juga dihasilkan dalam aphasia yang biasanya disebut subcortical
aphasia.
19/20
29/3/2015
bahwa area cortical yang terlibat dengan bahasa tidaklah bekerja sendiri, tapi kemu
ngkinan
dibagi-bagi menjadi area terpisah untuk menangani bahasa yang berbeda, karena ada l
esi-lesi
pada orang-orang multilingual yang meninggalkan hanya satu keutuhan. Area-area terp
isah
ini juga dijelaskan sebagai yang memegang taspek-aspek tata bahasa berbeda. Berdasa
rkan
penelitian ini yang lainnya, teori para connectionist telah digantikan oleh teori m
oduler
dimana bahasa diproses secara paralel dengan banyak area berbeda yang bertanggung j
awab
untuk tugas-tugas kognitif yang berbeda.
2 Comments:
fii
February 18, 2011 at 10:18 am
thanks
Reply
dentisha1990
March 4, 2011 at 11:23 am
your welcome..
Reply
https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandan-
bicara/
20/20