Anda di halaman 1dari 26

-ORTODONTI-

JACKSON’S
Tujuan TRIAD
Orthos (benar, lurus)
Dentos (gigi)

1. Efisiensi fungsional
Ilmu khusus membahas pertumbuhan dan perkembangan 2. Keseimbangan struktural
rahang dan wajah dan pengaruhnya tehadap posisi gigi; 3. Estetis yang harmonis
pengaruh eksternal dan internal thdp perkembangan,
pencegahan dan koreksi pada perkembangan yang
GROWTH SPURT
menyimpang/ terhambat.
- Sebelum lahir
Klasifikasi perawatan:
- 1 tahun setelah lahir
o Preventif (normal;pencegahan)
o Interseptif (awal maloklusi; << keparahan) - Gigi : 8- 11 tahun
o Korektif (maloklusi nyata) Bercampur  7-9 tahun
o Bedah - Pubertas : 14-16 tahun

Kunci Oklusi Normal (Barnett)


4
1. Susunan gigi dalam lengkung teratur
2. Hubungan serasi antara gigi atas & bawah
3. Hubungan seimbang antara gigi & tulang
KURVA SPEE
11-13 tahun

KURVA WILSON

rahang terhadap kranium dan muskular


sekitarnya
4. Keseimbangan fungsional (estetik baik)

6 Kunci Oklusi Normal


(Andrew)
1. Hubungan molar kelas 1
2. Angulasi mes-dis mahkota (mahkota
miring sedikit ke mesial)
Kurvatura antero-
posterior permukaan
oklusal dari ujung
cusp C, P1, P2, cusp
Kurvatura
terbentuk

dan lingual
posterior RB
yang
dari
kontaknya cusp bukal
gigi

3. Inklinasi labiolingual mahkota bukal M1 M2, hingga


- Ante RA inklinasi positif: area gingiva 2/3 retromolar pad KURVA MONSON
dari mahkota gigi lebih lingual dari Perpanjangan kurva
area oklusal spee dan kurva wilson
- Ante dan poste RB & poste RA ≤ 2mm: dangkal/ datar
2-4mm: sedang/ normal ke semua cusp dan
inklinasi negatif: area gingiva dari

+
≥4mm: dalam insisal edge
mahkota gigi lebih labial dari area
oklusal
4. Tidak ada rotasi gigi KURVA KURVA
5. Titik kontak gigi baik SPEE WILSON
6. Kurva Spee lurus ( ≤ 1,5mm dari kurva)
-BIOMEKANIKA ORTODONTI-

Tekanan yang dilepas piranti


ortodonti ke mahkota gigi • Aliran darah akan berkurang bila ligamen
periodontal mendapat tekanan dan akan
bertambah atau tetap bila mendapat tarikan
• Perubahan aliran darah → merubah keadaan
Diteruskan melalui akar gigi ke ligamen kimia darah → proporsi relatif metabolit yg
periodontal dan tulang alveolar lain juga berubah → perubahan seluler
berupa pengaktifan mediator inflamasi utk
menstimulasi osteoklas yang diikuti stimulasi
osteoblas → gigi berpindah dari tempatnya

TEORI PIEZOELEKTRIK TEORI TEKANAN-TARIKAN

• Piezoelektrik dijumpai pada → Kristal


organik, mineral tulang dan kolagen
• Gaya → Tulang → Migrasi elektron2 dalam
Aliran darah pada Aliran darah pada
latis kristal dari mineral tulang → Terjadi
sisi tekanan << sisi tarikan >>
perlengkungan/ bending tulang → Terlihat
sinyal piezoelektik
• Memiliki 2 ciri khusus:
1. Sinyal cepat hilang
Pelepasan mediator kimia → IL-1β; EGF; IL-
2. Timbul sinyal yang sama ketika force
6; β2 microglobulin; TNF α; IFN-Ύ
dihilangkan

Macam Pergerakan Gigi Aktivasi dari sel2 fibroblas, osteoblas,


osteoklas, undiffrentiates cells
a. TIPPING : gaya ke gigi (mahkota searah gaya,
akar berlawanan gaya)
b. BODILY/ TRANSLASI : mahkota dan akar
bergeser searah gaya
Remodelling tulang
c. INTRUSI : bodily movement sepanjang sumbu
→ terjadi proses resorpsi (distimulasi
gigi ke arah apikal osteoklas) dan aposisi (distimulasi osteoblas)
d. EKSTRUSI : bodily movement sepanjang sumbu akibat tekanan yang diterimanya.
gigi ke arah oklusal → Remodelling pertumbuhan terjadi akibat
e. ROTASI : gerak ke labial/ lingual mengitari adanya DRIFT atau perpindahan pertumbuhan
sumbu gigi
f. TORQUING : kebalikan tipping Resorpsi Tulang:
g. UPRIGHTING : menegakkan 1. Frontal resorpsion
Terjadi akibat tekanan ringan sehingga
memiliki area hyalinisasi kecil
2. Undermining resorpsion
a. Erupsi
Pergerakan Terjadi akibat tekanan keras sehingga
b. Migrasi memiliki area hyalinisasi besar
Fisiologis c. Mastikasi
-PENJANGKARAN DALAM PERAWATAN ORTODONTI-

