PEMICU 3
BLOK 15
GIGI DEPAN YANG KEROPOS
Disusun Oleh :
Clara Natasya Manurung
200600088 (B)
Kelompok 9
Penyusun :
Ami Angela Harahap, drg., Sp,.KGA., M.Sc;
pembersihan mekanis dengan cara menyikat gigi dan menggunakan tongue scrape
yang bertujuan untuk menghilangkan sel keratin dipermukaan lidah. Pasien pada
kasus diketahui tidak rutin melakukan sikat gigi, hanya menyikat gigi sekali dalam
sehari sewaktu mandi sore. Pemeriksaan objektif diperoleh indeks skor plak sebesar
1,83. Penilaian keseluruhan untuk mengetahui kriteria baik, sedang atau buruk indeks
plak gigi adalah skor 0,1-1,0 (baik), 1.1-2.0 (sedang) dan 2.0-3.0 (buruk).
Disimpulkan bahwa indeks skor plak pasien sedang. Dalam hal ini terdapat plak
dalam rongga mulut pasien yang keberadaanya dapat menyebabkan terjadinya coated
tongue.
Referensi :
Pintauli, S, Taizo H. Penyakit Periodontal: Pengukuran Risiko dan Evaluasi:
Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan: USU Press, 2019: 29-35.
Welbury Richard, Duggal Monty, Hosey MT. 2005. Paediatric Dentistry. 3rd
ed. New York: Oxford University Press. Hal: 107.
Sibarani MR. Karies: Etiologi, karakteristik klinis dan tatalaksana. Majalah
Kedokteran UKI 2014; 30(1): 14-22.
Nissa IC, Hadi S, Marjianto A. SLR: karies pada anak sekolah dasar ditinjau
dari perilaku menggosok gigi di indonesia. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi
2021; 2(3): 500-17.
Putri DAK. Hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan kejadian karies gigi
pada anak SD Di SDN Jatiwarna III Kota Bekasi. Afiat 2019; 5(01): 1-8.
Kiswaluyo, K. Hubungan karies gigi dengan umur dan jenis kelamin siswa
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates dan Puskesmas Wuluhan
Kabupaten Jember. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi 2015; 7(1):
26-30.
Sabirin, Indah Puti R, Mega Zhafarina. Coated tongue treatment using tongue
scraper all over the surface of tongue dorsum (perawatan coated tongue
menggunakan tongue scraper pada seluruh permukaan dorsum lidah). J Health
and Dental Sciences 2022: 177-184.
5. Jelaskan jenis pemeriksaan radiografi yang tepat sesuai dengan kasus di atas.
Dokter gigi dapat membuat penilaian awal dan rekomendasi untuk radiografi
yang diperlukan berdasarkan pemeriksaan klinis dan riwayat medis dari gigi secara
komprehensif. Pedoman pemilihan harus digunakan ketika membuat keputusan
tentang jenis teknik, frekuensi, dan kuantitas radiografi gigi yang akan dilakukan
untuk orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Pedoman yang dikeluarkan tahun 2012
oleh American Dental Association (ADA), Organisasi FDA (Food and Drug &
Administration) Amerika Serikat, dan beberapa organisasi dental lainnya mengenai
pemeriksaan radiografi kedokteran gigi bahwa: rekomendasi untuk seleksi pasien dan
limitasi paparan radiasi harus digunakan ketika meresepkan radiografi gigi dan ketika
mereka berfungsi sebagai bantuan untuk membatasi jumlah eksposur radiografi.
Pedoman pemilihan dapat dilakukan setelah riwayat medis dan pemeriksaan klinis
menyeluruh dilakukan. Untuk anak-anak, frekuensi radiografi tergantung pada
beberapa faktor, termasuk status gigi, risiko karies, dan penilaian pertumbuhan dan
perkembangan. Pemeriksaan radiografi pada anak-anak dilakukan jika anak
mengalami sakit gigi, muncul masalah pertumbuhan dan perkembangan, atau
dicurigai adanya patologi. Dokter gigi harus menentukan teknik radiografi yang
diperlukan secara diagnostik berdasarkan prinsip ALARA / ALADA.
Kata bitewing berasal dari teknik pengambilan radiografi yang meminta
pasien untuk mengigit (bite) semacam sayap (wing) kecil yang dilekatkan pada film
intraoral. Radiografi ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper pada tahun 1925.
Teknik bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi
yang meliputi crown dari maksila dan mandibular, daerah interproksimal dan crest
alveolar dalam film yang sama yang secara klinis tidak dapat dideteksi. Radiografi
bitewing (interproksimal) digunakan untuk mengevaluasi puncak tulang
interproksimal selama pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan.
