Sagita, Thalia Venessa M, Thesya Dhyah A, Tiffany Veronica, Tiffany, Triany Setia
Pratiwi, Ulfa Dwima Miraldza
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah besar di Indonesia
yang menempati peringkat keenam di antara sepuluh masalah penyakit utama di
Indonesia. Menurut laporan nasional tentang penelitian kesehatan dasar
RISKESDAS 2018, Prevalensi lesi karies di Indonesia menunjukkan angka 88,8%.
Tingginya prevalensi karies disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor
utama dan faktor pendukung. Faktor utama terdiri dari host, mikroorganisme,
substrat, dan waktu. Faktor pendukung yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan,
tingkat ekonomi, kebersihan mulut pasien, perilaku, lifestyle dan tingkat
kesadaran. Karies yang tidak dirawat dapat menyebabkan kerusakan pada gigi
berupa inflamasi pada pulpa yang mengarah ke diagnosis pulpitis.
Dalam menentukan suatu penyakit diperlukan penegakan diagnosis dengan
tepat dan benar guna menentukan rencana perawatan dengan baik. Penegakan
diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan objektif dan
pemeriksaan penunjang.
B. Rumusan Masalah
DISKUSI 1A
1. Jelaskan proses penjalaran karies hingga terjadi inflamasi jaringan pulpa ?
2. Jelaskan cara menegakan diagnosis dan diagnosis gigi 46?
1
3. Jelaskan rencana perawatan gigi 46 ?
4. Jelaskan pengaruh riwayat medis pasien ini terhadap rencana perawatan ?
5. Jelaskan pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan ?
6. Bagaimana kriteria keberhasilan dan kegagalan perawatan pada kasus ?
7. Apakah restorasi akhir yang dapat dilakukan untuk gigi ?
C. Tujuan
DISKUSI 1A
1. Menjelaskan penjalaran karies hingga terjadinya inflamasi pulpa
2. Mengetahui cara menegakkan diagnosis dengan tepat
3. Mengetahui rencana perawatan
4. Mengetahui pengaruh riwayat medis pasien terhadap rencana perawatan
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dengan tepat
6. Mengetahui kriteria keberhasilan dan kegagalan dari suatu perawatan
7. Menentukan restorasi akhir yang dapat dilakukan
D. Manfaat
DISKUSI 1A
1. Mahasiswa dapat mengetahui penjalaran karies hingga terjadinya inflamasi
pulpa
2. Mahasiswa dapat menegakan diagnosis dengan tepat
3. Mahasiswa dapat menentukan rencana perawatan dengan tepat
4. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan antara riwayat medis pasien terhadap
rencana perawatan
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang yang tepat
2
6. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria keberhasilan dan kegagalan suatu
perawatan
7. Mahasiswa dapat menentukan restorasi akhir yang dapat dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diskusi 1A
Laki-laki 45 tahun datang ke RSGM USAKTI dengan keluhan gigi belakang
kanan bawah sakit. Gigi ini sudah lama berlubang, makin lama makin besar dan
sangat sakit sampai susah tidur serta tidak dapat digunakan untuk makan. Jadi
pasien mempunyai kebiasaan untuk mengunyah menggunakan sisi kiri. Untuk
menghilangkan rasa sakit yang ada, pasien mengkonsumsi obat penghilang rasa
sakit. Pasien mengatakan memiliki hipertensi dan selalu mengkonsumsi obat
antihipertensi. Hasil pemeriksaan klinis terlihat gigi 46 berlubang besar dan karies
mencapai pulpa. Gigi ini terasa sakit yang berkepanjangan saat dilakukan tes
termal dingin. Perkusi (+), palpasi (-) dan tidak ada kegoyangan gigi. Pemeriksaan
radiografis gigi 46 terlihat ada karies mencapai pulpa dan tidak ada kelainan
periapikal.
Diskusikan :
3
dan membentuk suatu kolonisasi yang disebut dengan biofilm dari
Streptococcus mutans. Streptococcus mutans akan memetabolis karbohidrat
yang menempel pada permukaan gigi dan akan membentuk asam laktat,
sehingga terjadinya penurunan pH pada rongga mulut. Pada suasana asam, akan
terjadi proses demineralisasi yang mengakibatkan larutnya permukaan kristal
hidroksiapatit. Apabila terlarutnya kristal hidroksiapatiti terus menerus maka
akan terjadi lesi awal dari karies yang disebut dengan white spot lesion. Apabila
terus berlanjut maka permukaan enamel akan hancur dan bakteri patogen akan
menginvasi terus menerus sampai ke pulpa, sehingga menyebabkan respon
peradangan pada pulpa.
4
1) Ekstraoral
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat ada tidaknya asimetri,
pembengkakan, atau perubahan warna
2) Intraoral
a) Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak
keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan
ditingkatkan. Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga
sering dilakukan dengan menggunakan ujung instrumen. Respon nyeri
menandakan adanya kelainan lesi periapikal
b) Palpasi
Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan
ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit.
Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yang penting
c) Electric Pulp Tester (EPT)
Tes yang dilakukan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan listrik
untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulp
tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah
dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT
pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan
lunak. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat
dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya
d) Termal
Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas
dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap
perubahan termal. Terdapat tes termal dingin dan panas.
