Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPIK : Uji Kekuatan Kompresi


Grup : 13

Tanggal Praktikum:
25November 2015

N
O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

NAMA

No. Mahasiwa

ReanitaMuliaOktariani
Angelica Dian Mita
AdisaRatnaDewi N
BrigitaLitaniAngestiWara
TianiDianingtyas
RahelDamerinaSembiring
RahayuWidiastuti

14/362493/KG/09837
14/362496/KG/09839
14/362501/KG/09841
14/362504/KG/09843
14/362507/KG/09845
14/362511/KG/09847
14/362546/KG/09849

PEMBIMBING:Dr. drg. Harsini, MS.


1. HASIL PRAKTIKUM
Pada percobaan ini w/p ratio gips plaster yang digunakan 25 mL/50 g sedangkan
gips investment 17,24 mL/50 g. Setelah dilakukan uji kompresi dan dicatat bebannya,
kemudian dilakukan perhitungan kekuatan kompresi. Kekuatan kompresi dari masing-masing
sampel dapat dihitung dengan rumus berikut.
Kekuatan kompresi=
Gips Plaster

Beban
(Kg)

Sampel
Kering
Sampel Basah

14,16
14,95
12,2
11,44

Gips
Investment

Beban
(Kg)

Sampel
Kering

12,24
12,97
11,49
10,98

Sampel Basah

Beban sampel total ( kg )


Area sampel ( cm 2 )
Area
Sampel
(cm2)
0,785
0,785
0.785
0.785
Area
Sampel
(cm2)
0,785
0,785
0,785
0,785

Kekuatan
Kompresi
(Kg/cm2)
18
19
15,5
14
Kekuatan
Kompresi
(Kg/cm2)
15,6
16,5
14,6
13,9

Kekuatan
Kompresi
(MPa)
1,76
1,86
1,52
1,37
Keuatan
Kompresi
(MPa)
1,53
1,62
1,44
1,37

RataRata
(MPa)
1,81
1,45
RataRata
(MPa)
1,57
1,40
1

2. PEMBAHASAN
Kekuatan kompresi merupakan tegangan maksimal yang dapat diterima material
tanpa mengalami fraktur. Kekuatan kompresi berbanding terbalik dengan rasio w/p dari
campuran. Semakin banyak air yang digunkan pada campuran, maka kekuatan kompresi
semakin rendah. Kekuatan basah adalah kekuatan material gypsum dengan kelebihan air pada
specimen. Kekuatan kering adalah kekuatan material gypsum setelah seluruh kelebihan air
telah dihilangkan. Kekuatan kering biasanya dua kalinya(Craigs dan Powers, 2002).
Gips plaster mengandung paling banyak kelebihan air sedangkan high-strength
dental stone mengandung paling sedikit kelebihan air. Gips plaster lebih porus dari pada gips
stone, yang menyebabkan kepadatan gips plaster lebih rendah, sehingga kekuatan
kompresinya juga rendah (Craig dan Power, 2002).Pada praktikum, digunakan gips plaster
tipe II yaitu gips plaster model. Gips plaster model cenderung memiliki kuantitas kelebihan
air yang lebih besar, kelebihan air ini terdistribusi secara merata dalam campuran dan
meningkatkan volume campuran namun tidak meningkatkan kekuatan material. Selain itu
gips plaster model juga lebih porus, menyebabkan densitasnya lebih rendah (Craigs dan
Powers, 2002). Menurut Craigs dan Powers (2002), gips plaster model selama satu jam
mempunyai nilai kekuatan kompresi sebesar 12,5 Mpa dengan rasio w/p sebesar 0,45 (ml/g)
dan 11,0 Mpa dengan rasio w/p sebesar 0,50 (ml/g). Rasio w/p yang digunakan pada
praktikum adalah sebesar 0,50 (g/ml), jika kekuatan kompresi tersebut dibandingkan dengan
hasil pratikum, baik sampel basah maupun kering keduanya sangat jauh berbeda. Menurut
Anusavice (2003),

hal yang dapat mempengaruhi kekuatan kompresi adalah rasio w/p,

mixing time, dan penambahan akselerator.