Prinsip pada teknik bitewing, sebagai berikut :
Film ditempatkan di dalam mulut sejajar dengan permukaan mahkota gigi
maksila dan mandibula.
Kemudian, film distabilkan dengan menyuruh pasien menggigit bitewing tab atau
bitewing film holder
Sinar-x diarahkan menembus kontak dari gigi dengan angulasi vertikal +5º
sampai +10º
Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang
akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan
untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa
digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari
hasil perawatan.
Keuntungan dari teknik bitewing adalah
Dengan satu film dapat dipakai untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan
rahang bawah sekaligus
Dapat digunakan untuk melihat garis dari CEJ (cementoenamel junction) pada
satu gigi ke CEJ gigi tetangganya dalam satu film yang sama, sama halnya
dengan jarak dari puncak ke tulang interproksimal yang ada
Memberikan informasi status pasien periodontal. Ketinggian dari tepi
interproksimal tulang alveolar sampai cemento-enamel junction relatif dapat
diamati. Deposit kalkulus subgingival juga dapat dideteksi
Mendeteksi karies yang tidak bias terdeteksi dengan cara lain, memperkirakan
perluasan karies, serta memantau progresi karies
Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis penyakit
periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas
pada regio molar-premolar.
Referensi :
Sukmana, Indra Bayu. Radiografi di bidang kedokteran gigi. 2019: 19-22.
Masyrifah, Nurul. Prinsip interpretasi radiografi panoramik pada fraktur
mandibula. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin. 2011: 22.
Boel, Trelia. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik: Radiografi Ekstraoral.
Medan: USU Press, 2021: 23-57.
7. Sebutkan diagnosis kelainan lidah pada anak dan rencana perawatan kelainan
lidah pada
Diagnosis lesi dapat disimpulkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Kelainan lidah pada anak adalah coated tongue. Coated tongue adalah suatu
keadaan dimana permukaan lidah terlihat berwarna putih atau berwarna lain yang
merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa makanan dan mikroorganisme yang
terdapat pada permukaan dorsal lidah. Kondisi coated tongue yaitu kondisi klinis yang
terjadi pada bagian permukaan lidah yang ditutupi oleh suatu selaput pseudomembran
yang terjadi akibat penumpukan debris atau sisa makanan, sel-sel keratin yang tidak
terdeskuamasi, dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri maupun
jamur. Coated tongue ditandai dengan adanya lapisan berwarna putih, coklat
kekuningan, atau kehitaman pada permukaan lidah. Coated tongue terbentuk dari
puing-puing yang terdiri dari bakteri pada permukaan dorsal lidah, sejumlah besar sel
epitel deskuamasi yang berasal dari mukosa mulut, leukosit dari kantong periodontal,
dan metabolit darah, dan berbagai nutrisi yang berbeda.
Coated tongue terdiri dari bakteri; banyak sel epitel deskuamasi yang berasal
dari mukosa mulut, leukosit dari poket periodontal, metabolit darah, dan berbagai
nutrisi. Pembentukan coated tongue pada lidah berkaitan erat dengan multiplikasi sel
epitel dan jumlah desmosom serta granula pelapis membran. Beberapa organisme
dapat ditemukan di dalam rongga mulut, terutama di lidah. Jamur dan bakteri di lidah
berhubungan dengan berbagai perawatan gigi dan mulut dan masalah kesehatan
umum. Selain itu, bakteri perusak menghasilkan Volatile Sulphur Compound (VSC)
di bagian dorsum sehingga menyebabkan halitosis. Semakin banyak lapisan tebal plak
putih yang ada pada dorsum lidah akan mengakibatkan peningkatan halitosis.
Berbagai bakteri yang ditemukan di rongga mulut antara lain Porphyromonas
gingivalis, Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Treponema denticola,
dan Tannerella forsythia. Bakteri ini berhubungan dengan halitosis intraoral. Pada
coated tongue, mikroorganisme, terutama bakteri anaerob, tumbuh berlebihan karena
potensi oksigen yang rendah akibat morfologi permukaan lidah, seperti kekasaran,
papila, dan celah-celah samar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
coated tongue adalah kebersihan mulut yang buruk, status periodontal, karakteristik
saliva, perubahan kebiasaan makan, usia.
