Anda di halaman 1dari 17

 

PERIODONTOLOGY
“ ABCESS OF THE PERIODONTAL “ 

Disusun Oleh:
04091004019 - 04091004027
Lina Yana
Nadia Tiara Putri
Adhe Marta S
Tri Septi Utami
Trisa Fahrani
Noermala Nita Sari
Tuty Fadila
Delvi Sintya Reni
Fitriah

Dosen Pembimbing: drg. Hema Awalia

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
 

ABCESS OF THE PERIODONTAL

DEFINISI

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen terlokalisir pada jaringan periodontal.

ETIOLOGI

Biasanya hampir kebanyakan kasus dihubungkan oleh bakteri dan diperparah trauma
mekanis.

PATOGENESIS

Schematic drawing showing the histopathology of a periodontal abscess


 

Sebuah abses periodontal mengandung bakteri, produk bakteri ,sel-sel inflamasi, jaringan
 produk pecahan dan serum. Destruksi jaringan yang paling utama adalah disebabkan oleh sel-
sel inflamasi dan enzim ekstraseluler. Patogenesis yang tepat dari periodontal abses masih
 belum diketahui. Hal ini diyakini bahwa periodontal abses dibentuk oleh oklusi atau trauma
 pada orifice daripoket periodontal, sehingga infeksi meluas dari poket ke jaringan lunak 
melalui dinding poket. Penyebaran inflamsi diikuti dengan destruksi jaringan ikat,
enkapsulasi dari massa bakteri dan pembentukan nanah. menurunkan resistensi jaringan,
virulensi serta jumlah bakteri ini menentukan perjalanan infeksi. Masuknya bakteri
ke dinding poket jaringan lunak bias menjadi hal yang menginisiasi pembentukan abses
 periodontal.

Histologi, neutrofil ditemukan di pusat daerah abses dan didekatnya terdapat debris jaringan
lunak. Pada tingkat lanjut, hadir membran pyogenic, terdiri dari makrofag dan neutrofil.
Tingkat kerusakan jaringan dalam lesi akan tergantung pada pertumbuhan bakteri dan
virulensnya, serta pada pH lokal. Lingkungan asam akan mendukung aktivitas enzim
lisosomal danmendukung destruksi jaringan (DeWitt et al 1985.).
De Witt et al. (1985) mempelajarisampel biopsydari12 abses. Biopsi diambil dari pusat abses
dan diproses untuk pemeriksaan histologis. Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat oral
epithelium normal dan lamina propria, tetapiselinflamasiberada pada lateral poket epitelium.
Ada neutrofil dan limfosit terakumulasi di daerah abses yang menandai besarnya kerusakan
 jaringan dan massa granular, acidophilic dan amorf hadir dalam poket. Dalam tujuh dari
sembilan biopsy dievaluasi oleh elektron-mikroskop, bakteri Gram negative terlihat
menyerbu baik poket epitelia dan jaringan ikat.

KLASIFIKASI

Abses periodontal diklasifikasikan menjadi tiga golongan diagnostik, yaitu:

-  Abses gingival
Abses yang melibatkan jaringan interdental dan marginal gingiva 
-  Abses periodontal
Abses yang merupakan suatu infeksi yang terletak di sekitar poket periodontal serta
dapat mengakibatkan kerusakan ligamentum periodontal dan tulang alveolar 
-  Abses perikoronal
Abses yang disebabkan oleh mahkota gigi yang erupsi sebagian
 

1. Abses Gingiva 

Abses gingiva adalah lesi inflamasi akut terlokalisir yang disebabkan oleh berbagai macam
sumber, seperti infeksi mikroba plak, trauma, dan impaksi benda asing. Gingival abses
termasuk dari klasifikasi pembesaran gingiva akut. Abses gingiva ini bersifat lokal, lesinya
menyakitkan, berkembang cepat dan terjadi secara spontan atau tiba-tiba. Biasanya terjadi
hanya terbatas pada margin gingiva atau interdental papila.

Pada tahap awal, muncul pembengkakan berwarna merah dengan permukaan yang halus dan
mengkilat. Dalam waktu 24  –  48 jam, lesi biasanya menjadi berfluktuasi dan bengkak dengan
 permukaan yang berlubang dan bernanah / berisi eksudat. Gigi yang berdekatan dengan gigi
yang terkena biasanya sensitif terhadap perkusi, jika ada progress, lesi biasanya pecah dengan
spontan.

  Etiologi

Hasil dari bakteri dibawa ke dalam jaringan ketika benda asing seperti bulu sikat gigi, atau
sisa makanan yang tertanam dalam gingiva. Lesi terbatas pada gusi dan biasanya tidak selalu
komplikasi dengan abses periodontal.

  Histopatologi

Abses gingival terdiri dari fokus purulen dalam jaringan ikat, dikelilingi oleh diffuse infiltrasi
leukosit PMN, jaringan edema dan pembengkakan pembuluh darah. Jaringan epitel pada
 permukaan memiliki berbagai tingkat edema intra dan ekstraseluler, invasi oleh leukosit dan
kadang-kadang ulserasi

  Gambaran klinisnya :
-  Pembengkakan fluktuan/menonjol,
-  Kadang menimbulkan rasa sakit,
-  Berwarna merah
-  Halus
 

 
Abses gingiva akibat-plak pada gigi kaninus kanan rahang bawah

2. Abses Periodontal
Umumnya, abses periodontal ditemukan pada penderita periodontitis yang tidak dirawat dan
disebabkan oleh poket periodontal yang dalam. Abses periodontal seringkali timbul sebagai
eksaserbasi akut poket yang ada [Gambar 48-1]. Abses periodontal dihubungkan dengan
sejumlah kondisi klinis, terutama akibat pembersihan plak yang tidak sempurna. Kondisi
tersebut diidentifikasi pada pasien setelah menjalani bedah periodontal, pemeliharaan
 pencegahan [Gambar 48-2], terapi antibiotik sistemik, dan akibat penyakit rekuren. Kondisi-
kondisi abses periodontal yang tidak berhubungan dengan penyakit periodontal inflamasi
antara lain perforasi atau fraktur gigi [Gambar 48-3], dan impaksi benda asing. Diabetes
mellitus yang tidak terkontrol dengan baik dinyatakan sebagai salah satu faktor predisposisi
 pembentukan abses periodontal [Gambar 48-4]. Pembentukan abses periodontal dilaporkan
menjadi salah satu penyebab utama kehilangan gigi. Namun, jika dilakukan perawatan yang
 baik dan dilanjutkan dengan pemeliharaan periodontal preventif yang konsisten, gigi-geligi
yang mengalami kerusakan tulang signifikan dapat dipertahankan sampai bertahun-tahun
[Gambar 48-10].
 

Gambar 48-1. A, Invasi furkasi yang dalam merupakan lokasi abses periodontal yang umum. B,
Anatomi furkasi seringkali mencegah pembersihan kalkulus dan plak mikrobial secara definitive
.

Gambar 48-2. Abses periodontal pasca-profilaksis setelah penyembuhan poket periodontal


secara parsial di atas sisa-sisa kalkulus.

Gambar 48-3. A, Ditemukan fistula pada attached gingiva gigi kaninus kanan rahang atas.
B, Pengangkatan flap menunjukkan bahwa penyebabnya adalah fraktur akar.

Gambar 48-4. Abses periodontal lokal pada gigi kaninus kanan rahang atas seorang pria
 

dewasa penderita diabetes mellitus tipe 2 yang tak-terkontrol. Pada sebagian pasien,
 pembentukan abses periodontal adalah tanda pertama penyakit tersebut.

 Pembentukan abses periodontal :

1. Perluasan infeksi dari saku periodontal dalam ke jaringan periodontal pendukung dan
lokalisasi dari proses inflamasi supuratif sepanjang aspek lateral akar.
2. Lateral perpanjangan peradangan dari permukaan dalam dari saku periodontal ke dalam
 jaringan ikat dari dinding saku. Lokalisasi hasil abses ketika drainase ke ruang saku
terganggu.
3. Penghapusan kalkulus selama perawatan dari saku periodontal. Dalam hal ini, menyusut
dinding gingiva, occluding orifice saku, dan periodontal abses terjadi di bagian tertutup-off 
dari saku.
5. Suatu abses periodontal dapat terjadi karena tidak adanya penyakit periodontal setelah
trauma pada gigi atau perforasi dari dinding lateral akar di terapi endodontik 

 KLASIFIKASI menurut LOKASI :


1. Abses pada jaringan periodontal pendukung sepanjang aspek lateral akar.
Dalam kondisi ini, sebuah sinus umumnya terjadi pada tulang yang memanjang lateral dari
abses ke permukaan eksternal.
2. Abses di dinding jaringan lunak dari dalam periodontal saku.
Invasi bakteri ke jaringan yang telah dilaporkan dalam abses; organisme invasi diidentifikasi
sebagai bakteri gram negative cocci, diplococci, fusiforms, dan spirochetes. Jamur invasif 
 juga ditemukan dan ditafsirkan sebagai oportunistik invaders.
Mikroorganisme yang menginfeksi abscess periodontal terutama anaerob batang gram-
negatif.

 HISTOPATOLOGIS
Penelitian menunjukkan kehadiran neutrofil dan makrofag disekitar suatu wilayah internal
leukosit mati dan jaringan. Dengan tidak adanya periodontitis, abses biasanya terkait dengan
impaksi dari benda asing seperti benang gigi atau popcorn kernel.
 

3. Abses Perikoronal 
Abses perikoronal disebabkan oleh inflamasi operkulum jaringan lunak, yang menutupi gigi
yang erupsi sebagian. Kondisi ini seringkali ditemukan di sekitar gigi molar tiga rahang
 bawah. Sama seperti abses gingiva, lesi inflamasi dapat disebabkan oleh retensi plak 
mikrobial, impaksi makanan, ataupun trauma
Keterlibatan dapat menjadi terlokalisasi dalam bentuk perikoronal abses. Hal ini dapat
menyebar posterior ke dalam daerah orofaringeal dan medial ke dasar lidah, sehingga sulit
 bagi pasien untuk menelan. Tergantungpada tingkat keparahan dan tingkat infeksi, ada
keterlibatan dari submaxillary, posterior serviks, dalam serviks, dan kelenjar getah bening
retropharyngeal . Peritonsillar pembentukan abses, selulitis, dan angina Ludwig jarang tetapi
 potensi sequelae dari perikoronitis akut

GAMBARAN RADIOLOGI

Pada periodontal abses pada umumnya tampak radiolucent pada samping permukaan gigi,
secara khas nampak di apex dari akar. Walau bagaimanapun karena lokasi anatomi, kadang-
kadang tidak ada perubahan gambaran radiography, kerusakan tulang yang luas dapat terlihat.
Gambaran radiography tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya pembantu diagnosa
 periodontal absesm karena variasi lokasi dan langkah-langkah perkembangan dari abses.

Terlihat pada Gigi 35 terdapat abses periodontal


 

DIAGNOSIS BANDING

• gingiva abses :
- Trauma baru
- Localised untuk gingiva
- Tidakada poket periodontal
• Abses periapikal
- Terletak di atas ujung apeks
- Gigi non-vital.
-Restorasi yang besar 
- Besar karies dengan keterlibatan pulpa.
- Riwayat kepekaan terhadap panas dan dingin
- Tidak ada tanda / gejala penyakit periodontal.
- Periapikal radiolusensi
• Perio-endo lesi
- Periodontal yang parah penyakit yang mungkin melibatkan pencabangan yang
- Keparahan tulang mencapai apeks menyebabkan infeksi pulpa
- Gigi non vital yang suara atau minimal direstorasi
• Endo-Perio lesi
- Pulp infeksi menyebar melalui saluran lateral ke dalam saku periodontal
- Biasanya non vital dengan radiolusensi periapikal gigi.
- Localised mendalam mengantongi

Abses Akut dan Kronis 


Abses digolongkan menjadi akut dan kronis. Abses akut umumnya berupa eksaserbasi lesi
 periodontal inflamasi kronis. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain tingginya
 jumlah dan kemampuan virulensi bakteri yang ada, dikombinasikan dengan penurunan
resistensi jaringan dan kurangnya drainase spontan. Drainase dapat dihambat oleh morfologi
 poket yang dalam dan rumit, debris atau epitelium poket yang susunannya padat sehingga
menyumbat orifisium poket. Abses akut ditandai oleh pembengkakan jaringan gingiva yang
 berbentuk bulat/oval, menimbulkan rasa nyeri, berwarna merah, edematus, dan halus.
Eksudat dapat dikeluarkan menggunakan tekanan ringan; gigi-geligi sensitif saat diperkusi
dan terasa terdapat penonjolan di dalam soket [Gambar 48-6]. Kadang terjadi demam dan
limfadenopati regional.
 