Secara alamiah gips plaster bersifat porus, semakin tinggi rasio w/p yang digunakan
maka akan semakin besar pula kemungkinan timbul banyak porus. Semakin tinggi rasio w/p
ini juga akan membuat dry strength material menurun, karena ketika rasio w/p meningkat,
porusitas meningkat dan menyebabkan semakin sedikitnya ketersediaan kristal per unit
volume untuk berat tertentu hemihidrat (Anusavice 2003). Pada sampel basah yang dibuat,
walaupun serbuk gips plaster yang digunakan telah sesuai dan air yang digunakan juga telah
diukur dengan benar, rasio w/p dari gips ini dapat saja berubah saat praktikan melakukan
2

manipulasi. Kemungkinan praktikan kurang perlahan dan kurang berhati-hati dalam


menuangkan serbuk gips ke dalam rubber bowl sehingga bubuk dapat tercecer keluar dan bisa
juga sedikit bagian masih tertinggal didalam plastik, hal ini menyebabkan rasio antara serbuk
dan air menjadi tidak sesuai lagi. Dimana rasio air akan menjadi sedikit lebih banyak
dibanding serbuknya. Kesalahan tersebut memperlihatkan adanya perubahan rasio yang dapat
mempengaruhi kekuatan kompresi menjadi lebih rendah.
Mixing time juga akan mempengaruhi kekuatan kompresi, dimana jika waktu mixing
time meningkat pada batasan yang equivalen dengan hand mixing selama satu menit maka
kekuatan dari gips akan meningkat. Namun jika campuran menjadi overmixing kristal gips
yang terbentuk akan rusak dan crystalline interlocking akan semakin sedikit (Anusavice,
2003). Kemungkinan rendahnya kekuatan kompresi dari hasil yang didapatkan bisa saja
akibat dari campuran gips yang telah overmixing. Selain itu penambahan akselerator pada
material gips juga akan menurunkan dry strength, namun karena pada praktikum penambahan
akselerator tersebut tidak dilakukan, maka faktor tersebut tidak termasuk sebagai penyebab
dari rendahnya hasil kekuatan kompresi yang didapatkan pada saat praktikum.
Kemudian diketahui juga bahwa kekuatan dari material gips meningkat setelah
terjadinya initial setting time. Kelebihan air yang berada didalam campuran gips yang telah
mengeras mempengaruhi kekuatannya. Sehingga terdapat dua kekuatan gips yaitu kekuatan
basah dan kekuatan kering. Kekuatan basah adalah kekuatan yang diperoleh bila kelebihan air
yang diperlukan untuk hidrasi hemihidrat masih berada dalam sampel uji. Ketika kelebihan air
telah keluar karena campuran sudah mengering maka disebut kekuatan kering. Kekuatan
kering besarnya bisa mencapai dua kali atau lebih dari kekuatan basah (Anusavice, 2003).
Berdasarkan teori tersebut hasil yang kami dapatkan tidak sesuai. Hasil yang kami dapatkan
kekuatan kompresi sampel kering hanya lebih tinggi dibandingkan sampel basah, namun tidak
sampai dua kali atau lebih dari sampel basah. Hal ini bisa saja dikarenakan sampel kering
yang telah disediakan ketika pembuatannya tidak terkontrol yang bisa terjadi kesalahan pada
rasio serbuk dan cairannya ataupun pada saat pencampurannya.Selain itu pada specimen gips
plaster kering, tidak terkontrol waktu sejak pengadukkan hingga dilakukan uji kompresi.Dan
pada specimen gips plaster basah waktu sejak pengadukan hingga dilakukan uji kompresi
adalah 30 menit.
3