Gomez mengklasifikasikan dan menggambarkan lapisan pada permukaan
dorsal lidah berdasarkan perubahan warna yang terdiri dari empat skor. Skor 0 bila
lapisan tidak berwarna, skor 1 bila lapisan berwarna putih, skor 2 bila lapisan
berwarna kuning, skor 3 bila lapisan lidah berwarna coklat, dan skor 4 diberikan
ketika lapisan berwarna hitam. Skala Miyazaki dimaksudkan untuk distribusi lapisan
pada permukaan dorsum lidah. Skor 0 diberikan jika lapisan tidak terlihat, skor 1
diberikan jika kurang dari sepertiga permukaan belakang tertutup, skor 2 jika kurang
dari dua pertiga permukaan belakang tertutup, dan skor dari 3 diberikan ketika lapisan
lidah ditutupi oleh plak lebih dari dua pertiga permukaan dorsum lidah.
Rencana perawatan untuk kondisi coated tongue ditekankan pada pemberian
OHI (Oral Hygiene Instruction) untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut dengan
memberikan komunikasi dan edukasi pasien untuk menyikat lidah menggunakan
tongue scraper dua kali sehari setelah menyikat gigi efektif untuk mengurangi lidah
berlapis dan halitosis pada pasien, serta penggunaan obat kumur chlorhexidine 0,2%
sebagai antiseptik yang bekerja dengan membunuh dan mencegah pertumbuhan
bakteri, jamur, dan virus. Lidah dibersihkan dengan lembut dan menyeluruh dari
posterior ke arah anterior lidah. Penggunaan tongue scraper setiap hari secara teratur
mengurangi lapisan plak putih pada dorsum lidah, yang dapat menyebabkan bau
mulut, halitosis, dan masalah lainnya. Menghilangkan sisa-sisa makanan di lidah
menggunakan pengikis lidah membuat taste buds lebih berfungsi dalam food taste
buds. Selanjutnya, pasien diobservasi selama satu minggu dan lima minggu untuk
melihat perkembangan lesi plak putih pada lidah.
Referensi :
Sabirin, Indah Puti R, Mega Zhafarina. Coated tongue treatment using tongue
scraper all over the surface of tongue dorsum (perawatan coated tongue
menggunakan tongue scraper pada seluruh permukaan dorsum lidah). J Health
and Dental Sciences 2022: 177-184.
Ayu Asih P, Apriasari ML, Kaidah S. Gambaran klinis kelainan mukosa
rongga mulut pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi 2014; 2(1): 7-12.
Nuraeny, N. Edukasi dan evaluasi terhadap kondisi coated tongue bagi kader
kesehatan Puskesmas Ujung Berung Indah. J Pengabdian Kepada Masyarakat
2017; 1(1): 24-27.
8. Sebutkan diagnosis dan seluruh rencana perawatan (RPA dan RPF) yang akan
dilakukan pada anak
Lidah
- Diagnosis : Coated tongue
- Rencana perawatan awal (RPA) : Observasi
- Rencana perawatan final (RPF) : Penggunaan tongue scraper/pembersih lidah
yang bertujuan untuk menghilangkan sel keratin di permukaan lidah, disamping
debris/sisa makanan yang menempel
Gigi
a. Gigi 54
- Diagnosis: Karies pulpa (K3)
- RPA : formokresol, perawatan saluran akar, restorasi GIC
- RPF : SSC (Stainless steel crown)
b. Gigi 65,74
- Diagnosis: Karies mencapai pulpa tidak dapat dilakukan restorasi (K3)
- RPA : Ekstraksi
- RPF : Pemasangan space maintainer
Space maintainer merupakan piranti yang digunakan untuk menjaga ruang akibat
kehilangan dini gigi sulung, alat ini dipasang diantara dua gigi. Fungsi dari space
maintener adalah mencegah pergeseran dari gigi keruang yang terjadi akibat
pencabutan dini, mencegah ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang dicabut dini,
memperbaiki fungsi pengunyahan, memperbaiki fungsi estetik dan fungsi berbicara
setelah pencabutan dini. Penggunaan space maintener paling sering dilakukan pada
kehilangan gigi molar sulung rahang bawah maupun rahang atas, baik unilateral
maupun bilateral.
c. Gigi 52,51,61,62,63
- Diagnosis: Karies dentin (K2)
- RPA : Membersihkan jaringan karies, kemudian letakkan Zinc oxide
eugenol semen
Di kavitas yang sudah bersih dan kering, selanjutnya lakukan tindakan restorasi
- RPF : Restorasi kompomer
Kompomer merupakan komosit berbasis polimer yang dimodifikasi agar memiliki
karakteristik melepas fluoride. Kompomer umunya digunakan pada bagian dengan
tekanan rendah seperti pada preparasi kavitas Kelas III atau V sebagai alternatif GIC
atau resin-based komposit.
