Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO PEDODONSIA

SKENARIO 1
Seorang anak perempuan usia 8 tahun, datang ke dokter gigi ingin merawatkan
gigi 54 berlubang dan tidak pernah sakit. Hasil pemeriksaan klinis diperoleh gigi
52 dan 53 sudah dicabut. Hasil pemeriksaan radiografi diperoleh benih gigi 12
dan 13 lengkap, tetapi masih tertutup tulang alveolar, gigi 54 karies proksimal
(MOD) dengan kedalaman karies media, test vitalitas dingin +, perkusi-, druk-,
perawatan apa yang akan dilakukan pada gigi 54.

Step 1
1. Tes vitalitas dingin + : tes menggunakan termal berupa chlor etyl yang
disemprot pada cotton pelet lalu ditempelkan pada kavitas untuk
mengetahui vital atau tidaknya gigi. + menandakan gigi masil vital
2. Karis proksimal (MOD) : karies yang bersifat kompleks mengenai
mesial,oklusal distal. Karies ini terjadi aiantara dua gigi atau disebut
proksimal
3. Tes druk - : tes yang digunakan untuk mengetahui inflamasi pada jaringan
periodontal. menandakan tidak terjadi inflamasi pada jaringan
periodontal
4. Karies media : karies yang kedalamannya mengenai email sampai
dentin
5. Tes perkusi - : tes yang dilakukan untuk mengevaluasi status periodonsium
gigi dan apikal gigi.- menandakan bahwa tidak ada kelainan pada jaringan
periodonsium maupun apikal gigi

Step 2
1. Tindakan apa yang dilakukan pada gigi 52 dan 52 yang sudah dicabut?
2. Menunjukkan apakah Tes vitalitas +, perkusi -, druk- ?
3. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada anak-anak? Apakah ada
perbedaan dengan pemeriksaan pada dewasa?
4. Apa saja jenis-jenis karies?
1

5. Perawatan apa yang akan dilakukan pada gigi 54 yang karies proksimal
(MOD)?
6. Gigi apa saja yang erupsi pada usia 8 tahun?
7. Diagnosa apa yang ditegakkan pada pasien tersebut?

Step 3
1. Untuk gigi 52 dibiarkan saja karena gigi 12 akan erupsi pada umur 8-9
tahun. Sedangkan gigi 53 dapat diaplikasikan space maintainer jangka
panjang anterior cekat karena penggunaannya dapat mencapai 2 tahun
karena gigi 13 baru erupsi pada umur 11-12 tahun. Atau dapat juga
diberikan gigi tiruan
2. Tes vitalitas biasanya menggunakan tes panas, tes dingin atau
menggunakan arus listrik. Tes vitalitas panas biasanya menggunakan
guttaperca sedangkan ts vitalitas dingin menggunakan chlor etyl. Tes
vitalitas + menandakan bahwa gigi masih vital.
Tes perkusi bertujuan untuk mengevaluasi status periodonsium sekitar gigi
dan apikal gigi. Tes perkusi dilakukan dengan cara gagang instrumen
dipukulkan secara cepat dan tidak keras pada gigi yang sehat dulu
kemudian dilanjutkan pada gigi yang menjadi keluhan. Tes perkusi
menunjukkan bahwa tidak aa inflamasi pada jaringan periodonsium.
Tes druk bertujuan untuk menetukan ada tidaknya radang pada jaringan
periodontal dengan cara memberi tekanan pada gigi secar ringan dengan
menggunakan tangkai instrumen yang dibungkus isolator lalu pasen
disuruh menggigit sehingga gigi beroklusi. Tes druk- menunjukkan bahwa
tidak terjadi inflamasi pada jaringan periodontal.
3. Pemeriksaan subyektif adalah pemeriksaan berdasarkan atas keluhan
pasien dengan melakukan anamnesis. Jika pasien anak-anak biasanya
menggunakan allo anamnesis yaitu wawancara dengan salah satu keluarga
yang mengetahui keadaan pasien. Jika dewasa menggunakan auto
anamnesis dengan melakukan wawacara pada penderitanya sendiri
Pemeriksaan obyektif bertujuan untuk mengetahui secara benar mengenai
kelainan pada pasien baik menggunakan instrumen maupun tidak.
Pemeriksaan obyektif ada dua yaitu pemeriksaan extra oral dan intra oral.
Pemeriksaan extra oral meliputi palpasi, inspeksi dan suhu sedangkan intra

oral meliputi inspeksi, probing, tes termis, perkusi, tekan, tes mobilitas dan
tes kavitas
4. Jenis karies berdasarkan bagian yang terkena
Klas 1 : karies yang mengenai pit dan fissure
Klas 2 : karies yang mengenai proksimal gigi posterior
Klas 3 : karies yang mengenai proksimal gigi anterior
Klas 4 : karies yang mengenai proksimal yang meluas sampai incisal edge
anterior
Klas 5 : karies yang mengenai 1/3 servikal
Klas 6 : karies yang mengenai incisal edge atau cusp
Jenis karies berdasarkan kedalamannya
Karies superfisial : karies yang mengenai enamel
Karies media : karies yang mengenai enamel dan mencapai dentin
Karies profunda : karies yang mengenai lebih dari dentin dan hampir
mencapai pulpa
Karies profunda perforasi : karies yang sudah mencapai atap pulpa dan
pulpa didibawahnya
5. Perawatan yang akan dilakukan pada gigi 54 yang karies proksimal MOD
yang dapat diklasifikasikan pada karies klas 2 adalah penambalan
menggunakan amalgam, resin komposit maupun GI (Glass Ionomer ).
Indikasi tumpat pada gigi 54 adalah karena gigi masih vital, gigi pengganti
belum siap karena 14 erupsi pada usia 10-11 tahun sedangkan pasien
masih berusia 8 tahun, dan agar tidak terjadi maloklusi (gigi 55 dan 16
typing ke mesial)
6. Urutan erupsi gigi
46, 36
16,26
31,41
11,21
32,42
12,22
33,43
14,24
34,44
15,25
35,45
13,23
37,47
17,27
M3

6-7 tahun
6-7 tahun
7-8 tahun
7-8 tahun
8-9 tahun
8-9 tahun
9-10 tahun
10-11 tahun
10-11 tahun
11-12 tahun
11-12 tahun
12-13 tahun
13-14 tahun
14-15 tahun
17-21 tahun

7. Tanggal prematur pada gigi 52 dan 53 karena gigi 12 dan 13 masih


tertutup tulang alveolar dan belum erupsi padahal gigi 52 dan 53 telah
hilang karena dicabut.
Pulpitis reversible pada gigi 54 karena kedalaman karies media belum
nekrosis pulpa, jaringan periapikal sehat tidak ada inflamasi.
Jenis-jenis diagnosa:
karies dini : terdapat lesi awal berupa white spot
hipersensitivitas dentin : terdapat kavitas mencapai dentin dan

pasien tidak merasakan nyeri spontan


pulpitis reversuble : kavitas mencapai dentin atau atap pulpa
pulpitis irreversible : pasien dengan keluhan nyeri karena pulpa

telah terinflamasi
gangren atau nekrosis pulpa : gigi tidak vital, pulpa nekrosis, karies
profunda perforasi

Step 4
Step 5
Learning objective
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan macammacam pemeriksaan (subyektif, obyektif, penunjang)
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan macammacam diagnosa
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan prognosis
dan rencana perawatan
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan indikator
keberhasilan perawatan
Step 6
(Belajar mandiri)
Step 7
LO 1 : PEMERIKSAAN SUBJEKTIF, OBJEKTIF DAN PENUNJANG
Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan Subyektif adalah pemeriksaan berdasarkan atas keluhan


penderita. Untuk memperoleh suatu riwayat dalam bentuk wawancara, maka
hendaklah pemeriksa dan penderita mempunyai kesamaan bahasa. Bahasa yang
digunakan adalah yang mudah dan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh
penderita. Pemeriksa harus dapat mengembangkan suatu situasi guna perekaman
wawancara dengan baik. Jika penderitanya adalah anak kecil, maka harus didapat
kepercayaan anak tersebut terhadap pemeriksa. Pemeriksa seakan-akan ikut
merasakan hal-hal yang diderita pasien dan memberi kesempatan penderita
mengemukakan

keluhan-keluhannya.

