Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRESENTASI RENCANA PERAWATAN (PRP)


MODUL ENDODONTIK

PERAWATAN SALURAN AKAR PADA GIGI NONVITAL


INSISIVUS LATERAL KIRI ATAS

NAHDIA KHARINA HASTI MUJIATMAJA


J530165027

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI PENYAKIT
Nekrosis adalah kondisi kematian pulpa yang terjadi akibat proses inflamasi lanjutan
dari pulpa akut/kronis. Penyebab nekrosis dapat beragam misalnya karena iritan akibat
infeksi bakteri atau karena trauma yang menyebabkan kerusakan pada pulpa. Pada gigi
yang mengalami nekrosis, pemeriksaan radiografi kemungkinan tampak penebalan
ligamen periodontal dan adanya radiolusensi periapikal Nekrosis dibedakan menjadi 2
jenis yaitu nekrosis liquefaksi dan nekrosis koagulasi (Bakar, 2012). Nekrosis liquefaksi
yaitu nekrosis yang disebabkan infeksi bakteri yang mengakibatkan karies selanjutnya
terjadi inflamasi pulpa, berlanjut pada kerusakan jaringan pulpa dan mengakibatkan
jaringan pulpa membusuk dan mengandung cairan akibat enzim proteolitik bakteri.
Nekrosis koagulasi yaitu nekrosis yang tidak disebabkan oleh infeksi bakteri tetapi
biasanya disebabkan karena trauma, tidak menyebabkan pembusukan jaringan pulpa tetapi
proteoplasma sel pulpa menjadi terfiksasi dan berwarna putih padat atau opaque (Harty,
2012).
Gigi yang telah mengalami nekrosis sangat rentan mengalami abses periapikal, ini
dapat terjadi karena jaringan yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur,
meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan
nanah ini maka jaringan di sekitarnya akan terdorong dan menjadi dinding pembatas abses
(Harty, 2012).

B. ETIOLOGI
Nekrosis dapat terjadi pada kondisi gigi yang mengalami abses periapikal, selain itu
kondisi gigi nekrosis juga disebabkan oleh berbagai macam faktor iritan di antaranya iritan
mikroba, iritan kimia dan iritan mekanik (Walton & Torabinejad, 2014).
1. Iritan mikroba
Infeksi bakteri yang menyebabkan karies pada gigi merupakan faktor utama terjadinya
iritasi pada pulpa. Bakteri ini akan memproduksu toksin kemudian berpenetrasi pada
pulpa melalui tubulus dentinalis shingga sel-sel inflamasi kronis seperti limfosit, sel
plasma dan makrofag akan berinfiltrasi secara lokal pada jaringan pulpa. Apabila
pulpa terbuka, leukosit polimofonukleus berinfiltrasi dan membentuk suatu daerah
nekrkosis pada kondisi pulpa yang terbuka. Jaringan dapat terinflamasi dalam waktu
yang lama yang kemudian menjadi nekrosis atau dapat pula berlangsung dalam waktu
yang cepat untuk menjadi nekrosis. Hal ini tergantung virulensi bakteri, ketahanan
host, jumlah sirkulasi kemampuan mengeluarkan cairan inflamasi guna peningkatan
tekanan intra pulpa dan drainase limfe.
2. Iritan kimiawi
Pulpa dapat terinflamasi dan menjadi nekrosis karena adanya faktor iritan kimiawi
antara lain bahan tumpatan sementara, bahan tumpatan permanen, bahan sterilisasi,
bahan desentisasi, fenol dan eugenol.
3. Iritan Mekanis
Kerusakan pada jaringan pulpa yang diakibatkan oleh iritan mekanis diantaranya
karena adanya trauma oklusal, gerakan gigi pada saat perawatan ortodontik,
danpreparasi kavitas yang dalam tanpa adanya pendinginan yang memadai.

C. PATOFISIOLOGI
Adanya bakteri dan produk tosin yang masuk ke pulpa yang masuk ke tubulus dentin
mengakibatkan pulpa menjadi terinflamasi. Ketika proses inflamasi pulpa terjadi, jaringan
pulpa diinfiltrasikan secara lokal oleh leukosit polimorfonuklear (PMN) yang kemudian
membentuk area nekrosis. Selanjutnya bakteri berkolonisasi dan bertahan pada area
nekrosis. Jaringan pulpa akan tetap terinflamasi dan cepat atau lambat nekrosis pasti
terjadi. Adanya pelepasan mediator-mediator inflamasi dalam jumlah yang banyak
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah, stasis pembuluh darah,
migrasi leukosit ke tempat iritasi terjadi. Meningkatnya tekanan dan permeabilitas
pembuluh darah membuat cairan bergerak dari pembuluh darah menuju ke jaringan
interstitial yang mengakibatkan terjadinya edema dan meningkatkan tekanan jaringan.
Pulpa terletak pada dinding kaku yang tidak terdapat sirkulasi kolateral oleh karena itu
peningkatan kecil dari tekanan berakibat kompresi pasif, pembulud darah kolaps dan limfe
secara total di sekitar lokasi iritasi pulpa berlangsung. Kolapsnya pembuluh venul dan
limfe berakibat tekanan jaringan meningkat dan kurangnya sirkulasi yang akhirnya
menyebabkan eksudat atau cairan inflamasi tidak tidak diabsorbsi atau didrainase sehingga
terjadi nekrosis (Tarigan, 2013).
D. GEJALA
Pada kasus nekrosis biasanya tidak menunjukkan gejala, rasa sakit terjadi
apabila disertai dengan adanya peradangan periapikal seperti adanya abses periapikal.
Pada penampilan mahkota gigi terlihat adanya perubahan warna keabu-abuan,
kecoklat-coklatan hingga kehitaman yang menandakan pulpa telah mati (Tarigan,
2013)

E. TANDA KLINIS
Tanda klinis dari gigi yang mengalami nekrosis disertai abses periapikal yaitu
adanya pembengkakan pada gingiva, palpasi +, perkusi +, pada foto ronsen gigi
biasanya terdapat area radiolusen pada lesi (Birnbaum dan Dunne, 2012).
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ruwaeda Qutbi
2. Alamat : Sriwedari
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Mahasiswa
5. Golongan darah : AB
6. Alergi :-
7. Penyakit sistemik :-
B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Anamnesis
Keluhan utama (CC) :
Pasien datang dengan keluhan tidak percaya diri karena giginya yang berubah warna
kehitaman pada gigi depan kiri atas.
Riwayat perjalanan penyakit (PI) :
Menurut keterangan pasien, gusi pasien pernah bengkak dan terasa sakit sejak 3 tahun
yang lalu dan merasakan giginya berubah warna sekitar 6 bulan yang lalu
Riwayat kesehatan umum (PMH) :
Menurut keterangan pasien, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki
alergi obat,tidak alegi makanan dan cuaca.
Riwayat kesehatan mulut (PDH) :
Pasien pernah pergi ke dokter gigi sebelumnya untuk melakukan pencabutan gigi
sekitar 1 tahun yang lalu
Riwayat kesehatan keluarga (FH)
Umum : Ayah & Ibu : menurut keterangan pasien, ayah dan ibu sehat dan tidak
dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik.
Gigi : Ayah dan Ibu : menurut keterangan pasien, ibu dan ayah memiliki gigi berlubang
Riwayat kesehatan pribadi/sosial (SH) :
Pasien seorang mahasiswa yang tinggal di kost dengan lingkungan yang sehat dan
bersih. Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 2x dalam sehari (pagi dan sore).
C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
KESAN UMUM KESEHATAN PENDERITA
Jasmani : Sehat
Mental : Sehat, Kooperatif dan Komunikatif

VITAL SIGN
Tekanan darah : 130/80
Nadi : 64x/Menit
Pernafasan : 20x/Menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 46 kg
Tinggi badan : 155 Cm

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

Fasial Neuromuskular Kelenjar Kelenjar Tulang TMJ


ludah linfe rahang
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
G. fungis TAK TAK TAK TAK TAK TAK

PEMERIKSAAN INTRA ORAL


- Bibir : TAK
- Pipi : TAK
- Dasar Mulut : TAK
- Lidah : TAK
- Gingiva : terdapat pembengkakan pada regio gigi 22
- Orofaring : TAK
- Oklusi : Normal Bite
- Torus Palatinus : Tidak ada
- Torus Mandibula : Tidak ada
- Palatum : Tinggi
- Supernumerary Teeth : Tidak ada
- Diastema : Tidak ada
- Gigi Anomali : Tidak ada
- Gigi Tiruan : Tidak ada
- Oal Hygine : 0,5 (Baik)

PEMERIKSAAN JARINGAN LUNAK

20 : Terdapat pembengkakan pada gingiva regio gigi 22


D/ Abses periapikal

D. DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN

ELEMEN RINGKASAN HASIL DIAGNOSIS/ Kode RENCANA


PEMERIKSAAN PERAWATAN
DIFFERENTIAL (ICD-10)
(BERDASAR
DIAGNOSIS
PRIORITAS)

16 Terdapat kavitas pada Karies email K02.0 Restorasi kavitas kelas I


bagian oklusal dengan GV Black
kedalaman email
22 Terdapat kavitas pada Nekrosis disertai K04.1 Perawatan Saluran Akar
bagian palatal dengan abses periapikal
kedalaman pulpa disertai
pembengkakan gingiva
dan perubahan warna
kehitaman pada bagian
mahkota gigi
Perkusi : +
Palpasi : +
Tes vitalitas : -
Sondasi : -
26 Terdapat kavitas pada Karies email K02.0 Restorasi kavitas kelas I
permukaan oklusal GV Black
dengan kedalaman email
27 Terdapat kavitas pada Karies email K02.0 Restorasi kavitas kelas I
permukaan oklusal GV Black
dengan kedalaman email
36 Terdapat gigi yang telah Edentulous K06.2 Observasi
hilang
35 Terdapat gigi yang telah Edentulous K06.2 Observasi
hilang
45 Terdapat gigi yang telah Edentulous K06.2 Observasi
hilang
46 Terdapat gigi yang telah Edentulous K06.2 Observasi
hilang
47 Terdapat gigi yang telah Edentulous K06.2 Observasi
hilang

E. PENAMPAKKAN KLINIS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiografi periapikal

G. DIAGNOSIS
Gigi 22 nekrosis disertai abses periapikal
H. RENCANA PERAWATAN
1. Perawatan Saluran Akar
2. Restorasi Resin Komposit Kelas I GV Black
BAB III

TAHAPAN PERAWATAN

1. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
a. Diagnostic set a. Paper point
b. High Speed & Low speed b. Gutta perca
Handpiece c. Bahan sealer (Endomethason)
c. Handscoon dan masker d. Bahan dressing (CaOH)
d. Rubber dam e. Bahan irigasi (NaOCl 2,5%)
e. Suction f. Iod griseril/saline
f. Sliding caliper g. Eugenol
g. Spuit irigasi h. Cavit
h. Endo akses bur i. Spuit injeksi
i. Smooth broach j. Pehacaine
Barbed broach