Gips investment adalah gips yang digunakan dalam proses casting logam untuk
pembuatan restorasi gigi seperti inlay atau onlay. Karena proses casting dilakukan pada
temperatur yang sangat tinggi, gips investment harus memiliki kekuatan kompresi yang tinggi
pada suhu casting agar dapat menahan tekanan ketika lelehan logam memasuki mould
(McCabe dan Walls, 2008). Gips investment bersifat porus agar udara dan gas yang terdapat
pada mould ketika proses casting dapat keluar. Jika tidak terdapat porus, bisa terjadi tekanan
balik yang menyebabkan mould tidak terisi penuh (McCabe dan Walls, 2008).
Menurut Anusavice (2003) kekuatan dari gips investment dipengaruhi oleh rasio
water/powder dimana semakin banyak air yang terkandung dalam investment maka kekuatan
kompresinya akan semakin menurun. Berdasarkan teori tersebut, sampel basah memiliki nilai
kekuatan kompresi yang lebih rendah disebabkan oleh kandungan air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sampel kering. Pada sampel basah, masih terdapat sisa air yang tidak
bereaksi dengan powder. Sedangkan pada sampel kering yang telah lama mengalami setting,
sisa air yang tidak bereaksi sudah mengalami penguapan sehingga kandungan air pada sampel
ini jauh lebih sedikit dibanding sampel basah. Maka hasil praktikum kami dapat dinyatakan
sesuai dengan teori Anusavice (2003) dimana semakin banyak air yang terkandung dalam
investment maka kekuatan kompresinya akan semakin menurun.
Pada praktikum ini dilakukan uji kompresi dengan 2 sampel, yaitu sampel basah dan
kering. Sampel basah adalah spesimen gips yang nampak telah setting sempurna namun masih
memiliki sebagian atau seluruh ekses air yang digunakan untuk proses setting spesimen.
Biasanya, kekuatan kompresi sampel kering hingga 2 kali lipat dibanding kekuatan kompresi
sampel basah. (Sakaguchi dan Powers, 2012)
Pada hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil kekuatan kompresi
sampel kering adalah 1,53 dan 1,62 MPa, sedangkan kekuatan kompresi sampel basah adalah
1,43 dan 1,47 MPa. Hasil kekuatan kompresi sampel kering tidak sesuai dengan spesifikasi
ANSI/ADA No.2 yaitu kekuatan kompresi untuk inlay investment tidak boleh kurang dari 2,4
Mpa (350 Psi) yang mana sampel diuji 2 jam setelah mengalami setting. Hasil praktikum
kami lebih rendah kekuatan kompresinya, hal ini disebabkan karena sampel basah diuji
kekuatan kompresinya sekitar 30 menit dari waktu setting, sedangkan pada spesifikasi
ANSI/ADA pengukuran kekuatan kompresi dilakukan 2 jam setelah gips setting. Pengujian
kompresi yang terlalu cepat akan menimbulkan pengukuran kekuatan yang lebih rendah

karena pada gips masih banyak tersisa ekses air yang digunakan untuk proses setting
spesimen sehingga kekuatan mekanis spesimen lebih rendah.
Ketidaksesuaian ini kemungkinan karena adanya faktor lain pada material
investment yang dalam teori Anusavice (2003) dikatakan adalah jumlah dan tipe gypsum
binder yang ada pada material investment.

3. KESIMPULAN
1. Kekuatan kompresi gips plaster lebih besar dibandingkan dengan gips investment karena
gips investment lebih bersifat lebih porus untuk meminimalkan tekanan balik saat casting.
2. Kekuatan kompresi pada sampel kering lebih besar dibandingkan sampel basah karena
dalam sampel basah terdapatkelebihan air untuk hidrasi hemihidrat yang tertinggal dalam
sampel gips.
3. Kekuatan kompresi sampel basah dan kering tidak sesuai dengan teori dapat disebabkan
oleh w/p ratio yang tidak tepat, mixing time yang terlalu lama, serta waktu kompresi sampel
yang berbeda.
4. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K. J., 2003, Philips Sciece of Dental Material11th edition, Elsevier Ltd.,
St.Louis, hal 271-272, 308.
Craig, Robert G., dan Power J.M., 2002, Restorative Dental Materials, 11th Edition, Mosby,
St. Louis, hal 400-401.
McCabe JF, Walls AWG, 2008, Applied Dental Materials9th edition, Blackwell Publishing
Ltd, Oxford, 302, 306.
Sakaguchi RL, Powers JM, 2012, Craigs Restorative Dental Materials13th edition, Elsevier
Mosby, Philadelphia, 46, 50.

Anda mungkin juga menyukai