Kadang-kadang

dalam

melakukan

wawancara dengan anak kecil sulit dilakukan, sehingga pemeriksa perlu


melakukan wawancara dengan salah satu keluarganya. Keadaan ini disebut allo
anamnesis. Bila wawancara dilakukan terhadap penderita sendiri, keadaan ini
disebut auto anamnesis.
Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan
pasien untuk mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien.
Informasi tentang riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian : riwayat sosial, dental
dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari
rencana perawatan.
Riwayat Sosial :
1.

Nama (termasuk nama singkat atau nama kecil alamat sekolah,


saudara laki-laki dan perempuan). Dokter gigi harus memanggil
dengan nama yang disukainya. Jawaban yang diberikan segera
memberi petunjuk terhadap karakter dan pikiran anak. Ia dapat
menjawab dengan mudah, bersahabat, menunjukkan bahwa ia
senang dan santai, atau ia dapat menolak menjawab sama sekali,
menunjukkan bahwa ia malu, cemas atau melawan.

2.

Binatang peliharaan. Kegiatan yang disukai di rumah dan


disekolah. Pertanyaan sederhana tentang rumah dan sekolah adalah
cara umum berkomunikasi dengan anak. Selain itu, jawabannya
dapat menggali lebih jauh minat dan lingkungan rumah anak.

3.

Pekerjaan ibu adalah membawa anak pada kunjungan berikut. Yang


paling sering ibulah yang membawa anak pada kunjungan pertama
ke dokter gigi. Bila ada kesulitan, harus dipertimbangkan pada
rencana perawatan, khususnya bila diperlukan perawatan yang
lama.

4.

Pekerjaan ayah. Golongkan keluarga menurut status social,


berdasar pada pekerjaan ayah, lakukan penaksiran terhadap sikap
keluarga terhadap perawatan gigi. Sering pekerjaan ayah dapat
ditentukan sewaktu menanyakan pekerjaan ibu. Akan tetapi,
kadang-kadang tidak dibenarkan untuk menanyakan hal ini, disini
keterangan dapat diperoleh pada pertemuan selanjutnya, mungkin
setelah menanyakan pada anak ingin jadi apa kelak kalau sudah
besar

Riwayat gigi :
1

Keluhan : apakah pasien datang dengan keluhan tertentu ? Jika


tidak, apa alasan kedatangannya ? Misalnya: pemeriksaan rutin
dianjurkan setelah pemeriksaan gigi di sekolah. Adalah penting
mengetahui alasan kedatangan pasien.

Riwayat keluhan jika ada : jika keluhan sakit gigi, cari keterangan
berikut : lokasi, rasa sakit, kapan mulai ? apakah terputus-putus
atau terus-menerus ? jika terputus-putus berapa lama
berlangsungnya ? apakah ditimbulkan rangsang panas, dingin atau
manis atau sewaktu makan ? apakah rasa sakit menyebabkan anak
terbangun di waktu malam ? apakah rasa berkurang/hilang dengan
analgesia ? gejala-gejala sakit member indikasi macam kelainan
pulpa, misalnya rasa sakit yang terputus dengan jangka waktu
pendek yang disebabkan panas dingin atau manis; hiperemi pulpa;
rasa sakit spontan, berat, membuat tidak bisa tidur; pulpitis akut;
abses. Sayangnya, gejala yang digambarkan anak atau orang tua
samar dan kurang mempunyai nilai diagnostik.

Riwayat kesehatan gigi yang lalu : apakah perawatan gigi yang lalu
dilakukan teratur atau tidak ? apakah pernah diberikan perawatan
gigi di lain tempat ? jika ya, mengapa orang tua mengganti dok ter
gigi ? apakah anak pernah mengalami sesuatu dengan perawatan
giginya ? jika ya, perawatan apakah ? misalnya, penambalan,
pencabutan, analgesia lokal dan anastesi umum ? Keterangan
perawatan gigi yang lalu menunjukkan sikap orang tua. Jika anak
dibawa ke dokter gigi baru karena tidak bisa bekerja sama dengan
dokter gigi yang lama, alasan ini perlu ditelusuri dengan teliti
dengan member tahu anak bahwa dokter gigi menarik dan simpatik
dan ia pasti akan mencari jalan untuk mengatasi masalah.

Sikap anak terhadap setiap perawatan di atas (pada anak kecil,


pendapat orang tua cukup relevan). Setiap sikap yang tidak
menyenangkan selama perawatan harus diperhatikan dalam
rencana perawatan mendatang. Telusuri setiap bentuk perawatan,
dengan mengabaikan sikap anak terhadap perawatan tersebut
menunjukkan kurangnya perhatian pada perasaan anak yang
tentunya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip penanganan pasien
yang baik.

Sikap orang tua terhadap perawatan gigi. Sikap dan harapan orang
tua terhadap perawatan gigi sangat berbeda, rencana perawatan
yang diluar harapan jangan dilakukan sebelum menjelaskan dan
menimbang keuntungannya.

Riwayat medis :
Penyakit jantung congenital, Demam rematik, Kelainan darah,Penyakit
saluran pernapasan, Asma, Hepatitis, Penyakit gastrointestinal, Penyakit
ginjal atau saluran kencing, Penyakit tulang atau sendi, Penyakit diabetes,
Penyakit kulit, Kelainan congenital, Alergi, Pengobatan belakangan atau
yang sedang dilakukan, Operasi sebelumnya atau penyakit serius,
Kelainan subnormal mental, Epilepsy, Riwayat penyakit serius dalam
keluarga.

Cara Pengambilan Riwayat (Anamnesis)


A. Chief Complaint (Keluhan Utama)
Chief Complaint atau keluhan utama adalah alasan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan. Umumnya, suatu keluhan utama berhubungan dengan rasa
sakit, pembengkakan, tidak berfungsi/estetik. Pada Chief Complaint ini
biasanya ditanyakan tentang penyakit yang diderita dan lokasinya
B. Present Illness (Riwayat Penyakit Sekarang)
Yang dimaksud dengan Present Illness adalah kronologis dari keluhan
utama yang berhubungan dengan gejaia-gejala, mulai sejak timbulnya
sampai pada waktu riwayat ini dicatat oleh pemeriksa. Pertanyaan yang
diajukan harus dipilih sehingga memperoleh jawaban yang relevan
(berkaitan erat dengan keluhan utama). Pada Present Illness ini biasanya
ditanyakan kapan mulai sakit, bagaimana rasa sakitnya (linu, sakit
berdenyut, dll), bagaimana jika untuk minum dingin/ tidur/ mengunyah dll,
dan sekarang bagaimana (sakit tidak). Dengan demikian Present Illness
akan menyangkut seluruh detail dari keluhan utama sehingga waktu yang
cukup dan pertanyaan yang hati-hati harus diperoleh/ dilakukan agar tidak
dijumpai kekeliruan.
C. Past History (Riwayat Penyakit Dahulu)
Terdiri atas 2 bagian :
1) Past Dental History (PDH)
2) Past Medical History (PMH)
Pasien ditanya apakah pernah memeriksakan giginya, apakah ada
komplikasi pada waktu pencabutan. Hal ini dapat memberikan ramalanramalan penyembuhan atau tindakan yang akan diberikan dan ini sangat
berharga untuk informasi diagnostik.
D. Family History (Fh)

