Anda di halaman 1dari 14

Nama : Ade Dian Karunia

NIM : 31102000001
SGD :7

1. Bagaimana interpretasi gambaran radiograf pada kasus di skenario beserta


pemeriksaan objektif?

Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi
rongga mulut pasien baik jaringan keras maupun lunak. Beberapa pemeriksaan yang
dilakukan pada gigi diantaranya adalah :
Perkusi
Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah :
nyeri terhadap pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan
nyaring/solid metalic) Perkusi  dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi
tidak keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan
ditingkatkan. Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan
dengan menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan
hasil yang bias dan membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk
memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu
mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau horisontal-
bukolingual mahkota.
Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal
menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi yang
memberikan respon nyeri terhadap perkusi horisontal-bukolingual menunjukkan
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
kelainan di periapikal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan periodontal. Gigi
yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan
pasien saat merasa sakit.
Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda.
Pada gigi yang mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic
sound) dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa
disertai dengan kelainan periapikal juga bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring
dikarenakan resonansi di dalam kamar pulpa yang kosong. Sedangkan pada gigi yang
menderita abses periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull sound)
dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul
(dull sound) karena terlindungi oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan
menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar tunggal (Miloro, 2004)
Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu
kavitas atau tidak. Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada
vitalitas gigi atau kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak memberikan respon terhadap
sondasi pada kavitas yang dalam dengan pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi
tersebut nonvital
Probing
Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan
menggunakan alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe ke
dalam attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi
pasien yang sakit.
Tes mobilitas – depresibilitas
Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus
pengikat di sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada
alveolusnya. Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam
soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan
menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status
periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan.
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua
apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah
dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke
segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke
arah vertikal dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen .
Tes vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan,
yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
 Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan
dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
 Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil
klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes
dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.

 Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan


menggunakan cotton rollmaupun rubber da
 Mengeringkan gigi yang akan dites.
 Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan
dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
 Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
 Mencatat respon pasien.

Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak
ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital
atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi
tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva. Respon negatif palsu
dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami
penyempitan (metamorfosis kalsium).

 Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan


vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih.
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca
panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat
menghantarkan panas dengan baik . Gutta perca merupakan bahan yang paling
sering digunakan dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di
atas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal
gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian
bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca
menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa
menandakan gigi sudah non vital .
 Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi
gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga
timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum
miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit
 Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies
atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum
miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah
negatif yang menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa
nyeri menandakan gigi masih vital
 Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya
menggunakan Electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan
cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan
menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh
mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah
dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak
tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan
pada orang yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat
pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau
hangat dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat
dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati
akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan
lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan
baterai habis

2. Jelaskan derajat mobilitas pada gigi


ETIOLOGI MOBILITAS
 Trauma from occlusion (TFO) bisa menjadi alasan utama
mobilitas gigi. Trauma oklusal dapat terjadi pada periodonsium utuh (TFO
primer) atau pada periodonsium yang telah tereduksi oleh penyakit inflamasi
(TFO sekunder). Jadi selama mendeteksi keberadaan dan tingkat mobilitas,
evaluasi fungsional yang hati-hati dari oklusi harus dilakukan sayangnya
sering diabaikan oleh para klinisi.
 Periodontitis menyebabkan hilangnya tulang alveolar, yang merupakan
penyangga gigi. Jadi tingkat mobilitas lebih dikaitkan dengan sisa dukungan
tulang alveolar daripada pola kehilangan tulang alveolar. Selain itu, bentuk
akar (mobilitas akar-kurang melengkung), situs akar (mobilitas akar-kurang
lebih panjang), jumlah akar (gigi berakar ganda menunjukkan mobilitas yang
lebih rendah daripada gigi berakar tunggal), rasio akar mahkota (rasio akar
mahkota yang meningkatmeningkatkan mobilitas), dll. memainkan peran
penting. Padahal, luas permukaan akar yang memberikan perlekatan senyawa
tulang terhadap stabilitas gigi
 Lesi endo-perio yaitu, perluasan peradangan pada ruang PDL dari apeks akar
karena keterlibatan endodontik dapat menyebabkan mobilitas. Perawatan
endodontik diperlukan untuk mengelola mobilitas tersebut (pada lesi
periodontik endodontik primer-sekunder)
 Patologi, misalnya kista, tumor, osteomyelitis, fraktur akibat trauma dll dapat
menyebabkan mobilitas gigi.
Tahapan mobilitas gigi
Tahap awal/intra-soket: ini terjadi dalam batas-batas PDL. Hal ini terjadi karena
distorsi viskoelastik cairan periodontal, serat periodontal dan konten interbundle
Pergerakan berkisar antara 50-100μm, di bawah beban 100lb
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
Tahap sekunder: ini terjadi karena deformasi elastis tulang alveolar sebagai respons
terhadap peningkatan gaya horizontal.
Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi)
Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai
dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal maupun horisontal. .
Kegoyangan dapat disebabkan adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi,trauma
dari oklusi, dan adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan pendukung
yang lebih dalam, serta proses patologik rahang.
Menurut (Fedi dkk, 2000) kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat :
Derajat 1. yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal.
Derajat 2. yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan
Derajat 3. yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan ke
arah apikal

Cara melakukan pemeriksaan kegoyahan gigi :


a. Kegoyangan gigi dapat diketahui dengan menggunakan dua tangkai instrumen
atau satu tangkai instrumen dan satu jari.
b. Gigi ditahan dengan salah satu tangan (ujung jari) dan satu tangan yang lain
memegang instrumen one end dan pangkal instrumen di letakan pada gigi
sebelah buccal dan di tekankan ke arah bucal dan lingual
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7

3. Bagaimana pathogenesis dari kasus di skenario?

Infeksi Mikroorganisme

Menembus dentin

Berkembang pada tubuli


dentinalis

Molekul yang menstimulasi :


Penguraian matriks dentin
 Heparin-binding growth factor
 Transforming growth factor
Dentin peritubuler dan (TGF)-B1, TGF-B3
dentin reparatif yang tidak  Insuline-Like growth factor
teratur (IGF)-1 dan 2
 Growth factor platelet
 Angiogenic growth factor
Adanya akses ke pulpa

Inflamasi

Pulpitis reversibel

Pulpitis irreversibel

Nekrosis Pulpa

Lesi periapikal
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7

Penjelasan bagan Patogenesis :


 Mekanisme terjadinya penyakit pulpa bermula dari bakteri yang menembus dentin
dan berkembang dalam tubuli dentinalis yang permeabel menyebabkan permeabilitas
dentin menurun dengan terbentuknya dentin peritubuler dan dentin reparatif yang
tidak teratur. Apabila tidak dilakukan perawatan, maka toksin bakteri akan masuk dan
mencapai pulpa, kemudian menyebabkan inflamasi pada pulpa vital
 Respon inflamasi awal dimulai oleh odontoblas kemudian sel dendrit. Deteksi
patogen dilakukan dengan reseptor spesifik yang disebut pattern recognition receptors
(PRRs). Reseptor ini mengenali pola molekuler patogen (PAMPs) pada organisme
yang menginvasi dan memulai pertahanan host
 Pertahanan host melalui aktivasi nuclear factor (NF)-kB. Salah satu molekul pengenal
PAMP adalah toll-like receptor family (TLRs). Odontoblas telah terbukti dapat
meningkatkan pengeluaran TLRs sebagai respon terhadap produk bakteri. Ketika
TLR odontoblas terstimulasi oleh patogen, cytokine, chemokine, dan peptida
antimikrobial diuraikan oleh odontoblas, menghasilkan stimulasi dari sel imun
efektor sebagai pembunuh bakteri secara langsung. Odontoblas yang terstimulasi
diekspresikan oleh interleukin (IL)-8 yang berperan dengan pelepasan TGF-β1 dari
karies dentin, hasil dari peningkatan jumlah sel dendrit pada suatu titik, dengan
tambahan pelepasan mediator kemotaktik
 Dengan berkembangnya lesi karies, jumlah sel dendrite dalam daerah odontoblas
meningkat. Sel dendrit pulpa bertanggung jawab untuk pengenalan antigen dan
stimulasi limfosit T. Pada pulpa yang belum terinflamasi, mereka tersebar di seluruh
bagian pulpa. Dengan perkembangan karies, mereka awalnya berkumpul dalam pulpa
dan daerah subodontoblas, kemudian meluas ke lapisan odontoblas, dan akhirnya
bermigrasi ke tubulus.
 Selain daripada itu Pulpal Schwann cell juga menghasilkan molekul sebagai respon
terhadap karies, yang menunjukkan kemampuan mengenali antigen. IgG, IgM, dan
IgA dikirimkan untuk menangani dentin yang mengalami karies, Mediator
neurogenik terlibat dalam respon pulpa terhadap iritan dan mereka dapat menengahi
patologi seperti respon penyembuhan. Substansi P, calcitonin gene-related peptide
(CGRP), neurokinin A (NKA), NKY, dan vasoactive intestinal peptide dilepaskan
dan menyebabkan vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas vascular. Stimulasi
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
nervus simpatetik seperti norepinephrine, neuropeptide Y, dan adenosine triphospate
(ATP) dapat mengubah aliran darah pulpa
 Neuropeptida dapat berperan untuk mengatur respon imun pulpa. Substansi P
berperan sebagai kemotaktik dan agen stimulasi untuk makrofag dan limfosit T. Hasil
dari stimulasi ini adalah peningkatan produksi arachidonic acid metabolite, stimulasi
mitosis limfosit dan produksi sitokin. CGRP melakukan aktivitas imunosupresi, yang
ditunjukkan dengan pengurangan produksi H2O2 oleh makrofag dan proliferasi
limfosit. Substansi P dan CGRP dapat menginisiasi dan menyebarkan respon
penyembuhan pulpa. CGRP dapat menstimulasi produksi bone morphogenic protein
oleh sel pulpa. Hasilnya, hal ini menginduksi dentinogenesis tersier (pembentukan
dentin tersier)
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7

