Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRESENTASI HASIL PERAWATAN

NEKROSIS PULPA DISERTAI ABSES PERIAPIKAL


MODUL: ILMU PENYAKIT MULUT

Diajukan oleh:
AYA DINI OASE CAESAR
J530155016

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG DILAKUKAN PERAWATAN


Abses merupakan akibat dari infeksi yang terjadi setelah infeksi pulpa
melalui lesi karies atau sebagai akibat dari cedera yang menyebabkan nekrosis pulpa,
proses terjadinya lambat (Bakar, 2013). Abses periapikal akut adalah kelanjutan dari
pulpitis ireversibel. Jika peradangan berkembang menjadi pembengkakan ekstraoral,
maka daerah yang membengkak tergantung pada hubungan antara apeks gigi dengan
insersio otot-otot orofasial (Juniper and Parkins, 2011).
Pemeriksaan klinis menunjukkan nodula yang membengkak, berwarna
kuning kemerahan atau merah yang hangat dan fluktuan jika diraba. Gigi yang
terlibat terasa nyeri jika diperkusi, sedikit memanjang dan member respons abnormal
atau tidak member respons terhadap panas dan dingin atau pemeriksaan listrik pulpa
(Langlais et al, 2013). Pembengkakan tersebut kadang-kadang meruncing atau pecah
dan kadang-kadang nanah keluar dari tepi gusi jika daerah tersebut ditekan (Juniper
and Parkins, 2011). Limfadenopati setempat, demam, lemas (malaise) dan trismus
adalah tanda-tanda tambahan yang umum (Langlais and Miller, 2000).
Abses terjadi jika sudah kronis, sakitnya relative singkat selama 4-5 hari,
berbatas tidak jelas, jika kronis bisa sampai subkutan, terdapat infiltrat, fluktuatif dan
asimptomatis (Bakar, 2013). Pada gambaran radiografi terlihat daerah radiolusen
yang difus. Ligament periodontal terlihat menebal dan terutama pada sekitar apeks.
Pada pemeriksaan mikroskopis terdiri dari sel-sel jaringan mati, sel radang akut
(PMN) dan sel radang kronis (limfosit dan sel bagian tepi) (Bakar, 2013).

B. EVIDENCE BASE PERAWATAN


Abses adalah suatu radang supuratif di dalam tubuh yang berisi pus terjadi
karena hancurnya jaringan, biasanya disebabkan oleh kuman-kuman piogenik
(Bakar, 2013). Abses periapikal adalah tahap akut dari infeksi yang menyebar dari
gigi non vital melalui tulang alveolar ke jaringan lunak di sekitarnya (Langlais et al,
2013). Pembengkakan biasanya didahului dengan rasa sakit yang parah dan konstan.
Pasien seringkali dapat menunjukan lokasi gigi yang terlibat sebab gigi tersebut sakit
jika digunakan untuk menggigit (Juniper and Parkins, 2011).
Abses periapikal terdiri dari 2 jenis, yakni abses periapikal akut dan abses
periapikal kronis.
1. Abses periapikal akut
Abses periapikal akut merupakan abses terlokalisir dan diffuse, serta
merupakan lesi likuefaksi pulpa yang merusak jaringan periradikuler
pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa. Memiliki karakteristik sakit
yang spontan dan kadang pasien mengeluhkan ketidaknyamanan dalam
mengunyah. Pada tes termal maupun tes elektrik tidak adanya respon.
Bagaimanapun, gigi biasanya sakit saat perkusi dan palpasi. Pada hasil
radiografi didapatkan hasil radiolusen pada sekitar jaringan apeks gigi.
2. Abses periapikal kronis
Abses periapikal kronis merupakan lesi inflamatori dari gigi nekrosis
yang melibatkan jalur sinus. Abses periapikal kronis biasanya
asimptomatik kecuali jika adanya jalanan sinus yang tertutup sehingga
menimbulkan rasa sakit (Torabinejad et al, 2015).
Abses terbentuk atas neutrofil, makrofag dan debris nekrotik (Langlais et al,
2013). Proses terjadinya abses terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Inokulasi: masuknya mikroba patogen kedalam tubuh tanpa terjadinya
penyakit
2. Infeksi: proliferasi mikroba yang memacu mekanisme petahanan,
manifestasi inflamasi
3. Inflamasi: reaksi yang terlokalisasi dari vaskuler dan jaringan
penghubung tubuh ke iritan, menghasilkan perkembangan eksudat yang
kaya akan protein dan sel. Reaksi ini bentuk pertahanan dan bertujuan
untuk membatasi atau mengeliminasi iritan dengan variasi prosedur
mekanisme perbaikan jaringan terpacu.