Harus ditanyakan keadaan kesehatan umum keluarga adalah apakah ada


riwayat penyakit mental, sebab-sebab kematian dari orang tua, riwayat
penyakit sistemik keluarga, riwayat masalah-masalah gigi keluarga.
E. Personal & Social History
Ditanyakan mengenai status perkawinan, kesehatan dari pasangannya,
mengandung/ tidak. Ditanyakan juga kebiasaan-kebiasaan buruk penderita
terutama yang berhubungan dengan kondisi giginya.
Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstra-oral
Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan
riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, cara
berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe. Cara
pemeriksaan ekstra oral :

a. Membandingkan sisi muka penderita sebelah kiri dengan sebelah kanan,


simetris atau tidak.
b. Memeriksa pembengkakan dengan palpasi atau meraba, yaitu meraba kelenjar,
misalnya kelenjar submandibula yaitu dengan cara penderita duduk pada posisi
tegak, pandangan mata ke depan posisi operator di belakang pasien. Dalam
keadaan normal akan teraba lunak dan tidak sakit, kadang-kadang tidak teraba.
Bila terdapat keradangan akut, maka kelenjar akan teraba lunak dan sakit. Jika
teraba keras dan tidak sakit berarti ada keradangan khronis, tetapi bila teraba keras
dan sakit berarti ada keradangan khronis eksaserbasi akut.
c. Meraba pada daerah pembengkakan dengan menggunakan punggung tangan,
untuk mengetahui suhu di daerah pembengkakan tersebut.
d. Pemeriksaan TMJ (Temporo Mandibular Joint) dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu :
1. Inspeksi: merupakan pemeriksaan secara visual. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara pasien diminta membuka dan menutup mulut dan

menggerakan mandibula ke segala arah, kemudian dilihat pergerakan


mandibula dari penderita apakah terdapat deviasi ataupun trismus.
2.

Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba daerah sekitar TMJ


pasien, apabila terdapat sesuatu yang abnormal seperti benjolan atau
fluktuasi, maka kemungkinan terdapat kelainan pada TMJ-nya.

3. Auskultasi
a. Untuk metode ini diperlukan suatu alat bantu, yaitu stetoskop.
Dilakukan dengan cara meletakkan ujung stetoskop pada daerah
tragus, kemudian mendengarkan dengan seksama apakah terdapat
bunyi (berupa klik atau yang lainnya) yang abnormal atau tidak
Apabila terdapat bunyi abnormal tersebut, maka kemungkinan
terdapat kelainan pada TMJ.
2. Pemeriksaan Intra-oral

Jaringan lunak : mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak, palatum
keras dan gingival.

Gigi : kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-crowding,


spasing, drifting, oklusi.

1) Pemeriksaan visual dan taktil


Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan
penglihatan. suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak
yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan three Cs: color, contour,
dan consistency (warna, kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak,
seperti gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan
mudah dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang
timbul dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak,
fluktuan, atau seperti bunga karang yang berbeda dengan jaringan normal,
sehat dan kuat adalah indikatif dari keadaan patologik.

2) Perkusi

10

Uji ini memungkinkan seseorang mengevaluasi status periodonsium


sekitar suatu gigi. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras, mula-mula
dengan jari dengan intensitas rendah, kemudian intensitas ditingkatkan
dengan menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah
gigi merasa sakit. Suatu respon sensitif yang berbeda dari gigi
disebelahnya, biasanya menunjukkan adanya perisementitis
(periodontitis). Walaupun perkusi adalah suatu cara sederhana menguji,
tetapi dapat menyesatkan bila digunakan sebagai alat tunggal. Untuk
menghilangkan bias pada pihak pasien, harus diubah rentetan gigi yang
diperkusi pada tes yang berturut-turut. Sering juga, arah pukulan harus
diubah dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual
mahkota dan masing-masing tonjol dipukul dengan urutan berbeda.
Akhirnya, sambil mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit
gigi tertentu, klinisi akan memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila
pada waktu yang sama diperhatikan gerakan badan pasien, reflex respon
rasa sakit, atau bahkan suatu respon yang tidak diucapkan. Jangan
melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien. Masalah ini
dapat dihindari dengan melakukan tekanan ringan pada beberapa gigi
sebelum melakukan perkusi.

3) Tes Druk
Prosedur pemeriksaan dengan tekanan : menyiapkan alat (tangkai instrumen)
yang dibungkus isolator karet, kain kasa atau kapas. Caranya : Pegang tangkai

11

instrumen, ditekankan pada gigi yang memberikan keluhan. Bisa juga


penderita disurah menggigit tangkai instrumen yang sudah
dibungkus/membuka menutup mulut sehingga gigi beroklusi atas bawah. Bila
memberikan reaksi berarti sudah terjadi periodontitis. Kegunaan pemeriksaan
dengan tekanan selain untuk mengetahui kelainan pada jaringan penyangga
gigi juga untuk mengetahui adanya keretakan gigi.

4) Palpasi
Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan
ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit.
Meskipun sederhana, tetapi merupakan suatu tes yang penting. Nilainya
terletak dalam menemukan pembengkakan yang meliputi gigi yang terlibat
dan menentukan hal-hal berikut : (1) apakah jaringan fluktuan dan cukup
membesar untuk insisi dan drainase;

(2) adanya, intensitas dan lokasi

rasa sakit; (3) adanya dan lokasi adenopati dan (4) adanya krepitus tulang.
Bila palpasi digunakan untuk menentukan adenopati sebaiknya berhatihati bila melakukan palpasi nodus limfa pada infeksi akut, untuk
menghindari kemungkinan penyebaran infeksi melalui pembuluh limfatik.
Bila gigi-gigi posterior terinfeksi, maka secara diagnostik nodus limfa
submaksiler turut terlibat. Infeksi pada gigi-gigi anterior bawah
kemungkinan menyebabkan pembengkakan nodus limfa submental. Bila

12

infeksi terbatas pada pulpa dan tidak berlanjut pada periodonsium, palpasi
tidak merupakan saran diagnostik. Palpasi, perkusi, mobilitas, dan
depresibilitas adalah lebih untuk menguji periodontium daripada pulpa.

5) Mobilitas-Depresibilitas
Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas apparatus pengikat
di sekeliling gigi. Tes ini terdiri dari menggerakkan suatu gigi ke arah
lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau, lebih diutamakan,
menggunakan tangkai dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk
menentukan apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya.
Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium; makin besar
gerakannya, makin jelek status periodontalnya.
Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan menggerakkan gigi
ke arah vertikal dalam soketnya. Tes ini dapat dilakukan dengan jari atau
instrumen. Bila dijumpai depresibilitas, kemungkinan untuk
mempertahankan gigi berkisar antara jelek dan tidak ada harapan.
Satu klasifikasi mobilitas menetapkan mobilitas derajat pertama sebagai
gerakan gigi yang nyata dalam soketnya; mobilitas derajat kedua adalah
gerakan gigi dalam jarak 1 mm, dan mobilitas derajat ketiga adalah
gerakan lebih besar daripada 1 mm atau bila gigi dapat ditekan.

13

6) Membau
Pengertian pemeriksaan dengan membau adalah pemeriksaan dengan
menggunakan indra penciuman. Proses terjadinya bau (halitosis) : Sisa
makanan yang tertinggal di dalam kavita / sela-sela gigi bila tidak
dibersihkan akan diubah menjadi gas-gas yang berbau seperti NH3, H2S
oleh bakteri an aerob. Halitosis dapat disebabkan 2 faktor :
a. Fisiologis :

1) kurangnya aliran ludah selama tidur 2) makanan

dan minuman 3) kebiasaan merokok 4) menstruasi


b. Patologis (Kelainan rongga mulut) : 1) oral hygiene buruk 2) plak
gigi 3) karies 4) gingivitis
Cara pemeriksaan dengan membau :
a. Karies dibersihkan dulu dari sisa-sisa makanan.
b. Pada karies yaug basah : ambil kapas dengan pinset, kemudian
ulaskan pada karies, kemudian kapas dibau maka akan tercium bau
yang khas.
7) Uji listrik pulpa
Mengetes pulpa dengan listrik lebih cermat daripada beberapa tes yang
digunakan untuk menentukan vitalitas pulpa. Meskipun vitalitas pulpa
tergantung pada sirkulasi darah intrapulpa, tidak pernah ditemukan tes
klinis yang praktis untuk menguji sirkulasi. Tester listrik bila digunakan
untuk menguji vitalitas pulpa, malahan menggunakan stimulasi saraf.
Tujuannya adalah untuk merangsang respon pulpa dengan mengenakan
arus listrik yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon positif
merupakan suatu indikasi vitalitas dan membantu dalam menentukan
normalitas atau abnormalitas pulpa tersebut. Tidak adanya respon terhadap
stimulus listrik dapat merupakan indikasi adanya nekrosis pulpa.

14

8) Uji termal
Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk menentukan
sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun keduanya merupakan tes
sensitivitas, tetapi tidak sama dan digunakan untuk alasan diagnosis yang
berbeda. Suatu respon terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa
memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon
abnormal terhadap panas biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa
atau periapikal yang memerlukan perawatan endodontik.
Tes panas. Tes panas dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda
yang menghasilkan derajat temperatur yang berbeda. Daerah yang akan
dites diisolasi dan dikeringkan, kemudian udara hangat dikenakan pada
permukaan gigi yang terbuka dan respon pasien dicatat. Bila diperlukan
temperatur yang lebih tinggi untuk mendapatkan suatu respon, harus
digunakan air panas, burnisher panas, guta-percha panas atau kompoun
panas atau sembarang instrument yang dapat menghantarkan temperatur
yang terkontrol pada gigi. Bila menggunakan benda padat, seperti guta-

15

perca panas, panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga oklusobukal


mahkota terbuka. Bila tidak timbul respon, bahan dapat dipindahkan ke
bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan serviks gigi. Bila timbul
suatu respon, benda panas harus segera diambil. Harus dijaga untuk tidak
menggunakan panas yang berlebihan atau memperpanjang aplikasi panas
pada gigi.
Tes dingin. Aplikasi dingin dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
berbeda. Suatu cucuran udara dingin dapat dikenakan langsung pada
mahkota gigi yang sebelumnya dikeringkan dan juga pada tepi gusi. Bila
tidak timbul respon, gigi dapat diisolasi dengan isolasi karet dan disemprot
dengan etil klorida yang begitu cepat menguap sehingga mengabsorpsi
panas dan dengan demikian mendinginkan gigi. Suatu cara yang lebih
umum adalah meletakkan kapas yang dibasahi dengan etil klorida pada gig
yang dites. Meskipun temperaturnya tidak sedingin seperti bila digunakan
semprotan etil klorida, umumnya cukup dingin untuk mendapatkan suatu
respon yang absah.

9) Uji anestesi
Tes ini terbatas bagi pasien yang sedang merasa sakit pada waktu dites,
bila tes yang biasanya digunakan gagal untuk memungkinkan seseorang
mengidentifikasi gigi. Tujuannya adalah untuk menganestesi gigi tunggal
berturut-turut sampai rasa sakitnya hilang dan terbatas pada gigi tertentu.
Caranya sebagai berikut : menggunakan injeksi infiltrasi atau
intraligamen, lakukan injeksi pada gigi yang paling belakang pada daerah
yang dicurigai sebagai penyebab rasa sakit. Bila rasa sakitnya tetap ada
setelah gigi dianestesi penuh, lakukan anestesi gigi disebelah mesialnya,
dan lanjutkan melakukan demikian sampai sakitnya hilang. bila sumber
rasa sakit tidak dapat ditentukan, baik pada gigi rahang atas dan rahang
bawah, harus diberikan suatu injeksi alveolar inferior (blok mandibular).
Hilangnya rasa sakit tentu saja menunjukkan keterlibatan gigi mandibular,
dan lokalisasi gigi yang khusus dilakukan dengan injeksi intraligamen, bila

16

anestesi sudah habis efeknya. Tes ini jelas merupakan suatu usaha terakhir
dan mempunyai suatu keuntungan dibandingkan tes kavitas karena
selama tes kavitas dapat terjadi kerusakan iatrogenic.

10) Uji kavitas


Tes ini memungkinkan seseorang menentukan vitalitas pulpa. Tes ini
dilakukan bila cara diagnosis lain gagal. Tes kavitas dilakukan dengan cara
mengebur melalui pertemuan email dentin gigi tanpa anestesi. Pengeburan
harus dilakukan dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin.
Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan oleh pasien yang merupakan suatu
petunjuk vitalitas pulpa; tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik.
Semen sedatif kemudian diletakkan di dalam kavitas dan pencarian sumber
rasa sakit diteruskan. Bila tidak dirasakan sakit, preparasi kavitas boleh
dilanjutkan sampai kamar pulpa dicapai. Bila seluruh pulpa nekrotik,
perawatan endodontik dapat dilanjutkan tanpa rasa sakit dan dalam
kebanyakan kasus tanpa anestesi.

Pemeriksaan Penunjang
Radiografi
Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan
yang diperlukan mengenai pasien, disini mungkin tidak diperlukan radiografi.
Bagaimanapun juga, radiografi biasanya diperlukan satu atau alasan-alasan
berikut :
17

1. Untuk mendiagnosis karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa
dilihat pada pemeriksaan klinis.
2. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi.
3. Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan periapikal
yang berhubungan dengan gigi-gigi nonvital atau yang mengalami trauma.
4. Untuk mengetahui hubungan antara benih gigi permanen dangigi sulung
5. Untuk mengetahui adanya sisa akar
LO 2 : MACAM-MACAM DIAGNOSA

Diagnosis karies gigi

Karies berdasarkan lokasi permukaan kunyah dibagi:


a. Karies oklusal
b. Karies labial
c. Karies bukal
d. Karies palatal/lingual
e. Karies aproksimal
f. Karies kombinasi (mengenai semua permukaan)
Pembagian lain dari karies berdasarkan lokasi:
a. Karies permukaan halus
-

Karies proksimal

Karies akar

b. Karies di celah atay fisura gigi


Karies berdasarkan kedalamannya:
a. Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email.
b. Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai
setengah dentin.
c. Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan
bahkan menembus pulpa.

18

Karies berdasarkan jaringan yang terkena karies


a. Karies dini/ karies email tanpa kavitas yaitu karies yang pertama
terlihat secara klinis, berupa bercak putih setempat pada email.
Anamnesis

: terdapat bintik putih pada gigi

Pemeriksaan Objektif

Ekstra-oral

: tidak ada kelainan

Intra-oral

: kavitas (-), lesi putih (+)

b. Karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi ada email sebagai
lanjutan dari karies dini.
Anamnesis

: gigi biasa terasa ngilu

Pemeriksaan objektif

Ekstra-oral

: tidak ada kelainan

Intra-oral

:Kavitas (+) baru mengenai email

c. Karies dengan dentin terbuka/ dentin hipersensitif yaitu peningkatan


sensitif akibat terbukanya dentin.
Anamnesis

Kadang-kadang rasa ngilu waktu kemasukan makanan

Waktu minum dingin, asam dan asin

Rasa ngilu hilang setelah rangsangan dihilangkan

Tidak ada rasa sakit spontan

Pemeriksaan objektif

Ekstra-oral

: tidak ada kelainan

Intra-oral

:Kavitas (+)

