Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 1 GANJIL

CROSSBITE ANTERIOR
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Crossbite anterior merupakan salah satu masalah di bidang

orthodonsia yang sering dikeluhkan oleh pasien karena menyebabkan


penampilan wajah menjadi kurang menarik. Selain itu, crossbite
anterior juga dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan gigi
seperti trauma oklusi, pertumbuhan vertikal wajah yang berlebihan
(long faced syndrome), abrasi berlebihan dari gigi anterior rahang atas
dan rahang bawah serta inflamasi gingiva. Insiden crossbite anterior
memiliki distribusi etnik yang kuat (10% dari populasi Jepang). Sim
(1977) menyatakan bahwa 10% dari seluruh populasi anak
menunjukkan beberapa tipe crossbite. Ia sering mengamati bahwa
crossbite anterior, posterior atau kombinasinya terlihat di antara
saudara kandung dalam satu keluarga yang membuktikan bahwa
kekuatan genetik mempengaruhi

tingkat prevalensi terjadinya

crossbite.
US Public Health Service telah melakukan survei terhadap
insidensi terjadinya crossbite anterior sejak tahun 1988 hingga 1991
pada sampel dalam jumlah yang besar. Subjek yang diperiksa berusia
antara 8 hingga 50 tahun. Subjek yang memiliki overjet 0 berjumlah
4,4% dari total jumlah sampel. Subjek dengan crossbite anterior dari
-1 hingga -4mm berjumlah 0,8% dari total jumlah sampel.
Prevalensi crossbite anterior dengan kelas III angle yang terjadi
pada populasi di Amerika tidak lebih besar dibandingkan dengan
terjadinya maloklusi kelas II angle yaitu kurang lebih sebesar 1%.
Crossbite anterior memang memiliki prevalensi yang rendah, akan

tetapi kasus crossbite anterior yang terjadi tetap memerlukan


perawatan ortodontik, karena banyaknya akibat yang ditimbulkan dari
masalah crossbite anterior terutama dari segi kesehatan gigi dan mulut
serta estetika.
B.

Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui etiologi,

klasifikasi dan cara perawatan pasien dengan kasus crossbite anterior


sesuai dengan klasifikasi crossbite anterior, klasifikasi maloklusi serta
ketersediaan ruang dari lengkung gigi pasien.
C.

Perumusan Masalah
Bagaimanakah cara perawatan yang tepat untuk pasien dengan

kasus crossbite anterior sesuai dengan klasifikasi crossbite anterior,


klasifikasi maloklusi pasien serta ketersediaan ruang dari lengkung
gigi pasien?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Maloklusi
Maloklusi merupakan oklusi abnormal yang ditandai dengan

tidak harmonisnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial


atau anomali abnormal dalam posisi gigi (Harty, 1995). Maloklusi
menunjukkan kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi yang
tidak seperti pada umumnya. Penentuan maloklusi dapat didasarkan
pada kunci oklusi normal. Angle membuat pernyataan key of
occlusion artinya molar pertama merupakan kunci oklusi (Dewanto,
1993).
Menurut Angle, oklusi normal adalah hubungan dari bidangbidang inklinasi tonjol gigi pada saat kedua rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak proksimal dan posisi

aksial semua gigi yang benar, serta keadaan pertumbuhan,


perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan
penyangga gigi yang normal (Dewanto, 1993).
Pada

tahun

1898,

Angle

mengklasifikasikan

maloklusi

berdasarkan hubungan anteroposterior pada gigi. Angle menggunakan


angka Romawi I, II, dan III untuk menunjukkan klasifikasi utama
maloklusi, angka Arabic 1 dan 2 untuk menunjukkan divisi dari
klasifikasi utama, sedangkan subdivisi untuk menunjukkan terjadinya
deviasi unilateral (Phulari, 2011).
Phulari (2011) menyatakan bahwa Angle mengklasifikasikan
maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.
Maloklusi Angle klas I
Maloklusi Angle klas I yaitu apabila tonjol mesiobukal dari
molar pertama maksila berkontak dengan cekung mesiobukal gigi
molar pertama mandibula.

Gambar 1. Maloklusi Klas I (Foster, 1993)

1.

Maloklusi Angle klas II


Maloklusi Angle klas II yaitu apabila tonjol distobukal gigi

molar pertama maksila berkontak dengan cekung bukal gigi molar


pertama mandibula.
Gambar 2.

Maloklusi Klas II

(Foster, 1993)

2.

Maloklusi Angle klas III


3

Maloklusi Angle klas III yaitu apabila tonjol mesiobukal gigi


molar pertama maksila terletak di interdental antara gigi molar
pertama dan kedua mandibula. True class III merupakan malrelasi dari
lengkung gigi maupun struktur skeletal maksila yang retrognasi
sehingga terjadi protaksi mandibula, sedangkan pseudo class III
merupakan relasi klas III yang disebabkan oleh kebiasaan dan sering
disebut dengan habitual atau postural malocclusion.

Gambar 3. Maloklusi Klas III (Foster, 1993)


B.

Crossbite
Crossbite didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat satu

atau lebih gigi yang malposisi kearah bukal, lingual atau labial secara
abnormal dibandingkan dengan gigi antagonisnya (Phulari, 2011).
Berdasarkan lokasinya, crossbite dibagi menjadi 2, yaitu: (a)
crossbite anterior dan (b) crossbite posterior. Sedangkan berdasarkan
struktur yang terlibat dapat dibagi menjadi 3, yaitu: (a) crossbite
dental, (b) crossbite skeletal dan (c) crossbite fungsional (Phulari,
2011).
C.

Crossbite Anterior/Gigitan Silang Anterior


Crossbite anterior adalah kondisi dimana posisi satu atau lebih

gigi anterior desidui maupun permanen maksila lebih lingual dari gigi
anterior mandibula. Crossbite anterior juga dapat diartikan sebagai
maloklusi dimana satu atau lebih gigi insisivus maksila beroklusi
kearah lingual dari gigi insisivus mandibula saat gigi dalam oklusi
sentrik. Crossbite anterior memiliki sebutan lain seperti reverse

overjet, reverse bite dan under bite (Premkumar, 2008; Muthu dan
Sivakumar, 2009).
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya crossbite anterior,
yaitu faktor dental, skeletal, dan fungsional. Crossbite anterior
dental, yaitu crossbite anterior yang disebabkan karena inklinasi
aksial gigi incisivus maksila yang abnormal. Penyebab-penyebab
inklinasi aksial yang abnormal, antara lain: (1) Trauma pada gigi

desidui atau trauma yang mengenai benih gigi permanen, (2) Gigi
desidui yang prolong retensi, (3) Terdapat gigi supernumerary yang
terletak di labial, (4) Panjang lengkung yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan gigi permanen erupsi kearah lingual, (5) Kebiasaan
menggigit bibir, (6) Celah bibir yang baru dioperasi. Crossbite
anterior

skeletal

disebabkan

pertumbuhan

mandibular

yang

berlebihan. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh genetik atau


keturunan. Selain itu, pada anak yang menderita celah palatum
maksilanya mengalami retrusi. Crossbite anterior fungsional terjadi
karena kondisi fungsional mandibula saat menutup mulut. Kondisi ini
disebabkan

adanya

kontak

premature

dari

gigi

dan

akan

mengakibatkan maloklusi pseudo kelas III Angle (Premkumar, 2008).


A
B
C
Gambar 4. A. Crossbite anterior dental; B. Crossbite anterior skeletal;
C. Crossbite anterior fungsional (Rakosi dan Graber, 2010; Phulari,
2011; dan Premkumar, 2008)

D.

Alat
untuk

Mengoreksi Crossbite Anterior


Terdapat beberapa alat yang

dapat

digunakan

untuk

memperbaiki crossbite anterior, yaitu:


1.
Tongue Blade
Terdapat berbagai cara untuk memperbaiki crossbite anterior.
Pada kasus dimana gigi incisivus permanen maksila belum erupsi
sempurna, namun telah tampak hubungannya lebih ke palatal dari gigi
incisivus mandibula, tongue blade dapat digunakan sebagai alat
koreksi. Pasien anak dan orang tuanya diinstruksikan menekankan
tongue blade ke bawah dengan tangan untuk mendorong gigi anterior
maksila ke depan. Ujung tongue blade diletakan pada gigi insisivus
atas yang crossbite, sementara ujung yang lainnya melalui permukaan
labial gigi incisivus bawah yang berfungsi sebagai tumpuan (Finn,
1973 serta Mathewson dan Primosch, 1995).

Gambar 5. Terapi dengan menggunakan Tongue blade untuk koreksi


crossbite anterior (Gurusamy, dkk., 2011).
Gerakan ini harus dilakukan 20 kali setiap sebelum makan dan
pasien menghitung hingga hitungan kelima setiap melakukan gerakan
ini. Keberhasilan perawatan ini sangat tergantung pada kedisiplinan
pasien untuk melakukannya secara teratur. Apabila dilakukan dengan
baik, gigi anterior yang crossbite akan bergerak ke depan dalam waktu
2-3 minggu. Apabila perawatan ini tidak berhasil setelah dua minggu

atau lebih, maka perlu dilakukan perawatan dengan alat lain (Finn,
1973 serta Mathewson dan Primosch, 1995).
2.

