Tanggal Praktikum:
25November 2015
N
O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
NAMA
No. Mahasiwa
ReanitaMuliaOktariani
Angelica Dian Mita
AdisaRatnaDewi N
BrigitaLitaniAngestiWara
TianiDianingtyas
RahelDamerinaSembiring
RahayuWidiastuti
14/362493/KG/09837
14/362496/KG/09839
14/362501/KG/09841
14/362504/KG/09843
14/362507/KG/09845
14/362511/KG/09847
14/362546/KG/09849
Beban
(Kg)
Sampel
Kering
Sampel Basah
14,16
14,95
12,2
11,44
Gips
Investment
Beban
(Kg)
Sampel
Kering
12,24
12,97
11,49
10,98
Sampel Basah
Kekuatan
Kompresi
(Kg/cm2)
18
19
15,5
14
Kekuatan
Kompresi
(Kg/cm2)
15,6
16,5
14,6
13,9
Kekuatan
Kompresi
(MPa)
1,76
1,86
1,52
1,37
Keuatan
Kompresi
(MPa)
1,53
1,62
1,44
1,37
RataRata
(MPa)
1,81
1,45
RataRata
(MPa)
1,57
1,40
1
2. PEMBAHASAN
Kekuatan kompresi merupakan tegangan maksimal yang dapat diterima material
tanpa mengalami fraktur. Kekuatan kompresi berbanding terbalik dengan rasio w/p dari
campuran. Semakin banyak air yang digunkan pada campuran, maka kekuatan kompresi
semakin rendah. Kekuatan basah adalah kekuatan material gypsum dengan kelebihan air pada
specimen. Kekuatan kering adalah kekuatan material gypsum setelah seluruh kelebihan air
telah dihilangkan. Kekuatan kering biasanya dua kalinya(Craigs dan Powers, 2002).
Gips plaster mengandung paling banyak kelebihan air sedangkan high-strength
dental stone mengandung paling sedikit kelebihan air. Gips plaster lebih porus dari pada gips
stone, yang menyebabkan kepadatan gips plaster lebih rendah, sehingga kekuatan
kompresinya juga rendah (Craig dan Power, 2002).Pada praktikum, digunakan gips plaster
tipe II yaitu gips plaster model. Gips plaster model cenderung memiliki kuantitas kelebihan
air yang lebih besar, kelebihan air ini terdistribusi secara merata dalam campuran dan
meningkatkan volume campuran namun tidak meningkatkan kekuatan material. Selain itu
gips plaster model juga lebih porus, menyebabkan densitasnya lebih rendah (Craigs dan
Powers, 2002). Menurut Craigs dan Powers (2002), gips plaster model selama satu jam
mempunyai nilai kekuatan kompresi sebesar 12,5 Mpa dengan rasio w/p sebesar 0,45 (ml/g)
dan 11,0 Mpa dengan rasio w/p sebesar 0,50 (ml/g). Rasio w/p yang digunakan pada
praktikum adalah sebesar 0,50 (g/ml), jika kekuatan kompresi tersebut dibandingkan dengan
hasil pratikum, baik sampel basah maupun kering keduanya sangat jauh berbeda. Menurut
Anusavice (2003),
Gips investment adalah gips yang digunakan dalam proses casting logam untuk
pembuatan restorasi gigi seperti inlay atau onlay. Karena proses casting dilakukan pada
temperatur yang sangat tinggi, gips investment harus memiliki kekuatan kompresi yang tinggi
pada suhu casting agar dapat menahan tekanan ketika lelehan logam memasuki mould
(McCabe dan Walls, 2008). Gips investment bersifat porus agar udara dan gas yang terdapat
pada mould ketika proses casting dapat keluar. Jika tidak terdapat porus, bisa terjadi tekanan
balik yang menyebabkan mould tidak terisi penuh (McCabe dan Walls, 2008).
