Anda di halaman 1dari 9

OKLUSI DAN 

MALOKLUSI 3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke
anterior.
4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan ke
OKLUSI lateral
1.DEFINISI
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang sebagai berikut :
terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada 1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangn,
kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, keduanya dalam keadaan kontak;
2. Unilateral balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi
Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan keseimbangan tidak kontak;
secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua 3. Mutually protected occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi
komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan posterior tidak kontak;
berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi 4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas (Hamzah,
Zahreni; dkk).
2.macam : statis,fungsional=LI
Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak 3.syarat/karakteristik
mungkin terjadi pada manusia.
Oklusi fungsional à gerakan fungsional dari mandibula shg menyebabkan kontak antar gigi geligi MALOKLUSI
Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang 1.DEFINISI
sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi
fossa glenoidea. yang tidak reguler.
Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu
(1)oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di
keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik), setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi
dan intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini
(2)oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya
melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior). cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi
Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi pemakaian gigi.1
cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada
hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :
milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA 1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula.
terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal 2.Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi postural
antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. adaptif ke posisi interkuspal.
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang 3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan
(posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada selama fungsi pengunyahan dari mandibula.
gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak 4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.
antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side 5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit
dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing periodontal dan gigi.
side. 6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.
7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.3
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan 2.ETIOLOGI
antagonisnya. Etiologi darimaloklusi dapat terbagi 2, yaitu :
2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula Primary etiologi site
bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral. Etiologi pendukung
Primary etiologi site terbagi menjadi : 3. Makanan
1. System Neuromuskular Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi.
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal / Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.
malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua
maloklusi.
2. Tulang 4. Habits
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental arch, Mengisap jempol / jari
kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah saat
Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus
osseus. maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada
3. Gigi segmen leteral dari lengkung dental.
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai macam
cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi.
Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, Desakan lidah Ada 2 tipe, yaitu :
secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah -Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan.
gigi yang terlalu besar. -Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir sedikit tertutup
4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot) dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple tounge dihubungkan dengan digital
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat dengan sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah untuk mendesak ke
jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh depan kea rah open bite untuk menjaga anterior seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks
penyakit periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk tounge dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut.
struktur TMJ.

Etiologi Pendukung antara lain : Lip sucking and lip biting


1.Herediter Menyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula ( terkadang).
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat Menggigit kuku
menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah
kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi 5. Penyakit
kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah -Penyakit sistemik
kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi.
genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan -Gangguan endokrin
beberapa syndrome craniofacial). Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin saat
2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan
Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft. muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.
3. Trauma -Penyakit local
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya gigi,
dentofacial. perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi.
--Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran -Trauma
-Hipoplasia dari mandibula -Karies
Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran. -Malnutrisi
-Asymetri Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.
Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian
pertumbuhan muka.
--Prostnatal trauma
Retak tulang rahang dan gigi
Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama. 3.KLASIFIKASI
1.Agen Fisik
2.Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
Klasifikasi angel Angle Class I dengan gigi I maksila labio version
Class I Tipe 3
Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung maksila, dengan Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior cross bite ).
mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula Tipe 4
dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula ketika M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran normal ( cross bite
rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan. posterior ).
Class II Tipe 5
Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal M1 mandibula M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut, ( contoh hilangnya
permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila M susu lebih awal dan P2 ).
menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula. Modifikasi angle’s kelas III
Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi labiolingual 1.Tipe 1
dari maksila, yaitu ; Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di
Class II – divisi I anterior terjadi edge to edge.
Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version. Tipe 2
Class II – divisi II I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah lingual ).
Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal secara Tipe 3
anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding
atau mesial. dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.
Class II – sbdivisi
Saat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental. klasifikasi Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angel
Class III Neutroklusi
Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan cusp mesiobukal Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1
M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada Distoklusi
M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2 mandibula. Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2
Class III terbagi 2, yaitu : Mesioklusi
Psedo class III – maloklusi Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3
Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini mandibula bergesar ke Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi geligi menyangkut penambahan ”versi”
anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal.
rahang berada pada oklusi sentrik. Mesioversi
Kelas III – subdivisi Lebih ke mesial dari posisi normal
Distoversi
Maloklusi sesuai denagn unilaterally. Lebih ke distal dari posisi normal
Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di Lingouversi
anteriornya (depan-red). Lebih ke lingual dari posisi normal
Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah labioversi
depan dari molar pertama tersebut tidak tepat. Lebih ke labial dari posisi normal
Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar Infraversi
atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih. Lebih rendah atau jauh dari garis oklusi
Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang Supraversi
tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau Lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi
terkadang disebut gigitan terbalik. Axiversi
Inklinasi aksial yang salah, tipped.
Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III Torsiversi
Modifikasi angle’s kelas I Rotasi pada sumbunya yang panjang
1.Tipe 1 Transversi
Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding. Perubahan pada urutan posisi.
Tipe 2
Klasifikasi Bennette Protrusi insisor maksila
Klasifikasi ini berdasarkan etiologinya: divisi III
Kelas 1 Lingouversi insisor maksila
Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal. divisi IV
Kelas II protrusi bimaksilari
Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kelas II Skeletal
kerusakan perkembangan tulang. ini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal dalam hubungannya
Kelas III terhadap maksila.
Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan Dibagi menjadi dua divisi:
kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang. divisi I
lengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada regio caninus, crossbite bisa
Klasifikasi Simons saja ada ketinggian wajah vertikal menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya
Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan kranial dalam retrognatic.
tiga bidang ruang: divisi II
Frankfort Horizontal Plane (vertikal) merupakan pertumbuhan berlebih mandibula dengan sudut mandibula yang tumpul. Profilnya
Frankfort Horizontal Plane atau bidang mata- telinga ditentukan dengan menggambarkan garis prognatic pada mandibula.3
lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus
eksternal auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah
bidang vertikal. depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.
Attraksi
Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar
attraksi (mendekati). atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.
Abstraksi
Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang
abstraksi (menjauhi). tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau
Bidang Orbital (antero-posterior) terkadang disebut gigitan terbalik.
Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya, adalah: a.
rotraksi
Gigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.
Retraksi klas I
Satu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan. b.faktor yang berpengaruh (bad habit)
Bidang Mid-Sagital (transversal)
Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis melintang dari bidang midsagital. c.pemeriksaan
Kontraksi d.pencegahan
Sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital e.perawatan
Distraksi (menjauhi) klas II
Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal. divisi 1
a.etiologi : herediter, bad habit
Klasifikasi Skeletal - faktor yang berpengaruh (bad habit)
Salzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan struktur lapisan skeletal.
Kelas 1 Skeletal b.syarat,ciri,karakteristikpemeriksaan
Maloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni dengan satu radiografi, analisa model study,…………..
yang lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya orthognatic. c.pencegahan
Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental : menghilangkan bad habit spt menghisap jempol, edukasi
divisi I d.perawatan
Malrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar. LI
divisi II divisi 2
a.etiologi anak terutama pada bagian hidung. Akibat gangguan tersebut anak merasa lebih nyaman dengan
LI bernafas melalui mulut. Gangguan saluran nafas hidung ini perlu ditindak lanjuti oleh spesialis THT
b.syarat, ciri (Telinga Hidung Tenggorokan).
gigi anterior retrusif d pemakaian oral grid yaitu, anak yang mempunyai kebiasaan mendorong gigi depan dengan lidah
c.pemeriksaan = idem lama kelamaan akan menyebabkan gigi depan akan semakin maju ke depan (tonggos).
d.pencegahan = sesuai etiologi ’’Kebiasaan buruk ini dapat diatasi dengan penggunaan grid dengan alat ortodonti
e.perawatan lepasan,’’tukasnya.
subdivisi
LI e.gejala
klas III Anak yang masih memiliki kebiasaan menghisap jari setelah ia berumur 4 tahun dengan intensitas
pseudoklas III atau frekuensi tinggi cukup beresiko tinggi untuk mengalami masalah gigi atau masalah bicara saat
a.etiologi ia dewasa.
b.ciri Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara gigi-gigi yang beradu.
mandibula bergeser ke anterior dengan fossa glenoid….. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan
subdivisi rahang bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi
LI yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah

Pencegahan tambahan :
üEdukasi
üMeminimalisir penggunaan dot DAFTAR CONTOH KASUS-KASUS ORTODONTIK
üPenggunaan space maintener :
MENCEGAH terjadinya maloklusi atau susunan gigi yang tidak teratur atau berantakan pada anak 1. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior berjejal
bisa digunakan dengan perawatan ortodonti interseptif. Perawatan ini juga dapat membantu 2. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior spacing
malolkusi yang lebih parah dan juga menghilangkan maloklusi ringan yang sudah ada. 3. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior protrusif
ada beberapa jenis ortodonti intersentif, antara lain, pertama, dengan 4. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior protrusif bimaksiler
a.pemakaian space regainer. Space regainer merupakan alat yang dapat digunakan untuk 5. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior crossbite
melebarkan kembali ruangan yang telah menyempit sehingga gigi tetap dapat erupsi dengan baik 6. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior crossbite
pada tempat yang seharusnya. gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya, biasanya akan 7. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior deep overbite
menyebabkan ruangan yang ditinggalkannya mengalami penyempitan, sehingga benih gigi tetap 8. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior telah telah dicabut
yang ada di bawahnya akan kesulitan untuk erupsi dan cenderung untuk erupsi di luar lengkung 9. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior berjejal
gigi yang seharusnya. 10. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas protrusif (divisi 1)
’’Normalnya gigi sulung tanggal akibat desakan gigi tetap yang ada di bawahnya. Gigi sulung dapat 11. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas retrusif (divisi 2)
tanggal sebelum waktunya akibat berlubang yang mengharuskannya untuk dicabut, trauma, dan 12. Maloklusi klas II Angle subdivisi
lain sebagainya,’’ujarnya. 13. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior berjejal
14. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior spacing
bperawatan serial ekstraksi. Misalnya ada pasien usia 8 atau 9 tahun yang memiliki keluhan gigi 15. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior cross bite
bagian depan yang berjejal. Bila tidak segera dirawat susunan gigi yang tidak teratur tersebut akan 16. Maloklusi klas II Angle dengan gigi posterior cross bite
bertambah parah nantinya. Kondisi ini dapat dihindari dengan perawatan serial ekstraksi. 17. Maloklusi klas II Angle dengan gigi posterior telah telah dicabut
’’Perawatan serial ekstraksi merupakan perawatan dengan cara mencabut gigi sulung secara 18. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior berjejal
berkala pada saat-saat tertentu sesuai dengan keperluan,’’ungkapnya. 19. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior cross bite
c pemakaian oral screen. Anak-anak yang memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut akan 20. Maloklusi klas III Angle dengan gigi posterior cross bite
menyebabkan lengkung gigi dan rahang menyempit serta cenderung cembung ke depan atau 21. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior cross bite
istilah awamnya tonggos. 22.Maloklusi klas III Angle subdivisi
’’Kondisi ini dapat diatasi dengan penggunaan alat oral screen. Namun, sebelum dilakukan
perawatan dengan menggunakan oral screen, penyebab kebiasaan bernapas melalui mulut ini 1.perbedaan ketika punngung jempol menghadap ke atas n ke bawah?
harus dihilangkan,’’tuturnya.
Biasanya, terang Bambang, penyebab dari kebiasaan ini adalah adanya gangguan saluran nafas
Gambar : Ilustrasi anak yang memiliki kebiasaan menghisap jempol. Perhatikan jempol yang kearah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisiv ini tergantung pada jari yang diisap dan
menghadap ke langit-langit, saat anak melakukan gerakan menghisap jempol tersebut akan diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu jari yang
memberi tekanan ke arah atas dan gigi depan, dan bagian bawah jempol akan menekan lidah diletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi insisiv rahang atas
sehingga mendoron gigi bawah dan bibir sedangkan dagu terdesak ke dalam. Akibatnya anak dan pada permukaan labial gigi insisiv bawah. Anak yang secara aktif mengisap jari
dapat memiliki profil muka yang cembung akibat gigi depan yang maju. dapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisiv rahang atas, sehingga
menjadi lebih protrusif dan gigi insisiv bawah lebih retrusif dengan demikian
2.kapan seorg anak harus menghentikan kebiasaan menghisap jempol bertambahanya overjet menjadi lebih besar. Keadaan lain yang dapat muncul adalah
Bayi mempunyai dorongan alami/natural untuk menghisap, yang hal itu akan berkurang setelah kontriksi maksila. Kontriksi lengkung maksila biasa terjadi pada kebiasaan mengisap
usia 6 bulan. Namun terkadang kebiasaan itu berlanjut, yang akhirnya akan menjadi kebiasaan jari karena lengkung maksila gagal untuk berkembang dalam arah horizontal karena
bayi atau anak kecil karena dengan menghisap jempol/ibu jari, mereka akan merasa perubahan keseimbangan antara tekanan lidah dan pipi. Ketika ibu jari diletakkan di
nyaman/tenang ketika lapar, takut, gelisah, kesepian, ngantuk dan bosan. dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh dari palatum dan
menurunkan tekanan lidah pada bagian lingual pada gigi-gigi posterior rahang atas.
Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat
3.bagaimana patofisiologi isap jempol menjadi maloklusi
kontraksi otot buccinators selama mengisap pada saat yang sama. Hilangnya
keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan inlgual
4.kenapa klasifikasi maloklusi memakai M1? menyebabkan lengkung posterior maksila berkontriksi menjadi crossbite posterior.
5. Tekanan pipi yang terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkung
maksila berubah menjadi bentuk V dan kontriksi lebih besar terjadi interkaninus
5.apakah sama oklusi normal dengan oklusi Klas 1? comment-form-te

So, mau bagaimanapun daerah di bagian depan gigi geraham tersebut, mau berdesakan atau daripada molar.
tampak teratur tetapi untuk menentukan klasifikasi maloklusi, tetap dilihat dahulu dari molar
pertamanya. PERSISTENSI dan kehilangan prematur gigi sulung merupakan beberapa contoh dari gangguan
Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di tumbuh
anteriornya (depan-red). kembang gigi yang dapat mempengaruhi susunan gigi geligi pada rahang. Adapun akibat yang
Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah ditimbulkannya dapat berupa pergeseran posisi erupsi dan mempengaruhi waktu erupsi gigi
depan dari molar pertama tersebut tidak tepat. permanen.
Adanya pergeseran gigi yang tidak pada tempatnya tersebut menyebabkan deviasi signifikan dari
Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar oklusi
atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih. normal seseorang yang disebut maloklusi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat
hubungan antara persistensi gigi sulung dan kehilangan prematur gigi sulung dengan status
Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang maloklusi dental kelas I
tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau
terkadang disebut gigitan terbalik. Diagnosis Sefalometrik (cephalometric diagnosis):
Yaitu diagnosis mengenai oklusi gigi-geligi yang ditetapkan berdasarkan atas datadata
ORAL HABIT pemeriksaan dan pengukuran pada sefalogram (Rontgen kepala) .
Kebiasaan mengisap jari merupakan oral habit yang paling sering muncul pada • Misalnya : Maloklusi klas II Angle tipe skeletal . ditandaai oleh :
anak yang tidak diberikan ASI. Tanda-tanda umum maloklusi sering ditemukan Relasi gigi molar pertama atas dan bawah klas II (distoklusi) rang disebabkan oleh
akibat kebiasaan mengisap jari yang dilakukan dengan aktif adalah gigitan terbuka karena posisi rahang atas lebih ke anteorior atau rahang bawah lebih ke posterior dalam
anterior, gigitan terbuka anterior merupakan hilangnya overlap antara gigi insisiv hubungannya terhadap basis kranium. Pada sefalogram dengan analisis Sefalometrik
rahang atas dan bawah pada saat oklusi. Gigitan terbuka anerior terjadi akibat Steiner (1953) hasil pengukuran sudut ANB > 2° (standar normal 2°)
penempatan secara langsung jari yang diisap pada gigi-gigi insisiv. Keadaan ini Titik A. : titik sub spinale yaitu titik terdepan basis alveolaris maksila
mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap dari gigi-gigi insisiv, N/Na. : titik Nasion yaitu titik terdepan sutura frontonasalis
sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Gigitan terbuka anterior juga B. : titik supra mentale yaitu titik terdepan basis alveolaris mandibularis
dapat terjadi akibat intrusi gigi-gigi insisiv, tetapi gigitan anterior anterior lebih mudah
terjadi akibat penghambatan erupsi karena intrusi gigi-gigi insisiv. Tanda lain yang 1. Kriteria Diagnostik Esensial (Essential Diagnostic Criteria)
akan terlihat adalah pergerakan gigi insisiv atas ke arah labial dan gigi insisiv bawah a. Anamnesis dan Riwayat kasus (case history)
b. Pemeriksaan / Analisis klinis : permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untuk
- Umum / general : Jasmani, Mental membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum
- Khusus / lokal : Intra oral, Extra oral erupsi.
c. Analisis model studi : Pemeriksaan dan pengukuran pada model studi: - Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara
- Lebar mesiodistal gigi-gigi keseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.
- Lebar lengkung gigi - Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.
- Panjang / Tinggi lengkung gigi 51
- Panjang perimeter lengkung gigi Analisis Sefalometri :
d. Analisis Fotometri (Photometric Analysis): Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusi
Pemeriksaan dan pengukuran pada foto profil dan foto fasial pasien, meliputi : dan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:
- Tipe profil - Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial
- Bentuk muka - Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak
- Bentuk kepala - Posisi gigi-gigi terhadap rahang
e. Analisis Foto Rontgen (Radiographic Analysis): - Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium
- Foto periapikal Diagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut diagnosis
- Panoramik sementara (Tentative diagnosis), setelah semua data pemeriksaan lengkap dikumpulkan
- Bite wing kemudian dapat ditetapkan diagnosis finalnya (Final diagnosis) yang biasa disebut sebagai
- Dll. diagnosis dari pasien yang dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih ragu-ragu
Bila dianggap perlu bisa dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan tambahan yang disebut menetapkan suatu diagnosis secara pasti atas dasar data-data pemeriksaan yang ada. Bisa
sebagai : pula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai diagnosis alternatifnya yang disebut
2. Kriteria Diagnostik Tambahan (Supplement Diagnostic Criteria) sebagai diferensial diagnosis.
a. Analisis Sefalometrik (Cephalometric Analysis):
- Foto lateral (Lateral projection) untuk anlisis profil Analisis Foto muka (Analisis fotografi) :
- Foto frontal (Antero-posierior projection) untuk anlisis fasial Analisis terhadap muka dan profil pasien dapat dilakukan langsung pada pasien dalam
- Dll. pemeriksaan klinis. Tetapi untuk tujuan dokumentasi mengenai keadaan wajah pasien
48 diperlukan juga foto wajah perlu disertakan pada laporan status pasien. Analisis foto muka
b. Analisis Elektromyografi (EMG) : Untuk mengetahaui abnormalitas tonus dan aktivitas pasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai bentuk profil dan tipe
otot-otot muka dan mastikasi. muka pasien:
c. Radiografi pergelangan tangan (Hand-wrist Radiografi): Untuk menetapkan indeks - Tipe profil: cembung, lurus, cekung.
karpal yaitu untuk menentukan umur penulangan. - Bentuk muka: Brahifasial, Mesofasial, Oligofasial.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Untuk menetapkan basal metabolic rate (BMR), Tes - Bentuk kepala: Brahisefali, Mesosefali, Oligosefali
indokrinologi, dll. 6. Analisis Foto Rontgen :
Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang keadaan
Analisis Foto muka (Analisis fotografi) : jaringan dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara klinis, seperti:
Analisis terhadap muka dan profil pasien dapat dilakukan langsung pada pasien dalam - Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut,
pemeriksaan klinis. Tetapi untuk tujuan dokumentasi mengenai keadaan wajah pasien impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap
diperlukan juga foto wajah perlu disertakan pada laporan status pasien. Analisis foto muka permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untuk
pasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai bentuk profil dan tipe membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum
muka pasien: erupsi.
- Tipe profil: cembung, lurus, cekung. - Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara
- Bentuk muka: Brahifasial, Mesofasial, Oligofasial. keseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.
- Bentuk kepala: Brahisefali, Mesosefali, Oligosefali - Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.
Analisis Foto Rontgen : 51
Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang keadaan 7. Analisis Sefalometri :
jaringan dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara klinis, seperti: Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusi
- Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut, dan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:
impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap - Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial
- Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak yang hubungannya retrognatik, hubungan gigi molar pertama atas terhadap gigi molar
- Posisi gigi-gigi terhadap rahang pertama bawah klas II, maka kasus ini didiagnosis sebagai : maloklusi klas II Angle
- Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium tipe skeletal.
Diagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut diagnosis - Jika relasi klas II ini diikuti dengan malposisi gigi anterior berupa protrusif gigi anteror
sementara (Tentative diagnosis), setelah semua data pemeriksaan lengkap dikumpulkan atas maka kasus ini didiagnosis sebagai : maloklousi klas II Angle divisi 1, dan jika
kemudian dapat ditetapkan diagnosis finalnya (Final diagnosis) yang biasa disebut sebagai gigi-gigi anterior atas dalam keadaan retrusif maka kasus ini adalah : maloklousi klas
diagnosis dari pasien yang dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih ragu-ragu II Angle divisi 2.
menetapkan suatu diagnosis secara pasti atas dasar data-data pemeriksaan yang ada. Bisa 59
pula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai diagnosis alternatifnya yang disebut - Jika posisi gigi molar pertama atas dan / atau bawah tidak normal terhadap masingmasing
sebagai diferensial diagnosis. rahangnya maka ada beberapa kemungkinan relasi gigi molar:
kelaian / anomali posisi / malposisi gigi individual yang ada : - Jika gigi molar pertama atas distoversi dan / atau gigi molar pertama bawah
- labioversi/ bukoversi mesioversi, dapat mengkompensasi deskrepansi hubungan rahang yang retrognatik
- linguoversi/palatoversi maka relasi molar pertama menjadi neutroklusi, maka kasus ini diagnosis sebagai :
- torsiversi/rotasi maloklusi Angle klas I tipe dentoskletal. Jika malposisi gigi molar tersebut tidak dapat
- distoversi mengkompensasi diskrepansi hubungan rahangnya maka relasi gigi molar tetap
- mesioveri distoklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas II Angle tipe dento
- supraversi skeletal.
- infraversi - Jika malposisi gigi molar pertama atas mesioversi dan / atau gigi molar pertama bawah
- transversi distoversi maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan semakin ekstrem
- aksiversi kearah maloklusi klas II Angle tipe dentoskeletal.
- mesiolabioversi (kombinasi) c. Pada Relasi skeletal klas III (Prognatik) :
- Posisi maksila lebih ke belakang ( retrusif) dan / atau posisi mandibula lebih ke depan
a. Pada Relasi skeletal klas I (Ortognatik) : terhadap posisi normalnya (protrusif).
- Posisi maksila dan mandibula normal - Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal, maka relasi gigi molar
- Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya semua normal (teratur rapi) maka pertama atas dan bawah menjadi mesioklusi pada rahang yang prognatik sehingga
relasi gigi molar pertama atas dan bawah klas I Angle (neutroklusi) dan relasi gigi-gigi kasus ini diagnosis sebagai maloklusi klas III Angle tipe skeletal.
lainnya terhadap antagonisnya normal maka kasus ini didiagnosis sebagai : Oklusi - Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya tidak normal, maka dapat terjadi
normal. beberapa kemungkinan hubungan gigi molar pertama atas dan bawah :
- Jika relasi gigi molar pertama klas I (neutroklusi) tetapi ada gigi lainnya yang - Jika posisi gigi molar pertama atas mesioklusi dan / atau gigi molar pertama bawah
malposisi atau malrelasi maka kasus ini didiagnosis sebagai maloklusi klas I Angle tipe distoklusi dapat mengkompensasi hubungan rahang yang prognatik maka relasi gigi
dental. molar pertama atas dan bawah menjadi neutroklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai:
- Jika relasi gigi molar pertama distoklusi baik disertai maupun tanpa disertai malposisi maloklusi klas I Angle tipe dentoskeletal. Jika malposisi gigi molar tersebut tidak
dan malrelasi gigi lainnya maka kasus ini di diagnosis sebagai maloklusi klas II Angle dapat mengkompensasi diskrepansi hubungan rahannya maka relasi gigi molar tetap
tipe dental. mesioklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas III Angle tipe
- Jika maloklusi klas II Angle ini disertai dengan protrusif gigi anterior atas didiagnosis dentokeletal.
sebagi maloklusi klas I Angle divisi 1 tipe dental , dan jika disertai dengan retrusif gigi - Jika malposisi gigi molar pertama atas distoversi dan / atau gigi molar pertama bawah
anterior atas, didiagnosis sebagi maloklusi klas II Angle divisi 2 tipe dental mesioversi maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan semakin ekstrem
- Jika relasi gigi molar pertama mesioklusi baik disertai maupun tanpa disertai cross bite kearah maloklusi klas III Angle tipe dentoskeletal.
gigi anterior atau malposisi dan malrelasi gigi lainnya maka kasus ini di diagnosis 60
sebagai maloklusi klas III Angle tipe dental. d. Relasi rahang atas dan bawah keduanya tidak normal pada arah yang sama
- Jika relasi molar klas II atau klas III ini hanya satu sisi (unilateral) maka klasifikasi (Bimaksiler) :
maloklusi dilengkapi dengan subdivisi - Jika maksila dan madibula ke dua-duanya pada posisi ke depan maka maloklusi ini
b. Pada Relasi skeletal klas I I (Retrognatik) : disebut sebagai tipe prognatik bimaksiler (bimaxillary prognatism).
- Posisi maksila lebih kedepan (protrusif) dan / atau posisi mandibula lebih ke belakang - Jika maksila dan madibula ke dua-duanya pada posisi ke belakang maka maloklusi ini
dari posisi normal (retrusif). disebut sebagai tipe retrognatik bimaksiler (bimaxillary retrognatism).
- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal maka relasi gigi-gigi
bawah terhadap gigi-gigi atas distoklusi karena gigi-gigi tersebut terletak pada rahang DAFTAR PUSTAKA
DARI BERBAGAI SUMBER

Anda mungkin juga menyukai