Acrylic Inclined Bite


PlanAcrylic bite plane dibuat pada model gigi menggunakan

self-curing resin yang menutupi seluruh gigi insisivus mandibula.


Kemudian ditambahkan dataran miring dengan panjang kurang lebih
inchi dan miring ke lingual 45 dari garis aksis insisivus rahang
bawah. Acrylic inclined bite plane disementasikan pada gigi-gigi
insisivus rahang bawah sehingga dapat menghasilkan suatu gerakan
meluncur pada gigi atas yang crossbite. Hanya gigi yang crossbite
yang bersentuhan dengan dataran miring tersebut dan tidak boleh ada
gigi lain yang berkontak dengan dataran miring. Selain itu dataran
miring tidak boleh menyentuh jaringan lunak palatum. Selama
penggunaan alat ini, gigi posterior tidak beroklusi dengan jarak 2-3
mm. Erupsi gigi posterior akan terlihat dalam 10 hari dan akan terjadi
kecenderungan openbite pada gigi-gigi anterior. Dataran miring dapat
dilepas setelah gigi yang crossbite sudah melampaui permukaan
insisal gigi anterior mandibula. Namun apabila crossbite tidak
membaik

dalam

minggu,

perlu

dipertimbangkan

untuk

dipergunakan alat lain. Alat ini dapat dipakai untuk satu atau lebih
gigi anterior yang crossbite (Finn, 1973).

Gambar 6. Acrylic inclined bite plane untuk memperbaiki anterior


crossbite (Finn, 1973)

3.

Reversed Stainless Steel Crown


Alat ini digunakan untuk memperbaiki satu gigi incisivus atas

yang crossbite dengan cara memasangkan stainless steel crown


dengan posisi terbalik pada gigi yang crossbite. Crown dipilih yang
lebih panjang (1-2 mm) dari gigi asli supaya letak crown lebih ke
depan dari gigi bawah dan dapat mendorong gigi atas ke depan.

(Mathewson dan Primosch, 1995)


Gambar 7. Reversed Stainless Steel Crown (Mathewson dan
Primosch, 1995)
4.

Hawley Type Appliance


Penggunaan removable palatal appliances diindikasikan untuk

kasus dimana satu atau dua gigi (biasanya gigi incisivus lateral)
mengalami crossbite. Alat ini terbuat dari akrilik yang dipasang pada
rahang atas dan terdapat komponen aktif (simple spring) untuk
mendorong gigi yang crossbite ke labial. Selain untuk memperbaiki
crossbite, palatal appliances juga dapat digunakan sebagai space
maintainer atau untuk memperbaiki kelainan minor pada lengkung
rahang. Pada alat ini diperlukan retensi yang baik, oleh karena itu
harus digunakan cengkeraman yang cukup atau jenis fiksasi lain
(Finn, 1973).

Gambar 8. Removable palatal appliances dengan simple spring yang


mendorong gigi yang crossbite ke labial (Finn, 1973)
5.

Bonded Resin-Composite Slopes


Alat ini menyerupai acrylic inclined bite plane namun dibuat

langsung di atas gigi insisivus rahang bawah menggunakan resin


komposit. Pertama, gigi insisivus mandibula dietsa selama 15 detik
lalu dibersihkan. Kemudian diaplikasikan bonding agent dan disinar
selama 20 detik. Resin komposit dibentuk di atas bonding agent
hingga

membentuk

slope dengan

ketebalan

mm

kemiringan 45

dengan

3-4

longitudinal

dari sumbu gigi

incisivus

mandibula.

Resin komposit disinar 20 detik hingga mengeras kemudian dipoles.


Bonded resin-composite slope ini dipakai selama 2 minggu.
Setelah crossbite sudah teratasi, resin-composite slope di bersihkan
dengan low-speed diamond bur, permukaan email dipoles dengan
aluminium oxide finishing disc, dan terakhir diaplikasikan fluor secara

topikal pada permukaan gigi (Bayrak dan Emine, 2008).


A
B

Gambar 9. A. gigi insisivus sentral rahang atas yang crossbite; B.


penggunaan bonded resin-composite slope; C. hasil setelah perawatan
(Bayrak dan Emine, 2008)
6.

Removable

Appliances

dengan

Double helical
Penggunaan

coil spring
alat double helical

coil spring pada gigi

insisivus lateral atas

akan menggerakkan gigi keluar dari posisi crossbite. Double


cantilever spring atau yang disebut Z spring atau double helical coil
spring merupakan salah satu komponen aktif alat ortodontik lepasan.
Disebut Z spring karena memiliki 2 coil dan menyerupai huruf z
ketika diaktifkan. Komponennya terdiri atas: 2 lengan aktif, 2 coil
atau helix dan 1 lengan retentive. Ukuran kawat yang digunakan
adalah 0,5 mm untuk gigi incisivus dan 0,6 mm untuk gigi premolar
dan molar. Arah gerakan dari Z spring adalah ke labial atau bukal.
Sedangkan jenis gerakannya adalah proklinasi dan rotasi. Cara
mengaktifkan Z spring dengan membuka kedua helix sekitar 2-3 mm.
Untuk rotasi yang kecil, satu helix dibuka. Instrumen yang diperlukan
untuk aktivasi Z spring adalah tang bulat dan tang adam (Alam, 2012).

Gambar 10. Double helical coil spring (Alam, 2012)


Cara membuatnya adalah kawat ukuran 0,5 mm dibuat helix
pertama dengan membengkokan kawat ke atas berlawanan arah jarum
jam, lalu helix kedua dibengkokan ke bawah searah jarum jam.

10

Diaktifkan dengan cara memasukkan tang bulat No. 139 ke dalam


kedua helix, selanjutnya helix diregangkan sekitar 2-3 mm. Helix yang
terjauh dari incisivus lateralis ikut diregangkan agar lengan spring
memberikan tekanan dalam arah yang tepat terhadap permukaan
palatal gigi insisivus lateral. Arah gerakan dari alat ini adalah ke labial
atau bukal. Sedangkan jenis gerakannya adalah proklinasi dan rotasi.
Tekanan pada gigi yang diperoleh dengan meregangkan helix akan
membuat gigi yang berada pada posisi crossbite bergerak keluar
sampai pada lengkung gigi ideal. Tekanan dari double helical coil
spring tidak boleh melebihi kemampuan dari adam klamer yang
berfungsi sebagai retensi dan stabilisasi plat aktif (Isaacson dan Muir,
2002 serta Staley dan Reske, 2011).
7.

Edgewise fixed appliances


Crossbite anterior selain dapat dirawat menggunakan alat

lepasan, juga dapat memakai alat cekat berupa edgewise fixed


appliances. Pemakaian alat tersebut disertai dengan adanya lower
posterior acrylic bite plate (plat dataran gigitan akrilik posterior
bawah) atau berupa semen ionomer kaca (SIK) pada permukaan
oklusal gigi molar rahang bawah, yang berfungsi untuk membuka
gigitan agar insisivus atas dapat bergerak keluar dari crossbite dengan
mudah (Staley dan Reskey, 2011).
Menurut Staley dan Reskey (2011), pada kasus crossbite
anterior dengan panjang lengkung yang tidak mencukupi dapat
dilakukan pengurangan email pada permukaan mesial gigi caninus
maksila desidui untuk menambah panjang lengkung. Edgewise fixed
appliances diletakkan pada gigi molar pertama rahang atas permanen
dan incisivus permanen. Sebelum alat cekat dipasang, plat dataran
gigitan akrilik posterior sudah harus terlebih dulu dibuat dan dipasang
11

pada rahang bawah, kemudian diseimbangkan pada oklusi yang sama


di kedua sisi lengkung. Pemasangan plat dataran gigitan posterior
bawah memungkinkan pergerakan gigi secara bebas ke arah labial.

Gambar 11. Perawatan crossbite anterior menggunakan fixed


appliances
(Staley dan Reskey, 2011)
Alat yang efektif untuk menggerakkan gigi 12, berupa kawat
busur nikel titanium 18-mil yang melekat pada braces. Selain itu
terdapat stainless steel yang terikat pada gigi 12, 11, 21, dan 22.
Setelah perawatan, insisivus lateral kanan akan terposisi dengan baik
di lengkung gigi atas. Kemudian diteruskan dengan pemakaian
Hawley retainer selama kurang lebih 1 tahun, hal ini merupakan
bagian penting dalam perawatan. Retainer dapat dipakai sehari penuh
selama 6 bulan dan setelahnya dipakai ketika malam (Staley dan
Reskey, 2011).

BAB III
KASUS & PEMBAHASAN
a) Kasus
Seorang ibu mengantarkan anaknya laki-laki umur 10 tahun
dengan keluhan gigi seri kedua kanan atas mengalami gigitan terbalik.
Ibunya bercerita bahwa anaknya pernah jatuh dari sepeda pada umur 4
tahun dan gigi susu seri kanan kedua atas anaknya patah. Anak
tersebut berkata kepada dokter gigi agar giginya dirawat supaya tidak
12

diejek temannya di sekolah. Pemeriksaan objektif menunjukkan


bahwa pasien memiliki oral hygiene baik, gigi 12 yang mengalami
malposisi lebih ke arah palatal dibandingkan dengan gigi lainnya,
tidak ditemukan adanya pertumbuhan mandibula yang berlebih, dan
terlihat tonjol mesiobukal gigi molar satu maksila berkontak pada
cekung mesiobukal gigi molar satu mandibula, overbite 3 mm.

b) Pembahasan
Diagnosis :
Klasifikasi crossbite anterior tipe dental pada gigi 12 dengan

maloklusi Angle klas I

Etiologi :
Trauma pada gigi incisivus desidui yang menimbulkan
perubahan jalur gigi permanen sehingga terjadi pergeseran erupsi pada
gigi ke arah palatal.

Prognosis:
Baik

Perawatan :
Crossbite gigi 12 dirawat dengan alat orthodontik lepasan
double helical coil spring dengan peninggi gigitan posterior, setelah
koreksi crossbite dilanjutkan dengan penggunaan retainer selama
kurang lebih 1 tahun.
Perawatan crossbite

anterior dengan menggunakan alat

orthodontik lepasan memerlukan overbite yang cukup untuk menjaga


incisivus maksila tetap berada di depan incisivus mandibula. Penting
diketahui bahwa overbite akan berkurang selama perawatan
dikarenakan proklinasi gigi incisivus atas. Oleh karena itu, jika pada
awal perawatan overbite yang ada itu kecil maka pada akhir perawatan
akan terbentuk open bite anterior yang kecil. Jika tidak ada sama
sekali atau overbite yang ada sangat kecil maka hasil perawatan akan

13

mengalami relaps dan kembali ke posisi awal ketika pasien berhenti


memakai alat.
Pemilihan penggunaan alat double helical coil spring pada gigi
insisivus lateral atas untuk koreksi crossbite anterior tipe dental
karena penggunaan alat lepasan ini pada pasien kooperatif memiliki
tingkat keberhasilannya tinggi. Pengaktifan alat dengan meregangkan
helix sebesar 2-3 mm akan mendorong gigi pada posisi crossbite
bergerak kearah labial menuju posisi lengkung gigi ideal. Penggunaan
peninggi gigitan posterior sangat dianjurkan selama penggunaan
double helical coil spring, ketika gigi berada dalam posisi crossbite
dan overbite yang lebih dari 2 mm. Apabila tidak diberi peninggi
gigitan posterior maka akan terjadi kelainan periodontal pada gigi
antagonisnya. Setelah gigi yang mengalami crossbite anterior sudah
berada pada lengkung yang ideal, kemudian diteruskan dengan
pemakaian Hawley retainer selama kurang lebih 1 tahun, hal ini
merupakan bagian penting dalam perawatan karena penggunaan
retainer dapat mencegah hasil perawatan relaps dan mempertahankan
lengkung gigi yang telah dikoreksi. Retainer dapat dipakai sehari
penuh selama 6 bulan dan setelahnya dipakai ketika malam.
Alternatif perawatan crossbite anterior tipe dental antara lain
tounge blade yang tingkat keberhasilanya sangat ditentukan kooperatif
pasien

menaati aturan cara pemakian dan waktu penggunaannya,

acrylic bite plane yang memiliki kecenderungan terjadi open bite pada
gigi anterior, reversed stainless steel crown memerlukan preparasi gigi
crossbite, dan lain-lain.

BAB IV
KESIMPULAN

14

Crossbite anterior merupakan suatu kondisi dimana terdapat


satu atau lebih gigi anterior maksila, baik desidui maupun permanen,
yang posisinya lebih ke lingual dari incisivus mandibular. Ada 3 tipe
crossbite anterior, yaitu: tipe dental, tipe skeletal, dan tipe fungsional.
Kasus crossbite anterior dapat dikoreksi dengan alat orthodontic
removable appliances maupun fixed appliances tergantung dari tipe
crossbite dan tingkat keparahannya. Beberpa alat orthodontik yang
dapat digunakan diantaranya: tongue blade, acrylic inclined bite
plane, reversed stainless crown, hawley type appliance, bonded resincomposite slopes, removable appliances dengan double helical coil
spring, edwiges fixed appliances, dan alat orthodontik lainnya.

15

Anda mungkin juga menyukai