j. K-File
k. H-file
l. Lentulo
m. Finger Spreader
n. Plugger
o. Lampu Spirtus

2. TAHAP PERAWATAN
Kunjungan pertama
a. Melakukan pemeriksaan subjektif (anamnesis) untuk mengetahui keluhan dari pasien,
kemudian melakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan radiografi periapikal. Setelah semua pemeriksaan selesei dilakukan,
dilakukan penegakkan diagnosis dan rencana perawatan
b. Mempersiapkan alat dan bahan
c. Lakukan asepsis pada daerah palatal di sekitar gigi 22
d. Lakukan anestesi infiltrasi pada bagian palatal 0,5 cc menggunakan pehacaine
e. Lakukan eksisi dan drainase pada abses dengan menggunakan blade no 11, pus dan
nanah yang keluar selanjutnya diserap menggunakan kasa yang dimasukkan, setelah
semua pus dan nanah keluar, tekan luka menggunakan tampon yang sudah diberi
povidone iodine.
f. Pemberian medikasi :
Clindamycin mg tab 300 no X
S 2 dd 1 pc
Na Diklofenak mg tab 50 no VI
S 22 dd 1
g. Instruksikan pasien untuk kontrol seminggu kemudian
Kunjungan kedua
a. Pemeriksaan subjektif, ditanyakan kepada pasien masih ada keluhan atau tidak, jika
tidak dilanjutkan pemeriksaan selanjutnya
b. Pemeriksaan objektif yaitu dilihat apakah abses sudah kempes, apakah masih terdapat
pembengkakan atau tidak dan dilakukan tes palpasi, sondasi, perkusi. Apabila
didapatkan hasil tes palpasi -, sondasi dan perkusi dilanjutkan tahap perawatan
selanjutnya.
c. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan rubber dam
d. Pembersihan jaringan karies dengan menggunakan round bur atau ekskavator
e. Pembukaan akses (pencarian orifice)
Pembukaan akses untuk pencarian orifice dilakukan dengan menggunakan endo akses
bur pada bagian palatal, dibuka dan diarahkan tegak lurus aksis gigi sampai perforasi
kamar pulpa, atap pulpa dibuang dengan menggunakan bur dengan cara digerakkan dari
kamar pulpa ke arah luar.
f. Eksplorasi
Mencari jalan masuk ke saluran akar melalui orifice dengan menggunakan smooth
broach atau jarum miller.
g. Pulp Debridment
Pulp debridement dilakukan dengan cara mengambil jaringan pulpa pada saluran akar
menggunakan barbed broach yang ditandai dengan rubber stop dan dimasukkan
sepanjang 2/3 panjang saluran akar, diputar 180o searah jarum jam kemudian ditarik
keluar. Barbed broach yang digunakan juga harus tepat, tidak terlalu besar maupun
terlalu kecil, di sini digunakan barber broach dari ukuran paling kecil yaitu no 25
dengan warna putih. Selanjutnya dilakukan pengecekan dengan menggunakan
paperpoint untuk mengetahui pulpa sudah terambil seluruhnya atau belum yaitu dengan
melihat terdapat darah atau tidak pada paperpoint, jika sudah tidak terdapat darah
artinya pulpa telah terambil seluruhnya.
h. Irigasi saluran akar
Lakukan irigasi saluran akar dengan menggunakan NaOCl 2,5%dengan spuit injeksi
i. Pengukuran panjang kerja
Metode Observasi Langsung
Ukurlah panjang gigi yang akan dirawat pada radiograf, misal X. Panjang kerja
perkiraan = X 1 mm. Masukkan file dengan panjang kerja X 1 mm tersebut
dan dilakukan foto rontgen.
Ketentuan:
a) Bila panjang alat tepat pada ujung apical maka PK perkiraan dikurangi 1 mm.
b) Bila jarak ujung alat dengan ujung apical > 1 mm, atau ternyata ujung alat
menembus apical maka pengukuran PK diulangi.
Pada kasus ini didapatkan panjang gigi yang akan dirawat pada foto rontgen
sebesar 22 mm
Sehingga didapatkan panjang kerja estimasi sebesar = X 1 mm
= 22 mm 1 mm
= 21 mm
j. Preparasi Saluran Akar
1) Preparasi saluran akar menggunakan cara step back
i. Preparasi saluran akar dengan putaran s/d putaran searah jarum jam. File
digunakan dengan cara pull stroke.
ii. Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya selalu dilakukan
irigasi dengan 2 cc NaOCl 2,5% dan rekapitulasi yaitu diulang kembali
menggunakan file nomer sebelumnya. Irigasi dilakukan dengan spuit irigasi,
larutan disemprotkan ke dalam saluran akar dengan tekanan kecil saja.
iii. Pelebaran saluran akar diakhiri jika dirasakan telah cukup bersih.
Panjang kerja 21 mm