4. Bagaimana tanda dan gejala infeksi pada pulpa?

Gigi memiliki anatomi yang kompleks dengan berbagai lapisan, di antaranya:


 Enamel
Merupakan bagian terluar gigi yang berwarna putih dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung gigi
 Dentin
Berada di bawah enamel gigi dan berwarna kekuningan sehingga jika lapisan
enamel terkikis maka gigi menjadi kekuningan Terdapat rongga kecil yang
berhubungan langsung dengan jaringan pulpa sehingga jika lapisan dentin
terbuka akan timbul rasa nyeri saat makan atau minum
 Pulpa (saraf gigi)
Berfungsi membentuk dentin, menyuplai nutrisi, mempertahankan gigi, serta
berisi saraf dan pembuluh darah untuk gigi Sebagai jaringan yang berisi saraf
dan pembuluh darah, pulpa dilindungi oleh lapisan enamel dan dentin untuk
mencegah bakteri masuk.
Pada gigi dengan lapisan enamel dan dentin yang rusak maka akan
menyebabkan pulpa terbuka dan berisiko terinfeksi bakteri. Ketika bakteri berhasil
masuk ke dalam bagian pulpa maka akan menyebabkan rasa nyeri hebat pada saraf-
saraf yang terinfeksi, kondisi ini disebut pulpitis. Pulpitis merupakan suatu kondisi
yang menyebabkan peradangan pada pulpa atau saraf gigi akibat infeksi bakteri.
Peradangan dapat terjadi akibat karies (gigi berlubang) atau cedera pada gigi yang
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
tidak segera ditangani sehingga semakin parah. Pulpitis dapat terjadi pada satu gigi
atau lebih dan menimbulkan rasa sakit akibat pembengkakan. Pulpitis sering menjadi
penyebab utama sakit gigi.
terdapat dua bentuk pulpitis berdasarkan tingkat keparahan rasa sakit yang dirasakan,
yaitu:
 Reversible pulpitis
Peradangan bersifat ringan dan pulpa gigi cukup sehat sehingga masih dapat
diselamatkan.
 Irreversible pulpitis
Peradangan telah merusak pulpa sehingga pulpa tidak dapat diselamatkan
Dapat menyebabkan abses periapikal, yaitu infeksi yang terjadi di akar gigi
dan membentuk kantong nanah. Infeksi yang tidak ditangani dapat menyebar
ke bagian tubuh lain, seperti sinus, rahang, bahkan otak.
Gejala
gejala awal dari pulpitis adalah nyeri yang mungkin datang tiba-tiba, terasa
intens, dan berdenyut, atau mungkin disertai nyeri tumpul dan rasa pegal. Rasa sakit
pada reversible pulpitis lebih ringan dan hanya muncul saat makan, sedangkan pada
irreversible pulpitis cenderung lebih parah dan terjadi sepanjang hari dan malam.
Gejala dari reversible pulpitis, di antaranya adalah:
 Sensitivitas terhadap makanan manis
 Sensitivitas terhadap makanan panas dan dingin yang hanya berlangsung saat
terpapar oleh hal-hal tersebut
 Rasa sakit yang tajam
 Gigi tidak sakit saat diketuk
Sedangkan gejala irreversible pulpitis, meliputi:
 Rasa sakit yang hebat
 Nyeri spontan
 Sensitivitas terhadap panas atau dingin yang berlangsung lebih dari 30 detik
 Gigi terasa sakit saat diketuk
 Pembengkakan di sekitar gigi dan gusi
 Demam
 Bau mulut
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7
 Rasa tidak enak di mulut
 Sulit menemukan gigi mana yang menyebabkan rasa sakit‌
Mind mapping :