Diagnosis penyakit pulpa

19

a. Pulpitis reversibel
Definisi. Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa
ringan-sampai-sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi
pulpa mau kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli
ditiadakan. Rasa sakit yang berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh
stimuli termal pada pulpa yang mengalami inflamasi reversibel, teapi
rasa sakit hilang segera setelah stimuli dihilangkan.
Histopatologi. Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke
perubahan inflamasi ringan-sampai-sedang terbatas pada daerah di
mana tubuli dentin terlibat, seperti misalnya karies dentin. Secara
mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas,
pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema, dan adanya
sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Sebab-sebab. Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja
yang mampu melukai pulpa antara lain trauma, misalnya suatu pukulan
atau hubungan oklusal yang terganggu; syok termal, seperti yang
ditimbulkan pada waktu melakukan preparasi kavitas dengan bur
tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi, atau
karena panas yang berlebihan pada waktu memoles tumpatan;
dehidrasi kavitas dengan alcohol atau kloroform yang berlebihan, atau
rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka; penempatan
tumpatan amalgam yang baru berkontak, atau beroklusi dengan suatu
restorasi emas; stimulus kimiawi, misalnya dari bahan makanan manis
atau masam atau dari iritasi tumpatan silikat atau akrilik swapolimerisasi; atau bakteri, misalnya dari karies. Setelah insersi suatu
restorasi, pasien sering mengeluh tentang sensitivitas ringan terhadap
perubahan temperatur, terutama dingin. Sensitivitas seperti itu dapat
berlangsung 2 sampai 3 hari atau seminggu atau bahkan lebih lama,
tetapi berangsur-angsur akan hilang
Gejala-gejala. Pulpitis reversibel simptomatik ditandai oleh rasa
sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
20

makanan dan minuman dingin daripada panas dan oleh udara dingin.
Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah
ditiadakan. Perbedaannya klinis antara pulpitis reversibel dan
irreversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah
lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada pulpitis reversibel,
penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus, seperti air
dingin atau aliran udara, sedangkan pulpitis irreversibel rasa sakit
dapat datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel
asimptomatik dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan
menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan dan menjadi
normal kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan
baik.
Diagnosis. berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan
bberdasarkan tes klinis. Rasa sakitnya tajam, berlangsug beberapa
detik, dan umunya berhenti bila stimulus dihilangkan. Dingin, manis,
atau masam biasanya menyebabkan rasa sakit.
Anamnesa

Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin

Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus

Rasa nyeri lama hilangnya serelah rangsangan dihilangkan

Pemeriksaan objektif

Ekstra-oral

: tidak ada pembengkakan

Intra-oral

: perkusi (-), KM/KP, pulpa belum terbuka, sondase

(+), chlor etyl (+)


b. Pulpitis irreversibel
Definisi. Pulpitis irreversibel adalah suatu konsisi inflamasi pulpa
yang persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan
oleh stimulus noksius. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa
sakit yang biasanya disebabkan oleh stimuli panas atau dingin, atau
rasa sakit timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa
menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus termal
dihilangkan.
21

Histopatologi. Gangguan ini mempunyai tingkatan inflamasi kronis


dan akut di dalam pulpa. Pulpitis irreversibel dapat disebabkan oleh
suatu stimulus berbahaya yang berlangsung lama seperti misalnya
karies. Bila karies menembus dentin dapat menyebabkan respon
inflamasi kronis. Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi di
dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika kerusakan mendekati
pulpa.
Sebab-sebab. Sebab paling umum pulpitis irreversibel adalah
keterlibatan bacterial pulpa melalui karies, meskipun factor klinis,
kimiawi, termal, atau mekanis, yang telah disebut sebagai penyebab
penyakit pulpa, mungkin juga menyebabkan pulpitis. Sebagai yang
dinyatakan sebelumnya, pulpitis reversibel dapat memburuk menjadi
pulpitis irreversibel.
Gejala-gejala. Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, suatu
paroksisme rasa sakit dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
perubahan temperatur, terutama dingin; bahan makanan manis atau
masam; tekanan makanan yang masuk ke dalam kavitas atau
pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring
yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya tetap berlangsung meski penyebabnya dihilangkan, dan dapat
dating dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Pasien
dapat melukiskan rasa sakit sebagai menusuk, tajam-menusuk, atau
menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit dapat
sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada
tidaknya suatu stimulus eksternal. 1
Diagnosis. Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam
yang meluas ke pulpa atau karies di bawah tumpatan. Pulpa mungkin
sudah terbuka. Waktu mencapai jalan masuk ke lubang pembukaan
akan terlihat suatu lapisan keabu-abuan yang menyerupai buih meliputi
pulpa terbuka dan dentin sekitarnya. Probing ke dalam daerah ini tidak

22

menyebakan rasa sakit pada pasien hingga dicapai daerah pulpa yang
lebih dalam. Pada tingkat ini dapt terjadi sakit dan perdarahan. Bila
pulpa tidak terbuka oleh proses karies, dapat terlihat sedikit nanah jika
dicapai jalan masuk ke kamar pulpa.
Pemeriksaan radiografik memperlihatkan suatu kavitas proksimal
yang secara visual tidak terlihat, atau mungkin memberi kesan
keterlibatan suatu tanduk pulpa. Suatu radiografi dapat juga
menunjukkan pembukaan pulpa, karies di bawah suatu tumpatan, atau
suatu kavitas dalam atau tumpatan mengancam integritas pulpa. Pada
tingkat awal pulpitis irreversibel, tes termal dapat mendatangkan rasa
sakit yang bertahan setelah penghilangan stimulus termal. Pada tingkat
belakangan, bila pulpa terbuka, dapat bereaksi secara normal. Hasil
pemeriksaan untuk tes mobilitas, perkusi dan palpasi adalah negatif.
Diagnosis
Anamnesa
-

Nyeri tajam spontan yang berangsung terus menerus menjalar


kebelakang telinga

Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit.

Pemeriksaan objektif

Ekstra-oral

: tidak ada kelainan

Intra-oral

: kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan,

pulpa terbuka bisa juga tidak, sondase (+). Chlor ethyl (+), perkusi
bisa (+) bisa (-)
c. Pulpitis hiperplastik kronis
Definisi. Pulpitis hiperplastik kronis atau polip pulpa adalah suatu
inflamasi pulpa produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan
karies luas yang kadang-kadang tertutup oleh epitelium dan
disebabkan karena iritasi tingkat rendah yang berlangsung lama.
Diagnosis
Pemeriksaan Objektif
-

Intra-oral

: adanya massa pulpa yang kemerah-merahan dan

seperti daging mengisi sebagian besar kamar pulpa atau kavitas


23

atau bahkan meluas melewati perbatasan gigi. Massa ini kurang


sensitif dibanding jaringan pulpa normal dan lebih sensitif daripada
jaringan gingival. Tes termal bisa (+) bisa (-). Diperlukan tester
pulpa listrik.
d. Nekrosis pulpa
Definisi. Nekrosis adlah matinya pulpa. Dapat sebagian atau
seluruhnya, tergantung pada apakah sebagian atau seluruhnya terlibat.
Nekrosis, meskipun suatu akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah
injuri traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.
Histopatologi. Jaringan pulpa nekrotik, debris seluler dan
mikroorganisme mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan
periapikal mungkin normal, atau menunjukkan sedikit inflamasi yang
dijumpai pada ligament periodontal.
Jenis. Nekrosis ada dua jenis umum : koagulan dan likuefasi. Pada
nekrosi koagulan. Pada nekrosis koagulan, bagian jaringan yang dapat
larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid.caseation adalah
suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringan berubah menjadi massa
seperti keju terdiri terutama atas protein yang mengental, lemak dan
air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah
jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan, atau debris
amorfus.
Penyebab. Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh injuri yang
membahayakan pulpa seperti bakteri, trauma dan iritasi kimiawi.
Gejala-gejala. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik
tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah
indikasi pertama bahwa pulpa mati. Penampilan mahkota yang buram
atau opak hanya disebabkan karena translusensi normal yang jelek,
tetapi kadang-kadang gigi mengalami perubahan warna keabua-abuan
atau kecoklat-coklatan yang nyata dan dapat kehilangan
kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai. Adanya pulpa
nekrotik mungkin ditemukan hanya secara kebetulan, karena gigi

24

macam itu adalah asimptomatik, dan radiograf adalah nondiagnotik.