(1) Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan,
yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es kering)
dan refrigerant (-50oC). Apabila pasien merespon ketika diberi
5
stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam yang singkat maka
menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon
atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital
atau nekrosis pulpa
(2) Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang
diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan
menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca
panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang
dapat menghantarkan panas dengan baik. Rasa nyeri yang tajam
dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi
vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa
menandakan gigi sudah non vital
e) Mobilitas
Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral
dalam soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen.
Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar
gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Hasil tes mobilitas
dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama
sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila
gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan
lidah dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1
mm atau bergerak ke segala arah.
c. Pemeriksaan Penunjang : Radiografi periapikal
Radiografi dapat melihat hal seperti lesi periapikal, keadaan lamina dura,
letak saluran akar, fraktur dan sebagainya.
6
- pasien terasa sakit berkepanjangan pada saat tes termal dingin, hal ini
mengarah kepada pulpa yang masih vital.
- Perkusi (+) hal ini menandakan bahwa terjadi nya kelainan pada
periapikal
- Palpasi (-) menandakan bahwa tidak terjadi pembengkakan pada
jaringan lunak mulut
- Hasil pemeriksaan klinis terlihat gigi 46 karies mencapai pulpa
- Pemeriksaan radiografis: karies mencapai pulpa dan tidak ada kelainan
periapikal
Sesuai dengan temuan tersebut, mengarah kepada pulpitis ireversible
simtomatik disertai periodontitis apikalis simtomatik.
7
3. Jelaskan rencana perawatan gigi 46 ?
1) Lakukan foto rontgen untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar
2) Lakukan anastesi local untuk menghilangkan rasa sakit
3) Isolasi daerah gigi 46 menggunakan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi saliva
4) Buang seluruh jaringan karies dan lakukan opening menggunakan round bur
dan fissure bur
5) Lakukan ekstirpasi pulpa dan selalu melakukan irigasi disetiap tahap untuk
membersihkan debris dan membuang sisa jaringan pulpa
6) Keringkan saluran akar dengan paper point steril
7) Obturasi saluran akar menggunakan gutta percha dan sealer
8) Potong gutta percha sampai dibawah orifis dan berikan barrier
9) Lakukan restorasi pada gigi 46 dengan restorasi permanen
a. Jika tekanan darah pasien dalam keadaan normal karena meminum obat-
antihipertensi. Tindakan Pulpektomi tetap dapat dilaksanakan.
b. Jika tekanan darah pasien tidak terkontrol, maka dokter dapat menggunakan
anastesi lokal yang tidak mengandung adrenalin atau vasokonstriktor.
Seperti lidocaine, tetapi dengan resiko anastesi tersebut memiliki waktu
kerja yang lebih pendek.
8
5. Jelaskan pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan ?
a. Radiografi periapikal
Radiografi periapikal didesain untuk melihat sebuah gigi dan jaringan
sekitar pada daerah apikal. Teknik ini dapat melihat 2-4 gambaran gigi
berserta tulang alveolar disekitarnya. Teknik periapikal digunakan jika perlu
dilakukan evaluasi karies, terdapat infeksi pada daerah apikal, perawatan
endodontik dan evaluasi anatomi saluran akar gigi.
b. Pemeriksaan tekanan darah
9
Indikasi utama pemasangan onlay adalah
a. Untuk dapat mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang
berhubungan dengan gingival
b. Untuk pasien yang mengutamakan hasil estetik
c. Untuk pasien dengan kondisi kesehatan rongga mulut yang baik
d. Untuk pasien yang alergi terhadap bahan amalgam
e. Untuk gigi posterior dengan kerusakan jaringan keras pada bagian mesial
dan distal, namun kondisi pada bagian lingual dan palatal masih dalam
keadaan yang baik.
f. Untuk gigi pasca perawatan saluran akar
g. Untuk gigi dengan lebar kerusakan isthmus telah melebihi 1/3 jarak antar
cusp
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diskusi 1A
Proses karies yang terjadi karena adanya interaksi dari 4 faktor yang
mengakibatkan demineralisasi pada enamel sehingga terjadinya lesi awal karies,
apabila tidak ditangani maka akan menimbulkan respon peradangan pada pulpa
sehingga akan mengakibatkan pulpitis. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan subjektif terdiri anamnesis, pemeriksaan objektif terdiri dari
pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, pemeriksaan penunjang bisa dengan
radiografi yaitu, radiografi periapikal. Pada kasus dalam skenario ini, diagnosis
tersebut ialah Symptomatic Irreversible Pulpitis disertai Symptomatic Apical
Periodontitis.
11
Pemeriksaan yang diperlukan untuk kasus ini adalah radiografi periapikal dan
tentunya pemeriksaan tekanan darah. Tindakan dikatakan berhasil apabila pasien
tidak memiliki keluhan sakit lagi, gigi dapat berfungsi seperti semula, gambaran
radiograf tidak menunjukan lesi, dsb. Perawatan dapat dikatakan gagal apabila,
pasien masih ada keluhan, gigi belum berfungsi dengan normal, terdapat
kesalahan, dsb. Restorasi akhir yang dapat dilakukan adalah onlay dengan bahan
sewarna gigi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
terbuka untuk kritik dan saran yang dapat membangun agar makalah selanjutnya
bisa menjadi lebih baik. Dan kiranya kami selalu dibimbing untuk lebih mengerti
pembelajaran modul ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
13