PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seorang pasien datang kedokter gigi untuk menambal giginya yang
berlubang. Sebelum melakukan penambalan, dokter gigi melakukan tes
vitalitas pada gigi yang berlubang tersebut menggunakan Chlorethyl. Pada saat
dilakukan tes, pasien tersebut merasakan ngilu pada giginya. Ngilu tersebut
segera hilang setelah tes selesai.
1.2 Klarifikasi Istilah Asing
1. Chlorethyl: bahan kimia penghilang rasa sakit.
2. Tes Vitalitas: pemeriksaan untuk mengetahui gigi apakah bisa diperbaiki
atau dipertahankan.
3. Ngilu: nyeri pada gigi atau tulang.
1.3 Identifikasi Masalah
1. Mengapa pasien merasa ngilu saat dilakukan tes vitalitas?
2. Bagaimana cara melakukan tes vitalitas?
3. Mengapa dilakukan tes vitalitas sebleum penambalan?
4. Apa peran dari cloerethyl dan kandungannya?
5. Mengapa pasien tidak merasakan ngilu setelah tes?
6. Penyebab lain dari ngilu selain tes vitalitas?
7. Bagaimana mekanisme nyeri?
8. Apakah ada tes lain selain menggunakan clorethyl?
1.4 Analisis Masalah
1. Clorethyl semacam stimulus ketika mengenai gigi pasien, pasien merasa
ngilu bisa juga disebabkan karena sensasi terlalu dingin.
2. Bahan clorethyl disemprotkan ke gigi denga mengandalkan suhu.
3. Untuk mengetahui seberapa dalam lubang pada gigi agar bisa dilakukan
penanganan lebih lanjut, mengetahui respon ngilu pada gigi yang rusak.
4. Obat bius yaitu senyawa kimia penghasil desinfektan.
5. Karena sudah tidak ada lagi stimulus yang merangsang dan tidak ada
penanganan lagi.
6.Tingkat karies tinggi, penipisan email gigi, kurangnya kebersihan mulut,
penurunan ginggiva, rangasangan terlalu panas/dingin.
7. Email terkikis kemudian benda asing mengenai saraf setelah itu mengenai
rangsangan dan terjadilah ngilu
8. Dengan menggunakan salju karbondioksida dibawah suhu 5 derajat celsius.
1.5 Problem Tree
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perawatan
Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah
kesalahan atau kelainan dalam uji klinis operator harus melakukan
pemeriksaan, pemeriksaan terbagi dua yaitu pemeriksaan subektif dan
pemeriksaan objektif, Perawatan yang tepat dimulai dari diagnosis yang tepat.
a. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Subjektif adalah pemeriksaan berdasarkan atas
keluhan penderita. Untuk memperoleh suatu riwayat dalam bentuk
wawancara, maka hendaklah pemeriksa dan penderita mempunyai
kesamaan bahasa. Bahasa yang digunakan adalah yang mudah dan
sederhana sehingga dapat dimengerti oleh penderita. Pemeriksa harus
dapat mengembangkan suatu situasi guna perekaman wawancara dengan
baik.
Cara pengambilan riwayat (Anamnesis)
-
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Family history
Personal dan social history
b. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif adalah pemeriksaan yang dilakukan operator
pada obyek dengan keadaan-keadaan sebagaimana adanya, tidak ada
pengaruh
perasaan.
Tujuan
pemeriksaan
obyektif
adalah
untuk
Tes Termal
2.
Tes Cavitas
3.
Tes Elektris
4.
Gigi yang sehat diperiksa terlebih dahulu, kemudian gigi yang sakit.
Ujung vitalisester diolesi dengan pasta gigi. Mengetes pada daerah
1/3 dari insial (oklusobukal dan insisolabial) dan pada daerah email
gigi yang masih baik. Tidak boleh melakukan tes langsung pada
tumpatan amalgam atau dentin yang terbuka sebab akan memberikan
sempurna
Obat-obat sedatif yang digunakan pasien
Pasien dengan ambang rasa sakit yang luar biasa
akar, tetapi sisa jaringan pulpa lainnya telah nekrotik. Pasien yang merasa
takut / pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah dapat memberi
respons rasa sakit walaupun stimulus belum diletakkan pada gigi.
f. Negatif palsu
Gigi yang dites memberi respons terhadap stimulus tetapi berbagai
reaksi lainnya menunjukkan bahwa pulpa masih vital. Keadaan tersebut
dapat terjadi bila: pulpa terlindung dengan baik dari stimulus termal
maupun elektrik misalnya tambalan plastis, dentin sekunder.
g. Tidak jelas,Tidak dapat disimpulkan
Semua gigi memberi respons yang berlebihan atau sebaliknya tidak
ada gigi yangmemberikan respons. Dilakukan bila berbagai tes yang
berbeda memberi hasil yang saling berlawanan / setelah tes yang sama di
ulangi tetap memberi hasil yang berlawanan. Bila respons dari 2 tes
(misalnya panas dan dingin) tidak dapat disimpulkan, lakukan tes ke-3
(misal elektris). Bila masih meragukan, lakukan diagnosis dengan cara
membuat akses kavitads, tanpa anastesi lokal.