Menurut Anusavice (2003) kekuatan dari gips investment dipengaruhi oleh rasio
water/powder dimana semakin banyak air yang terkandung dalam investment maka kekuatan
kompresinya akan semakin menurun. Berdasarkan teori tersebut, sampel basah memiliki nilai
kekuatan kompresi yang lebih rendah disebabkan oleh kandungan air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sampel kering. Pada sampel basah, masih terdapat sisa air yang tidak
bereaksi dengan powder. Sedangkan pada sampel kering yang telah lama mengalami setting,
sisa air yang tidak bereaksi sudah mengalami penguapan sehingga kandungan air pada sampel
ini jauh lebih sedikit dibanding sampel basah. Maka hasil praktikum kami dapat dinyatakan
sesuai dengan teori Anusavice (2003) dimana semakin banyak air yang terkandung dalam
investment maka kekuatan kompresinya akan semakin menurun.
Pada praktikum ini dilakukan uji kompresi dengan 2 sampel, yaitu sampel basah dan
kering. Sampel basah adalah spesimen gips yang nampak telah setting sempurna namun masih
memiliki sebagian atau seluruh ekses air yang digunakan untuk proses setting spesimen.
Biasanya, kekuatan kompresi sampel kering hingga 2 kali lipat dibanding kekuatan kompresi
sampel basah. (Sakaguchi dan Powers, 2012)
Pada hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil kekuatan kompresi
sampel kering adalah 1,53 dan 1,62 MPa, sedangkan kekuatan kompresi sampel basah adalah
1,43 dan 1,47 MPa. Hasil kekuatan kompresi sampel kering tidak sesuai dengan spesifikasi
ANSI/ADA No.2 yaitu kekuatan kompresi untuk inlay investment tidak boleh kurang dari 2,4
Mpa (350 Psi) yang mana sampel diuji 2 jam setelah mengalami setting. Hasil praktikum
kami lebih rendah kekuatan kompresinya, hal ini disebabkan karena sampel basah diuji
kekuatan kompresinya sekitar 30 menit dari waktu setting, sedangkan pada spesifikasi
ANSI/ADA pengukuran kekuatan kompresi dilakukan 2 jam setelah gips setting. Pengujian
kompresi yang terlalu cepat akan menimbulkan pengukuran kekuatan yang lebih rendah
karena pada gips masih banyak tersisa ekses air yang digunakan untuk proses setting
spesimen sehingga kekuatan mekanis spesimen lebih rendah.
Ketidaksesuaian ini kemungkinan karena adanya faktor lain pada material
investment yang dalam teori Anusavice (2003) dikatakan adalah jumlah dan tipe gypsum
binder yang ada pada material investment.
3. KESIMPULAN
1. Kekuatan kompresi gips plaster lebih besar dibandingkan dengan gips investment karena
gips investment lebih bersifat lebih porus untuk meminimalkan tekanan balik saat casting.
2. Kekuatan kompresi pada sampel kering lebih besar dibandingkan sampel basah karena
dalam sampel basah terdapatkelebihan air untuk hidrasi hemihidrat yang tertinggal dalam
sampel gips.
3. Kekuatan kompresi sampel basah dan kering tidak sesuai dengan teori dapat disebabkan
oleh w/p ratio yang tidak tepat, mixing time yang terlalu lama, serta waktu kompresi sampel
yang berbeda.
4. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K. J., 2003, Philips Sciece of Dental Material11th edition, Elsevier Ltd.,
St.Louis, hal 271-272, 308.
Craig, Robert G., dan Power J.M., 2002, Restorative Dental Materials, 11th Edition, Mosby,
St. Louis, hal 400-401.
McCabe JF, Walls AWG, 2008, Applied Dental Materials9th edition, Blackwell Publishing
Ltd, Oxford, 302, 306.
Sakaguchi RL, Powers JM, 2012, Craigs Restorative Dental Materials13th edition, Elsevier
Mosby, Philadelphia, 46, 50.