Gambar 48-6. Pasien yang datang abses akut mengeluhkan nyeri tumpul dan sensasi gigi
terangkat dari dalam soket. Tanda distensi jaringan dan eksudasi terlihat jelas.

Abses kronis terbentuk setelah penyebaran infeksi dapat dikendalikan oleh drainase spontan,
respon host, ataupun terapi. Jika homeostasis antara host dan infeksi tercapai, pasien hanya
memiliki sedikit gejala ataupun tidak ada gejala sama sekali. Namun, nyeri tumpul
disebabkan oleh tanda-tanda klinis berupa poket periodontal, inflamasi, dan saluran fistula.

PERAWATAN

Perawatan abses periodontal terdiri dari dua fase, yaitu: menyembuhkan lesi akut, yang
dilanjutkan dengan penatalaksanaan kondisi kronis yang diakibatkan
Untuk perawatan terhadap lesi akut biasanya dilakukan, seperti:
(1) Insisi dan drainase
(2) Scaling dan root planing
(3) Periodontal pembedahan
(4) Penggunaan yang berbeda secara sistemik diberikan antibiotik 
(5) Ekstraksi gigi

Tujuan dari perawatan emerjensi terhadap kasus abses periodontal akut adalah:
1. Meredakan nyeri sakit yang ditimbulkan oleh abses.
2. Mengontrol penyebaran infeksi yang menimbulkan komplikasi sistemik.
3. Membuat drainase abses.

Untuk tercapainya ketiga tujuan di atas, perawatan emerjensi terhadap kasus abses
 periodontal akut adalah mencakup:
1. Drainase abses
 

Drainase abses periodontal akut dapat dilakukan dari dalam saku periodontal, atau dengan
insisi dari permukaan luarnya. Sedapat mungkin drainase dilakukan dari dalam saku. Namun
 bila drainase dari dalam saku sukar untuk dilakukan, atau absesnya telah menonjol ke arah
luar, maka diindikasikan drainase dengan insisi eksternal.
-  D r a i n a s e m e l a l u i P o k e t P e r i o d o n t a l
Daerah perifer di sekitar abses dianastesi menggunakan anestetik topikal dan lokal
agar pasien merasa nyaman. Dinding poket diretraksi perlahan menggunakan probe
 periodontal atau kuret untuk membuat drainase melalui jalan masuk poket. Tekanan
 jari ringan dan irigasi dapat digunakan untuk mengeluarkan eksudat dan
membersihkan poket. Jika lesi berukuran kecil dan akses sulit diperoleh, dapat
dilakukan debridemen dalam bentuk skeling dan root planing . Jika lesi berukuran
 besar dan drainase tidak dapat dibuat, debridemen akar melalui skeling dan root 
 planing atau pembedahan sebaiknya ditunda sampai tanda-tanda klinis utama mereda.
Pada pasien semacam ini, dianjurkan untuk memberikan antibiotik sistemik dosis
tinggi untuk jangka pendek . Terapi antibiotik saja tanpa diikuti drainase dan skeling
subgingiva dikontraindikasikan.

Tekanan jari ringan cukup untuk mengeluarkan purulen.

-  D r a i n a s e m e l a l u i I n s i s i E k s t e r n a l .
Abses dikeringkan dan diisolasi menggunakan gauze sponges. Diaplikasikan anestetik 
topikal, yang dilanjutkan dengan anestetik lokal yang diinjeksikan pada tepi lesi.
Insisi vertikal yang menembus bagian tengah puncak abses dibuat menggunakan pisau
 bedah #15. Jaringan pada aspek lateral insisi dipisahkan menggunakan kuret atau
 

