Anda di halaman 1dari 8

OKLUSI

A. Definisi Oklusi
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila
dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan mandibula dan terakhir dengan
kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya
interaksi antara dental sistem (Bath-Balogh and Fehrenbach, 2011). Menurut
Thomson (2007) oklusi adalah kontak antara gigi-gigi yang berantagonis dan
mengacu pada peristiwa (momen) dan tempat terjadinya kontak, bukan pada gigi-
giginya sendiri. Semua posisi oklusi adalah peristiwa berkontaknya gigi dari satu
rangkaian gerakan mandibula. Istilah artikulasi di gunakan untuk kontak yang
terjadi antara gigi-gigi ketika mandibula bergerak
Sedangkan Darby dan Valsh (2009) berpendapat bahwa oklusi merupakan
fenomena kompleks yang melibatkan berbagai komponen jaringan yang terdapat
pada rongga mulut, antara lain gigi, tulang rahang, otot, sendi temporomandibular,
ligamen periodontal, dan saraf. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara
sistem gigi, sistem skeletal dan sistem muskular. Oklusi gigi-geligi bukanlah
merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada
bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya: sentrik, eksentrik, habitual, supra-
infra, mesial distal, lingual, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa oklusi
bukanlah merupakan suatu proses statis yang hanya dapat diketahui bila seseorang
menutup mulut sampai gigi geliginya dalam keadaan kontak. Tetapi, kita harus
pula memahami bahwa selain faktor gigi-geligi masih ada faktor lain yang ikut
terlibat dalam proses tersebut. Beberapa ahli menyatakan bahwa oklusi dibentuk
oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antara sistem otot-otot mastikasi dan
sistem neuromuskuler sendi temporomadibular dan gigi-geligi (Dawson, 2007).

B. Oklusi Normal
Normal mangacu pada suatu keadaan dimana variasi-variasi masih
terdapat di sekitar nilai rata-rata. Dalam bidang Ortodonsia, istilah normal dapat
diartikan sama dengan ideal dan keadaan ini akan menyulitkan pengertian

1
perawatan. Sehingga ideal atau normal dihubungkan dengan konsep pendugaan
atau tujuan yang akan dicapai sehingga digunakan istilah oklusi normal
individual. Oklusi Normal merupakan suatu hubungan yang dapat diterima oleh
gigi geligi pada rahang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi
dikontakan dan kondilus berada dalam fosa glenoidea (Dawson, 2007).
Sedangkan menurut Leory Jhonson, oklusi normal merupakan gambaran suatu
kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan suatu proses matabolik
yang berguna untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang dalam
keadaan sehat.
Menurut Wheeler (1965) faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada
oklusi normal, antara lain: 1) Susunan deretan gigi pada lengkung gigi; 2) Kurve
kompensasi lengkung gigi; 3) Sudut inklinasi gigi; 4) Kurve kompensasi poros
masing-masing gigi; 5) Bentuk fungsional gigi pada 1/3 bagian incisal; 6)
Hubungan permukaan tiap gigi antagonis pada waktu oklusi sentrik.
Oklusi dikatakan normal, apabila susunan gigi didalam lengkung teratur
dengan baik, kontak proksimal dan marginal ridge baik, kurva Spee yang ideal,
hubungan serasi antara gigi geligi rahang atas dan bawah, gigi dan tulang rahang
terhadap tulang kranium dan otot di sekitarnya. Jadi, pada oklusi normal, akan
tercapai hubungan yang baik antara gigi geligi, otot, dan sendi TMJ sehingga
tercapainya efisiensi mastikasi yang baik (Thomson, 2007).

C. Posisi Oklusi Normal


Pada oklusi normal, ketika gigi berkontak maka terdapat interdigitasi
maksimal serta overbite (jarak vertikal antara ujung gigi-gigi insisivus atas dan
bawah) dan overjet (jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus atas dan baah pada
keadaan oklusi) yang minimal. Cusp mesio-bukal molar pertama rahang atas
berada di groove mesio-bukal molar pertama rahang bawah dan cusp disto-bukal
molar pertama rahang atas berada dicelah antara molar pertama dan molar kedua
rahang bawah dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala
dan wajah. Apabila terjadi perubahan terhadap oklusi normal seperti yang terjadi
pada kondisi kehilangan gigi, destruksi substansi gigi, migrasi gigi maka sebagai
akibatnya antara lain maloklusi (Thomson, 2007)