d. Gigi 64,75,84
- Diagnosis: Karies dentin (K2)
- RPA : Membersihkan jaringan karies
Di kavitas yang sudah bersih dan kering, selanjutnya lakukan tindakan restorasi
- RPF : Restorasi GIC
Semen glass ionomer (GIC) digunakan untuk restorasi pada gigi sulung: preparasi
gigi kelas I-VI, rampant, dan nursing bottle caries.
e. Gigi 53
- Diagnosis: Karies enamel (K1)
- RPA : Membersihkan jaringan karies, remineralisasi
Di kavitas yang sudah bersih dan kering, selanjutnya lakukan tindakan restorasi
- RPF : Restorasi kompomer
Kompomer merupakan komosit berbasis polimer yang dimodifikasi agar memiliki
karakteristik melepas fluoride. Kompomer umunya digunakan pada bagian dengan
tekanan rendah seperti pada preparasi kavitas Kelas III atau V sebagai alternatif GIC
atau resin-based komposit.
f. Gigi 85
- Diagnosis: Radiks
- RPA : Ekstraksi
- RPF : Pemasangan space maintainer
Space maintainer merupakan piranti yang digunakan untuk menjaga ruang akibat
kehilangan dini gigi sulung, alat ini dipasang diantara dua gigi. Fungsi dari space
maintener adalah mencegah pergeseran dari gigi keruang yang terjadi akibat
pencabutan dini, mencegah ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang dicabut dini,
memperbaiki fungsi pengunyahan, memperbaiki fungsi estetik dan fungsi berbicara
setelah pencabutan dini. Penggunaan space maintener paling sering dilakukan pada
kehilangan gigi molar sulung rahang bawah maupun rahang atas, baik unilateral
maupun bilateral.
Referensi :
Bjorndal, L et al. Manajemen of Deep Caries and Exposed Pulp. International
Endodondik Journal 2019; 52(949-955.
Achmad, Harun. Karies dan Perawatan Pulpa pada Gigi Anak: Karies pada
Anak. Sagung Seto, 2015:74-98.
Fajriani. Penatalaksanaan space maintainer pada anak. Jurnal PDGI Makassar
2016: 2-4.
Apabila dokter gigi melakukan perawatan pada gigi 61 dan 63, maka kursi dalam
posisi horizontal dengan posisi dokter gigi pada pukul 11.00 (65 ° ) dan posisi asisten
pada pukul 02.30.
Referensi :
Dewanto Iwan, Sudono, Sarti DK, dkk. Panduan praktis klinik bagi dokter
gigi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2014: 52-3.
Windi, Windi, and Rasmidar Samad. Penerapan postur tubuh yang ergonomis
oleh mahasiswa tahap profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin selama prosedur perawatan (Application of ergonomic posture by
clinical dental students of Faculty of Dentistry Hasanuddin University during
treatment procedure). Journal of Dentomaxillofacial Science 2015; 14(1): 32-
7.
Juliawati, Mita. Pentingnya faktor ergonomi dalam penerapan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja guna pencegahan nyeri punggung bawah
pada dokter gigi (studi pustaka). Jurnal Ilmiah Kedokteran Gigi Terpadu 2019;
5(1): 33-40.
Soeprapto A. Pedoman dan tatalaksana praktik kedokteran gigi. Yogyakarta.
Jembatan Merah. 2017: 55.
10. Sebutkan kapan dilakukan kontrol berkala pada anak dan jelaskan alasannya!
Kunjungan rutin ke dokter gigi mempunyai korelasi yang sangat erat dengan perilaku
sehari-hari seseorang dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Seseorang yang
rajin berkunjung ke dokter gigi mempunyai korelasi erat dengan angka kejadian
karies. Makin tinggi angka kunjungan ke dokter gigi maka makin baik kondisi gigi
geliginya. Orang yang tidak datang ke dokter gigi makin buruk kondisi rongga
mulutnya.
Pada kasus di atas diketahui pasien anak berusia 7 tahun. Adapun temuan klinis pada
anak yang sesuai dengan parameter di atas adalah:
a) Pasien mengonsumsi makanan manis seperti wafer, coklat, dan minuman teh
kemasan sebanyak 4 kali dalam sehari risiko tinggi.
b) Pasien memiliki lesi interproksimal yang lebih dari 1 risiko tinggi.
c) Terjadi defek pada enamel pasien risiko tinggi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien anak pada kasus memiliki risiko karies yang
tinggi.
Pasien memiliki risiko karies tinggi dan dari tabel di atas disimpulkan bahwa waktu
yang tepat untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi adalah tiap 3 bulan sekali.
Intervensi perawatan yang diberikan perawatan topikal fluor setiap tiga bulan sekali
dan konseling kepada pasien.