 periosteal elevator. Materi fluktuan dikeluarkan dan tepi-tepi luka didekatkan


menggunakan tekanan jari ringan dan gauze pad lembab.
Pada abses yang terlihat mengalami pembengkakan dan inflamasi parah,
instrumentasi mekanis agresif sebaiknya ditunda dan melakukan terapi antibiotik 
sehingga kerusakan jaringan periodontal sehat di sekitarnya dapat dihindari.
Jika perdarahan dan supurasi telah berhenti, pasien dapat dipulangkan. Bagi pasien
yang tidak membutuhkan terapi antibiotik sistemik, perlu diberikan instruksi pasca-
 perawatan, yaitu pembilasan rutin menggunakan air garam hangat [1 sdt/8 ons. gelas]
dan aplikasi periodik klorheksidin glukonat melalui berkumur ataupun secara lokal
menggunakan aplikator berujung-kapas. Pengurangan tekanan/pemerasan dan
meningkatkan intake cairan dianjurkan bagi pasien yang memiliki penyakit sistemik.
Analgesik dapat diresepkan untuk membuat pasien nyaman. Pada hari berikutnya,
umumnya tanda dan gejala telah mereda. Jika tidak, pasien diminta untuk melanjutkan
instruksi yang dianjurkan sebelumnya selama 24 jam berikutnya. Biasanya, langkah
ini menghasilkan kesembuhan yang memuaskan, dan lesi dapat dirawat sebagai abses
kronis.

2. Pengasahan gigi yang ekstrusi akibat pembentukan abses.


Akibat pembentukan abses periodontal, gigi yang terlibat sering mengalami ekstrusi sehingga
gigi terasa nyeri apabila dipakai mengunyah. Untuk meredakan keluhan tersebut, gigi diasah
sedikit agar tidak berkontak dengan gigi antagonisnya.
Pada waktu melakukan pengasahan, gigi ditekan dengan jari telunjuk untuk meredam getaran
yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Tidak jarang bahwa dalam usaha
mencegah timbulnya ketidaknyaman pada gigi yang terlibat bila diasah, yang diasah adalah
gigi antagonisnya.
3. Pemberian antibiotika untuk meredakan komplikasi sistemik yang menyertai pembentukan
abses.
Untuk meredakan nyeri sakit dapat diresepkan obat analgetika. Bagi pasien dengan
komplikasi sistemik berupa demam diberikan antibiotika. Antibiotika pilihan untuk kasus
abses periodontal akut adalah penisilin. Bagi pasien yang alergi terhadap penisilin dapat
diberikan antibiotika lainnya seperti ampisilin atau eritromisin.
4. Instruksi Pasien
Bagi pasien tanpa komplikasi sistemik diinstruksikan untuk berkumurkumur dengan segelas
air garam hangat (segelas air hangat ditambah satu sendok teh garam dapur) setiap dua jam.
 

Pasien dianjurkan untuk mengurangi aktivitasnya, dan makan makanan yang lunak. Bila
 pasien agak lemah, dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur. Biasanya setelah 24 jam
 pembengkakan sudah berkurang, bahkan bisa

Gambar 48-7. A, Fistula pada attached gingiva gigi molar satu kanan rahang atas. B,
Setelah anestesi lokal, probe periodontal dimasukkan ke dalam fistula dan disudutkan ke
apeks akar. C, Pengangkatan flap bedah menunjukkan terapi endodontik yang gagal dan
fraktur gigi sebagai penyebab fistula.

Gambar 48-8. A, Abses periodontal pada gigi molar satu kiri rahang atas. B, Probe
 periodontal digunakan untuk meretraksi dinding poket dengan hati-hati.

Abses Kronis 
 Namun apabila abses telah dalam keadaan kronis maka dirawat menggunakan skeling dan
root planing  atau pembedahan. Pembedahan dianjurkan jika ditemukan defek vertikal dan
dalam atau defek furkasi yang berada di luar kemampuan terapeutik instrumentasi non-bedah.
Pasien diberi anjuran tentang sekuela post-operatif yang biasa terjadi akibat prosedur 
 periodontal non-bedah dan bedah. Sama seperti abses akut, diindikasikan untuk memberikan
terapi antibiotik.
 