IAF (Initial Apical File) yaitu file terbesar pertama yang bisa masuk tanpa
hambatan sesuai dengan panjang kerja dipakai file terbesar 25.Pemakaian MAF
biasanya 3 no file diatas IAF.
File No. PK
File
FASE I 15 21 mm Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%
Preparasi apikal
20 21 mm Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%
IAF
Rekapitulasi F. 15 PK 21 mm
Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%

25 21 mm Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%


Rekapitulasi F. 20 PK 21 mm
Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%

FASE II 35 20 mm Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%


Preparasi badan Rekapitulasi F. 25 PK 21 mm
saluran akar Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%
MAF
40 19 mm Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%
Rekapitulasi F. 35 PK 21 mm
Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%

45 18 mm Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%


Rekapitulasi F. 40 PK 21 mm
Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%

50 17 mm Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%


Rekapitulasi F. 45 PK 21 mm
Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%

Fase II A dan B Irigasi 2 cc NaOCl 2,5%


Headstorm 55 16 mm Irigasi khorheksidin 2%
60 15 mm

iv. Saluran akar dikeringkan dengan papper point.


k. Sterilisasi saluran akar ( dengan menempatkan bahan dressing)
Sterilisasi saluran akar menggunakan CaOH non setting (mudah larut) dimasukkan
pada saluran akar dan kamar pulpa dengan bantuan lentulo.
l. Dilakukan penumpatan sementara menggunakan cavit
m. Pasien diinstruksikan untuk datang kembali pada kunjungan kedua seminggu
kemudian
Kunjungan ketiga
a. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif dimulai dengan bertanya kepada pasien apakah terdapat
keluhan dengan gigi yang dirawat dan menanyakan nyaman atau tidak digunakan
untuk makan. Apabila dari pasien tidak ada keluhan dan sudah merasa nyaman saat
digunakan untuk makan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya.

