Anda di halaman 1dari 8

MODUL 4

INFEKSI OROMAKSILOFASIAL

Skenario 4

Aduh…harus segera operasi nih

Pasien perempuan usia 40 tahun datang ke IGD RSGM Unand dengan keluhan bengkak pada pipi dan
rahang bawah kanan dan kiri serta tidak bisa membuka mulut. Hasil anamnesis diketahui pasien
memiliki riwayat sakit rahang bawah kanan belakang sejak 1 minggu yang lalu dan mulut terasa kering.
Tiga hari kemudian timbul bengkak keras di rahang bawah kanan, dan pagi ini bengkak dirasakan
melunak tapi berisi nanah, lalu meluas ke dasar mulut dan dagu. Pasien berobat ke klinik dokter gigi
kemudian dirujuk ke IGD RSGM Unand. Hasil pemeriksaan klinik menunjukkan respiratory dan heart rate
meningkat. Hasil pemeriksaan ekstraoral ditemukan pembengkakan difus, fluktuasi (+) di regio
sublingual, submental, dan submandibular. Hasil pemeriksaan intraoral ditemukan karies profunda pada
gigi 46 dan 47. Dokter memutuskan untuk dilakukan pemeriksaan radiografi STL Ap-Lat untuk melihat
airway , dan panoramik memperlihatkan moth eaten appearance dan lab darah lengkap. Salah satu
tindakan yang harus segera dilakukan adalah insisi drainase ekstra oral, oksigenasi, dan resusitasi cairan.
Pasien memiliki riwayat sering mengeluarkan sekret berbau dari hidung. Bagaimana Saudara
menjelaskan kasus infeksi di atas?

TERMINOLOGI

1. Pemeriksaan radiografi STL Ap-Lat : Teknik radiografi Soft Tissue Leher, bertujuan untuk
memperlihatkan adanya kelainan pada daerah adenoid (Ap : anteroposterior , lateral )
2. Moth eaten appearance : tampilan “motheaten” atau seperti digerogoti serangga, biasanya
ditemukan pada kasus osteomielitis
3. Insisi drainase : Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel).
Insisi drainasemerupakan tindakan membuang materi purulent yang toksik, sehingga
mengurangitekanan pada jaringan, memudahkan suplai darah yang mengandung antibiotik
danelemen pertahanan tubuh serta meningkatkan kadar oksigen di daerah infeksi
4. Oksigenasi : suatu pengobatan pasien dengan menggunakan oksigen. Lebih tepatnya
menggunakan alat bantu pernafasan dengan dilengkapi oksigen bertekanan kuat. Anda
memerlukan oksigenasi apabila kadar oksigen dalam tubuh Anda kurang dari batas normal.
5. Resusitasi cairan : Resusitasi cairan adalah proses penggantian cairan tubuh saat pasien
dalam kondisi kritis dan kehilangan terlalu banyak cairan, baik dalam bentuk air maupun darah.
Prosedur ini dilakukan dengan pemasangan selang infus

RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja jenis infeksi oromaksilofasial?


2. Apa saja etiologi infeksi oromaksilofasial?
o Karies Karies didefinisikan sebagai infeksi bakteri terlokalisir dan progresif yang
menyebabkan disintegrasi gigi, biasanya berawal dengan demineralisasi enamel dan
diikuti dengan invasi bakteri. Umumnya terbentuknya karies memerlukan waktu sekitar
6-12 bulan. Diagnosa dapat dilakukan dengan inspeksi rutin. Untuk kasuskasus yang
sulit, dapat diperlukan radiografi untuk membantu diagnosa karies.
o Gingivitis Gingivitis didiagnosa dengan adanya peradangan, kemerahan, dan edema
pada jaringan gingiva. Mungkin juga terdapat peningkatan kedalaman poket gingiva
tanpa kehilangan perlekatan yang disebabkan oleh pembesaran gingiva, dan
pendarahan pada probing. Perawatan gingivitis meliputi diagnosa awal, terapi non-
bedah sederhana, dan meningkatkan kebersihan rongga mulut pasien.
o Periodontitis Periodontitis didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan pendukung
gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan kerusakan
progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman
pada saat probing, resesi gingiva, atau keduanya. Gambaran klinis yang membedakan
periodontitis dan gingivits adalah adanya kehilangan perlekatan yang terlihat secara
klinis. Kehilangan ini sering diikuti dengan pembentukan poket gingiva dan perubahan
pada kepadatan dan tinggi tulang alveolar.

o Pulpitis Pulpitis adalah inflamasi yang terjadi pada pulpa. Pulpa terdiri dari jaringan
lunak yaitu syaraf dan pembuluh darah yang ditutupi oleh struktur gigi. Pada mahkota
gigi, enamel dan dentin melindungi pulpa. Apabila integritas enamel dan dentin
terganggu, seperti adanya karies atau fraktur mahkota pulpa akan tersingkap terhadap
iritan. Terdapat 2 jenis pulpitis yiatu: pulpitis reversibel (pulpa dirawat dengan
menghilangkan faktor iritasi dengan melakukan filling) dan pulpitis irreversibel (pulpa
tidak dapat sembuh, harus dilakukan perawatan saluran akar). Pulpitis yang tidak
dirawat dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Bakteri yang berada pada nekrosis pulpa
mempunyai potensi untuk menjadi infeksi odontogenik.

o Perikoronitis Perikoronitis adalah inflamasi pada jaringan lunak disekitar mahkota pada
gigi yang baru erupsi sebagian. Ini sering terjadi pada impaksi gigi molar tiga atau gigi
molar tiga erupsi sebagian. Apabila gigi molar tiga erupsi sebagian, bakteri dapat
memasuki daerah sekitar gigi sehingga menyebabkan infeksi. Makanan atau plak yang
terperangkap dibawah flep gingiva sekitar gigi dapat mengiritasi gingiva. Perikoronitis
yang parah dapat menyebabkan pembengkakan yang meluas pada rahang, pipi, dan
leher.

o Peri-implantitis Peri-implantitis adalah proses inflamasi yang ditandai dengan kehilangan


tulang disekitar implan secara berlebihan. Peri implantitis mempunyai persamaan
dengan periodontitis, yaitu sama-sama menyebabkan kehilangan tulang alveolar.
Namun, pada peri-implantitis jaringan ikat tidak terikat pada implan. Peri-implantitis
sering meluas ke permukaan tulang karena tidak mempunyai ligamen periodontal. Oleh
karena itu, peri implantitis dapat berlangsung lebih cepat dan berpotensi menjadi
penyakit yang agresif dan sulit untuk diobati.

o pada peri-implantitis jaringan ikat tidak terikat pada implan. Peri-implantitis sering
meluas ke permukaan tulang karena tidak mempunyai ligamen periodontal. Oleh karena
itu, peri implantitis dapat berlangsung lebih cepat dan berpotensi menjadi penyakit yang
agresif dan sulit untuk diobati.

o
3. Apa saja factor predisposisi infeksi oromaksilofasial?
Merokok Merokok dihubungkan dengan prevalensi dan keparahan penyakit periodontal.
Merokok dapat mengganggu fungsi normal sel jaringan gingiva dan aliran darah pada gingiva.
Gangguan ini, menyebabkan perokok lebih rentan terhadap infeksi seperti penyakit periodontal
dan memperlambat penyembuhan luka.

Alkohol Penyalahgunaan alkohol dapat berdampak ke penyakit periodontal, kerusakan gigi dan
luka pada mulut yang berpotensi menjadi pre-kanker. Secara umum, individu yang
menyalahgunakan alkohol mempunyai resiko tinggi mengalami kerusakan pada gigi dan gusi
yang buruk serta mempengaruhi kesehatan mulut. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
dapat menyebabkan iritasi pada gingiva, lidah, dan jaringan mulut serta dapat memperlambat
penyembuhan luka.

Penyakit Sistemik Penyakit periodontal dan diabetes mellitus berkaitan erat dan merupakan
penyakit kronis dengan prevalensi tinggi yang memiliki banyak kesamaan pada patobiologisnya.
Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus merupakan salah satu faktor resiko yang mendorong
terjadi infeksi odontogenik. Obesitas dan resistensi insulin juga ikut berperan.

Kebersihan Rongga Mulut Kebersihan rongga mulut yang buruk, pemberian antibiotik yang
inadekuat, dan kurangnya perawatan sangat berhubungan dengan penyebaran infeksi
odontogenik. Tindakan penyikatan gigi dan flosing dapat membantu dalam penyingkiran plak.
Kunjungan berkala (setiap 6 bulan) ke dokter gigi dapat membantu menyingkirkan plak yang
telah mengeras menjadi kalkulus dengan melakukan skeling.

Flora Normal Mulut Flora normal mulut dapat berasal dari plak bakteri, permukaan mukosa, dan
sulkus mukosa. Predisposisi dari infeksi ini merupakan ketidakseimbangan antara host,
mikroorganisme dan lingkungan. Umumnya, infeksi odontogenik melibatkan lebih dari satu jenis
bakteri didalam rongga mulut. Kebanyakan dari bakteri yang menyebabkan infeksi odontogenik
adalah bakteri anaerob dan aerob. Bakteri yang mendominasi infeksi odontogenik adalah
kombinasi bakteri anaerob dan aerob, kemudian anaerob (Streptokokus, Prevotela) dan aerob
(Streptokokus).

Jenis Kelamin dan Usia Jenis kelamin dan usia memiliki hubungan yang erat terhadap faktor
predisposisi timbulnya infeksi odontogenik. Pada pasien dengan usia tua, kemungkinan untuk
terjadinya infeksi odontogenik lebih besar dikarenakan kurangnya menjaga kebersihan rongga
mulut dan posisi molar tiga yang belum atau tidak erupsi secara sempurna. Di kebanyakan
negara, infeksi odontogenik umumnya banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan
dikarenakan oleh laki-laki kurang
4. Bagaimana patogenesis infeksi oromaksilofasial?
Infeksi odontogenik yang serius dan menyebar melewati soket gigi lebih umum disebabkan oleh
infeksi pulpa dibandingkan infeksi periodontal. Infeksi pulpa disebabkan oleh bakteri setelah
pembusukan gigi yang menyebabkan invasi pulpa, sehingga terjadilah proses inflamasi, edema
dan suplai darah yang tidak memadai akan mengakibatkan terjadinya nekrosis atau kematian
jaringan pulpa. Kematian jaringan pulpa memicu berkembang biaknya bakteri anaerobik yang
secara terusmenerus akan meningkat dan akan menyebar melalui tulang kanselous sampai
mencapai lapisan kortikal. Jika lapisan kortikal tipis, infeksi akan mengikis hingga tulang dan
memasuki seluruh jaringan lunak.

5. Apa saja tanda dan gejala infeksi oromaksilofasial?


1) Adanya respon inflamasi Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap agen penyebab
infeksi. Saat keadaan ini berlangsung, substansi yang beracun akan dilapisi dan dinetralkan.
Serta dilakukan juga perbaikan jaringan. Respon inflamasi ini berlangsung dengan proses
yang cukup kompleks dan dapat disimpulkan dalam beberapa tanda:
 Adanya hiperemi yang disebabkan oleh vasodilatasi arteri dan kapiler serta peningkatan
permeabilitas dari venula dengan berkurangnya aliran darah pada vena.
 Berkumpulnya leukosit pada sekitar jaringan serta keluarnya eksudat yang kaya akan
protein plasma, antibodi dan nutrisi.
 Berkurangnya faktor permeabilitas, leukotaksis yang mengikuti migrasi leukosit
polimorfonuklear dan kemudian monosit pada daerah yang luka.
 Jalinan fibrin dari eksudat mulai terbentuk, lalu menempel pada dinding lesi.
 Fagositosis dari bakteri dan organisme lainnya.
 Pengawasan oleh makrofag dari debris yang nekrotik
2) Adanya gejala infeksi Gejala infeksi dapat ditandai dengan adanya rubor, tumor, dolor, kalor
dan fungsio laesa. Rubor merupakan kemerahan yang terlihat pada daerah permukaan
infeksi yang disebabkan oleh vasodilatasi. Tumor atau edema merupakan pembengkakan
daerah infeksi, kalor merupakan panas yang disebabkan oleh aliran darah dan meningkatnya
metabolisme. Dolor merupakan rasa sakit yang diakibatkan dari rangsangan pada saraf
sensorik yang disebabkan oleh pembengkakan atau perluasan infeksi. Rasa sakit juga dapat
disebabkan oleh aksi faktor bebas atau faktor aktif seperti kinin, histamin, metabolit atau
bradikinin pada akhiran saraf. Fungsio laesa merupakan kehilangan fungsi, seperti misalnya
ketidakmampuan mengunyah dan kemampuan bernafas yang terhambat. Kehilangan fungsi
pada daerah inflamasi disebabkan oleh faktor mekanis dan refleks inhibisi dari pergerakan
otot yang disebabkan oleh rasa sakit
3) Limphadenopati Kelenjar limfe pada infeksi akut akan membesar, lunak dan sakit. Kulit
disekitarnya memerah dan jaringan yang berhubungan akan membengkak. Kelenjar limfe
pada infeksi kronis lebih atau kurang keras tergantung derajat inflamasi, seringkali tidak
lunak dan pembengkakan jaringan di sekitarnya biasanya tidak terlihat. Daerah indikasi
terjadinya infeksi tepat pada lokasi pembesaran kelenjar limfe. Jika organisme penginfeksi
menembus sistem pertahanan tubuh pada kelenjar, maka supurasi kelenjar akan terjadi
menyebabkan terjadinya reaksi seluler dan produksi pus. Proses ini dapat terjadi secara
spontan dan memerlukan insisi dan drainase.

6. Bagaimana gambaran klinis dari infeksi oromaksilofasial?


Infeksi muncul sebagai pembengkakan moderet pada daerah submandibular, yang menyebar
menyebabkan edema yang lebih besar, yaitu indurasi dan kemerahan pada kulit bagian terluar.

7. Bagaimana tahapan terjadinya infeksi oromaksilofasial?


Terjadi pembengkakan lunak, ringan, lembut, dan konsisten dimulai dari hari pertama sampai
hari ke tiga. 2. Bagian tengah pembengkakan mulai melunak dan abses merusak kulit atau
mukosa sehingga dapat di tekan. Pus mungkin dapat dilihat lewat lapisan epitel, membuatnya
berfluktuasi. Ini terjadi dari hari ke lima sampai hari ke tujuh. 3. Abses pecah, dapat terjadi
secara spontan atau setelah drainase. Selama fase pemecahan, regio yang terlibat/berbatas
tegas saat dipalpasi disebabkan oleh proses pemisahan jaringan dan jaringan bakteri. Proses ini
terjadi setelah lebih dari tujuh hari.

8. Apa saja penanganan yang dapat diberikan untuk pasien infeksi oromaksilofasial?
9. Apa indikasi dari insisi drainase?
 Abses rongga mulut yang disebabkan oleh infeksi odontogen

10. Apa saja jenis dari insisi drainase?


Berdasarkan anatomi dari infeksi, insisi drainase terbagi menjadi 2:
 Insisi Intraoral
 Insisi ekstraoral

11. Apa saja prinsip dari insisi drainase?


12. Apa tujuan insisi drainase pada kasus di atas?
Tujuan dari tindakan insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya perluasan abses infeksi ke
jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya,
memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya
buruk) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotik
lebih efektif, dan mencegahterjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses. selain
itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa
nekrotik,atau dengan pencabutan gigi penyebab

13. Apa saja pemeriksaan klinis (intraoral dan ekstraoral) untuk kasus infeksi oromaksilofasial?
14. Apa saja penyebab pasien tidak bisa membuka mulut?
 Karena komplikasi pasca pembedahan
 Gangguan otot
 Karena adanya abses yang sudah meluas parah

15. Bagaimana tindakan untuk pasien yang tidak dapat membuka mulut (trismus)?

Anda mungkin juga menyukai