Gigi dengan nekrosis sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan
termal, karena adanya serabut saraf vital yang melalui jaringan
inflamasi di dekatnya.
Diagnosis
Anamnesis

Sedikit pasien mempunyai riwayat rasa sakit parah yang berlangsung


beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti oleh penghentian seluruh
rasa sakit yang terjadi. Selama waktu ini, pulpa seudah hampir tamat
riwayatnya dan memberi pasien perasaan seolah-olah aman dan sehat.
Pada kasus lain, pasien tidak sadar bahwa pulpa telah mati secara
perlahan-lahan dan diam-diam, tanpa gejala.
Pemeriksaan Objektif
-

Intra-oral

: tes dingin (-), tes panas (-), tes pulpa listrik (-), tes

kavitas (-)
Pemeriksaan penunjang :
-

Radiograf : menunjukkan suatu kavitas atau tumpayan besar, suatu


jalan terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligamen
periodontal.

e. Gangren pulpa
Defiinisi. Gangren pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa
sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat
menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi
semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa.
Diagnosis
Anamnesis

Bisa tanpa keluhan sakit

Minum dan makan benda panas terasa sakit.

Pemeriksaan Objektif
-

Intra-oral

: terjadi perubahan warna gigi, gigi bewarna

kecoklatan atau keabu-abuan. Tes kavitas (-), pada lubang perforasi

25

tercium bau busuk. Kedalaman karies (KP), pemeriksaan sondasi


(-), perkusi (-).
Pemeriksaan penunjang :
-

Radiograf

: terlihat karies yang besar dan dalam, dan terlihat

juga rongga pulpa yang telah terbuka dan jaringan periodontium


memperlihatkan penebalan.

Diagnosis Penyakit Periradikular

1. Abses Alveolar Akut


Definisi. Suatu abses alveolar akut adalah suatu kumpulan
nanah yang terbatas pada tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah
kematian pulpa, dengan perluasan infeksi ke dalam jaringan
periradikular melalui foramen apikal. Diikuti oleh suatu reaksi parah
setempat, dan kadang-kadang, umum. Abses akut adalah suatu
kelanjutan proses penyakit yang mulai di pulpa dan berkembang ke
jaringan periradikular, yang pada gilirannya bereaksi hebat terhadap
infeksi.
Gejala-gejala. Gejala pertama adalah suatu sensitivitas pada
gigi yang dapat berkurang dengan tekanan ringan terus-menerus pada
gigi yang ekstrusi untuk menekannya kembali ke dalam alveolus.
Selanjutnya pasien menderita rasa sakit berdenyut yang parah, dengan
disertai pembengkakan jaringan lunak yang melapisinya. Jika infeksi
berkembang, pembengkakan menjadi lebih nyata dan meluas melebihi
tempat semula. Gigi terasa lebih sakit, memanjang, dan goyah.
Diagnosis. Diagnosis biasanya dibuat cepat dan tepat dari
pemeriksaan klinis dan dari riwayat subjektif yang diberikan oleh
pasien. Pada tingkat awal, sukar untuk menentukan giginya karena
tidak adanya tanda-tanda klinis dan adanya rasa sakit yang difus dan
menjengkelkan. Suatu diagnosis dapat ditegaskan dengan bantuan tes
pulpa listrik dan tes termal. Gigi yang terlibat adalah nekrotik dan
tidak bereaksi terhadap arus listrik atau aplikasi dingin. Gigi sensitif

26

terhadap perkusi, atau pasien menyatakan bahwa gigi terasa sakit bila
digunakan untuk mengunyah, mukosa apikal terasa sensitif terhadap
palpasi, dan gigi mungkin goyah dan ekstrusi.

2. Periodontitis Apikal Akut


Definisi. Periodontitis apikal akut adalah suatu inflamasi
periodonsium dengan rasa sakit sebagai akibat trauma, iritasi, atau
infeksi melalui saluran akar, tabpa memperhatikan apakah pulpa vital
atau nonvital.
Sebab. Periodontitis apikal akut dapat terjadi pada gigi vital
yang telah mengalami trauma oklusal yang disebabkan oleh kontak
oklusal yang abnormal, oleh restorasi yang belum lama dibuat yang
meluas melebihi bidang oklusal, karena penggunaan tusuk gigi di
antara gigi-giginya sebagai baji (wedge), makanan, atau sepotong
isolator karet yang ditinggalkan oleh dokter gigi, atau karena pukulan
pada gigi. Periodontitis apikal akut juga dapat dihubungkan dengan
gigi nonvital. Dapat juga disebabkan oleh sekuel penyakit pulpa, yaitu
difusi bakteri dan produk noksius dari pulpa yang meradang atau
nekrotik, atau sebabnya mungkin iatrogenik, seperti instrumentasi
saluran akar yang mendorong bakteri dan debris dengan kurang hatihati melalui foramen apikal, mendorong obat-obatan yang merangsang
seperti formocresol melalui foramen apikal yang mengenai jaringan
periapikal, perforasi akar, atau instrumentasi yang berlebihan pada
waktu pembersihan dan pembentukan saluran akar.
Gejala-gejala. Gejala periodontitis apikal akut adalah rasa sakit
dan gigi sangat sensitif. Dapat juga gigi merasa agak sakit, kadangkadang hanya bila diperkusi pada arah tertentu, atau rasa sakitnya
dapat sangat. Gigi dapat modod sehingga bila ditutup menimbulkan
rasa sakit.
Diagnosis. Diagnosis sering dibuat dari riwayat yang diketahui
dari gigi yang dirawat. Gejala-gejalanya adalah hasil rangsangan yang
27

berasal dari perawatan endodontik, yang disebabkan oleh instrumentasi


yang berlebihan, rangsangan obat-obatan, atau pengisian yang
berlebihan yang dalam kasus ini giginya tanpa pulpa, atau hasil stimuli
noksius yang merangsang ligament periodontal, yang dalam kasus ini
giginya vital. Gigi sensitif terhadap perkusi atau tekanan ringan,
sedangkan mukosa yang melapisi apeks akar mungkin sensitif atau
mungkin tidak sensitif terhadap palpasi. Pemeriksaan radiografik dapat
menunjukkan ligament periodontal yang menebal atau suatu daerah
kecil rarefaksi bila melibatkan gigi tanpa pulpa, dan dapat
menunjukkan struktur periradikular normal bila terdapat suatu pulpa
vital di dalam mulut.

3. Abses Alveolar Kronis


Sinonim. Periodontitis apical supuratif kronis.
Definisi. Suatu abses alveolar kronis adalah suatu infeksi tulang
alveolar periradikular yang berjalan lama dan bertingkat rendah.
Sumber infeksi terdapat dalam saluran akar.
Sebab. Abses alveolar kronis adalah suatu sekuel alami matinya
pulpa dengan perluasan proses infektif sebelah periapikal, atau dapat
juga disebabkan oleh abses akut yang sebelumnya sudah ada.
Gejala-gejala. Gigi dengan abses alveolar kronis umumnya
adalah asimptomatik; kadang-kadang abses semacam itu hanya dapat
dideteksi pada waktu pemeriksaan radiografik rutin atau karena adanya
fistula.
Diagnosis. Suatu abses kronis mungkin tidak memberikan rasa
sakit atau hanya rasa sakit ringan. Kadang-kadang tanda pertama
kerusakan oseus nyata terlihat secara radiografik pada waktu
pemeriksaan rutin atau terdapat perubahan warna pada mahkota gigi.
Radiografi sering menunjukkan suatu daerah difus rarefaksi tulang,
tetapi lesi yang terlihat pada radiograf adalah nondiagnostik. Ligament

28

periodontal menebal. Gigi tidak bereaksi terhadap tes pulpa listrik atau
tes termal.