A, Abses periodontal kronis pada gigi kaninus kanan rahang atas. B, Setelah adminsitrasi
anestesi lokal, probe periodontal dimasukkan untuk menentukan keparahan lesi. C,
Menggunakan insisi vertikal mesial dan distal, dilakukan pembukaan flap full-thickness, yang
menunjukkan dehisensi tulang parah, restorasi subgingiva, dan kalkulus akar. D, Permukaan
akar telah dihaluskan dan bebas kalkulus serta restorasi dihaluskan. E, Flap full-thickness 
dikembalikan ke posisi awalnya dan dijahit menggunakan absorbable suture. F, Setelah 3
 bulan, jaringan gingiva berwarna merah muda, padat, dan beradaptasi baik dengan gigi,
dengan kedalaman probing  periodontal minimal.

  Abses Gingiva 

Perawatan abses gingiva ditujukan untuk membalik fase akut dan, jika memungkinkan,
segera membuang penyebabnya. Untuk memberikan kenyamanan selama prosedur, di
administrasikan anestesi topikal atau lokal melalui infiltrasi. Jika memungkinkan, skeling dan
root planing dilakukan untuk membuat drainase dan membersihkan deposit mikroba. Dalam
situasi yang lebih akut, daerah yang menonjol diinsisi menggunakan pisau bedah #15, dan
eksudat dikeluarkan menggunakan tekanan jari ringan. Benda-benda asing [seperti, dental
floss, bahan cetak] dilepaskan. Daerah tersebut diirigasi menggunakan air hangat dan ditutup
dengan gauze lembab serta diberi tekanan ringan.
 

 
Jika perdarahan telah berhenti, pasien dipulangkan dan diminta untuk berkumur dengan air 
garam hangat setiap 2 jam selama 1 hari. Setelah 24 jam, daerah tersebut diperiksa ulang, dan
 jika telah cukup sembuh, dilakukan skeling yang sebelumnya ditunda. Jika residu lesi
 berukuran besar atau sulit diakses, perlu dilakukan pembedahan untuk memperoleh akses

  Abses Perikoronal 
Sama seperti abses-abses pada periodonsium lainnya, perawatan abses perikoronal ditujukan
untuk penatalaksanaan fase akut, yang dilanjutkan dengan resolusi kondisi kronis. Abses
 perikoronal akut dianestesi dengan baik untuk memperoleh kenyamanan, dan drainase dibuat
dengan membuka operkulum jaringan lunak secara hati-hati menggunakan probe periodontal
atau kuret. Jika debris di bawahnya mudah diakses, maka dapat dibersihkan, yang dilanjutkan
dengan irigasi perlahan menggunakan salin steril. Jika terjadi pembengkakan regional, tanda-
tanda sistemik, atau limfadenopati, antibiotik perlu diresepkan.

Pasien diperbolehkan pulang dan diminta untuk berkumur dengan air garam hangat setiap 2
 jam dan daerah tersebut diperiksa kembali setelah 24 jam. Jika rasa tidak nyaman adalah
salah satu keluhan awal, pasien perlu diberikan analgesik. Jika fase akut telah terkontrol, gigi
yang erupsi sebagian dapat dirawat secara definitif melalui eksisi bedah jaringan yang
menutupi atau mencabut gigi yang bermasalah.
 

Prognosis:
Gigi pada periodontal abses tergantung pada jumlah dan jenis kerusakan tulang, posisi gigi
dan abses dan mobilitas dari gigi. Prognosis untuk regenerasi tulang yang mengalami infeksi
akut adalah lebih baik dari pada regenerasi tulang yang mengalami lesi kronis
 

REFERENSI

-  Lindhe, Jan. 2003. Clinical Periodontology and Implant Dentistry Ed.4. UK :


Blackwell. ISBN 1-4051-0236-5
-  Carranza, Newman, Tekei.2002. Clinical Periodontology Ed 9. New York : WB
Saunders company.
-  J.D Manson, B.M Alley. 1993. Buku Ajar Periodonti Ed 2. Jakarta : Hipokrates.
-  Hall B Walter. 2008. Critical Decisions in Periodontology. California : BC Decker Inc
-  www.acadmed.org.my/view_file.cfm?fileid=285 
-  Pharoah, white. Oral Radiology Principle and Interpretation fifth edition. 2000.
Mosby.

Anda mungkin juga menyukai