Perkembangan ilmu kedokteran saat ini, termasuk radiologi dan kedokteran nuklir sangat
pesat, didukung oleh perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra alat tubuh
dengan komputer sebagai pengolah data. Bahkan kini ini telah berkembang menjadi peralatan
canggih kamera gamma dan kamera positron yang dapat menampilkan citra alat tubuh dua dimensi
ataupun tiga dimensi baik bersifat statis maupun dinamis. Dalam kedokteran nuklir, menggunakan
sumber radiasi terbuka buatan yang berasal dari disintegrasi inti radionuklida, baik yang
dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi in- vivo) maupun hanya di reaksikan saja dalam bahan
biologis yang diambil dari tubuh pasien (studi in-vitro)
Radiografi sebagai salah satu disiplin ilmu dalam kedokteran gigi memiliki peran yang
makin lama makin penting seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Dalam
beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah demikian pesatnya sehingga dapat
mempermudah dokter gigi dalam menegakkan diagnosis dan melakukan perawatan yang tepat
sesuai dengan indikasi dari kasus. Suatu radiogram gigi memegang peranan penting dalam
menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan. Dalam
mempelajari radiologi oral ada dua bagian yang perlu diperhatikan, yaitu teknik untuk
mendapatkan hasil yang optimal, dan kedua tentang interpretasi atau bagaimana cara menafsirkan
radiogram yang telah dibuat. 1,2
1
1.2 DESKRIPSI TOPIK
Nama Pemicu : Gigiku sakit
Narasumber : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K); Cek Dara Manja, drg.,
Sp.RKG; Minasari,drg.,MM
Seorang wanita berumur 40 tahun, datang ke praktek dokter gigi mengeluhkan geraham
sebelah kanan bawah berlubang besar dan gusinya bengkak tetapi pasien tidak merasakan sakit.
Pasien ingin melakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap keluhan/ penyakit yang
dideritanya.
Hasil pemeriksaan klinis oleh dokter gigi ditemukan gigi 47 non vital dan bengkak pada
gingiva, gigi 14 terlihat karies dengan pulpa yang sudah terbuka serta gigi 28 belum erupsi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tahap awal dalam proses asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah tahap pengkajian. Dalam
tahap pengkajian, kita akan mengumpulkan informasi baik secara subjekti maupun objektif.
Pemeriksaan subjektif berupa data umum pasien (identitas pasien), keluhan pasien (anamnesis),
riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi. Sedangkan pemeriksaan objektif berupa data
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan
memakai indera penglihatan, pendegaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah
kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral
yang meliputi pemeriksaan jaringan keras gigi dan pemeriksaan mukosa mulut.3
Pemeriksaan intra oral yaitu pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang meliputi mukosa
dan gigi geligi. Jika dikaitkan dengan kasus, diketahui bahwa geraham kanan bawah berlubang
besar dan gingiva bengkak namun pasien tidak merasakan sakit. Terdapat pula gigi yang karies
pulpa. Pemeriksaan awal yang dapat dilakukan adalah inspeksi, yaitu pemeriksaan yangidlakukan
dengan cara melihat bagian gigi yang akan diperiksa melalui pemeriksaan jaringan keras gigi yang
dilakukan pada seluruh gigi secara berurutan. Selanjutnya pada gigi yang terindikasi adanya
kelainan/kerusakan, dilakukan :
1. Tes Vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan,
yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller, dan tes elektris. Namun untuk indikasi sesuai
kasus cukup dilakukan tes termal. Tes termal meliputi aplikasi :
o Tes Dingin, dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju
karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Apabila pasien merespon ketika
diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam yang singkat maka menandakan
3
bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-
apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa.
o Tes Panas, dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca panas,
compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas
dengan baik. Pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih.Rasa
nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital,
sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non
vital.
Berdasarkan skenario, jika gigi diuji dengan tes dingin maka pasien tidak akan
merasakan apa-apa karena gigi pasien sudah non vital dan jika diuji dengan tes panas akan
merasakan hal yang sama.
2. Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan
menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan. Selain menggunakan
ujung jari, pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan ujung instrument.
Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah nyeri terhadap
pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan nyaring/solid metalic).
Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias dan membingungkan penegakan
diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah
pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau
horizontal-bukolingual mahkota.
4
gigi tersebut bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring dikarenakan resonansi di dalam
kamar pulpa yang kosong.
3. Tes Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggosok jari telunjuk sepanjang mukosa wajah dan
lingualyang melapisi apical regio gigi. Abses alveolar atau pathosis periapaikal lainnya
akan menyebabkan rasa nyeri ketika palpasi. Palpasi juga dapat mengungkapkan bengkak
yangtidak disertai rasa nyeri yang mungkin diabaikan Abses periapikal disebabkan
olehserangan sejumlah sel darah putih untuk melawan infeksi. Sekumpulan sel darah
putihdan jaringan yang mati akan menjadi nanah. Biasanya nanah yang mulanya berasal
dariinfeksi gigi akan dialirkan ke gusi sehingga timbul pembengkakan gusi yang berada
didekat akar gigi.3
Radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi berdasarkan teknik pemotretan
dan penempatan film, dapat dibagi menjadi dua, yaitu teknik ekstraoral dan teknik intraoral. Pada
teknik radiografi ekstraoral, film rontgen diletakkan di luar mulut pasien, diantaranya adalah
teknik radiografi panoramik, proyeksi lateral sefalometri, dan lain-lain. Teknik radiografi intraoral
merupakan teknik pemotretan radiografi gigi geligi dan jaringan disekitarnya dengan film
diletakkan di dalam rongga mulut pasien, diantaranya adalah radiografi periapikal, radiografi
bitewing dan radiografi oklusa.Teknik tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing masing. Teknik yang baik akan menghasilkan kualitas foto yang baik. Kualitas sebuah foto
tergantung dari densitas, kontras, ketajaman, magnifikasi, distorsi, dan ketepatan anatomis. 4
Berdasarkan kasus diatas, jenis radiografi yang tepat untuk gigi 47 adalah periapikal
radiografi. Radiografi periapikal adalah komponen penunjang diagnostic yang menghasilkan
gambar radiografi dari berbagai gigi dan jaringan apeks disekitarnya. Radiografi periapikal
emnggunakan film yang berukuran 3x4 cm. Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan dapat
memberikan gambaran secarar rinci tentang jaringan disekitarnya. Pada teknik periapikal
menghasilkan gambar dalam dua dimensi, dimana tidak dapat melihat regio buccal dan lingual
5
(atau palatum) dan menghasilkan struktur yang superimposed. Pada kasus diketahui bahwa gigi
47 non vital dan daerah gingiva bengkak. Berdasarkan hal tersebut, maka indikasi dilakukannya
radiografi jenis periapikal adalah untuk mendeteksi peradangan pada daerah gingiva serta
diperlukannya gambaran untuk perawatan endodontik.
Radiografi periapikal hanya dapat menentukan objek dalam dua dimensi yaitu hubungan
anteriorposterior dan superior inferior. Tiga metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi dalam tiga dimensi yaitu memeriksa dua gambar yang diproyeksikan pada sudut yang
tepat. Dalam kasus diatas, untuk memeriksa gigi 47 tersebut juga digunakan tube shift technique
atau yang lebih dikenal dengan teknik penggeseran tabung. Teknik ini menghasilkan hasil yang
mudah untuk diinterpretasi dan minimum eksposure radiasi pada pasien. Metode ini dapat
membantu membedakan saluran yang berimpit dan memudahkan identifikasi keadaan patologis
struktur anatomis, namun terkadang hasil gambaran yang dihasilkan tidak jelas dan menyebabkan
superimposisi pada gigi yang lainnya. Prinsip yang dipakai bahwa objek yang lebih dekat dengan
film akan menghasilkan gambar yang lebih jelas.
Teknik pergeseran tabung ini dapat dilakukan dalam vertikal dan horizontal angulation.
Pada kasus gigi 47 tersebut digunakan horizontal angulation. Pada horizontal angulation,
pergeseran yang dilakukan pada tabung mengarah ke distal dan mesial, sehingga objek yang
awalnya berimpitan maka akan terlihat menjadi mesial dan distal. Apabila tabung digeser ke distal,
maka objek yang berada di bukal akan menjadi bergerak ke mesial sedangkan objek yang berada
di lingual akan tetap di distal. Apabila tabung digeser ke mesial, maka objek yang berada di bukal
akan menjadi bergerak ke distal sedangkan objek yang berada di lingual akan tetap di mesial.4,5
Berdasarkan skenario dapat diketahui bahwa gigi 47 disebut non vital dan ginviva disekitar
gigi tersebut mengalami pembengkakan. Gigi non vital dapat terjadi karena saraf mati dan darah
tidak lagi mensuplai ke darah tersebut. Gigi nonvital di skenario tersebut dapat disebabkan karena
adanya nekrosis pulpa pada gigi 47 yang mengalami karies gangrene pulpa. Penyebaran infeksi
6
berlanjut ke jaringan periapikal yang berakibat timbulnya abses periapikal dan menyebabkan
pembengkakan pada gingiva sekitar gigi 47 . Jika dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa
radiografi, hasil radiografi akan menunjukkan gigi tersebut memiliki 2 radiks, mahkota yang
terdapat radiolusen hingga pulpa, lamina dura yang melebar di 1/3 apikalnya, pelebaran pada
ligament periodontal, serta bifurkasi.6
Impaksi merupakan terhalanganya gigi yang akan erupsi karena kurangnya ruang pada
lengkung rahang atau obstruksi tulang. Molar ketiga rahang atas danr ahang bawah serta kaninus
rahang bawah merupakan gigi yang sering mengalami impaksi. Diketahui pada kasus bahwa gigi
28 pasien tersebut belum erupsi. Padahal pada umur 40 tahun, seharusnya gigi molar 3 pasien
tersebut sudah erupsi. Hal ini dicurigai sebagai impaksi.
Gambaran radiografi sangat membantu dokter gigi menegakkan diagnosis dan rencana
perawatan kasus gigi impaksi. Radiografi dapat mengevaluasi posisi dan jenis impaksi, serta relasi
gigi impaksi dengan gigi tetangganya, bentuk dan ukuran gigi, kedalaman impaksi dalam tulang,
kepadatan tulang di sekitar gigi impaksi, dan hubungan gigi impaksi tersebut dengan struktur
anatomi sekitarnya, seperti adanya kanalis mandibularis, foramen mentalis, maupun sinus
maksilaris jika rahang atas.7
1. Radiografi Panoramik
Keuntungan panoramik diantaranya semua jaringan pada area yang luas dapat
tergambarkan pada film, mencakup tulang wajah dan gigi,pasien menerima dosis radiasi
7
yang rendah, gambar mudah dipahami pasien dan media pembelajaran. Kelebihan lainnya
dari radiologi panoramic adalah dapat membuat keseluruhan maksilomandibular sehingga
dapat menampilkan gigi molar impaksi lebih dari satu regio.
2. Radiografi Periapikal
Penggunaan teknik foto periapikal sangat diindikasikan dari perawatan yang kaan
dilakuakn dengan berabagai keuntungan, seperti gambar yang dihasilkan lebih jelas dan
rinci yang meliputi jaringan gigi dan pendukungnya sehingga memudahkan diagnosis dan
rencana perawatan. Selain itu, biaya foto periapikal lebih murah serta teknik pemotretan
yang lebih sederhana dibanding teknik foto panoramik. 8
Pemeriksaan gigi 28 yang embeded tersebut akan digunakan jenis radiografi periapikal.
Radiografi periapikal lebih dianjurkan karena gambar yang dihasilkan lebih jelas dan rinci. Hal ini
membantu dokter gigi dalam menentukan perawatan. Biaya radiografi periapikal juga lebih murah
daripada radiografi panoromik. Oleh karena itu, radiografi periapikal lebih dipilih karena dengan
biaya yang murah sudah mendapatkan gambaran yang jelas dan rinci.
8
1. Radiografi Periapikal
Menggambarkan teknik intraoral yang menunjukkan gigi individual dan jaringan
di sekitar akar gigi, Tujuan dari pemeriksaan periapikal adalah untuk melihat gigi secara
utuh dari korona sampai periapikal serta jaringan sekitarnya.
2. Radiografi Bitewing
Digunakan unutk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi
mahkota dan mandibula, daerah interproksimal dan crest alveolar dalam film yang sama.
Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan karies.
3. Radiografi Panoramik
Hasil radiografi panoramik ada terlihat tulang mandibula, tulang maksila, gigi geligi
serta jaringan lainnya. Kontra indikasi dari jenis radiografi ini adalah pada lesi karies yang
kecil.
9
Teknik yang dapat digunakan agar semua saluran akar untuk perawatan saluran akar dapat
terlihat adalah teknik Clark.s Rule disebut juga dengan tube shift techinuque atau buccal object
rule atau SLOB (same lingual, opposite buccal) yang awalnya diperkenalkan pada tahun 1910.