b. Pemeriksaan Objektif : memeriksa tanda klinis dari gigi yang dirawat, apabila
didapatkan hasil :
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
Lanjutkan prosedur selanjutnya.
c. Keluarkan tumpatan sementara, lakukan irigasi dan keringkan dengan menggunakan
papper point
d. Tes perhidrol (tes bakteri)
Tes perhidrol dilakukan dengan cara meletakkan cairan perhidrol / H2O2 pada plat
kaca. Masukkan paper point pada saluran akar kemudian paper point diambil dan
celupkan pada cairan yang ada di atas plat kaca.
e. Pengisian saluran akar (obturasi)
Pengisian saluran akar diisi dengan bahan pengisi saluran akar (guta perca dengan
sealer atau eugenol dengan metode kondensasi lateral yaitu menggunakan master cone
yang dipaskan pada saluran yang telah dipreparasi. Master cone dimasukkan ke dalam
saluran akar pada panjang kerja yang telah ditetapkan. Harus pas sekali dan terasa
sulit jika ditarik (Tug-back). X-ray foto dibuat untuk menentukan penyesuaian (fit) di
apikal dan lateral master cone. Kerucut gutta-percha disesuaikan, jika menonjol keluar
melalui foramen apikal, ujungnya dapat dipotong sehingga kerucut yang dimasukkan
kembali pas (Tug-back) dan dapat menutup saluran apikal 1 mm kurang dari
pertemuan pulpo periapikal saluran akar jika master cone telah terletak tepat dalam
saluran akar, maka master cone dikeluarkan terlebih dahulu (sebaga trial). Kemudian
saluran akar di keringkan dan dinding-dinding saluran akar dilapisi dengan selapis
tipis pasta saluran akar. Separuh apikal master cone dilapisi dengan sealer dengan
hati-hati ditempatkan kembali ke dalam saluran. Sebuah spreader dimasukkan disisi
master cone dan ditekan ke arah apikal pada gutta percha tambahkan, tindakan ini
dilakukan dengan meletakkan gutta percha tambahan (sekunder lateral) sejajar dengan
spreader dan segera memasukkannya ke dalam lubang yang tercipta setelah spreader
dikeluarkan. Spreader yang digunakan yaitu spreader dengan nomer terbesar yang
dapat masuk ke selaruan akar setelah saluran akar terisi MAC. Pelapisan sealer tidak
diperlukan untuk kerucut-kerucut sekunder. Proses ini diulangi sampai seluruh saluran
terisi dan padat. Setelah ketepatan pengisian, lakukan evaluasi dengan foto rontgen,
kelebihan gutta percha dipotong sampai orifice dengan plugger yang telah dipanasi
dan lakukan penumpatan sementara menggunakan cavit. Pada kasus ini karena
terdapat area radiolusen pada daerah apikal, area ini akan mengecil dan biasanya area
radiolusen akan hilang setelah perawatan saluran akar sekitar 1-2 bulan.
f. Pasien diinstruksikan untuk datang kembali untuk kunjungan ketiga setelah 7 hari
Kunjungan keempat
a. Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan subjektif dilakukan dengen menanyakan tentang gigi yang dirawat apakah
memiliki keluhan atau tidak dan apakah telah nyaman saat digunakan makan
b. Pemeriksaan objektif
Meliputi pemeriksaan perkusi dan palpasi, bila tanda klinis telah bagus akan didapatkan
hasil :
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
c. Restorasi permanen kelas I menggunakan resin komposit
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus nekrosis disertai abses periapikal biasanya pasien mengeluhkan pernah
terjadi pembengkakan pada area gingiva dan biasanya disertai dengan rasa sakit. Penyebab
dari nekrosis disertai abses periapikal yaitu adanya karies yang meluas yang dibiarkan secara
terus-menerus dan tidak dilakukan perawatan yang mengakibatkan jaringan pulpa menjadi
rusak. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya area radiolusen yang tidak beraturan pada
daerah apikal pada gigi yang telah mengalami nekrosis dengan disertai abses periapikal
(Birnbaum dan Dunne, 2012).
Pada diagnosis kasus ini dapat dibedakan dengan kondisi pulpa yang masih normal.
Pulpa normal akan merespon terhadap pemeriksaan dengan menggunakan EPT (Electric Pulp
Tester), sedangkan pada kondisi yang telah mengalami nekrosis tidak akan berespon pada
pemeriksaan menggunakan EPT. Pada kondisi pulpa normal, gigi tidak sensitif pada saat
dilakukan tes perkusi dan tes palpasi, namun pada kondisi gigi dengan nekrosis disertai abses
periapikal biasanya akan sensitif pada saat dilakukan tes perkusi dan tes palpasi. Pada kondisi
ini, kemungkinan besar pasien pernah mengalami rasa sakit spontan, tumpul hingga
mengganggu aktivitas. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan perawatan yaitu perawatan
saluran akar untuk mengubah atau mengembalikan jaringan periapikal dalam keadaan normal
(Bakar, 2013).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Nekrosis yaitu kondisi kematia pulpa yang dapat terjadi karena proses inflamasi yang
berlanjut dari akut/kronis, gigi yang mengalami nekrosis sangat rentan terkena abses
periapikal.
2. Perawatan pada gigi yang mengalami nekrosis disertai abses periapikal yaitu perawatan
saluran akar non vital.

SARAN
1. Pada perawatan saluran akar, tahapan demi tahapan harus diperhatikan dengan baik agar
tidak terjadi kesalahan selama perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyono, D.K., 2011, Kedaruratan Endodonsia, Maj Ked Gi., 18 (1) : 117-121

Bakar, Abu., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, Edisi 2, Yogyakarta : Quantum.

Birnbaum dan Dunne, 2012, Diagnosis Kelainan dalam Mulut, Jakarta : EGC

Harty, 2012, Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta. EGC.

Tarigan, R., 2015, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Edisi 3, Jakarta : EGC.

Walton, RE., and Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodontik Edisi 3, EGC :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai