Disusun oleh
Maisy Aprionasita
04091004004
Ameliza
04091004005
Chianche Ongthin
04091004006
Endah
04091004007
Syarifah Aisyah
04091004008
Suci Mandiyasari
04091004009
Eko Setiawan
04091004010
Dosen Pembimbing
drg. Shanty Chairani, M.SI
PENDAHULUAN
Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai
komponen terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula (STM), otot kunyah, dan sistem
syaraf.2 Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena ada tekanan yang timbul dari gigi
bawah berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula dapat melaksanakan aktifitas
fungsional dari sistem mastikasi. Keharmonisan antara komponen komponen ini sangat
penting dipelihara kesehatan dan kapasitas fungsionalnya.
Mastikasi merupakan sebuah proses penghancuran makanan dan persiapan untuk
proses penelanan.2 Mastikasi juga merupakan tahap awal dari pencernaan, dimana makanan
dihancurkan menjadi partikel-partikel kecil sehingga memudahkan penelanan. Gerakan
mengunyah meliputi kegiatan kegiatan otot saraf yang sangat kompleks dan terkoordinasi,
yang selain melibatkan gerakan mandibula juga melibatkan gigi geligi dengan kekuatan
menggigit yang tepat. Gerakan mandibula pada pengunyahan merupakan kontraksi
serangkaian otot yang melekat pada tulang mandibula, dan sifatnya terkoordinasi. Otot-otot
wajah, lidah dan bibir juga berperan penting dalam mempertahankan bolus makanan di antara
gigi geligi.
Otot-otot membuka mulut (otot depressor) adalah mylohyoid, digastrikus, dan
pterigoideus lateralis, berfungsi menstabilkan condylus dan menggerakkan kearah anterior/
posterior selama membuka mulut, menutup dan gerakan protusif.2,3 Sedangkan otot-otot
menutup mulut (otot elevator) adalah temporalis, masseter dan pterigoideus medialis.
A. KOMPONEN MASTIKASI
Sistem pengunyahan sebetulnya terdiri dari tiga mata rantai yang terkait satu sama
lain dan saling mempengaruhi. Mata rantai pertama adalah maksila dan mandibula, yang
merupakan
tempat
terletaknya
semua
gigi.3
Selanjutnya,
sepasang
sendi
temporomandibula merupakan mata rantai kedua. Unsurketiga dari mata rantai ini adalah
jaringan muskulatur dengan system saraf dan vaskularnya. 3 Dari aspek akivitasnya, mata
2
rantai pertama dan kedua dinamakan pula mata rantai pasif. Sebaliknya muskulatur
menjadi mata rantai aktif.3
Joint
(TMJ)
merupakan
sendi
sinovial
yang
menghubungkan mandibula dengan tulang temporal pada posisi yang tepat. Pada
posisi normal kondilus mandibula berada tepat pada fossa glenoidea tulang
temporal.1,2 Tulang kartilago (articilar disc) merupakan bantalan yang berada
diantara kondilus dan fossa glenoidea yang memungkinkan mandibula bergerak
tanpa menimbulkan rasa sakit. TMJ didukung oleh beberapa struktur, antara lain
struktur tulang, ligamen, muskulus, dan saraf.
TMJ menghubungkan tulang mandibula dan tulang temporal.2,4
1. Penampang artikular tulang temporal
Terdiri dari sebuah bagian cekung pada posterior (glenoid/ fossa mandibula) dan
2.
3.
4.
5.
6.
b) Otot-otot Pengunyahan
A.
Otot masseter 1
o Otot ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus dan proses
koronoideus mandibula.
o Origo: batas inferior dan permukaan medial arkus zygomatic.
o Insersi: permukaan lateral ramus mandibula dan proses koronoideus nya.
o Saraf : nervus trigerminus divisi mandibulae (N. V3)
B.
Otot temporal 1
o Otot ini berbentuk kipas yang luas yang mencakup wilayah temporal.
o Merupakan otot pengunyahan yang kuat yang dengan mudah dapat dilihat dan
dirasakan selama penutupan rahang bawah.
o Origo : lantai fosa temporal dan permukaan dalam fasia temporal.
o Insersi: tip dan permukaan medial dari proses koronoideus dan batas anterior
C.
ramus mandibula.
o Saraf : nervi teempirales profundi (N. V3) saraf mandibula
o Fungsi : elevasi dan retrusi mandibula
o Otot temporalis berfungsi mengangkat mandibula, menutup rahang.
o
Otot pterigoid medial 1
o Merupakan otot yang tebal, segiempat yang juga memiliki dua kepala atau
asal. Otot ini terletak jauh dari ramus mandibula.
o Origo: pada kepala permukaan dalam plat pterygoideus lateral dan proses
piramida tulang palatine, kepala tuberositas rahang.
o Insersi: permukaan medial ramus mandibula, lebih rendah dari foramen
mandibula.
o Saraf : nervus trigerminus divisi mandibularis.
o Persarafan: N. mandibula melalui saraf pterygoideus medial.
o Fungsi : untuk membantu mengangkat mandibula, elevasi mandibula dan
menutup mulut.
o Bertindak secara bergantian, mereka menghasilkan gerak penggerindaan.
Otot digastrikus1
Otot digastrikus memiliki dua belly yang dihubungkan oleh tendon yang melekat
pada tulang hioideus yaitu:
Posterior belly, berasal dari insura mastoideus pada prosesus mastoideus
Tendon diantara kedua belly. Karena hal tersebut, otot ini memiliki banyak kegunaan
tergantung pada tulang yang difiksasi, yaitu
hioideus
Ketika tulang hioideus di fiksasi, otot digastrikus membuka mulut dengan
menurunkan mandibula.
A. Mekanisme Mastikasi
Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah,
dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot
rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan
mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang
adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area
perioral, faring, dan laring. 2,3
Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan
secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif
merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak.
Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya
berupa mekanisme pergerakan menggerinda yang simple . Gerakan ini merupakan
pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan
dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses digesti.
7
Rangsangan Pengunyahan
Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai berikut:
-
Proses Pergerakan3,4
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Pola
pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan
pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi
karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran
makanan.
Ada tiga gerakan dapat terjadi pada saat mastikasi sedang berlangsung yaitu :
1. Gerakan menutup ke atas ( closing stroke) yang menyebabkan gigi geligi berkontak
dengan makanan
2. Gerakan menekan (power stroke) pada tahap ini gigi tetap berkontak dengan makanan
tetapi dalam keadaan yang lambat.
3. Gerakan membuka (opening stroke), pada saat rahang bawah bergerak lambat, slow
fase dan sediki demi sedikit membuka. Selama fase lambt ini tulang hyoid bergerak
naik dan maju. Dan ketika lang hyoid maju lebih ke depan rahang maka rahang
terbuka lebih cepat atau disebut fast open phase. Tiap fase ini memerlukan waktu
0,8 0,9 detik untuk menyeleaikan beban mastikasi.
Adapun urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan
ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode
reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.
Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan
dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slowopening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan dua
fase selama rahang menutup.
Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol
pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan,
diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal
permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh
lidah.
Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan
memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase
fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke
bagian posterior pada rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior
rongga mulut, akan berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah.
Lidah amat penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan,
sementara mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal
untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar
mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.
b.
Aktivitas Otot3,4,6
Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas
pola asynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu puncak,
tingkat dimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan
oleh factor-faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor
individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka, ketika otot pembuka
rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup.
Aktivitas dari otot penutup rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya
makanan di antara gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan,
lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.
c.
formasio retikularis batang otak. Pusat pengunyahan dapat dipengaruhi oleh aferen dari
perifer bagian lain, termasuk wajah dan mulut, dan dipengaruhi juga oleh bagian otak lain,
misalnya emosi, stress, dan kehendak. Pengunyahan dapat terjadi tanpa rangsang dari perifer,
sekali dimulai dapat terus berlangsung tanpa dipengaruhi kemauan. Tetapi kemauan berperan
dalam memulai atau menghentikan pengunyahan, yang pengaturannya terletak dalam korteks
serebri.
Mekainsme penghantaran impuls berserta jalur persarafan yang secara umum terjadi
dimana stimulus yang diterima oleh tubuh akan dihantarkan ke SSP, namun stimulus yang
10
berasal dari wajah dan struktur di dalam rongga mulut tidak dihantarkan ke korda spinalis
melalui jalur-jalur spinal. Sebagai gantinya, implus akan dibawa oleh saraf aferen dari sistem
trigeminal. Badan sel saraf aferen trigeminal terletak di ganglion gasserian.
Impuls yang
dibawa oleh saraf aferen akan dihantarkan ke dalam batang otak (kompleks nukleus sensorik
trigeminal) untuk bersinapsis dengan antarneuron pada daerah trigeminal spinal tract
nucleus. Daerah ini memiliki kesamaan dengan tanduk dorsal dari korda spinalis. 6,7
Kompleks nekleus sensorik trigeminal terdiri dari main sensory nucleus (neukleus
sensori utama), yang menerima masukan dari neuron aferen yang mempersarafi jaringan
pulpa serta periodontal dan trigeminal spinal tract nucleus. Spinal tract nucleus dibagi
menjadi 3 bagian yaitu subnukleus oralis, subnukleus interpolaris dan subnukleus kaudalis.
Subnukleus kaudalis merupakan daerah di batang otak yang menerima dan mengintegrasikan
masukan nosiseptif (nyeri) yang dibawa oleh saraf aferen trigeminal. 6,7
Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan
aktivitas beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain yang
memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi reticular juga
terlibat.
Kontrol Mastikasi
Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang
yang sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola dasar oscillatory pergerakan
mastikasi berawal dari generator neural yang terdapat di brain stem. Input sensori afferent
yang terjadi pada nuclei ini juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam
pembentukan proses mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak
akan mempengaruhi system koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian banyak
penelitian dilakukan, tiga hal inilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar
terhadap pengontrolan proses mastikasi.
11
Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas oral,
fakta menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari dalam brain
stem. Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu gerakan mastikasi
adalah adanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk jaringan neural oscillatory yang
mampu merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai
generator pola mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung
jawab dalam proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator,
mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi dari
strukur orofacial.
Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak
lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurangkurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila
dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses
penelanan).
Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jawclosing dan refleks jaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk
ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan menhasilkan input
sensori yang akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik)
electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan
temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan
menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan
gerak knee-jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input
refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll
dapat menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan
percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi
tidak menghentikan refleks.
Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan
mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-opening dan
inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurangkurangnya satu interneuron bekerja.
Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jawclosing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya
12
ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu
dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi
yang sesuai dengan input yang terjadi.
Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan
aktivitas itrasel dari motoneuron yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan digastrics
(jaw-opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi
(inhibisi) saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi
tidak hiperpolarisasi saat closing.
Mekanisme dalam pengunyahan secara normal dan yang mengalami kelainan sendi
temporomandibula pada pasien yang mengunyah satu sisi berbeda. Terlihat perbedaan
aktivitas otot-otot pengunyahan pada yang normal dan yang abnormal. Pada dasarnya dapat
dilihat dari 3 fase,yaitu fase membuka saat gigi meninggalkan kontak dengan lawannya dan
mandibula turun, kedua fase menutup, saat mandibula bergerak kembali ke atas sampai
terjadinya kontak pertama antara gigi geligi bawah dan gigi geligi atas, dan fase ketiga
fase oklusi ,yaitu saat mandibula kembali ke posisi interkupasi maksimal dengan dipandu
oleh bergesernya kontak gigi- geligi bawah dan gigi geligi atas.
Pada keadaan normal pergerakan sendi yaitu gerakan rotasi terjadi pada kondilus
dengan permukaan bawah discus disebut struktur kondilus disckomplek (sendi bawah).
Gerakan menggelincir terjadi pada sendi bagian atas antara kondilus disckomplek dengan
fosa glenoidalis.
Pada kasus mengunyah dengan satu sisi pada fase membuka mulut terjadi rotasi
dimana discus bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior m.pterygoideuslateral
inferior dan m.pterygoideuslateral superior berkontraksi. Dan terjadi translasi dimana discus
beserta kondilus bergerak ke anterior mengikuti guiding line sampai eminentia artikular.
Semua ototnya dalam keadaan kontraksi. Pada fase menutup mulut discus artikularis bergerak
ke anterior dan kondilus ke posterior untuk mempertahankan kedudukan kondilus agar tetap
berada pada zona intermediet, maka m.pterygoideus lateral superior kontraksi dan
m.pterygoideus lateral inferior relaksasi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
6.
Luciano Jos PereiraI; Maria Beatriz Duarte GavioII; Lina EngelenIII; Andries Van
der BiltIII. Mastication and swallowing: influence of fluid addition to foods. J. Appl.
Oral Sci. vol.15 no.1 Bauru Jan./Feb. 2007
7. Simone Guimares Farias GomesI; William CustodioI; Juliana Silva Moura JuferI;
Altair Antoninha Del Bel CuryI; Renata Cunha Matheus Rodrigues
GarciaI.Correlation of Mastication and Masticatory Movements and Effect of
Chewing Side Preference. Braz. Dent. J. vol.21 no.4 Ribeiro Preto 2010
15