Diagnosis melalui akses kavitas tanpa anastesi lokal
a) Memotong kavitas kecil pada gigi yang diperiksa
b) Bila pulpa masih vital, biasanya akan diperoleh respons begitu dentin
tercapai
c) Bentuk tes ini merusak jaringan gigi hanya dipakai bila tidak ada cara
lain lagi yang dapat digunakan
2.5 Tanda-Tanda Vital dan Non Vital
Jika pulpanya vital nyeri tajam akan timbul sedangkan Jika nyeri/rasa
tidak enak, tidak terjadi pulpa sudah nekrosis atau non vital.
jika
2.8 Ngilu
Ngilu gigi atau hipersensitif dentin merupakan suatu kondisi dari gigi
8
yang sakit , berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, di akibatkan dentin
yang tersingkap dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. stimulus ini
berupa termal (suhu) , tactice (sentuhan), khemis maupun perubahan osmosis.
Hipersensitivitas dentin (ngilu) merupakan nyeri yang timbul akibat
pegerokan atau pemotongan dentin atau akibat aplikasi dingin atau larutan
hipertonik memberi kesan adanya alur saraf dari susunan saraf pusat ke PED.
2.9 Mekanisme Ngilu
impuls saraf.
Rangsang pada nosiseptor akan menimbulkan impuls nyeri, impuls
nyeri dari gigi akan dihantarkan melalui serabut saraf cabang saraf
10
2.12 Penanganan
Penanganan pada gigi yang nonvital:
a. Apeksifiksasi: suatu perawatan endodontik yang bertujuan untuk
merangsang perkembangan lebih lanjut atau menentukan proses
pembentukan apek gigi yang belum tumbuh sempurna tetapi mengalami
kematian pulpa dengan membentuk suatu jaringan keras pada apeks gigi
tersebut.
Perawatan berdasarkan hasil Tes Vitalitas
a.
b.
c.
Nekrosis, pada kasus ini yang dapat dilakukan adalah perawatan saluran
akar atau pencabutan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis terbagi menjadi dua yaitu
pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif. Pemeriksaan objektif ada
dua yaitu pemeriksaan intra oral dan pemeriksaan ekstra oral. Salah satu dari
pemeriksaan objektif intraoral adalah tes vitalitas. Tes vitalitas merupakan tes
yang digunakan untuk menentukan vitalitas atau nonvitalitas pulpa gigi dan
menunjukkan ada tidaknya peradangan pulpa (pulpitis). Jenis-jenis tes
vitalitas yaitu tes termal (tes termal panas dan tes termal dingin), tes cavitas,
tes elektris dan tes jarum miller. Hasil tes vitalitas bisa positif (normal),
berlebihan sebentar, berlebihan lama, negatif, positif palsu, negatif palsu, dan
tidak jelas. Ngilu gigi atau hipersensitif dentin merupakan suatu kondisi dari
gigi yang sakit , berupa rasa sakit yang singkat dan tajam , di akibatkan dentin
yang tersingkap dalam menerima stimulus yang berasal dari luar . Ngilu bisa
terjadi karena hipersensitivitas gigi. Reaksi hipesensitivitas pada gigi sering
dikaitkan dengan teori hidrodinamik, yaitu proses perpindahan cairan dentin
ke tubulus.
3.2 Saran
Pada tutorial kali ini diharapkan mahasiswa memahami dan menguasi
materi tentang tes vitalitas, kapan tes vitalitas tersebut digunakan, macammacam tes vitalitas, metode pada tes vitalitas, memahami tentang hasil tes
vitalitas serta penatalaksanaannya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan. Maka penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Sharon Patel dkk. Pitt Ford. Problem Based Learning dalam Endodontologi.
EGC. 2010
3.
4.
5.
6.
7.
Ardyan G. R. Buku Serba Serbi; Kesehatan Gigi dan Mulut 2010 dan Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran No. 109, Prijatno
8.
9.
13