Anda di halaman 1dari 3

Tes Vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes
termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.

1. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputiaplikasi panas dan dingin pada
gigi untuk mentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.
(a) Tes dingin,
Dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil
klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes
dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksadengan menggunakan cotton
roll maupun rubber dam.
Mengeringkan gigi yang akan dites.
Apabila menggunakan etil klorida maupunrefrigerant dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan
nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila
tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital
atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes
dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva. Respon negatif palsu dapat
terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan
(metamorfosis kalsium).[1]

(b) Tes panas


Pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes
panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca
panas, compound panas, alattouch and heat dan instrumen yang dapat
menghantarkan panas dengan baik. Gutta perca merupakan bahan yang paling
sering digunakan dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan diatas
bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi.
Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa
nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi
vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi
sudah non vital. [2]
2. Tes kavitas
Bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat
yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit.
Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika
terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit. [1]

3. Tes jarum miller


Diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes
kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga
ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang
menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan
gigi masih vital.[2]

4. Tes elektris
Merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik,
untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulptester (EPT). Tes
elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan disentuh denganmenggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial,
tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah
dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali
supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung. Gigi
dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan non vital
jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi
listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga
tidak akurat karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan
jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan
baterai habis. [1]

Sumber :
1. Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek,
edisi kesebelas, EGC, Jakarta.
2. Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC,
Jakarta.

Mekanisme Ngilu (Nyeri)


Rangsangan Enamel Dentin Ruang Pulpa Saraf
Diawali dengan adanya penipisan pada lapisan gigi terluar yaitu enamel. Lalu terjadi
kontak (rangsangan) dari luar seperti panas, dingin, dehidrasi (hembusan udara), asam, maupun
alat-alat kedokteran gigi seperti pinset, sonde dan lainnya. Karena lapisan email mengalami
penipisan, maka menyebabkan bagian tengah gigi yaitu dentin terbuka. Akibatnya, dentin yang
tersambung pada saraf di ruang pulpa ini akan sensitif terhadap rangsangan tadi sehingga
menyebabkan rasa ngilu yang tajam dan sesaat.
Bagi penderita, rasa ngilu itu merupakan suatu gangguan, dimana secara tidak langsung
akan menimbulkan masalah lain seperti terganggunya pembersihan gigi dan mulut, sehingga
kebersihan gigi dan mulut kurang sempurna yang akhirnya menyebabkan kelainan periodontal.

Anda mungkin juga menyukai