Tindakan kedokteran gigi yang dapat dilakukan pada anak usia 6-12 tahun, sebagai
berikut:
o Lengkapi pemeriksaan mulut klinis dengan alat diagnostik tambahan (misalnya,
radiografi yang ditentukan oleh riwayat anak, temuan klinis, dan kerentanan
terhadap penyakit mulut) untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan mulut,
patologi, dan/atau cedera; memberikan diagnosis
o Lengkapi penilaian risiko karies
o Kaji status fluoride pasien dan berikan konseling orang tua, berikan pengobatan
fluoride topikal setiap enam bulan atau seperti yang ditunjukkan oleh kebutuhan
individu anak atau status risiko/kerentanan terhadap karies
o Memberikan penyuluhan kebersihan gigi dan mulut kepada orang tua, termasuk
implikasinya terhadap kesehatan gigi dan mulut
o Bersihkan gigi dan hilangkan noda atau deposit supra dan subgingiva sesuai
indikasi
o Kaji kesesuaian praktik pemberian makan, memberikan konseling diet yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut
o Memberikan perawatan yang diperlukan dan/atau rujukan yang tepat untuk
penyakit atau cedera mulut.
o Tentukan interval untuk evaluasi ulang periodik.
Ada berbagai alasan mengapa penting untuk membawa anak Anda ke dokter gigi
untuk pemeriksaan rutin, sebagai berikut :
1. Mencegah maloklusi
Gigi sulung akan berfungsi sebagai dasar dari gigi permanen kita. Jika
mengabaikan kesehatan mulut anak, ini dapat menyebabkan masalah keselarasan
karena gigi permanen tidak akan memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh. Jika
hal ini ditemukan pada tahap awal, akan mudah bagi dokter gigi untuk
memperbaiki posisi gigi yang tidak tepat dan mencegah maloklusi.
2. Bantu anak memahami pentingnya kebersihan mulut yang baik
Mendidik anak tentang pentingnya kebersihan mulut yang baik harus dimulai
sejak usia dini. Disarankan untuk membawa anak ke klinik gigi terdekat setelah
mereka berusia 2 tahun. Dokter gigi anak akan membantu memilih sikat gigi yang
ditujukan untuk gusi lembut mereka. Kepalanya juga harus lebih kecil karena
cocok untuk mulutnya yang lebih kecil. Dengan membawa mereka ke dokter gigi
secara teratur, anak akan mengembangkan sikap yang baik terhadap pemeriksaan
gigi dan perawatan mulut.
3. Bantu anak mempelajari pentingnya mengurangi asupan gula
Anak-anak menyukai cokelat dan permen. Tidak mungkin meyakinkan mereka
untuk mengurangi asupan junk food dan gula. Untungnya, ketika membawa anak
ke dokter gigi anak, mereka akan belajar tentang bagaimana hal itu dapat
mempengaruhi perkembangan gigi mereka. Perhatikan bahwa mereka kemudian
akan mencoba meminimalkan asupan junk food. Membawa mereka ke dokter gigi
adalah kesempatan yang baik untuk mendiskusikan bagaimana diet dapat
mempengaruhi kesehatan mulut mereka.
4. Mengembangkan sikap positif terhadap kunjungan ke dokter gigi
Dokter gigi anak yang akan memberi tahu harus membawa anak untuk
pemeriksaan setidaknya setahun sekali. Anak harus membiasakan diri
mengunjungi dokter gigi secara rutin dan memahami betapa pentingnya memiliki
gigi yang sehat. Semakin banyak anak mengunjungi dokter gigi, semakin mereka
terbiasa dengan praktik ini dan menjadi normal. Kekhawatiran mereka berkurang
dan mereka mengerti bahwa mengunjungi dokter gigi adalah untuk memastikan
kesehatan gigi mereka baik-baik saja. Mengunjungi dokter gigi juga dapat
membantu memahami dan mendapat informasi tentang kesehatan mulut anak
sehingga dapat memantau kondisi kesehatan gigi mereka dan mewaspadai tanda-
tanda yang terkait dengan masalah gigi.
5. Masalah mulut dapat ditangani dengan cepat
Ketika gigi anak diperiksa secara teratur, setiap masalah yang mulai muncul dapat
dihentikan jejaknya dan dapat dicegah agar tidak bertambah parah. Ini
menghemat uang dan waktu dalam jangka panjang. Kadang-kadang masalah
mungkin timbul dari kebersihan gigi yang tidak tepat, diet dan ini dapat
dihentikan dan diselesaikan dalam waktu yang baik, jika terdeteksi cukup dini.
Referensi :