Anda di halaman 1dari 9

OKLUSI

1. Definisi Oklusi

Oklusi merupakan salah satu aspek penting yang berperan besar


dalam proses mengunyah, menelan, serta berbicara (Tulak, 2013). Oklusi
berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua
permukaan yang berhadapan hingga kedua permukaan tersebut saling
kontak. Oklusi dalam bidang kedokteran gigi mencakup penutupan
lengkung gigi rahang atas dan bawah, serta gerakan fungsional yang
menyebabkan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah tetap berkontak
(Ramfjord & Ash, 1977). Menurut Salz-mann (1957), oklusi didefinisikan
sebagai hubungan antara permukaan oklusal gigi-geligi atas dan bawah
selama terjadi pergerakan rahang bawah terhadap rahang atas, hingga
tercapai kontak penuh antara permukaan oklusal gigi-geligi tersebut.
Kontak antara gigi geligi bawah dengan gigi geligi atas akan menghasilkan
suatu tekanan untuk diteruskan ke jaringan periodontal gigi. Jaringan
periodontal terdiri dari gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang
alveolar. Jaringan ini merupakan jaringan yang mendukung dan
mengelilingi gigi dan berfungsi meredam tekanan oklusi yang diterima oleh
gigi. Jaringan periodontal mempunyai batas ambang menahan tekanan
oklusi, bila tekanan ini berlebih dapat mencederai jaringan periodontal
disekitarnya (Tulak, 2013).
Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal
system dan muscular system. Oklusi mempunyai dua aspek dimana aspek
yang pertama dalam statis mengarah kepada bentuk, susunan, artikulasi gigi
geligi serta hubungan antara gigi geligi dengan jaringan penyangga. Aspek
yang kedua adalah dinamis yang mengarah kepada fungsi sistem
stomatognatik yang terdiri dari gigi geligi, jairngan penyangga, sendi
temporomandibular, sistem neuromuscular, dan nutrisi (Bhalajhi, 2006).

1
2. Oklusi Normal
Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi
pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi-geligi
dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea (Bhalajhi, 2006).
3. Posisi Oklusi Normal
Pada oklusi normal, ketika gigi berkontak maka terdapat interdigitasi
maksimal serta overbite dan overjet yang minimal. Cusp mesio-bukal M1
rahang atas berada di groove bukal M1 rahang bawah dan cusp disto-bukal
M1 rahang atas berada di celah antara M1 dan M2 rahang bawah dan seluruh
jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah. Apabila
terjadi perubahan terhadap oklusi normal seperti yang terjadi pada kondisi
kehilangan gigi, destruksi substansi gigi, migrasi gigi muka sebagai
akibatnya antara lain maloklusi (Bhalajhi, 2006).
4. Macam- macam Oklusi
Oklusi ideal adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi sempurna secara
anatomis yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia
(Bhalajhi, 2006).
Oklusi fungsional adalah oklusi yang bebas dari gangguan sehingga
mandibular dalam meluncur lancer tanpa adanya gangguan (Bhalajhi,
2006).
Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi
pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi-geligi
dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea (Bhalajhi, 2006).
Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu
(Bhalajhi, 2006):
a. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah
kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada
oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior
(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp
fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada
hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan

2
tinggi gigit (overbite) dalam satuan millimeter (mm). Jarak gigit
(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus
rahang atas terhadap bidang labial gigi incisivus pertama rahang
bawah. Tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal
edge rahang bawah sampai incisal edge rahang atas (Bhalajhi,
2006).
b. Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi rahang atas
dan rahang bawah pada saat seseorang melakukan gerakan
mandibula ke arah lateral (samping) ataupun ke depan (antero-
posterior). Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke
lateral, ke depan (anterior) dan ke belakang (posterior). Oklusi yang
terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi.
Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side)
yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal rahang
atas dan cusp molar rahang bawah serta sisi keseimbangan
(balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan
sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing
side (Bhalajhi, 2006).
5. Macam- macam Gigitan Pada Gigi Anterior dan Posterior
a. Crossbite Anterior
Crossbite anterior disebut juga gigitan silang yang merpakan kelainan
posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi
anterior rahang bawah. Crossbite sering juga disebut sebagai gigi
terkunci (Ersoy & Gliedman, 2004).
Crossbite anterior dapat mengakibatkan (Ersoy & Gliedman, 2004) :
1) Abrasi yang berlebihan dari gigi anterior rahang atas dan rahang
bawah, ditandai dengan adanya pengikisan enamel pada
permukaan labial dan lingual dari gigi yang terlibat.
2) Biasanya dijumpai kelainan patologis periodonsium berupa
inflamasi gingiva
3) Gigi anterior yang tumbuh berjejal

3
4) Gangguan fungsional pada pergerakan rahang bawah dan
gangguan pertumbuhan rahang bawah. Pergeseran rahang
bawah ke anterior yang terjadi secara terus menerus dapat
merubah pola pertumbuhan wajah.

Sumber : Anterior Crossbite (Ersoy & Gliedman, 2004)


b. Crossbite Posterior
Crossbite posterior atau gigitan silang posterior adalah hubungan
bukolingual yang abnormal antara satu atau lebih gigi rahang atas
dengan satu atau lebih gigi rahang bawah, ketika kedua rahang dalam
relasi sentrik. Variasi hubungan bukolingual gigi posterior yang dapat
terjadi adalah gigitan silang bukal dan gigitan silang lingual. Gigitan
silang lingual lebih sering ditemukan daripada gigitan silang bukal.
Gigitan silang lingual adalah satu atau beberapa gigi atas berada di
sebelah lingual dari gigi bawah, sedangkan gigitan silang bukal adalah
tonjol lingual gigi posterior atas seluruhnya berada di sebelah bukal
tonjol bukal gigi bawah (Moyers 1973).

Sumber : Hubungan transversal gigi molar pertama (Moyers 1973).

4
A.Hubungan buko-lingual molar yang normal;B. Gigitan silang
bukal;C. Gigitan silang lingual;D. Gigitan silang lingual total
c. Deep overbite atau deep bite dapat didefinisikan sebagai overlap yang
berlebih terhadap insisif rahang bawah dari insisif rahang atas. Menurut
Graber, definisi “deep bite” adalah suatu kondisi dari overbite yang
berlebihan, dimana pengukuran vertical antara insisal margin maxilla
dan mandibula berada pada posisi kebiasaan atau oklusi sentrik. Gigitan
dalam (atau overbite dalam) ada apabila tepi oklusal gigi insisivus
rahang bawah menutup jalan apikal ke cingulum dari gigi insisif
maksila. Hal ini mungkin karena overeruption darigigi anterior, baik
maksila atau gigi anterior mandibula. Istilah "gigitan tertutup"
menggambarkan kondisi overbite berlebihan, dimana pengukuran
vertikal antara rahang atas dan margin insisal rahang bawah yang
berlebihan ketika mandibula berada dalam posisi kebiasaan atau oklusi
sentris. Gigitan tertutup adalah overbite berlebihan yang disebabkan
oleh hilangnya gigi posterior (Aprinda, dkk., 2014).
Penyebab deep bite (Aprinda, dkk., 2014) :
a. Faktor herediter dan mungkin mengikuti pola genetik atau
kondisi keluarga.
b. Skeletal
1) Pertumbuhan berlebih dari satu atau lebih segmen
alveolar.
2) Kelebihan pertumbuhan ramus dan posterior dasar
tengkorak memungkinkan mandibula untuk memutar ke
atas.
3) Basis rahang atas dan bawah yang konvergen.
4) Pola pertumbuhan horizontal atau rotasi yang
berlawanan arah jarum jam dari rahang bawah.
5) Empat bidang wajah (infraorbital, palatal, oklusal, dan
mandibula) yang dilihat dari rontgen ograms lateral
horisontal dan hampir sejajar satu sama lain.

5
c. Dental
1) Loss dan / atau tipping mesial gigi posterior. Dengan kata
lain ketinggian gigi posterior berkurang.
2) Kehilangan dini gigi dan runtuhnya lingual darigigi
anterior.
3) Overeruption gigi insisivus, infraocclusion dari segmen
bukal atau kombinasi keduanya.
4) Overbite yang mungkin dikarenakan kelainan pada
morfologi gigi.
5) Penyakit periodontal.
6) Jumlah atau ukuran gigi berkurang, lengkung gigi
berlawan kurang resisten terhadap penutupan mandibula.
d. Otot
1) Rantai vertikal posterior otot (masseter, pterygoideus
internal sementara) yang kuat dan melekat pada anterior
rahang dan membentang di hampir garis lurus vertikal.
Geraham yang langsung di bawah dampak dari
kekuatan pengunyahan rantai ini. Ketika rantai
vertikal posterior otot adalah kuat dan anterior
diposisikan, lebih besar Tindakan depresi
ditransmisikan ke gigi-geligi.
e. Kebiasaan
1) Lateral Tongue thrust swallow.
2) Mengisap jempol.
3) Menghisap bibir.

6
Sumber : (Aprinda, dkk., 2014)

Sumber : (Aprinda, dkk., 2014)

Dikenal beberapa macam cross bite (Sulandjari, 2008):

a. Anterior cross bite, yaitu keadaan di mana gigi insisivi atas terdapat
di sebelah lingual gigi insisivi bawah.

b. Posterior cross bite, macamnya :

7
1) Buccal cross bite atau outer cross bite, yaitu keadaan di mana
tonjol palatinal gigi posterior atas terdapat di sebelah bukal tonjol
bukal gigi posterior bawah.

2) Lingual cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol bukal gigi


posterior atas terdapat pada fossa sentral gigi posterior bawah.

3) Complete lingual cross bite atau inner cross bite atau scissor bite,
yaitu keadaan di mana tonjol bukal gigi posterior atas terdapat di
sebelah lingual tonjol lingual gigi posterior bawah.

Sumber : (Sulandjari, 2008).

d. Jarak gigit (overjet), yaitu jarak horisontal antara tepi insisal insisivi atas
ke tepi insisal insisivi bawah apabila rahang dalam hubungan sentrik
(centric relation).

6. Definisi Curva Spee


Kurva spee adalah garis yang melengkung ke arah anteroposterior yang
menyentuh ujung tonjol bukal gigi posterior dan tepi insisal gigi insisivus
(Trevisi, 2007). Kurva spee dalam perkembangannya telah menjadi suatu
tujuan utama dalam perawatan ortodontik dan perhitungan kurva spee

8
penting untuk rencana perawatan ortodontik (Adaskevicius dan
Svalkauskiene,2011). Pengukuran kurva spee menurut Trevisi (2007)
didasarkan pada tonjol mesiobukal molar pertama rahang bawah. Gigi
molar pertama rahang bawah pada oklusi normal, bagian oklusalnya akan
berkontak dengan molar pertama dan premolar kedua rahang atas.
Kelengkungan kurva spee dilihat dari lateral tampak sebagai suatu garis
yang terbentuk dari hasil kontak antara dataran oklusal rahang atas dan
rahang bawah.
Fungsi utama dari kurva spee yaitu dalam fungsi biomekanikal selama
pengunyahan makanan. Kurva ini penting untuk pergerakan yang efisien
dari cusp- cusp gigi geligi untuk beroklusi sewaktu proses mastikasi
sehingga gaya dan fungsi biomekanikal pengunyahan menjadi efisien.
Kurva spee untuk rahang atas disebut juga sebagai kurva kompensasi.
Umumnya kurva spee pada setiap individu dengan gigi normal memiliki
kedalaman rata-rata 1,5 mm (Trevisi, 2007).
Menurut H.Xu dalam penelitiannya juga mengungkapkan kedalaman kurva
spee dapat diukur dengan pertama yaitu membuat garis referensi yang
menghubungkan cusp bukal caninus dan cusp tip distobukal molar 2. Kedua
yaitu dengan membuat garis-garis tegak lurus dari garis referensi tersebut
ke cusp tip gigi premolar 1 dan 2, molar 1 dan mesiobukal molar 2 (Trevisi,
2007).

Pengukuran kedalaman curve of spee. Cusp tip ditandai dengan titik- titik
hitam
Sumber : (Trevisi, 2007)

Anda mungkin juga menyukai