Teknik ini menggunakan teknik horizontal dana vertical angulation yang menggerakkan arah
tabung kea rah horizontal dan vertical. Kegunaan teknik ini paling banyak dipakai dalam bidang
endodontik unutk melihat saluran akar yang berimpit pada gigi. 9
Radiografi intraoral dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosa dari
kelainan dalam rongga mulut yang tidak terlihat secara klinis seperti perluasan dari penyakit
periodontal, karies, serta kelainan patologis lain yang ada dalam rongga mulut. Salah satu
contohnya adalah radiologi periapikal. Radiografi periapikal adalah jenis radiografi intra oral yang
bertujuan untuk melihat gigi dan jaringan pendukung di sekitar gigi. Setiap film biasanya
menunjukkan dua sampai empat gigi dan memberikan informasi secara rinci tentang gigi mulai
dari mahkota, dentin, pulpa, akar gigi, dantulang alveolar sekitar gigi sampai ke apical.9
Secara radiografi gambaran anatomi normal pada gigi sampai yang terlihat pada gambar :
a. Enamel ,merupakan bagian gigi yang terpadat, mahkota gigi terlihat radiopak yang
berakhir pada batas cemento-enamel junction
b. Dentin ,merupakan struktur gigi setelah enamel tetapi tidak mengalami kalsifikasi
sehingga tidak begitu radiopak. Jika hasil radiografi tidak begitu baik maka sulit
membedakan atas dari enamel, dentin, dan dentino-enamel junction
10
c. Pulpa ,berada di tengah mahkota dan akar gigi yaitu terlihat radiolusen. Seiring
pertambahan umur maka kamar pulpa akan semakin mengecil bahkan dalam beberapa
kasus hilang tertutup dentin sekunder
d. Lamina dura, terlihat radiopak dan berjalan tanpa putus (lamina dura terlihat jelas
ketika setelah dilakukan pencabutan)
e. Crest alveolar , merupakan anatomi gigi antara margin gingiva dengan puncak
tulang alveolar yang terletak diantara gigi dan terlihat radiopak pada radiografi
f. Tulang alveolar adalah anatomi gigi yang berguna sebagai pendukung dan penahan
gigi yang terlihat radiopak.9
1. Azas justifikasi :
Setiap kegiatan yang memanfaatkan radioaktif atau sumber radiasi lainnya hanya
boleh dilakukan apabila menghasilkan keuntungan yang lebih besar kepada seseorang yang
terkena penyinaran radiasi atau bagi masyarakat, dibandingkan dengan kerugian yang
mungkin diakibatkannya, dengan memperhatikan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan faktor
lainnya yang sesuai. Dalam melakukan pengkajian perlu diperhitungkan pula estimasi
11
kerugian yang berasal dari penyinaran potensial, yaitu terjadinya penyinaran yang tidak
dapat diramalkan sebelumnya.
2. Azas limitasi
Penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang
ditetapkan oleh Badan Pengawas (BP). Yang dimaksud nilai batas dosis di sini adalah dosis
radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak
bergantung pada laju dosis. Penetapan nilai batas dosis ini tidak memperhitungkan
penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam.
3. Azas optimisasi
Proteksi dan keselamatan terhadap penyinaran yang berasal dari sumber radiasi
yang dimanfaatkan, harus diusahakan sedemikian rupa sehingga besarnya dosis yang
diterima seseorang dan jumlah orang yang tersinari sekecil mungkin dengan
memperhatikan faktor sosial dan ekonomi. Terhadap dosis perorangan yang berasal dari
sumber radiasi harus diberlakukan pembatasan dosis yang besarnya harus di bawah nilai
batas dosis.11
12
Salah satu usaha agar pasien merasa aman adalah dengan melakukan pelayanan terbaik.
Penilaian mutu pelayanan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien
memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada Organisasi
Pelayanan Kesehatan. Diperlukan pula penyampaian informasi yang dikira perlu serperti dosis
radiasi yang diterima dan mengenai proteksi radiasi. 1,12
Proteksi radiasi adalah suatu cabang yang berkaitan dengan teknik kesehatan
lingkungan.Tujuan proteksi radiasi pada pasien adalah dosis radiasi diberikan harus sekecil
mungkin sesuai keharusan klinis. Proteksi pasien terhadap radiasi antara lain :
1. Pemakaian filter
Tujuan filter adalah menghentikan komponen-komponen radiasi lemah yang tidak
dapat mencapai film dan membentuk bayangan. Pemasangan filter yang memadai akan
memperkecil penyinaran yang tidak perlu pada jaringan,tanpa memanjangkan waktu
penyinaran. Dengan adanya filter maka kekuatan sinar radiasi langsung dikurangi sejak
keluar dari pesawat ronsen; biasanya setelah melewati filter, kekuatan atau daya tembus
sinar radiasi hanya separuhnya. Filtrasi ini disebut nilai paruh atau half value layer.
2. Kolimasi
Kolimasi memperkecil luas daerah dan volume penyinaran di kulit dan jaringan di
bawahnya, sehingga mengurangi dosis yang diterima oleh sebagian besar organ, dosis
integral, dosis gonad dan dosis yang diterima operator. Melindungi pasien dengan kolimasi
optimal, berarti memperkecil jumlah radiasi sekunder yang berasal dari jaringan di
sekitarnya untuk mencapai pemilihan waktu penyinaran.
3. Pemegang film (film holder)
Penggunaanfilm holder dengan jenis logam dan lubang segi empat untuk arah sinar
yang disebut rectangular metallic device film holder,mengurangi pancaran radiasi pada
pemotretan gigi. Memegang film pada radiografi intraoral dan ekstraoral dapat membuat
penyinaran pada tangan dan mungkin juga pada bagian tubuh lainnya oleh berkas primer.
13
dikamar yang bersebelahan dengan daerah penyinaran. Celemek bagi pasien harus
mengandung bahan yang ekivalen dengan timbal setebal 0,25 mm atau lebih, untuk
menyerap kebocoran radiasi primer.
Dosis radiasi yang diterima seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh
melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Dengan
menggunakan program proteksi radiasi yang disusun dan dikelola secara baik, maka semua
kegiatan yang berisiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa sehingga nilai
batas dosis yang telah ditetapkan tidak akan terlampaui. Penyinaran diusahakan serendah mungkin
sesuai dengan pedoman penggunaan radiasi di bidang kedokteran gigi yang disesuaikan dengan
usia pasien.12
Jaringan pulpa merupakan suatu jaringan ikat pada gigi yang tidak mempunyai sirkulasi
darah kolateral. Jaringan pulpa berada pada suatu ruangan yang dibatasi oleh dinding dentin yang
keras. Iritan mikroba merupakan sumber utama iritasi pada jaringan pulpa gigi yang meliputi
bakteri yang terdapat pada karies. Karies lanjut lambat laun akan mencapai pulpa, mengakibatkan
penyakit pulpa..Invasi bakteri yang telah mencapai pulpa akan mengakibatkan jaringan pulpa
terinflamasi namun tetap vital dalam beberapa waktu atau akan cepat menjadi nekrosis lalu
menginfeksi saluran akar.
Walaupun penyebab utama dari penyakit pulpa khususnya nekrosis adalah iritan mikroba
dari karies, yaitu bakteri S.mutans dan Lactobacillus spp., tidak begitu berperan dalam
perkembangan nekrosis pulpa. Hal tersebut disebabkan ketika pulpa terbuka oleh karena
karies,banyak spesies bakteri oportunis yang menginvasi dan berkoloni di jaringan pulpa yang
nekrosis serta memungkinkan sistem dalam jaringan pulpa bersifat selektif dalam menentukan
bakteri yang mendominasi jaringan pulpa yang nekrosis.
Bakteri yang terdapat dalam karies merupakan sumbe rutama iritasi terhadap jaringan
pulpa. Bakteri akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam pulpa melalui tubulus
14
dentinalis sehingga sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma berinfiltrasi
secara lokal pada jaringan pulpa. Berdasarkan hal tersebut,bakteri-bakteri anaerob fakultatif umum
ditemukan pada saluran akar gigi nekrosis. Bakteri anaerob fakultatif dapat tumbuh pada kondisi
dengan ada atau tidak adanya oksigen, sedangkan bakteri aerob merupakan bakteriyang dapat
tumbuh dengan adanya oksigen.