4. Granuloma
Definisi. Suatu granuloma gigi adalah suatu pertumbuhan
jaringan granulomatus yang bersambung dengan ligament periodontal
disebabkan oleh matinya pulpa dan difusi bakteri dan toksin bakteri
dari saluran akar ke dalam jaringan periradikular di sekitarnya melalui
foramin apikal dan lateral.
Suatu granuloma dapat dianggap sebagai reaksi defensif kronis
tingkat rendah terhadap iritasi dari saluran akar. Suatu kondisi bagi
perkembangan suatu granuloma adalah iritasi ringan yang terusmenerus. Sebagai abses kronis, granuloma adalah sekuel lanjutan
infeksi dari suatu pulpa nekrotik; jaringan granulasi dapat bervariasi
dalam diameter dari pecahan millimeter sampai sentimeter atau bahkan
lebih besar.
Sebab. Sebab perkembangan suatu granuloma adalah matinya
pulpa, diikuti oleh suatu infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal
yang merangsang suatu reaksi seluler produktif. Suatu granuloma
hanya berkembang beberapa saat setelah pulpa mati.
Gejala-gejala. Suatu granuloma tidak menghasilkan reaksi
subjektif, kecuali pada kasus langka bila runtuh dan mengalami
supurasi. Biasanya granuloma adalah asimptomatik.
Diagnosis. Adanya granuloma, yang tanpa gejala, biasanya
ditemukan pada pemeriksaan radiografik rutin. Daerah rarefaksi
nampak nyata, dengan tidak adanya kontinuitas lamina dura. Diagnosis
tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan mikroskop. Gigi yang
terlibat biasanya tidak peka terhadap perkusi, dan tidak goyah. Mukosa
di atas apeks akar mungkin peka atau mungkin tidak peka terhadap
palpasi. Dapat dijumpai suatu fistula. Gigi tidak bereaksi terhadap tes

29

termal atau tes pulpa listrik. Pasien memberikan suatu penyakit


pulpagia yang telah reda.

5. Kista Radikuler
Definisi. Suatu kista adalah suatu kavitas tertutup atau kantung
yang bagian dalam dilapisi oleh epithelium, dan pusatnya terisi cairan
atau bahan semisolid. Kista rahang dibagi dalam odontogenik,
nonodontogenik, dan nonepitelial. Kista nonodontogenik timbul dari
epithelium odontogenik dan diklasifikasikan sebagai folikuler, timbul
dari organ email atau folikel; dab radikuler, timbul dari sisa sel
Malassez. Kista nonodontogenik diklasifikasikan sebagai fisural,
timbul dari bekas epithelial terjebak dalam peleburan prosesus fasial,
atau nasopalatin. Kista semu atau kista nonepitelial adalah kavitas
bertulang yang tidak dilapisi epithelium dan karenanya bukan kista
sebenarnya. Suatu kista radikuler atau alveolar adalah suatu kantung
epithelial yang pertumbuhannya lambat pada apeks gigi yang melapisi
suatu kavitas patologik pada tulang alveolar.
Sebab. Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi,
atau bacterial yang menyebabkan matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi
sisa epithelial Malassez, yang biasanya dijumpai pada ligament
periodontal.
Gejala-gejala. Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan
perkembangan suatu kista, kecuali yang kebetulan diikuti nekrosis
pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata
menjadi pembengkakan.
Tekanan kista cukup menggerakkan gigi yang bersangkutan,
yang disebabkan oleh timbulnya cairan kista. Pada kasus semacam itu,
apeks-apeks gigi yang bersangkutan menjadi renggang, sehingga
mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi dapat juga menjadi goyah.
Bila dibiarkan tidak terawatt, suatu kista dapat terus tumbuh dan
merugikan rahang atas atau rahang bawah.
30

Diagnosis. Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi


terhadap stimuli listrik atau termal, dan hasil tes klinis lainnya adalah
negatif, kecuali radiograf. Pasien mungkin melaporkan suatu riwayat
rasa sakit sebelumnya. Biasanya pada pemeriksaan radiografik, terlihat
tidak adanya kontinuitas lamina dura, dengan suatu daerah rarefaksi.
Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya, kecuali bila
mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau
mempunyai bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar daripada suatu
granuloma dan dapat meliputi lebih dari satu gigi. Baik ukuran
maupun bentuk daerah rarefaksi bukan indikasi definitif suatu kista.
LO 3 : PROGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN

Definisi Prognosis
Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan
hasil akhir suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari
patogenesis dan kehadiran faktor risiko penyakit. Prognosis muncul
setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan dilakukan.
Prognosis pasien terutama dituliskan mengenai masalah utamanya.
Untuk menentukan prognosis, selain mempertimbangkan berat ringannya
masalah secara klinis, juga mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi,
budaya dan lingkungan pasien. Prognosis ditulis dalam tiga aspek, yaitu:
ad vitam, ad sanactionam dan ad functionam; dengan tiga kemungkinan,
yaitu: baik, sedang atau buruk.
Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi
hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktorfaktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko
tinggi menderita suatu penyakit.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis


A.

Faktor klinis keseluruhan


1.

Umur pasien : prognosis dua pasien dengan


sisa tingkat perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar yang sama

31

lebih baik pada pasien yang lebih tua. Pasien yang lebih muda
memiliki jangka waktu kemunculan destruksi periodontal yang lebih
pendek sehingga proses perbaikan periodontal yang mungkin muncul
secara alami akan terlampaui. Selain itu pada beberapa kasus, pasien
muda menderita agressive periodontitis, memiliki penyakit sistemik
atau merokok.
2.

Tingkat keparahan penyakit periodontal


sebelumnya : Hal yang harus diperhatikan antara lain kedalaman
poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan tulang, dan tipe defek
tulang.

3.

Kontrol plak : Plak merupakan faktor


etiologi utama dari penyakit periodontal.

4.

Kooperasi pasien : Prognosis pasien dengan


penyakit gingival dan periodontal bergantung dari sikap pasien,
keinginan untuk mempertahankan gigi asli, kemauan dan kemampuan
untuk merawat OH yang baik.

B.

Faktor sistemik/lingkungan
1.

Merokok : mempengaruhi keparahan destruksi periodontal dan


potensial penyembuhan jaringan periodontal. Akibatnya pasien
perokok tidak merespon terapi periodontal konvensional sebaik pasien
yang tidak merokok. Oleh karena itu prognosis pasien perokok dengan
periodontitis ringan sampai sedang adalah sedang sampai buruk dan
pasien dengan periodontitis parah prognosisnya buruk sampai tidak
ada harapan.

2.

Penyakit/kondisi sistemik : misalnya diabetes tipe 1 dan 2, kondisi


yang membatasi pasien untuk menerima prosedur oral seperti penyakit
Parkinsons, pasien dengan well-controlled diabetes dan slight to
moderate periodontitis berprognosis baik.

3.

Faktor genetik

4.

Stress

32

C.

Faktor lokal
1.

Plak/kalkulus

2.

Restorasi subgingival : margin subgingival dapat meningkatkan


akumulasi plak, inflamasi dan kehilangan tulang yang berdampak
buruk bagi periodontium. Jumlah kerusakan periodontal yang muncul
dipengaruhi oleh ukuran dan waktu restorasi ada di dalam mulut.

3.