Perempuan 38 tahun

Sakit pada gigi 36 sakit 3 hari lalu

Pemeriksaan

Pemeriksaan subjektif Pemeriksaan objektif Pemeriksaan radiografi

Rasa sakit tidak mereda  Gigi 36 karies profunda  Mahkota : radiopak meluas
kamar pulpa, bagian enamel-
walaupun minum obat, pasien  Pulpa terbuka pada dentin menghilang terdapat
ingin giginya dirawat koronal gigi radiolusen
 CE (-)  Akar : 2 divergen, resopsi 1/3
 Sondasi (+) apikal
 Lamina dura : menghilang
 Perkusi (+)  Alveolar crest : penurunan
 Mobilitas derajat 2 mesial distal
 Apikal : radiolusen berbatas
difus

Diagnosis

Nekrosis pulpa dengan lesi periapikal symtomatik apikal periodontitis

Etiologi Faktor resiko Patogenesis Tanda gejala

 Invasi bakteri  OHI yang  Sensitivitas terhadap


melalui celah buruk
dentin/restorasi  Penyakit makanan manis,
 Trauma fisis sistemik panas,dingin
mekanis/terma/  Bad habbit
kimiawi  Rasa sakit yang tajam
 Nyeri spontan
 NyeriTidak terlokalisir
Perawatan
Spliting, penghilangan nyeri  Karies yang meluas
 Bau mulut
 Turunnya alveolar
crest
 Lesi pada periapikal
Nama : Ade Dian Karunia
NIM : 31102000001
SGD :7

Referensi : Estraksi

 Wedagama, Dewa Made, Hartini, Lusi Ernawati, 2019, Single Visit Endodontic Treatment on
Left Maxillary First Molar with Reciprocal System, Interdental Jurnal Kedokteran Gigi, Vol.
15(1):30-33
 Ahmed F, Thosar N, Baliga MS, Rathi N,, 2016, Single visit endodontic therapy: A review,
Austin J Dent, Vol 3(2):1-4.
 Santoso, Laurensia, Yulita Kristanti, 2016, Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Gigi
Molar Kedua Kiri Mandibula Nekrosis Pulpa dan Lesi Periapikal, Majalah Kedokteran Gigi
Klinik, Vol. 2 (2): 65-71.
 Hutami, Ovilya Septy, Anna Muryani, 2020, Perawatan Saluran Akar (PSA) Satu Kali
Kunjungan pada Gigi Molar Pertama Bawah Kanan dengan Restorasi endocrown Resin
Komposit (laporan kasus), Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Vol. 32(1): 54-63
 Widyastuti, Noor Hafida, 2017, Penyakit Pulpa dan Periapikal beserta Pelaksanaannya,
Surakarta, Muhammadiyah University Press
 Subrata, Anastasia Elsa Prahasti, Bernard Ongki Iskandar, 2019, Influence of Two Root
Canal Obturation Techniques with Resin Based Sealer to Enterococcus faecalis Penetration.
Journal of Indonesian Dental Association, Vol (1): 21-28.
 Aishwarya, Tamase, Ghivari Sheetal, Pujar Madhu, Kadam Krutika, Dandavati Divyashree,
2020, Role of Single Visit Endodontics In Contemporary Dental Practice, IP Indian Journal of
Conservative and Endodontics, Vol. 5(4): 165-167.

Anda mungkin juga menyukai