BAB II
KASUS

A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Data Pasien
Nama Lengkap : Gilang Putra Ardiansyah
Alamat : Panularan
Nomor Telepon : 08963356217 (ibu gilang)
TTL : Surakarta, 8 Juni 2009
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar TK
Agama : Islam
2. Data Medik Umum
Golongan Darah :-
Alergi : Tidak Ada
Penyakit sistemik : Tidak Ada
Operator : Aya Dini Oase Caesar
3. Anamnesis
Keluhan utama (CC):
Pasien datang dengan keluhan gusi bengkak pada sekitar gigi kanan belakang atas
Riwayat perjalanan penyakit (PI):
Pada gigi tersebut pernah ditambal dengan mahkota buatan berbahan stainless
steel
Riwayat kesehatan umum (PMH):
Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. Pasien tidak memiliki alergi
terhadap makanan, obat-obatan dan cuaca. Pasien tidak sedang mengkonsumsi
obat-obatan tertentu. Pasien tidak dalam perawatan dokter. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit sistemik
Riwayat kesehatan gigi (PDH):
Pasien pernah melakukan pencabutan gigi susu depan bawah di FKG UMS pada
maret 2016 karena sudah goyah. Pasien sedang dalam perawatan keseluruhan
giginya di FKG UMS

Riwayat kesehatan keluarga (FH):


Umum: Ayah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Gigi: Ayah pasien tidak memiliki keluhan pada giginya
Ibu pasien tidak memiliki keluhan pada giginya
Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial (SH):
Pasien tinggal bersama keluarganya dirumah dengan lingkungan yang bersih.
Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 2x sehari (mandi pagi dan mandi sore)

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum Kesehatan Penderita:
Jasmani : Sehat (tidak ada gangguan)
Mental : Sehat (kooperatif dan komunikatif)
2. Vital Sign
Tekanan Darah : 90/60 mmHg (Normal)
Nadi : 104 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 37oC
Berat Badan : 18 kg
Tinggi Badan : 110 cm
3. Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Kelenjar Tulang
Fasial Neuromuskular TMJ
Ludah Limfe Rahang
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Nyeri ADA TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi

4. Pemeriksaan Intra Oral


Mukosa Bibir : Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
Mukosa Pipi : Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
Dasar Mulut : Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
Lidah : Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
Gingiva : Terdapat pembengkakan gingiva berupa fistula berisi
pus pada sekitar gigi 54
Orofaring : Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
Oklusi : Normal bite, oklusi klas I
Torus Palatinus : Tidak Ada
Torus Mandibula : Tidak Ada
Palatum : U, Sedang
Supernumery teeth : Tidak Ada
Diastema : Tidak Ada
Gigi Anomali : Tidak Ada
Gigi Tiruan : Tidak Ada
Oral Hygiene (PHPM) : 31 (sedang)
Lain- lain :-

5. Hasil Pemeriksaan Jaringan Lunak

Keterangan:
13 = Terdapat pembengkakan gingiva berupa fistula berisi pus pada sekitar gigi 54
D/ Abses Periapikal
6. Odontogram
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Pemeriksaan Odontogram
Elemen Ringkasan Hasil Pemeriksaan Diagnosis/DD Rencana Perawatan
54 Terdapat pengikisan gigi pada D/ Nekrosis TP/
Trepanasi
permukaan oklusal kedalaman Pulpa disertai
Medikasi
pulpa abses periapikal Pulpektomi Non Vital
Sondasi - Restorasi SSC
Perkusi +
Palpasi +
Tes vital -
52 Terdapat sisa akar D/ Radix TP/ Ekstraksi
51 Terdapat sisa akar D/ Radix TP/ Ekstraksi
61 Terdapat sisa akar D/ Radix TP/ Ekstraksi
62 Terdapat sisa akar D/ Radix TP/ Ekstraksi

7. PHP-M

C. PEMERIKSAAN
PENUNJANG

D. DIAGNOSIS & RENCANA PERAWATAN


Gigi 54: Terdapat pengikisan gigi pada permukaan oklusal kedalaman pulpa
disertai dengan gingival bukal yang membesar, fluktuatif dan bernanah
(pus)
Sondasi -
Perkusi +
Palpasi +
Tes vital -
D/ Nekrosis Pulpa disertai Abses Periapikal
TP/ Trepanasi + Medikasi
Pulpektomi Non Vital
Restorasi SSC

E. TAHAPAN PERAWATAN
Alat dan Bahan
Alat :
a. Diagnostic set e. Cotton roll k. Barbed broach
b. High Speed f. Suction l. K-File
Handpiece g. Sliding caliper m. H-file
c. Low Speed Handpiece h. Spuit injeksi n. Lentulo
d. Handscoon dan i. Endo akses bur
masker j. Smooth broach

Bahan :
a. Paper point d. Bahan irigasi (NaOCl) h. Cavit
b. Formokresol e. Eugenol i. Lining dan luting SIK
c. Bahan dressing f. Pasta CaOH j. Stainless Steel Crown
(CaOH) g. Iodoform
1. Kunjungan Pertama
a. Mempersiapkan pasien dan alat bahan
b. Trepanasi
Membuka kamar pulpa menggunakan endo akses bur dengan tekanan ringan,
irigasi dengan sejumlah besar larutan sodium hipoklorit (NaOCl) dan
keringkan saluran dengan paper point dan biarkan lubang dalam keadaan
terbuka
c. Medikasi
Pemberian antibiotik amoksisilin sirup dan parasetamol sirup untuk
meredakan rasa nyeri yang ditimbulkan. Namun, pemberian paracetamol
sirup diminum jika hanya terasa nyeri/sakit saja.

2. Kunjungan Kedua
a. Mempersiapkan pasien dan alat bahan
b. Perawatan Pulpektomi Non Vital
1) Eksplorasi
2) Pulp Debridement
3) Irigasi saluran akar NaOCl 2 mm spuit injeksi
4) Pengukuran panjang kerja
5) Preparasi Saluran Akar
6) Sterilisasi saluran akar (dressing dengan eugenol+formokresol)
7) Tumpat sementara menggunakan cavit sampai dengan kunjungan
berikutnya

3. Kunjungan Ketiga
a. Pemeriksaan Subjektif
Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat
dan menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien
tidak ada keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
b. Pemeriksaan Objektif
Perkusi ( - )
Palpasi ( + )
c. Bongkar tumpatan sementara, irigasi dan keringkan dengan papper point
d. Tes perihidrol
e. Pengisian saluran akar (Obturasi)
f. Tumpat sementara menggunakan cavit

4. Kunjungan Keempat
a. Pemeriksaan subjektif
Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat dan
menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien tidak
ada keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
b. Pemeriksaan objektif
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
c. Restorasi permanen menggunakan restorasi indirek Stainless Steel Crown

GAMBAR

Gambar 1. Sebelum dilakukan perawatan Gambar 2. Setelah dilakukan perawatan


Gambar 3. Tidak terdapat fistula setelah Gambar 4. Dilakukan restorasi permanen
dilakukan perawatan menggunakan Stainless Steel Crown

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pilihan perawatan yang telah dilakukan adalah dengan
membuka kamar pulpa (trepanasi) dan menginsisi pembengkakan jaringan lunak,
karena perlu diperhatikan adalah jika abses mengenai gigi susu, perlu
mempertimbangkan keadaan, posisi dan status perkembangan gigi tetap
penggantinya sebelum memutuskan untuk melakukan pencabutan (Juniper and
Parkins, 2011). Kemudian pasien dimedikasi menggunakan antibiotic amoxicillin
sirup dan paracetamol sirup untuk meredakan rasa nyeri yang ditimbulkan. Namun,
pemberian paracetamol sirup diminum jika hanya terasa nyeri/sakit saja.
Penatalaksanaan abses periapikal akut tergantung pada kondisi gigi yang
terlibat, derajat kerusakan tulang yang terlihat pada foto rontgen, peranan gigi
tersebut sebagai pilar untuk protesa cekat atau lepasan, keadaan seluruh mulut dan
perilaku/keinginan pasien (Juniper and Parkins, 2011). Abses dapat didrainase
dengan membuka kamar pulpa atau menginsisi pembengkakan jaringan lunak.
Perawatan alternatifnya adalah pencabutan gigi yang memberikan saluran untuk
drainase. Antibiotic digunakan jika abses besar dan menyebar, ada limfadenopati dan
demam, serta tidak bisa diperoleh drainase. Penisilin adalah antibiotic yang dipilih.
Jika infeksi tidak member respon terhadap penisilin atau menyebar dengan cepat,
harus dilakukan biakan bakteri dan pemeriksaan kepekaan. Antibiotic umumnya
tidak diperlukan jika gigi yang terkena dicabut, dapat dibuat drainase yang adekuat
dan pasien dalam kondisi sehat (Langlais et al, 2013).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pasien didiagnosis gigi 54 nekrosis pulpa disertai abses periapikal, sehingga
rencana perawatannya adalah trepanasi dan medikasi, lalu perawatan saluran akar
(pulpektomi non vital) dan restorasi indirek menggunakan stainless steel crown.

B. SARAN
Saran pada perawatan abses pada anak yang dapat meningkatkan
keberhasilan suatu perawatan antara lain:
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi sangat penting dijelaskan dan disampaikan
kepada pasien dan orang tua seperti pilihan perawatan, lama perawatan, biaya
yang harus dikeluarkan sekarang dan selanjutnya, serta pentingnya
memelihara kesehatan gigi seperti menghilangkan kebiasaan buruk pasien
2. Untuk mendapatkan keberhasilan dalam penangan anak dokter gigi perlu
memberikan pujian pada perilaku yang baik, melibatkan orang tua,
merumuskan rencana perawatan yang komprehensif, memulai dengan
prosedur yang mudah serta membuat target yang dapat dicapai untuk tiap
kunjungan, sehingga terciptanya suasana yang nyaman agar pasien dapat
mengikuti perawatan dengan kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, A. 2013. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media
Juniper, R.P., and Parkins B.J. 2011. Kegawatdaruratan dalam Praktik Dokter Gigi:
Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Hipokrates
Langlais, R.P. and Miller, C.S. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim. Jakarta: Hipokrates
Langlais, R.P., Miller, C.S., and Nield-Gehrig, J.S. 2013. Atlas Berwarna Lesi Mulut
yang Sering Ditemukan Edisi 4. Jakarta: EGC
Torabinejad, M., Walton, R.E. and Fouad, A.F. 2015. Endodontics Principles and
Practice Fifth Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai