Anda di halaman 1dari 18

ISTILAH-ISTILAH OKLUSI (POSISI ISTIRAHAT FISIOLOGIS,

RELASI SENTRIS, OKLUSI SENTRIS, OKLUSI FUNGSIONAL, LINTASAN


OKLUSI, PARAFUNGSI, DLL) DAN KOMPONEN YANG BERPERAN PADA
OKLUSI

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS


ORAL BIOLOGY 6

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Juliet Ramadhanti 04031281419028
Ummah Rodiah 04031381419039
Nurul Ifadah 04031381419048
Cindy Cendekiawati 04031381419049
Dona Fiorentina 04031381419061

Dosen Pembimbing :
drg. Shanty Chairani, M. Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017
Oklusi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan berbagai komponen jaringan
yang terdapat pada rongga mulut antara lain gigi, tulang rahang, otot, sendi
temporomandibular, ligamen periodontal, dan saraf. Oklusi terjadi karena adanya interaksi
antara sistem gigi, sistem skeletal dan sistem muskular. Oklusi gigi-geligi bukanlah
merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam
bentuk oklusi, misalnya: sentrik, eksentrik, habitual, supra-infra, mesial distal, lingual, dsb.

I. Komponen oklusi
Dalam terjadinya oklusi, terdapat beberapa komponen yang dilibatkan, diantaranya
seperti Temporomandibular Joint (TMJ), Gigi, serta Otot-otot.

1. Temporomandibular Joint (TMJ)


Temporomandibula terdiri dari atas artikulasi (persendian) yang dibentuk oleh tulang,
yakni prosessus kondilus mandibular. Prosessus kondilus ini berbentuk elips yang tidak rata
pada potongan melintang dengan lebar mediolateral dua kali lebih lebar dari anteroposterior.

Komponen Sendi temporomandibula :

a. Kondilus Mandibula d. Ligamentum Temporomandibular


b. Fossa glenoideus e. Kapsula
c. Diskus artikularis f. Membran Sinovial
2. Gigi

Proses oklusi juga ditentukan oleh gigi geligi yang terdapat didalam rongga mulut.
Hubungan kontak cusp gigi antara rahang atas (Maksila) dan rahang bawah (Mandibula) yang
terjadi pada bidang oklusal juga menentukan variasi oklusi yang dapat terjadi.

a. Overjet ( jarak gigit )


Overjet adalah jarak horizontal antara insisal gigi-gigi insisivus rahang atas dan
labial insisivus rahang bawah pada keadaan oklusi, diukur pada ujung insisivus atas.
Nilai normal 2-4 mm. Jarak gigit pada gigitan silang anterior diberi tanda negatif,
misalnya -2mm. Overjet tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi insisivus dan hubungan
antero-posterior dari lengkung gigi. Padasebagian besar individu, ada over jet positif,
misalnya sewaktu insisivus atas terletak di depan insisivus bawah pada keadaan oklusi,
namun overjetjuga bias kebalikan, atau edge to edge.
Overjet normal = 2-4mm
Overjet besar = >4mm
Overjet kecil = <2mm
Cross bite =-2mm
Edge to edge bite =0

Gambar. Gambar keadaan gigi overjet Gambar. Gambar keadaan gigi edge to edge

Gambar . Gambar keadaan gigi crossbite


b. Overbite (tumpang gigit)

Overbite adalah jarak vertical antara insisal gigi insisivus rahang atas dengan
insisal insisiv rahang bawah. Dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertical dari segmen
dento-alveolar anterior. Idealnya,gigi gigi insisivus bawah harus berkontak dengan sepertiga
permukaan palatal dari insisivus atas, pada keadaan oklusi, namun biasa juga terjadi overbite
yang berlebihan atau tidak ada kontak insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak
sempurna jika insisivus bawah di atas ketinggian edge insisalatas, atau gigit antar anterior,
jika insisivus bawah lebih pendek dari edge insisal atas pada oklusi. Jarak normal overbite
danoverjetadalah 2-4 mm.

Overbite normal = 2-4mm


Openbite = < 2mm
Deepbite = >4mm
Edge to edge = 0mm

Gambar. keadaan gigi overbite

Gambar. Keadaan gigi openbite

Gambar . keadaan gigi deepbite


c. Scissor bite
Kondisi dimana gigi posterior rahang atas protrusi pada tempat bukal gigi posterior
rahang bawah

Gambar. Keadaan gigi scissors bite

d. Cross bite
Gigitan silang (cross bite), yaitu keadaan di mana satu atau beberapa gigi atas terdapat
di sebelah palatinal atau lingual gigi-gigi bawah. Dikenal beberapa macam cross bite :

a. Anterior cross bite, yaitu keadaan di mana gigi insisivi atas terdapat di sebelah lingual
gigi insisivi bawah.

b. Posterior cross bite, macamnya :

v Buccal cross bite atau outer cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol palatinal gigi
posterior atas terdapat di sebelah bukal tonjol bukal gigi posterior bawah.
v Lingual cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol bukal gigi posterior atas terdapat
pada fossa sentral gigi posterior bawah.
v Complete lingual cross bite atau inner cross bite atau scissor bite, yaitu keadaan di
mana tonjol bukal gigi posterior atas terdapat di sebelah lingual tonjol lingual gigi
posterior bawah.
e. Open Bite
Kondisi dimana terdapat kehilangan kontak antara gigi atas dan bawah pada
kondisi rahang relasi sentris.

1. Relasi normal incicivus

Incisor edge pada incisive rahang bawah beroklusi atau terletak di bawah singulum
palatal insisif rahang atas.

2. Relasi normal kaninus

Oklusi dimana canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang
bawah dan P1 rahang bawah.
3. Relasi molar
1. Neutroklusi
Cusp Mesiobukal M1 atas berkontak dengan cusp bukal groove M1 bawah, dan cups
mesiopalatal M1 atas berkontak dengan central fosa gigi M1 rahang bawah

2. Distooklusi
cups mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari cusp bukal groove M1 bawah.

3. Mesioklusi
cups mesiobukal M1 atas berada lebih ke distal cusp bukal groove M1 bawah.

3.Otot

Fungsi utama sendi temporomandibula adalah membantu pergerakan dalam


mengunyah menelan dan berbicara. Adapun otot yang membantu dalam pergerakan tersebut
adalah Otot mastikasi yang berguna dalam membuka dan menutup mulut. Otot pengunyahan
berasal dari substansi otot lengkungan branchial pertama. jadi, otot mastikasi ini diinervasi
oleh n. trigeminal.
Otot Mastikasi terdiri dari 4 otot, yaitu:
1. M. Masseter 3. M. Pterygoid Lateral

2. M. Temporalis 4. M. Pterygoid Medial


II. Posisi Istirahat fisiologis (Physiological Rest Position / postural
endogen position)

Posisi istirahat fisiologis adalah posisi ketika semua otot yang mengontrol posisi
mandibula berada dalam keadaan relax. Sedangkan dimensi vertical istirahat fisiologis adalah
hubungan antara rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) dalam arah vertikal
saat mandibula dalam kedudukan istirahat fisiologis. Pada saat rahang dalam posisi istirahat
otot- otot elevator dan depressor mandibula dalam keadaan rilex, tonus seimbang, dan
kondilus dalam keadaan rilex dalam fossa genoid. Pada dimensi vertikal istirahat fisiologis,
gigi geligi rahang atas dan rahang bawah tidak berkontak, sedangkan bibir atas dan bibir
bawah berkontak ringan.

Perhitungan free way space:

Gambar.Ket: RVD: rest vertical dimension (relasi vertikal dalam kaadaan istirahat).
OVD: oclusion vertikal dimension (relasi vertikal dalam kaadaan melakukan oklusi)

III. Relasi Sentris


Posisi kondilus mempengaruhi hubungan mandibula ke maksila, bahkan ketika gigi tidak
ada. Mandibula edentulous dalam relasi sentris jika pertemuan diskus-kondilus terpasang
sempurna.

Gambar : (A) asumsi yang salah mengenai posisi normal dari pertemuan diskus-kondilus (B)
posisi yang benar pada relasi sentris
Gambar. perbedaan posisi rahang antar relasi sentris dan oklusi sentris.A, relasi
sentris. B,oklusi sentris

Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui relasi sentris, yakni:


1. Pasien diminta untuk duduk relaks dan kepala pada posisi dorsal fleksi,
kemudian diminta untuk melakukan gerakan menelan berulang kali
2. Pasien kemudian diinstruksikan melakukan retrusi. Pasien diminta untuk
mencoba membuat rahang atas kedepan saat oklusi pada bagian posterior
3. Pasien diinstruksikan mengenai posterior border dari dasar rahang atas dengan
lidahnya.

IV. Oklusi Sentris


Oklusi sentris adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula
dalam keadaan sentris, yaitu kedua kondilus berada dalam posisi bilateral simetris di dalam
fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang
diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah
berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration. Keadaan ini
dipengaruhi oleh kontak antar gigi-geligi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini mudah
berubah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhang restoration.

A B
Gambar. (A) Gigi dalam keadaan oklusi sentrik/posisi interkuspal. (B) Tampak lingual dari
gigi dalam keadaan Oklusi Sentrik

V. Oklusi eksentrik
Hubungan dari rahang atas dan rahang bawah selain relasi sentrik yang terjadi pada
bidang horizontal.

Oklusi eksentrik adalah oklusi ketika terjadi pergerakan mandibula. Oklusi eksentris terbagi
3, yaitu:

1. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan
ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang
tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu
oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan
antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus
pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya
mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan
memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus
artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis.
2. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan
meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis.
Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan
tersebut(Pedersen, 1996).
Otot-otot pengunyahan lainnya seperti muskulus masseter (profunda) akan
berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak
meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio
temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat
terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang (Pedersen,
1996).
3. Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak
pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi
tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut
posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh
otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus
kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi
serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain
terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,
yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi Pada gerak lateral, caput mandibula pada
sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat
bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan.
Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas
melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput
ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai
gerak Bennett (Pedersen, 1996).

VI. Lintasan Oklusi

Panduan Oklusi (Guidance of occlusion or occlusal guidance)

Panduan oklusi merupakan hubungan mekanis yang ideal antara gigi rahang atas
dengan gigi rahang bawah. Panduan oklusi didapatkan melalui oklusi dinamik gerakan
lateral. Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat
seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan
(anterior) dan kebelakang (posterior). Pada gerakan ke lateral akan ditemukan working side.
Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi.Bila mandibular
digerakkan ke kanan, maka area oklusi gigi pada bagian kanan dinamakan working side,
sedangkan sisi yang satunya yaitu kiri disebut non working side atau balancing side.

Panduan oklusi terbagi atas tiga, yaitu:

A. Canine Guidance
Merupakan keadaan kontak gigi antara cusp caninus RA dan cusp caninus RB atau cusp
caninus RA pada interdental gigi caninus dan premolar RB pada working side (arah
pergerakan). Minimal 2 gigi berkontak.
Gambar. Pergerakan lateral ke kanan: canine guidance pada working side.

b. Group Function
Merupakan keadaan kontak gigi multiple yaitu dari gigi kaninus hingga gigi molar kedua
atau ketiga pada daerah working side. Minimal 4 gigi kontak. (gambar 2A)

Gambar. Group function. A. Pergerakan lateral ke kiri (working side) dan skematik
panduan inklinasi giginya. B. sisi yang berlawanan yaitu bagian kanan, dimana tidak terjadi
kontak gigi (balancing side) dan skematik panduan inklinasi giginya.

3. Incisal Guidance
Terkait dengan kontak gigi anterior selama pergerakan protrusive dari mandibular yaitu
ketika RB digerakkan ke anterior, tapi hanya gigi insisivus sentral RA dan insisivus sentral
dan lateral RB saja yang berkontak. Minimal 4 gigi berkontak.
Gambar .Hasil pergerakan protrusive mandibular dipakai sebagai incisal guidance.

VII. Parafungsi

Parafungsi oklusal adalah istilah untuk oral behaviour yang tidak memiliki tujuan
fungsional. Aktivitas ini antara lain bruxism (grinding atau clenching gigi), lip-biting, nail-
biting, menggigit pensil, menghisap jari, dan posturing rahang yang abnormal. Aktivitas
oklusal parafungsional dapat menyebabkan aus gigi yang berlebihan, nyeri otot, maloklusi
parah, kondisi sendi degenerasi, perubahan diskus TMJ, hipertropi otot, sakit kepala, dan
cedera jaringan periodontal. Parafungsi oklusal yang menyebabkan masalah paling banyak
adalah bruxism.

• Clenching adalah mengatupkan gigi-gigi pada rahang atas dan bawah dengan tekanan
yang berlebihan yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.
• Grinding adalah menggesek-gesekkan gigi-gigi antara rahang atas dan bawah.
• Bracing adalah menggemertakkan gigi yang dapat terjadi ketika tidur atau yang
disebut sleep bruxism maupun dalam keadaan sadar yang disebut dengan awake
bruxism.
• Tapping adalah gerakan menggeretak gigi antara rahang atas dengan rahang bawah
• Sliding adalah gerakan meluncur dari rahang bawah . Permukaan oklusal gigi
berkontak ketika mandibular bergerak dari hubungan rahang eksentris ke sentris
Posisi Rahang Atas dan Relasi oklusi
Rahang Bawah Overjet Overbite (Vertikal) Scissor bite Cross bite
(Horizontal)

Insisivus Insisal edge RB beroklusi / Normal : 2-4 mm Normal : 2-4 yaitu keadaan di mana gigi insisivi atas
terletak dibawah singulum Kecil : <2 mm mm
terdapat di sebelah lingual gigi insisivi
palatal insisal RA Besar : >4 mm Deep Bite : >4
Cross bite : -2 mm mm bawah.
Edge to edge : 0 Edge to Edge : 0 mm
Open Bite : <2
mm

Caninus Caninus RA terletak di ruang


bucal antara Caninus RB dan
Premolar RB
Molar • Neutrooklusi : Kondisi dimana • Buccal cross bite atau outer cross bite,
- Cusp mesiobukal M1
gigi posterior rahang yaitu keadaan di mana tonjol palatinal gigi
RA berkontak dengan
cusp bukal groove atas protrusi pada posterior atas terdapat di sebelah bukal
M1 RB
tempat bukal gigi tonjol bukal gigi posterior bawah.
- Cusp Mesiopalatal
M1 RA berkontak posterior rahang
dengan central fossa • Lingual cross bite, yaitu keadaan di mana
bawah
tonjol bukal gigi posterior atas terdapat
pada fossa sentral gigi posterior bawah.

M1 RB
• Distooklusi :
- Cusp Mesiobukal M1
RA di Mesial cusp
bukal groove M1 RB
• Mesiooklusi :
- Cusp Mesiobukal M1
RA di Distal cusp
buka groove M1 RB
Ket Posisi Istirahat Relasi Sentris Oklusi Sentris Oklusi Eksentris
Fisiologis Protrusi Retrusi Lateral Lateral Kiri
Kanan
TMJ Posisi Kondilus berada Kondilus berada pada Kondilus berada pada Kondilus Kondilus Kondilus Kondilus kiri
dalam (medial) dari bagian paling posterior bagian superior fosa berada di berada pada kanan berada berada pada
fosa glenoid yang fosa glenoid di glenoid anterior dari bagian pada medial medial fosa
menunjukkan sedikit anterosuperior dari eminansia posterior fosa fosa glenoid glenoid
perubahan regangan eminansia artikularis artikularis glenoid
pada setiap pergantian Kondilus dan Kondilus dan
posisi diskus diskus
artikularis kiri artikularis kanan
meluncur ke meluncur ke
eminensia eminensia
artikularis artikularis

Gigi Tidak berkontak Tidak berhubungan Gigi atas dan bawah Gigi rahang Gigi rahang Working side Working side
Terdapat celah/ dengan gigi melainkan berkontak maksimal bawah maju bawah mundur disebelah disebelah kiri
ruangan (free ways mengenai posisi kedepan kebelakang kanan
space) 2-4 mm kondilus Cusp mesiobukal M1 Balancing side
maksila berkontak Balancing side disebelah kanan
dengan fosa M1 disebelah kiri
mandibula

Lintasan Insisal Insisal Group Group Function


Oklusi Guidance Guidance Function

Canine Canine
Guidance Guidance

Gambar
Parafungsi Keterangan Gambar

Clenching Mengatupkan gigi-gigi pada rahang atas dan bawah dengan tekanan
yang berlebihan yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam
hari namun lebih mungkin terjadi pada siang hari.

Grinding Menggesek-gesekkan gigi-gigi antara rahang atas dan bawah

Bracing Menggemertakkan gigi yang dapat terjadi ketika tidur atau yang
disebut sleep bruxism maupun dalam keadaan sadar yang disebut
dengan awake bruxism.

Tapping Gerakan menggeretak gigi antara rahang atas dengan rahang bawah

Sliding Gerakan meluncur dari rahang bawah . Permukaan oklusal gigi


berkontak ketika mandibular bergerak dari hubungan rahang
eksentris ke sentris
Daftar Pustaka

1. Michele Leonardi Darby, Margaret Valsh. Dental Hygiene : Theory and Practice. W.
B Sauders Company. 2009.
2. Peter E. Dawson. Functional Occlusion : From TMJ to Smile Design. Mosby Elsevier.
2007.
3. JCP. Heryumani Sulandjari. Buku Ajar Ortodonsia. UGM. 2008.
4. Thomson, Hamish. Oklusi Edisi 2. EGC. 2007
5. Gurkeerat Singh. Textbook of Orthodontics. Jaypee. 2007.
6. Nelson, Stanley J. 2010. Wheeler Dental Anatomy, Physiology and Occlusion 9TH
Edition. Nevada. Elesavier
7. S Davies1 & R M J GrayBritish Occlusion: What is occlusion? Dental Journal 191,
235 - 245 (2001) . Published online: 8 September 2001
8. Bhalajhi, S.I. Orthodontics: Art and Science. 3rd . New Delhi: Arya Publishing House.
2006.

9. Jimmy Yang. Occlusal Parafunction – its cause and management. OHD III Fixed
Prosthodontics Assignment. 2002.

Anda mungkin juga menyukai