Faktor anatomik seperti akar yang pendek dan runcing, Cervical


enamel projections, enamel pearls, bifurcation ridges, kecekungan
akar, developmental grroves, kedekatan akar, keterlibatan furkasi,
mobilitas gigi

D.

Faktor protesa/restoratif
1.

Pilihan abutment : Gigi yang berperan sebagai abutment berfungsi


untuk meningkatkan fungsi. Gigi yang telah mendapat perawatan
endodontik dengan pasak lebih mungkin fraktur jika berperan sebagai
distal abutment yang menyokong gigi tiruan sebagian distal.

2.

Karies : gigi dengan karies ekstensif harus direstorasi dan dirawat


endodontik dahulu sebelum dilakukan perawatan periodontal.

3.

Gigi non-vital : gigi vital dan non-vital memiliki prognosis


periodontal yang sama karena perlekatan baru dapat muncul pada
sementum baik di gigi vital maupun non-vital.

4.

Resorpsi akar

Jenis-jenis prognosis
1. Sangat baik (excellent prognosis) : tidak ada kehilangan tulang, kondisi
gingiva sangat baik, kooperasi pasien baik dan tidak ada penyakit
sistemik/faktor lingkungan tertentu.
2. Baik (good prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan berikut
: sokongan tulang yang tersisa cukup, kemungkinan untuk mengontrol
faktor etiologi dan merawat gigi geligi cukup, pasien cukup kooperatif,
tidak ada faktor sistemik/lingkungan atau jika ada terkontrol baik.

33

3. Sedang (fair prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan


berikut : sokongan tulang yang tersisa tidak cukup, beberapa gigi goyang,
keterlibatan furkasi grade 1, memungkinkan perawatan yang baik, pasien
cukup kooperatif, terdapat beebrapa faktor sistemik/lingkungan.
4. Buruk (poor prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan
berikut : kehilangan tulang moderate-advance, mobilitas gigi, keterlibatan
furkasi grade 1 dan 2, area tsb sulit dirawat dan/atau kooperasi pasien
diragukan, ada faktor sistemik/lingkungan
5. Dipertanyakan (questionable prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa
ketentuan berikut : kehilangan tulang advanced, keterlibatan furkasi grade
2 dan 3, mobilitas gigi, area tsb tidak dapat diakses, ada faktor
sistemik/lingkungan
6. Tidak ada harapan (hopeless prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa
ketentuan berikut : kehilangan tulang advanced, area tsb tidak dapat
dirawat, indikasi ekstraksi, ada faktor sistemik tidak terkontrol/lingkungan

Apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan


maka langkah berikutnya adalah merencanakan perawatan yang akan dilakukan
terhadap kasus tersebut. Rencanaperawatan suatu kasus adalah merupakan cetak
biru (blue print) bagi penanganan kasusnya. Dalam rencana perawatan tersebut
tercakuplah semua prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan memelihara
kesehatan serta mengembalikan fungsi sistem stomatognasi secara utuh, antara
lain: keputusan mengenai gigi mana yang dipertahankan dan gigi mana yang harus
dicabut, tehnik yang dipilih untuk terapi, perlu atau tidaknya prosedur bedah atau
rekonstruktif dan koreksi oklusal, tipe retorasi yang akan dibuatkan, dan gigi yang
akan digunakan sebagai gigi sandaran (abutment).
Rencana perawatan yang disusun bukanlah suatu rencana yang bersifat
final. Perkembangan yang terjadi selama perawatan berjalan yang belum
terdeteksi sebelumnya, bisa menyebabkan harus dimodifikasinya rencana
perawatan yang telah disusun. Namun demikian, sudah menjadi ketentuan
bahwa perawatan tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum disusunnya rencana

34

perawatan, kecuali perawatan emergensi. Suatu perawatan gigi dan mulut


membutuhkan suatu perencanaan jangka panjang. Manfaat perawatan bagi pasien
adalah diukur dari seberapa lama gigi geliginya masih dapat berfungsi optimal,
dan bukan dari seberapa banyak gigi yang diputuskan untuk dipertahankan.
Sehubungan dengan prinsip tersebut diatas, keselamatan gigi geligi tidak boleh
terancam hanya karena keinginan untuk mempertahankan gigi yang prognosisnya
adalah tanda tanya (questionable).
LO 4 : INDIKATOR KEBERHASILAN PERAWATAN
Parameter bahwa perawatan gigi dan mulut pada anak telah berhasil dilakukan
antara lain:
1. anak tidak mengalami keluhan fisik setelah perawatan,
2. perawatan yang diberikan efektif dan tepat,
3. anak memahami cara merawat gigi dan pencegahan dari penyakit serta
kerusakan pada gigi,
4. anak tidak merasa takut pada perawatan gigi,
5. menjadi pasien yang kooperatif dan dapat diajak bekerjasama,
6. secara umum keadaan gigi geligi anak menjadi sehat, gigi terawat,
jaringan lunak sehat.
7. Dapat menghilangkan gejala
8. Efektif dan efisien
9. Mengembalikan fungsi stomatognasi
10. Tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan disekitarnya
11. Tidak menimbulkan suatu reaksi alergi
12. Tidak memperparah penyakit yang sudah ada
13. Tidak terjadi rekurensi
Berdasarkan skenario, diagnosa untuk gigi 54 adalah pulpitis reversible karena
diketahui dari berbagai pemeriksaan bahwa gigi masih vital, karies media dan
tidak ada nyeri spontan sedangkan untuk gigi 52 dan 53 adalah tanggal prematur
35

karena gigi hilang sedangkan gigi pengganti yaitu 12 dan 13 belum erupsi dan
masih tertutup tulang alveolar.
Rencana perawatan terdiri dari preventif yaitu melakukan DHE, fissure sealant
untuk gigi yang memiliki pit dan fissure dalam serta Topikal Aplikasi Fluor untuk
gigi yang sehat. Untuk kuratif rehabilitatif dilakukan penambalan pada gigi 54
yang karies proksimal MOD dengan bahan GI. Dipilih GI karena bahan ini
mengandung flour selain itu pengaplikasiannya juga lebih singkat sehingga cocok
untuk penambalan gigi anak. Untuk gigi 52 dan 53 yang tanggal prematur dapat
digunakan space maintener fungsional lepasan. Space maitener fungsional dipilih
karena dapat merangsang erupsi benih gigi 12 dan 13 yang masih tertutup tulang
alveolar. Dapat juga memakai parsial denture dengan syarat penggunaannya
kurang dari 6 bulan. Selain itu sangat penting dilakukan kontrol periodik
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali S. 1990. Problem Oriented Medical Record. Buku Panduan Penataran
Tutor Ketrampilan Klinik Dasar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
2. Andlaw RJ, Rock WP. 1992. Perawatan Gigi Anak Ed. 2. Jakarta: Widya
Medika
3. Grossman IL, Oliet S, Rio CED. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktik
Ed. 11. Jakarta: EGC
4. Julianti R, Dharma MS, Erdaliza, Anggia D, Fahmi F, dkk. 2008. Gigi dan
Mulut. Pekanbaru: FK UNRI
5. Kosterman Usri, Eriska Riyanti, dkk. 2006. Diagnosis dan Terapi
Penyakit Gigi dan Mulut. Bandung: LSKI.
6. McDonald,Avery,Dean. 2004. Dentistry fot the child and adolescent 8 th.
Unitated States of America: Mossby
7. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. 2012. Carranzas Clinical
Periodontology. 11 th ed., Singapore: Elsevier
8. Nurhay A, Daldiyono, Markum, Suwondo A, Rani A, Harun A, dkk. 2005.
Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
9. Soeparmin Soesilo, drg. 2010. Pedodontic treatment triangle berperan
dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak. Interdental vol. 8 No. 2.

36

Anda mungkin juga menyukai