Bakteri Gram negatif dapat sebagai proteolitik dan kolagenolitik yang dapat mengubah
struktur jaringan ikat pulpa. Selainitu, bakteri gram negatif juga mampu meningkatkan patogenesis
dengan cara melepaskan endotoksi dalam bentuk lipopolisakarida yang dapat berinteraksi dengan
sel-sel inflamasi yang memicu reaksi inflamasi pada gigi nekrosis. Oleh karena itu, bakteri Gram
negatif lebih bersifat bersifat patogen dibandingkan bakteri Gram positif sehingga lebih banyak
ditemukan di dalam saluran akar gigi yang nekrosis. Walaupun nekrosis disebabkan oleh karies
gigi, bakteri Lactobacillus spp. yang terdapat pada karies tidak ditemukan pada saluran akar gigi
nekrosis. Namun, bakteri Streptococcus spp masih ditemukan saluran akar gigi nekrosis.13
15
BAB III
PENUTUP
Radiasi yang kita terima setiap saat, termasuk radiasi untuk tujuan kedokteran, mempunyai
dampak positif dan negatif terhadap keselamatan manusia dan lingkungan. Dampak positif dari
radiasi terhadap keselamatan manusia diantaranya adalah digunakan sebagai pengobatan dan
dampak negatifnya adalah tergantung dari besar dosis yang diterima diantaranya adalah mulai dari
mual, muntah, pusing-pusing, rambut rontok, menyebabkan kanker, diturunkan secara genetik, dan
yang lebih berbahaya lagi adalah menyebabkan kematian.
Pada skenario diketahui bahwa pasien datang mengeluhkan geraham kanan bawah
berlubang besar dan bengkak namun pasien tidak merasakan sakit. Pemeriksaan awal yang dapat
dilakukan adalah mengkaji baik secara subjektif melalui anamnesis, maupun secara objektif
melalui pemeriksaan intraoral dan ekstraoral. Pemeriksaan intraoral yang tepat untuk dilakukan
pada pasien tersebut adalah tes vitalitas, perkusi, dan palpasi.
Gambaran radiografi sangat membantu dokter gigi menegakkan diagnosis dan rencana
perawatan. Radiografi dapat mengevaluasi posisi dan jenis, serta relasi gigi dengan gigi
tetangganya, bentuk dan ukuran gigi, kedalamani dalam tulang, kepadatan tulang di sekitar gigi,
dan hubungan gigi tersebut dengan struktur anatomi sekitarnya,dan lain lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Badunggawa P, Sandi IN, Merta IW. Bahaya Radiasi dan Cra Proteksinya. OJS
UNUD2009:47-51.
2. Ishaq W. Tingkat Penggunaan Radiografi Perapikal pada Dokter Gigi Praktek di
Kabupaten Maros terhadap Perawatan Endodontik.Tesis.Makassar:Universitas
Hasanudin,2015:4-11.
3. Gultom E, Laut DM. Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut II dan
III.Edisi Pertama. Jakarta: Badan Pendidikan SDM Kesehatan,2018:3-13.
4. Anggara A, Iswani R, Darmawangsa. Perubahan Sudut Penyianra Vertikal pada Bisecting
Tecnique Radiography terhadap Keakuratan Dimensi Panjang Gigi Premolar Satu
Atas.Jurnal B-Dent2018;5(1):1-8.
5. Damayanti MA, Firman RN, Sitam S. Teknik Clarks Rule dalam bidang Kedokteran
Gigi. Jurnal Radiologi Dentomaksial Indonesia2019;3(3):13-6.
6. Saputri D. Gambaran Radiografi pada Penyakit Periodontal. J Syiah Kuala Dent
Soe2018;3(1):16-21.
7. Toppo S. Distribusi Pemakaian Raiografi Periapikal dan Radiografi Panoramik pada
Pasien Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah di kota Makassar.Dentofasial12;11(2):75-8.
8. Rachmawati I Firman RN. Klasifikasi Impaksi Caninus Rahng Atas pada Pemeriksaan
Radiogaf Panoramik dan CBCT sebagai Penunjang Odontomy. Jurnal Radiologi
Dentoamksilofasial Indonesia2020L4(2):35-42.
9. USU. Gambaran Radiografi Karies.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49786/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4. 27 Oktober 2020.
10. Ttriana D, Evalisa M. Sangat Penting, Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Radiasi.Buletin
Alara2006;7(3):93-101.
11. Rahman FUA, Nurrachman AS, Astuti ER, Epislawati L, Azhari. Paradigma Baru
Konsep Proteksi Radiasi di bidang Radiologi Kedokteran Gigi:ALARA Menjadi
ALADAIP.Jurnal Radiologi Dentomaksilfasial Indonesia2020;4(2):27-34.
17
12. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik.Edisi Revisi.Medan:USU PRESS,2020:8-
12.
13. Yamin IF, Natsir N. Bakteri Dominan di Dalam Saluran Akar Gigi Nekrosis.
Dentofasial2014;13(2):116.
18