A. Berdasarkan force yang diaplikasikan

SIMPLE STATIONARY RECIPROCAL


Gigi penjangkar memiliki daya Sama seperti simple → Kekuatan pada gigi→
tahan >> dibanding gigi yg modifikasi alat sehingga gigi didistribusikan sama kuat pd
digerakkan → 1 gigi dipakai penjangkar dapat bergerak kedua sisi → gigi bergerak
untuk mengerakkan 1 gigi secara bodily sama pd kedua sisi

B. Berdasarkan rahang yang telibat

INTRAMAXILLARY INTERMAXILLARY/ BAKER’S ANCHORAGE


Resistensi yang diperoleh dari 1 gigi digunakan Penjangkaran di 1 rahang utk memindahkan
untuk memindahkan gigi lain dari rahang yang gigi di rahang yang berbeda
sama

C. Berdasarkan situs penjangkaran

1. INTRAORAL 3. EKSTRAORAL
Sistem penjangkaran yang Sistem penjangkaran yang
diletakkan pada jaringan diletakkan DILUAR MULUT
lunak DALAM MULUT, dpt Tdd →
di mukosa palatum atau pd 1. kranium (occipital
otot2 perioral anchorage) → head gear
Tdd → Gigi, tulang alveolar, 2. bagian belakang leher
tulang basal (cervical anchorage) →
cervical head gear
3. tulang fasial → face mask
2. MUSKULAR
-TUMBUH KEMBANG OKLUSI-

PERIODE GIGI SULUNG


 Dimulai → 6 bulan s/d 2,5 tahun
 Order of eruption:
I → II → III → IV → V ; RB dulu drpd RA
 Usia 2,5 s/d 3 tahun : deep bite ante, rapat (tdk ada titik kontak), dm2 RA RB cusp to cusp (Flush)

Distal dm2 RB
Permukaan
lebih distal dr
distal garis
dm2 RA
lurus
Distal dm2
RB lebih
mesial
Flush/ Vertical Plane

Mesial step

Distal step
 Usia 5 tahun :
- Gigitan jadi edge to edge (karena pertumbuhan RB kedepan > dari RA
- Muncul developmental space (ruang antara I RA dan RB karena pertumbuhan rahang ke arah
transversal)
- Muncul primate space (ruang antara distal di2 dan mesial dc RA, distal dc dan mesial dm1 RB
→ mencegah crowded ante)

Primate space/ Simian space/ Anthropoid space

PERIODE GIGI BERCAMPUR


 Erupsi M1 permanen:
- Arah erupsi M1 RA RB berkontak dgn dm2
- Hubungan dm2 flush
- M1 permanen cusp to cusp → krn ada lee way space
sehingga M1 RB gerak ke mesial → klas I angle

Lee way space: selisih ukuran mes-dis dc,


dm1, dm2 yang lebih besar dari C, P1, P2
RA : 1,8 mm atau 0,9mm perkuadran
RB: 3,4 mm atau 1,7mm perkuadran
Lee Way Space
PERIODE GIGI BERCAMPUR
 Erupsi M1 permanen:
- Dorongan erupsi M1 RB → pergeseran gigi ke mesial → primate space tertutup → klas I
angle
- Hubungan dm2 mesial step → oklusal gigi poste sulung aus → pertumbuhan mandibula lebih
cepat → hubungan dm2 mesial step → hubungan M1 permanen klas I angle → bila RB terus
berkembang jd klas III

 Inklinasi i sulung relatif tegak ; I permanen ke labial (kompensasi ruang lebih lebar untuk I
permanen)
 Usia 8-9 tahun → Fase ugly duckling
- Tekanan gigi C yang sedang erupsi mendorong akar I1 dan I2 RA ke mesial → midline
diastema → NORMAL! → saat gigi C erupsi terjadi perbaikan spontan posisi I1 dan I2
-MALOKLUSI-

1 Intra-Arch
2 Skeletal
3 Inter-Arch
(malposisi gigi individual) Contoh: (malrelasi antar lengkung)
Contoh: - Sagital : RA/ RB →
Contoh:
Tipping, displacement/ prognati/ retrognati
- Vertikal : lower facial - Sagital : Klas I/ II/ III
bodily movement/ versi, - Vertikal : Normal?
torsi (rotasi sentris), height
- Transversal: penyempitan/ Openbite? Overbite?
torsiversi (rotasi - Transversal : Normal?
asentris), transposisi. pelebaran rahang

Klasifikasi Angle 3
Distobukal
Crossbite?
cusp M1 RA
Scissorbite?
Mesiobukal cusp permanen beroklusi pada
M1 RA permanen bukal groove M1 RB
beroklusi pada permanen
bukal groove M1
RB permanen KLAS I KLAS II DIV I

• I RA proklinasi
• Bibir atas hipotonik
• Lip trap (bibir bwh di
palatal I atas)
• Lengkung RA:
berbentuk V
• I1 RA retroklinasi
• I2 RA proklinasi KLAS II DIV II KLAS III
• Deepbite
• Lengkung gigi : persegi
Mesiobukal cusp M1 RA
• Aktivitas otot NORMAL
permanen beroklusi pd
interdental antara M1
dan M2 RB permanen

NOTE : True: skeletal klas III


Subdivisi: 1 sisi klas I, sisi lain klas II atau klas III Pseudo: RB bergerak kedepan saat tutup mulut

1. M1 permanen dianggap titik tetap dalam rahang, padahal TIDAK.


2. Bila M1 hilang, maka klasifikasi tidak dapat digunakan.
3. Hanya melihat dalam arah antero-posterior.
4. Tidak menjelaskan malposisi gigi secara individual. Kelemahan
5. Tidak menerangkan etiologi maloklusi. Angle
6. Tidak membedakan maloklusi dental dan skeletal.
Klasifikasi Dewey
KLAS I
KLAS III
Tipe 1 : Crowded anterior
Tipe 1 : Edge to edge
Tipe 2 : I RA protrusif
Tipe 2 : I RB crowding dan lebih ke
Tipe 3 : Crossbite anterior lingual dari I RA
Tipe 4 : Crosbite posterior Tipe 3 : I RA Crowding, Crossbite
Tipe 5 : M1 permanen drifting ke mesial anterior

Hubungan Kaninus
KLAS I KLAS II KLAS III

Cusp tip C RA berada pd Cusp tip C RA lebih ke Cusp tip C RA lebih ke


embrasur C dan P1 RB mesial dari embrasur C distal dari embrasur C dan
dan P1 RB P1 RB

Hubungan Insisivus
-ETIOLOGI MALOKLUSI-

Intrinsik Ekstrinsik
1. Anomali jumlah gigi 1. Herediter (turun lewat kromosom)
- Supernumerary (>> RA) 2. Kelainan kongenital (palato/
- Anadonsia (>> RB) labioschisisi, sifilis kongenital,dll)
- Hypodonsia (hilang 1-6 gigi) 3. Perkembangan/ pertumbuhan yang
- Oligodonsia (hilang >6 gigi) salah pd masa:
2. Anomali ukuran gigi - Prenatal
3. Anomali bentuk gigi - Postnatal
- Geminasi 4. Penyakit & keadaan metabolik yang
- Fusi menyebabkan adanya predisposisi ke
- Dens in dente arah maloklusi:
- Hutchinson teeth - Ketidakseimbangan kelejar
- Peg shaped endokrin (gigantisme/
4. Frenulum labii abnormal dwarfisme)
5. Prematur loss gigi desidui - Gang. Metabolis
6. Persistensi gigi desidui - Penyakit infeksi (rachitis, sifilis,
7. Erupsi gigi permanen terlambat, karena: TBC tulang)
- Tdk ada benih 5. Malnutrisi
- Ada supernumerary 6. Kebiasaan buruk
- Ada radiks desidui 7. Sikap tubuh
- Ada mukosa yang tebal dan kuat 8. Trauma
8. Jalan erupsi yang abnormal Thumb Sucking
9. Ankylosis
- I RA protrusif + I RB retrusif
10. Karies gigi - OJ meningkat
11. Restorasi gigi yang tidak baik - Supraerupsi gigi anterior
- Openbite ante → simple tongue thrusting
- Bibir →atas hypotonik, bwh hiperaktif
Tongue Thrusting - Kuku bersih + berkalus
Lip Bitting/ Sucking
- Simple → kelanjutan dari - Akibat penghentian - Manajemen → Palatal crib
prolonged thumb sucking thumb sucking
- Complex → akibat inflamasi - I RA proklinasi + I RB - Faset/ aus pd perm oklusal Bruxism
tonsil → sakit saat menelan → retroklinasi - Hipertrofi otot mastikasi
RB mjd lebih ke bwh → gigi tdk - Hipertrofi bibir bwh - TMD
beroklusi → ada ruang utk lidah + Cracking of lips - Fraktur gigi + restorasi
bergerak ke depan - Manajemen → Lip - Mobiliti gigi
- Gigi RA + RB tidak berkontak Bumper - Manajemen → hilangkan stress + occlusal
- Mnjm → habit breaker + muscle adjustment utk menghilangkan kontak
exercise + terapi miofungsional prematur + night guard
Mouth Breathing
- MB → RB lbh ke bawah → ada ruang utk lidah lebih ke bwh dpn → melebarkan jalur masuk udara + kepala
tengadah → udara masuk >> → trjd pertumbuhan vertikal ramus mandibula → supra erupsi gig poste → open
bite ante → long face →tekanan otot pipi >> → penyempitan lengkung maksila
- Manajemen → Hilangkan obstruksi nasal/ faringeal + hentikan kebiasaan (bila perlu pakai vestibular screen) +
RME (Rapid Maxillary Expansion) + terapi miofungsional +rujuk THT + oral screen
-DIAGNOSA ORTODONTI-

1. Keluhan Utama
1 ANAMNESA
Trichion

2. Riwayat Individu
- K.U → Tinggi + Berat badan 1/3 wajah
- Kelahiran → normal/ komplikasi atas
- Urutan kelahiran Glabella
- Nutrisi → lama ASI, lama susu
botol
- Penyakit infeksi yg pernah diderita 1/3 wajah
- Infeksi Sal. Pernafasan tengah
- Kelainan kongenital Subnasal
- Kebiasaan buruk
3. Riwayat Keluarga
1/3 wajah
- Kelainan rahang + gigi pada ayah/
bawah
ibu

Menton

1. Ekstra Oral
➔ Wajah Depan
PEMERIKSAAN KLINIS 2
- Bentuk Wajah : Dolicho Cephaly (> 1.3) - Indeks Fasial :
Meso Cephaly (1- 1,3) Hyper Euryprosopic (x–78,9)
Brachy Cephaly (< 1) Euryprosopic (79,0-83,9)
Tinggi wajah (1/3 wajah tengah + 1/3 wajah bawah) Mesoprosopic (84,0-87,9)
Lebar wajah (Zig-Zig) Leptoprosopic (88,0-92,9)
Hyper Leptoprosopic (93,0-x)
- Proporsi Wajah : Tinggi wajah
Normal ( 1-1,3) X 100
Lebar wajah
a. Arah Vertikal
1/3 wajah atas : 1/3 wajah tengah: 1/3 wajah bawah
- Simetri Wajah :
b. Arah Horizontal → Rule of fifth Simetris/ Asimetris ke kanan atau kiri
Setiap bagian selebar 1 mata a. Arah Transversal → Panduan garis
Dasar alar = Lebar intercanthal interpupil + dataran oklusal
Lebar mulut = Jarak tepi tengah iris b. Arah Vertikal → Panduan midline wajah
(garis mid-philtrum +mid-glabella)

➔ Wajah Samping
Profil Wajah :
Menurut Graber:
- Cembung (convex) :
Ls Li didepan garis Gla-Pog
- Lurus :
Ls Li tepat pada garis Gla-Pog
- Cekung (concave) :
Ls Li dibelakang garis Gla-Pog
2. Intra Oral
2 PEMERIKSAAN KLINIS
- Tonsil : Normal/ Besar
a. Apel gigi ( Karies, erupsi, radiks, tambalan, dll)
- Lidah : Normal/ Besar (scallop)/ Kecil
b. Keadaan jaringan lunak
- Palatum
- Gingiva : Normal/ Inflamasi/ Fibrous/ Hiperplasia
Indeks Korkhaus (N= 37%-42%)
- Frenulum Labii :
1. Bibir atas ditarik keatas dan ke luar
BLANCH
2. Lihat papila interdental
TEST tinggi
3. Apakah ada daerah pucat atau tidak?

Normal → teletak di gingiva cekat


lebar
Rendah → teletak di mukosa alveolar
Tinggi → terletak sampai ke gingiva bebas Tinggi palatum Rendah < 42%
X 100%
(diastema) Lebar palatum Tinggi > 42%
Klinis →
- Saliva : Banyak/ Sedikit/ Normal Letakkan kaca mulut no.4 posisi kaca tegak di
Konsistensi palatum! Rendah > ½ kaca mulut terlihat
→ letakkan kaca mulut di lidah/ mukosa Tinggi < ½ kaca mulut terlihat
→ angkat → kental? Lengket?
Volume : Sedikit < 1ml/ menit
Normal 1-3ml/ menit
Banyak >3ml/ menit

1. PENELANAN
3 ANALISIS FUNGSI
4. PEMERIKSAAN TMJ
Instruksikan pasien melakukan penelanan. Ada clicking? krepitus? Nyeri otot
- Adakah protrusi ujung lidah? pengunyahan? Keterbatasan gerakan
- Kontraksi otot perioral selama menelan? rahang? Kelainan morfologi?
- Tidak ada kontak pada regio molar? Pembukaan mulut maksimum
Jika hal diatas terjadi → N: 40-45mm
→ TIDAK NORMAL dan berada diantara gigi!
5. BERNAFAS
2. BICARA - Mirror test : 2 kaca mulut (1 antara hidung
Instruksikan pasien untuk membaca artikel dan mulut, 1 dimulut) → berembun?
atau berhitung 1-20. - Butterfly test : kapas diatas bibir atas
- Amati pelafalannya! dibawah hidung → terhembus?
- Pasien yg punya kebiasaan menjulurkan - Water Test : menahan air dalam mulut→
lidah SULIT melafalkan huruf s, t, j kesulitan? Tumpah?
- Pasien dengan celah langit2 akan memiliki
suara hidung 6. PENUTUPAN MULUT

3. TERTAWA
Instruksikan pasien untuk tersenyum lebar
(beri video lucu, candaan)
- Amati apakah sebagian besar gusi terlihat
atau tidak!
VDI VDO
- Kepala tegak lurus terhadap lantai
- Instruksikan pasien berhitung 1- FREE - Keadaan oklusi sentis
10, saat hitungan ke sepuluh → - Kepala tegak lurus terhadap lantai
berhenti dan dalam posisi WAY
- Tarik garis yang menghubungkan
istirahat SPACE subnasal dan pogonion
- Tarik garis yang menghubungkan - Hitung kedua titik
subnasal dan pogonion Jarak interoklusal pd
mandibula dalam posisi
- Hitung kedua titik
istirahat (N= 2-4mm)

4 ANALISIS MODEL
TRANSVERSAL
SAGITAL RA/RB
RA/RB - Mesio/disto/labio/buko/palato/linguo/versi/torsiv
- Inklinasi: normal/ proklinasi/ retroklinasi - Midline RA :
- Pergeseran gigi posterior Ante → Titik pertemuan rugae palatina ke -2 kiri
(mesio/ disto versi dan diastema posterior) kanan
- Labio/ palato/ linguo/ versi/ torsiversi Poste → Titik antara fossa palatina kanan kiri / ikuti
- Kurva spee (N= 0-1,5mm) garis raphe mediana

OKLUSI SENTRIK
- Overjet (Horizontal → N= 2-3mm)
- Relasi molar/ kaninus
- Crossbite anterior

OKLUSI SENTRIK
- Pergeseran midline
- Crossbite posterior
- Scissor bite
VERTIKAL
RA/RB
- Infra/ Supra versi

OKLUSI SENTRIK
- Overbite (N= 2-3mm)
- Openbite
- Deepbite
-ANALISIS GIGI GELIGI DESIDUI-

- Analisis Moyers
Gigi Bercampur
- Analisis Barendonk
- Analisis Tanaka Jhonston
- Analisis Radiografi

Analisis Moyers
SYARAT Ukuran M-D gigi 42 + 41 + 31 + 32 (7+6,5+6,5+7) = 27 mm Rb
Lengkung gigi 42 + 41 dan 31 + 32 (13+13,5) = 26,5 mm
Selisih A = -0,5 mm

Ukuran M-D gigi 43 + 44 + 45 (lihat tabel Moyers) = 23,6 mm


Lengkung gigi (tempat yg tersedia) 43 s/d 45 = 26,5 mm
4 Insisivus RB telah
Selisih B = +2,9 mm
erupsi sempurna
Ukuran M-D gigi 33 + 34 + 35 (lihat tabel Moyers) = 23,6 mm
Lengkung gigi (tempat yg tersedia) 33 s/d 35 = 26,5 mm
NOTE : Selisih C = +2,9 mm
Lengkung dikurangin
ukuran M-D gigi!
Ukuran M-D gigi 12 + 11 + 21 + 22 (8+9+9+8) = 34 mm RA
Lengkung gigi 12 + 11 dan 21 + 22 (17,5+17,5) = 35 mm
NOTE: Selisih A = +1 mm
Diagnosis Model
- Klasifikasi Molar Ukuran M-D gigi 13 + 14 + 15 (lihat tabel Moyers) = 22,5 mm
- Ovebite Lengkung gigi (tempat yg tersedia) 13 s/d 15 = 24,5 mm
- Overjet Selisih B = +2 mm
- Kekurangan Ruang
(RA RB) Ukuran M-D gigi 23 + 24 + 25 (lihat tabel Moyers) = 22,5 mm
- Kurva Spee Lengkung gigi (tempat yg tersedia) 23 s/d 25 = 25 mm
- Kelainan Utama Selisih C = +2,5 mm

Dibagi 2 tergantung
dari selisih lengkung
dikurang ukuran M-D
Selisih A-RA masing2 kuadran
+1
+0,5 +0,5
Selisih B-RA Selisih C-RA +2 +2,5 +2,5 +3

Selisih B-RB Selisih C-RB +2,9 +2,9 +2,4 +2,9


-0,5 0
Selisih A-RB -0,5
-TABEL MOYERS-
Analisis Barendonk
• Tahap 1 (ruang yg dibutuhkan):

SYARAT RA 1. Ukur M-D ke4 RB 1. Ukur M-D ke4


Insisivus RA Insisivus RA
2. Jumlahkan 2. Jumlahkan
3. Lihat tabel SI-OK 3. Lihat tabel SI-UK
(Stuttzone) (Stuttzone)
4 Insisivus RB telah • Tahap 2 (ruang yang tersedia)
erupsi sempurna Ukur jarak dari distal I2 ke mesial M1 permanen RA dan RB
• Penentuan ruang yang dibutuhkan
Selisih antara ruang yang dibutuhkan dengan ruang yang
tersedia

SI OK 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Stuttzone 20.7 71.7 21.8 22.7 22.7 23.1 23.5 23.8 24
Zahnhogen 69.4 71.4 73.6 75.4 77.4 79.7 81 82.6 84
SI UK 20.6 21.4 22.1 21.9 23.6 24.4 25.1 25.9 26.6
Stuttzone 20 20.6 21.1 21.6 22.3 22.7 23 23.4 23.6
Zahnhogen 60.6 62.6 64.3 66.5 68.2 69.6 71.1 72.7 73.8

Analisis Tanaka Jhonston


• Tahap 1 (ruang yg dibutuhkan):
SYARAT 1. Ukur lebar M-D ke4 Insisivus RB
2. Jumlahkan dan bagi 2 (A)
3. Prediksi C, P1, P2 RA → A + 11 mm
4. Prediksi C, P1, P2 RB → A + 10,5 mm
• Tahap 2 (ruang yang tersedia)
Ukur jarak dari distal I2 ke mesial M1 permanen RA dan RB
4 Insisivus RB telah • Penentuan ruang yang dibutuhkan
erupsi sempurna Selisih antara ruang yang dibutuhkan dengan ruang yang
tersedia

Analisis Radiografi
Y1 : lebar M-D gigi permanen yang belum tumbuh
Y1 = X1 x Y2 X1 : lebar M-D gigi permanen yang belum tumbuh diukur dari ro foto
Y2 : lebar M-D gigi sulung yang diukur pada model studi
X2 X2 : lebar M-D gigi sulung yang diukur pada ro foto
-ANALISIS GIGI GELIGI PERMANEN-

Gigi Permanen
- Analisis Bolton
- Analisis Ponts
- Analisis Howes
- Analisis Kesling Set Up

Analisis Bolton
• Menentukan rasio secara keseluruhan
91,3 % : normal
Jumlah 12 gigi RB (I1 sampai M1) x 100% < 91,3 % : kelebihan materi gigi RA
Jumlah 12 gigi RA (I1 sampai M1) > 91,3 % : kelebihan materi gigi RB

• Menentukan rasio anterior


77,2 % : normal
Jumlah 6 gigi RB (I1 sampai C) x 100%
< 77,2% : kelebihan materi gigi anterior RA
Jumlah 6 gigi RA (I1 sampai C)
< 77,2% : kelebihan materi gigi anterior RB

Analisis Pont
→ Menentukan kebutuhan terhadap ekspansi lateral
• Jumlahkan lebar M-D ke4 insisivus RA
• Menentukan jarak premolar
RA → pit distal P kanan kiri
RB → titik kontak P1 P2 kanan kiri
• Menentukan jarak molar
RA → fissur bukal M1 ka-ki
RB → ujung cusp mesiobukal M1 ka-ki

Indeks Pont 14-24 = Jlh lebar M-D ke4 Insisivus Ra x 100


80

Indeks Pont 16-26 = Jlh lebar M-D ke4 Insisivus Ra x 100


64
contoh
Pasien (mm) Pont (mm) Selisih (mm) Jarak P atau M lebih kecil
14-24 35 40 -5 dari Indeks Pont
16-26 44 50 -5 → EKSPANSI
-ANALISIS SEFALOMETRI LATERAL-
S-N : Basis kranii anterior
S-Ba : Basis Kranii posterior
N-Me : Tinggi wajah anterior
N-ANS : Tinggi wajah anterior atas
ANS-Me : Tinggi wajah anterior bawah
S-Go : Tinggi wajah posterior
S-Ar : Tinggi wajah posterior atas
Ar-Go : Tinggi wajah posterior bawah
Pn-Pog : Garis/bidang estetik

Pro

Ls
Li

1. Relasi Rahang (ANB) → SNA-SNB


▪ SNA : Relasi maksila thdp basis kranii dalam arah ante-poste
(N= 82o±2 o) → >N: Prognati | <N: Retrognati
▪ SNB : Relasi mandibula thdp basis kranii dalam arah ante-poste
(N= 80 o ±2 o) → >N: Prognati | <N: Retrognati
▪ ANB : Relasi maksila thdp mandibula
(N=2 o ±2 o) → +: Max didepan mand (Klas I atau II) | - : Max dibelakang mand (Klas III)
2. Konveksitas Wajah Skeletal (NaPog)
(N=0, range -8,5 s/d 10) → + : Cembung | 0: Lurus | -: Cekung
3. Rotasi Mandibula (MP : SN)
(N=32) → >N: Rotasi searah jarum jam | N: mandibula normal | <N: Rotasi berlawanan arah
4. Pola Pertumbuhan (NSGn)
(N=66) → >N: Vertikal | N: Kedepan dan kebawah | <N: Horizontal
5. Inklinasi I RA (I : SN)
(N=104) → >N: Proklinasi | <N: Retroklinasi
6. Inklinasi I RB (I:MP)
(N=90) → >N: Proklinasi | <N: Retroklinasi
7. Kedudukan Bibir Atas thdp Garis Estetik (E:Ls) → +: Bibir didepan garis estetis (...mm)
8. Kedudukan Bibir Bawah thdp Garis Estetik (E:Li) - : Bibir dibelakang garis estetis (...mm)
0: Berhimpit dengan daris estetis
-PIRANTI ORTODONTI LEPASAN-

Komponen Aktif Komponen Retentif Pelat Basis


• Pegas • C clasp = Klamer bukal = Klamer ¾
• Labial Bow • Arrow Head
• Sekrup • Klamer Adam
• Elastik • Triangle
• Ball Clasp = Rush Anchor

Z spring

• = Pegas sederhana/ pegas s/ double


cantilever/ simple/ protrusion spring
• Menggerakkan gigi ke labial
• DIAMETER → 0,5-0,6 (ante) 0,7 (poste)

Finger Spring
T spring
• = pegas jari/ proximal/ interdental/
• Menggerakkan M,
palatal finger/ cantilevered spring
P, dan C ke bukal
• Menarik gigi ke mesial/ distal
• DIAMETER →
• DIAMETER → 0,5- 0,6 mm
0,5mm

PEGAS
Bukal Retraktor Spring Bumpher spring
• Menggerakkan
• Menarik C ke distal
gigi poste ke bukal
• DIAMETER → 0,7mm
• DIAMETER →
• Bentuk U loop, V loop
0,6mm

Lingual Spring
Paddle Spring
• Menolak gigi terakhir
• Pada gigi ante atau
(M) ke bukal
poste
• DIAMETER → 0,8mm

Self Suporting Spring


Bukal Push Spring
• Menggerakkan gigi ke
• Menolak P ke lingual palatal
• DIAMETER → 0,7mm • DIAMETER → 0,7mm
n

-PIRANTI ORTODONTI LEPASAN-

Reversed LB
Short LB

• Meretraksi gigi anterior • Mempertahankan lengkung


• Meretraksi gigi anterior
• C-C • Meretraksi scr minor
• P-P
• DIAMETER 0,7mm • DIAMETER 0,7mm
• DIAMETER 0,7mm

Long LB

Begg’s LB

Split LB
• Retainer setelah pake LABIAL
fixed
• M-M BOW • Meretraksi gigi ante
• DIAMETER 0,9mm • Menutup diastema sentralis
• DIAMETER 0,7mm

Inverted LB

• Meretraksi gigi ante RB


• Pada kasus pseudo Klas III
• DIAMETER 0,7mm
-PIRANTI ORTODONTI LEPASAN-
NOTE:
1. Untuk menggerakkan gigi dan ekspansi lengkung gigi 3. Penempatan skrup
• Pemutaran 360O → Ruang 0,8-1mm • Tertanam dalam akrilik
• ¼ putaran (90o) → Ruang 0,2mm • Posisi skrup sesuai dengan gerakan
• Pembukaan maksimal 5-8mm Misal: Ekspansi Lateral
2. Indikasi: - Skrup pada midline
• Masa gigi bercampur - Antara P1 dan P2 / M1 dan M2
• Berjejal ringan → kekurangan ruang sampai 4mm - Sejajar bidang palatum
• Lengkung gigi sempit (bentuk V) • Mengikuti bentuk lengkung gigi
• Kasus border line (metode Howes 36-44%)

KLASIFIKASI:
1. Ekspansi lateral/ transversal 3. Ekspansi sagital + transversal
2. Ekspansi sagital 4. Distalisasi segmen gigi

FAN/ PIVOT Screw


• Ekspansi anterior yg lebih banyak
Coffin Spring dari posterior
• Ekspansi lateral RA
• Wire → 1,25mm
• Kekurangan ruang ≤3mm

RME
• Bersifat skeletal → memisahkan
sutura mid palatinal
• Lebar maxilla bertambah 10mm,
rata2 0,2-0,5mm pertumbuhan/
SKRUP hari

BERTONNI Screw
• Ekspansi transversal dan sagital
BOW Screw
• Ekspansi transversal RB
Single Screw
• Menggerakkan gigi scr individual
-PIRANTI ORTODONTI LEPASAN-

CONTOH:
FUNGSI: 1. Elastik Kelas II
Sebagai komponen Menarik maksila ke posterior
kekuatan pada ELASTIK RB sebagai penjangkar, RA ditarik
pesawat yang ke distal
menggunakan 2. Elastik Kelas III
kekuatan ekstra oral Menarik mandibula ke posterior
RA sebagai penjangkar, RB ditarik
ke distal

FUNGSI:
- Basis/ landasan komponen lain dari pesawat
BASIS - Retensi
- Penjangkar
- Bite Plate
ANTERIOR BITE PLANE/ BITE PLATE
MACAM2 BITE PLANE:
• Penebalan plat pd RA berupa
dataran (pd bagian palatinal
POSTERIOR BITE PLANE/
insisivus RA)
BITE WALL
• Fungsi → Mengurangi Overbite
• Penebalan akrilik pd plat
yang meluas sebagian/
seluruhnya menutupi
permukaan oklusal gigi
posterior
INCLINED BITE PLANE RA
• Fungsi → Membuka
oklusi • Penebalan plat berupa
• Pada kasus → Crossbite dataran miring pad regio
ante RA → PBP anterior RA
diletakkan di daerah • Mengurangi overbite
posterior RA untuk insisisal INCLINED BITE PLANE RB
membuka oklusi • Menggerakkan RB kedepan • Penebalan plat berupa dataran
• Pesawat fungsional miring pad regio anterior RB
sederhana • Mengoreksi 1 crossbite/ sekelompok
• Biasa pd kasus deep bite kecil crossbite ante
dan anomali Klas II • Ruang cukup + OB cukup
-PIRANTI ORTODONTI LEPASAN-

 DEFENISI: daya tahan pesawat terhadap gaya yg melepaskan


 DIPEROLEH DARI:
RETENSI 1. Klamer retensi dan lengkung labial
2. Kontak rapat pelat dengan gigi
3. Adhesi anterior bagian dalam dengan palatum

• = Klamer bukal= Klamer ¾ = Klamer


circumferensial
• TIDAK DAPAT DIGUNAKAN pada gigi
yg belum erupsi sempurna
• DIAMETER:
M → 0,8mm
m, P, C → 0,7mm ARROW HEAD
c → 0,6mm TRIANGLE

• Dapat meliputi 1-3 gigi


C CLASP
• DIAMETER: 0,7mm

MACAM2 KLAMER
RETENSI:
• Digunakan pd interdental
papila gigi posterior
• DIAMETER: 0,7mm

ADAM CLASP

• Retensi ini efekif dengan memanfaatkan RUSH ANCHOR/


undercut mesiobukal dan distobukal BALL CLASP
• DIAMETER: 0,7mm dan utk c desidui
0,6mm
• Pada gigi posterior
• DIAMETER: 0,7mm
DEFENISI:
Kondisi dimana 1 atau lebih gigi berada pada posisi
abnormal baik dalam arah bukal, lingual, atau labial
dalam hubungannya dengan gigi antagonisnya

KLASIFIKASI MENURUT ETIOLOGI:


1. CROSSBITE DENTAL
KLASIFIKASI MENURUT LOKASI: Melibatkan 1 atau lebih gigi,
1. CROSSBITE ANTERIOR biasanya disebabkan oleh posisi gigi
Maloklusi yang disebabkan yang tipping dan tidak melibatkan
karena gigi anterior RA ruang basal
berada pada posisi lingual 2. CROSSBITE SKELETAL
dari gigi anterior RB Dihubungkan dengan diskrepansi
2. CROSSBITE POSTERIOR ukuran maksila dan mandibula,
Maloklusi yang disebabkan biasanya bersifat genetik atau
karena gigi posterior RA karena kelainan perkembangan
berada pada posisi lingual embrionik
dari gigi posterior RB 3. CROSSBITE FUNGSIONAL
Terjadi karena hambatan oklusal
saat penutupan rahang yang
PERAWATAN: CROSSBITE menyebabkan mandibula maju
1. Terapi Tongue Blade (20x) kedepan mencapai intercuspasi
2. Lower Inclined Plane maksimum
3. Posterior Bite Block
4. SSC Terbalik

CBA DENTAL CBA FUNGSIONAL CBA SKELETAL


Penyebab Fakor lokal → ganggu erupsi Otot2 rahang menggerakkan Pertumbuhan RB yang
gigi anterior RA RB ke dpn dan mengunci berlebihan dibanding RA
Misal : Persistensi, trauma, segmen anterior dalam, sehingga RB terlihat
supernumerary, kesalahan hubungan crossbite, maju ke depan
letak benih di daerah palatal pergeseran RB, disebabkan (prognatik) dipengaruhi
hambaan oklusi seperi konak oleh herediter
prematur
Klas I Angle → Oklusi sentris
Hub. Molar Klas I Angle Klas III Angle
jadi Klas II
Jumlah Gigi < 2 gigi 1-6 gigi 6 gigi
Sefalometri Hub skeletal normal Hub skeletal normal Kelainan hub skeletal
Diagnosa Maloklusi Klas I Tipe III Maloklusi Pseudo Klas III Maloklusi Klas III
1/ lebih gigi anterior RA yg Ketidakseimbangan
Pergeseran RB yg disebabkan
linguoversi → erkunci perumbuhan skeletal
Patogenesis hambatan oklusi seperti
dibelakang gigi anterior RB saa antara RA dan RB yang
kontak prematur
oklusi sentris dipengaruhi herediter
Cekung yang terlihat jelas
Profil Wajah Normal Cekung
saat oklusi sentris
-PERAWATAN ORTODONTI -

4 FASE PERAWATAN Rehabilitatif

Korektif
Intersentif
Preventif

Early treament
Preventif Interseptif
Defenisi Antisipasi atau mencegah terjadinya maloklusi Menghambat anomali yang sedang
berkembang dan menuntunnya
kembali ke arah yg benar
Usaha • Edukasi orangtua • Space regaining (skrup/
• Kontrol karies distalisasi)
• Perawatan gigi desidui (prematur loss, persistensi) • Membuang jaringan lunak dan
• Menghilangkan kebiasaan jelek tulang yang menghalangi erupsi
• Menjaga keseimbangan oklusi → prematur kontak gigi
• Pencabutan gigi berlebih
• Space maintainer

PERTIMBANGAN:
Metode perawatan masa gigi
- Cukup/ tidak ruang
bercampur, hub Klas I dengan crowded
- Lama perawatan 4-5 tahun
berat dengan cara pencabutan secara
- Prosedur perawatan tidak berurutan secara pasti
berurutan dan kronologis

TEKNIK:
- EXO i2 desidui → I1 permanen erupsi
- EXO c des → I2 perm akan erupsi (akar
INDIKASI: C tlh terbentuk minimal ½)
SERIAL
- TIDAK ADA kelainan skeletal - EXO m1 des → biasanya 6-12 bulan
- Hub molar Klas I EKSTRAKSI sblm erupsi akar P1 telah terbentuk
- Overbite normal minimal ½ sampai ¾ )
- Kekurangan ruang ≥ 10mm - EXO P1 → C permanen akan erupsi
- Umur 7-8 tahun - EXO m2 des → P2 erupsi
KONTRAINDIKASI: TEKNIK DEWEL:
- Crowded ringan - EXO c des → susunan keempat
- Agenesis insisivus teratur
- Diastema - EXO m1 des → P1 erupsi
- Deep Overbite - EXO P1 → C permanen akan erupsi
-AKTIVASI -
8
1.
Cara mendapatkan ruang:
Proximal stripping/ slicing
2. Expansi rahang
3. Distalisasi
4. Protraksi anterior/ Flaring
5. Derotasi gigi posterior
6. Uprighting molar
7. Ekstraksi

Anda mungkin juga menyukai