2
Berdasarkan penelitian Andrew (1972 dalam Foster, 1997) yang dilakukan
terhadap 120 subjek terdapat enam ciri oklusi normal antara lain:
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar satu permanen pada bidang sagital,
dimana tonjol mesiobukal molar satu atas terletak pada groove mesiobukal
molar satu bawah.
2. Angulasi dari mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal,
dimana angulasi mesiodistal gigi insisivus sentralis atas 2o, insisivus lateralis
atas 7o, insisivus sentralis bawah 2o dan insisivus lateralis bawah 0o
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital, dimana
inklinasi fasiolingual gigi insisivus sentralis atas 28o, insisivus lateralis atas
26o, insisivus sentralis bawah 22o, dan insisivus lateralis bawah 23o.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung
gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung

D. Macam-macam Oklusi
Menurut Dawson (2007) terdapat tiga macam istilah oklusi yaitu:
1. Oklusi Ideal
Oklusi Ideal merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau
bahkan tidak mungkin terdapat pada manusia. Oklusi ideal ini merupakan
konsep teoritis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional yang mencakup
prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi.
Sedangkan menurut kamus kedokteran gigi, oklusi ideal adalah keadaan
beroklusinya setiap gigi, kecuali insisivus sentral bawah dan molar ketiga
atas, beroklusi dengan dua gigi lengkung antagonisnya dan didasarkan pada
bentuk gigi yang tidak mengalami keausan. Oklusi ideal dapat diperoleh
apabila bentuk hirroglyphics (cusp, ridge, dan groove) gigi-geligi ideal, tetapi
hal ini akan sulit dicapai sebab dalam proses pemakaiannya seringkali gigi-
geligi tersebut telah mengalami berbagai perubahan. Berbagai macam
perubahan yang dapat terjadi adalah: (a) atrisi yaitu keausan gigi yang

3
disebabkan faktor fisiologi (misalnya gesekan antar gigi), (b) abrasi yaitu
keausan gigi yang disebabkan faktor mekanis (misalnya sikat gigi).

2. Oklusi Fungsional
Oklusi Fungsional mengacu pada gerakan fungsional dari mandibula
sehingga menyebabkan kontak antar gigi geligi Konsep ini menyatakan
bahwa efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan
hirroglyphics (cusp, ridge, dan groove) saja, tetapi ada keserasian antara
komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antara gigi-geligi
tersebut. Komponen tersebut adalah gigi-geligi dan jaringan pendukungnya;
otot mastikasi, sistem neuro-muskuler, dan sendi temporomandibular (STM).
Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu
menjelaskan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal.
3. Oklusi Normal
Oklusi Normal merupakan suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi
geligi pada rahang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi dikontakan
dan kondilus berada dalam fosa glenoidea. Sedangkan menurut Leory
Jhonson, oklusi normal merupakan gambaran suatu kondisi oklusi yang
berfungsi secara harmonis dengan suatu proses matabolik yang berguna untuk
mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang dalam keadaan sehat
Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:
1. Oklusi dinamik
Oklusi dinamik merupakan hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang
bawah pada saat orang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
(samping) ataupun ke depan (antero-posterior). Oklusi dinamik ini dapat
timbul akibat dari gerakan mandibula ke lateral, ke anterior, dan ke posterior.
Oklusi yang terjadi pada pergerakan mandibula ini sering disebut dengan
artikulasi. Pada gerakan lateral akan ditemukan sisi kerja (working side)
karena adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi
keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik
digunakan sebagai panduan oklusi (Occlusal guidance), bukan pada
balancing side.

4
2. Oklusi statik
Oklusi statik merupakan hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang
bawah dalam kondisi tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam
keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional
gigi-geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal dan cusp
fungsional pada posisi cusp to fossa. Sedangkan pada hubungan gigi anterior
dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan
milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horisontal antara incisal
gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi incisivus pertama RB. Dan,
tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai
incisal edge RA.

E. Macam-Macam Gigitan pada Gigi Anterior dan Posterior


Sriwahyuni (2015) kontak gigi-geligi karena gerakan mandibula dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Intercuspal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi-


geligi dengan antagonisnya.
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi-geligi
pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih
mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP), adalah kontak gigi geligi pada saat RB
digerakkan ke anterior.
4. Working Side Contact Position (WSCP), adalah kontak gigi-geligi pada saat
RB digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi di atas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral Balanced Occlusion, bila gigi-geligi posterior pada sisi kerja dan
sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.
2. Unilateral Balanced Occlusion, bila gigi-geligi posterior pada sisi kerja dan
sisi keseimbangan tidak kontak.
3. Mutually Balanced Occlusion, dijumpai kontak ringan/tidak ada kontak pada
gi-geligi anterior, sedang gigi posterior tidak kontak.

5
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi di
atas.
Konsep skema oklusi yang digunakan secara umum dalam menyusun anasir gigi,
antara lain :
1. Bilateral balanced occlusion.
Bilateral balanced occlusion merupakan oklusi gigi yang dimana
gigi posterior berkontak secara berkelompok dengan gigi anterior pada saat
working dan balancing. Tujuan dari skema oklusi ini adalah untuk
mendapatkan stabilisasi protesa pada saat pergerakan ekskursi. Skema
oklusi ini jarang ditemukan pada gigi asli.
2. Unilateral balanced occlusion / group function
Unilateral balanced occlusion / group function merupakan oklusi
dimana pada ekskursi lateral, gigi posterior berkontak pada sisi kerja dalam
kelompok dan gigi anterior juga berkontak
3. Mutually protected occlusion
Mutually protected occlusion merupakan oklusi yang disusun
dimana kontak gigi posterior berada pada maksimal interkuspid tetapi tidak
pada pergerakan lateral maupun protrusi. Pada oklusi ini, gigi anterior
melindungi gigi posterior ketika kontak eksentrik dan gigi posterior
melidungi gigi anterior ketika maksimal interkuspid. Digunakan untuk
pasien yang lebih tua yang memakai gigi tiruan dengan gigi posterior yang
tidak atau sedikit mengalami resorpsi tulang dan tidak goyang.

F. Definisi Curva Spee

Kurva spee adalah salah satu karakteristik penting dalam lengkung


Mandibula. Kurve Spee ini merupakan lengkung yang menghubungkan insisal
insisiv dengan bidang oklusal molar terakhir pada rahang bawah. Pada keadaan
normal kedalamannya tidak melebihi 1,5 mm. Ada 3 macam kurva spee yaitu
datar, positif dan negative. Kurve of Spee datar apabila garis imaginer rahang
bawah membentuk garis lurus. Sedangkan kurve of spee positif apabila garis
imaginer dari incisal edge gigi incisive pertama sampai molar kedua permanen
rahang bawah membentuk garis cekung. Pada kurva spee positif seperti pada

6
pasien, bentuk kurvanya jelas dan dalam. Biasanya didapatkan gigi insisiv yang
supra posisi atau gigi posterior yang infra posisi atau gabungan kedua keadaan ini.
Kurfe of spee negative, apabila garis imaginer dari incisal edge gigi incisive
pertama sampai molar kedua permanen rahang bawah membentuk garis cembung
(Lie dkk., 2006).
Menurut Trevisi (2007) kurva spee adalah garis yang melengkung ke arah
anteroposterior yang menyentuh ujung tonjol bukal gigi posterior dan tepi insisal
gigi insisivus. Signifikansi dari kurva ini adalah bahwa, ketika pasien
menggerakkan mandibula kedepan, gigi posterior yang tersusun dalam kurva ini
akan berlanjut untuk tetap berkontak. Jika gigi tidak disusun berdasarkan kurva
ini, akan terdapat disoklusi selama protrusi mandibula (fenomena Christensen’s).
Pengukuran kurva spee didasarkan pada tonjol mesiobukal molar pertama rahang
bawah. Gigi molar pertama rahang bawah pada oklusi normal, bagian oklusalnya
akan berkontak dengan molar pertama dan premolar kedua rahang atas.
Kelengkungan kurva spee dilihat dari lateral tampak sebagai suatu garis yang
terbentuk dari hasil kontak antara dataran oklusal rahang atas dan rahang bawah.
Kurva spee bertujuan untuk perawatan ortodontik dan perhitungan kurva spee
penting untuk rencana perawatan ortodontik.Berikut ini merupakan fungsi dari
kurva spee: 1) Biomekanikal selama pengolahan makanan yaitu dengan cara
meningkatkan crush shear ratio dan efisiensi gaya oklusal selama mastikasi, 2)
Mempengaruhi fungsi normal gerak protusi mandibula

7
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, L. F., 1972, The Six Keys to Normal Occlusion, Am J Orthod., 62(3):
297-309.

Bath-Balogh M dan Fehrenbach MJ, 2011, Illustrated Dental Embryology,


Histology, and Anatomy, Edisi Ketiga, WB Saunders Company,
Philadelphia, h. 127-150.

Darby, M.L., 2006, Margaret Valsh. Dental Hygiene : Theory and Practice. W. B
Sauders Company. 2009.

Dawson, E.F., 2007, Functional Occlusion : From TMJ to Smile Design. Mosby
Elsevier.

Foster,1997, Buku Ajar Ortodonsi edisi 3. Jakarta: EGC

Lie, F., Kuitert, R., and Zentner, A., 2006, Post-treatment Development of the
Curve of Spee, J. European orthod., 28: 262-268.

Sriwahyuni, H., 2015, Bahan Ajar Orthodonti Bab 1.4, surabaya, hal 12

Thomson, H., 2007, Oklusi, alih bahasa,, T. Suta, Lilian Juwono, Ed. 2, Jakarta:
EGC

Trevisi, H., 2007, Self Ligating Appliance System Concept and Biomechanics,
Mosby, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai