Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan intraoral :

1. Tes perkusi

Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah : nyeri
terhadap pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan nyaring/solid
metalic).

Perkusi  dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan
menggunakan ujung jari atau ujung instrumen dengan intensitas pukulan yang
ditingkatkan. Pada pasien anak sebaiknya jangan menggunakan gagang instrumen untuk
mengetuk gigi karena hal ini dapat disalahartikan pada anak sebagai nyeri. Nyeri pada
perkusi memberikan informasi tentang luasnya kerusakan pada jaringan periapikal dan
ligamen periodontal. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias dan
membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan
yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-
oklusal ke permukaan bukal atau horizontal-bukolingual mahkota.

- Respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal : kelainan di periapikal yang


disebabkan oleh lesi karies.
- Respon nyeri terhadap perkusi horizontal-bukolingual : kelainan di periapikal
yang disebabkan oleh kerusakan jaringan periodontal.
Gigi yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan
pasien saat merasa sakit.

Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda.

- Terdengar lebih nyaring (solid metalic sound) dibandingkan dengan gigi yang
sehat: gigi yang mengalami ankilosis serta gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka
tanpa disertai dengan kelainan periapikal akibat resonansi di dalam kamar pulpa yang
kosong.

- Terdengar lebih redup (dull sound) dibandingkan dengan gigi yang sehat : gigi
yang menderita abses periapikal atau kista.
Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul (dull sound) karena terlindungi
oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan menimbulkan bunyi yang lebih solid
daripada gigi berakar tunggal.

2. Tes vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah


suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu :

a. Tes termal : tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi
untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.
- Tes dingin : dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil
klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC).

a) Gigi vital : pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan
nyeri tajam yang singkat
b) Gigi nonvital : pasien tidak merespon atau tidak merasakan apa-apa.
Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
sebelahnya tau mengenai gingiva. Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin
diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).
- Tes panas : jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan
menggunakan gutta percha panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen
yang dapat menghantarkan panas dengan baik.

b. Tes kavitas : untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat
yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit.
Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika
terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit.

c. Tes jarum miller : diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies
atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller
hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang
menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan
gigi masih vital.
d. Tes elektris : dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk
stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic Pulp Tester (EPT). Tes
elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan
disentuh dengan menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak
boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah
dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali
supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung. Gigi
dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan non vital
jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi
listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang
juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan
jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan
baterai habis.

3. Tes mobilitas

Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di


sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Tes
mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan
menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi
periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Hasil tes
mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan.

a) Derajat pertama : gerakan gigi yang nyata dalam soketnya


b) Derajat kedua : gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan
sentuhan lidah
c) Derajat ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala
arah.

4. Tes Gigit

Tes gigit berguna untuk mengidentifikasi gigi cracked atau cusp yang fraktur juga
untuk mendiagnosis patosis pulpa yang telah meluas ke daerah periradikular yang
menyebabkan periodontitis apikalis. Tooth slooth dan frac finder adalah alat yang paling
sering digunakan untuk tes ini. Kita harus memperhatikan apakah pasien merasakan
tidak nyaman atau sakit saat menggigit atau melepaskan gigitan.

a) Sakit saat menggigit : periodontitis apikalis


b) Sakit saat melepaskan gigitan : gigi cracked

5. Tes palpasi

Palpasi jaringan lunak dan keras yang menutupi gigi dapat memberikan informasi
mengenai status jaringan periradikular gigi. Dalam situasi normal dan sehat, palpasi tidak
menyebabkan ketidaknyamanan. Namun, jika ada peradangan, maka palpasi dapat
menghasilkan ketidaknyamanan atau bahkan rasa sakit. Rasa sakit lebih mungkin terjadi
ketika ada pembengkakan pada mukosa di atas akar gigi.
Palpasi dilakukan dengan merasakan dan menekan dengan lembut mukosa yang
menutupi gigi. Ini harus dilakukan pada aspek labial/bukal dan lingual/palatal dari gigi.
Ini harus dilakukan diatas daerah periapikal serta disepanjang seluruh akar gigi. Dalam
kebanyakan kasus dengan periodontitis apikal atau abses apikal, aspek labial/bukal akan
memiliki nyeri tekan tetapi ini tidak selalu terjadi dan tergantung pada tingkatan
peradangan dan penyebarannya ke arah labial/bukal atau aspek lingual/palatal. Selain
menilai apakah palpasi menyebabkan ketidaknyamanan, dokter harus menilai apakah
wilayah terasa normal sehubungan dengan bentuk dan ukuran dari kelainan apa pun
ditambah apakah daerah terasa keras, lunak, atau berfluktuasi. Gigi dan jaringan di
sekitarnya pada sisi mulut yang kontralateral juga harus diperiksa secara visual dan
dipalpasi karena ini dapat membantu menentukan apakah terdapat sesuatu yang tidak
biasa ditemukan dengan palpasi adalah variasi anatomi normal atau tidak.
Tidak adanya ketidaknyamanan selama palpasi tidak selalu berarti bahwa tidak
ada penyakit atau jaringan sehat, misalnya, gigi dengan periodontitis apikal kronis
biasanya tidak merasakan nyeri saat palpasi. Sebaliknya, adanya rasa tidak nyaman
belum tentu berarti ada penyakit, misalnya, palpasi pada struktur anatomi seperti
foramen mental mungkin dapat menyebabkan tidak nyaman untuk beberapa pasien.

Anda mungkin juga menyukai