Anda di halaman 1dari 33

KLASIFIKASI MALOKLUSI

DAN KELAINAN
DENTOFASIAL (1)
Konsep dasar oklusi dan tipe maloklusi
Konsep dasar oklusi
 Oklusi dalam pengertian sederhana : penutupan
rahang beserta gigi atas dan bawah

 Oklusi meliputi aspek statis dan dinamis :


 Statis : bentuk lengkung, hubungan artikulasi RA RB dan
hubungan gigi-struktur penunjang
 Dinamis : fungsi stomatognasi secara keseluruhan,
susunan gigi, struktur penunjang, TMJ, otot dan gerakan
fungsional rahang
Perkembangan Oklusi
 Dari lahir sampai fase gigi sulung : pada bantalan
gusi (gum pad) terdapat 20 segmen empat benih gigi
sulung
 Gum pad atas : tapal kuda dengan palatum dangkal
 Gum pad bawah : berbentuk huruf U

 Saat mandibula istirahat gum pad atas dan bawah tidak


berkontak, ruangan di antara gum pad dan bawah terisi
lidah, ujung lidah berkontak dengan bibir bawah
 Fase geligi sulung :
 Gigi Insisif sentral bawah erupsi pada usia sekitar 6 bulan
 Urutan erupsi gigi (pergerakan gigi ke arah bidang
oklusal) : I sentral bawah, I sentral atas, I lateral bawah, I
lateral atas, molar pertama atas dan bawah, molar kedua
bawah, molar kedua atas
 Bentuk lengkung gigi : umumnya ovoid, tidak begitu
bervariasi spt bentuk lengkung gigi permanen
 Selama fase gigi sulung tumpang gigit. Jarak gigit dan
relasi anteroposterior tidak mengalami perubahan nyata
 Pada tahap akhir fase gigi sulung mandibula maksila
memuat 20 gigi sulung dan 28 benih gigi permanen (bila
M3 tidak terbentuk
 Fase geligi pergantian :Masa geligi campuran / mixed
 Molar pertama permanen erupsi sekitar umur 5-6 tahun
 Diperlukan dua proses untuk erupsi gigi : resorpsi tulang
alveolar dan akar gigi sulung sbg jalan erupsi gigi itu
serta mekanisme gigi itu sendiri menuju jalan yang telah
tersedia
 Saat akar gigi telah terbentuk setengah sampai dua
pertiga gigi tersebut siap erupsi
 Karena ukuran gigi Insisif dan kaninus permanen lebih
besar maka pada fase gigi sulung akan ada diastema
(developmental space), normal dan penting agar
mendapat susunan gigi permanen yang baik
 Gigi insisif sentral atas sering erupsi dalam keadaan
condong ke distal sehingga terdapat diastema : ugly
duckling stage yang secara estetik tidak baik
 Ukuran gigi Premolar < molar sulung yang digantikan

 Perbedaan jumlah lebar kaninus, molar pertama dan molar kedua


sulung dengan C, P1, P2 disebut lee way space yang besarnya di
rahang atas 0,9 mm dan1,8 mm di rahang bawah (Bishara, 2001).
 Fase gigi Permanen,
 Beberapa keadaan yang terlihat pada geligi permanen
adalah :
 Saat oklusi gigi atas terletak lebih ke labial dan bukal dari
gigi bawah
 Insisif lebih proklinasi dan gigi-gigi posterior bukoklinasi
 Semua gigi permanen mempunyai kontak dengan dua gigi
antagonisnya kecuali insisif sentral bawah dan molar kedua
atas
 Kurve anteroposterior di rahang bawah (kurve Spee) normal
 Tumpang gigit dan jarak gigit berkisar antar 2-4 mm
 Apabila semua berjalan normal maka akan didapatkan
oklusi yang baik atau normal : enam kunci oklusi dari
Andrews, 1972

 Keenam kunci tersebut adalah :


1. relasi molar
2. angulasi mahkota
3.inklinasi mahkota
4. rotasi
5.kontak gigi
6. kurva spee
 Terminologi oklusi :
 Oklusi ideal : susunan oklusi meliputi struktur oklusal dan
hubungan fungsional yang sesuai dengan prinsip dan
karakteristik yang ideal
 Oklusi fisiologis : kondisi oklusi yang mengalami deviasi
dari karakteristik ideal tetapi dapat diadaptasi dengan
baik, secara estetik baik dan tidak ada manifestasi
abnormal maupun disfungsional
 Oklusi seimbang : kondisi oklusi dimana didapatkan
keseimbangan dan simetris pada saat gerakan excursion
dari mandibula
 Oklusi fungsional : kondisi oklusi yang paling efisien yang
terjadi selama gerakan excursion mandibula, gerakan
yang diperlukan saat berfungsi
 Oklusi terapetik :keadaan oklusi yang dimodifikasi
dengan tujuan untuk koreksi kondisi oklusi non-
fisiologis menjadi oklusi fisiologis, bila tidak
memungkinkan oklusi ideal

 Oklusi traumatik : kondisi oklusi traumatik yang


menyebabkan terjadinya kerusakan di jaringan
periodonsium
Bidang dan kurve oklusal
imajiner
 Kurve Spee ; kurve antero posterior dari permukaan
oklusal dimulai dari tonjol gigi C bawah melalui tonjol
gigi P, ke tonjol gigi molar sampai ke condylus.

 Kurve Wilson : kurve yg terjadi dari kontak tonjol bukal


dan lingual gigi RB
 Relasi sentrik : relasi mandibula ke maxilla saat
kondilus mandibula berada pada posisi paling superior
dan retrusi pada fossa glenoid.

 Relasi sentrik ; posisi ligamentus ; terminal hinge


position

 Oklusi sentrik : posisi kondilus mandibula saat gigi-gigi


pada kontak tonjol maksimal

 Relasi sentrik dan oklusi sentrik harus dicapai untuk


mendapatkan hubungan yang baik antara gigi-gigi,
TMJ dan sistem neuromuskular
KLASIFIKASI MALOKLUSI
DAN KELAINAN
DENTOFASIAL (2)
Tipe Maloklusi, Klasifikasi Malokusi, Kelainan Lengkung Gigi
dan Rahang
 Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau
malrelasi lengkung gigi diluar rentang kewajaran

 Peningkatan prevalensi maloklusi dipercayai sebagai


suatu proses evolusi yang diduga akibat meningkatnya
variabilitas gen dalam populasi yang bercampur dalam
kelompok ras.

 Tipe maloklusi:
1. Maloklusi dalam lengkung/intra arch
2. Maloklusi antar lengkung, mencakup malrelasi antar
lengkung
3. Maloklusi yang melibatkan skeletal
 Kelainan Gigi
 Kelainan gigi yang dapat menyebabkan maloklusi :
kelainan letak, ukuran, bentuk dan jumlah gigi.
 Beberapa istilah :
- akhiran versi : mesioversi, palatoversi, infraversi
- akhiran posisi : infraposisi
- akhiran klinasi : proklinasi, retroklinasi, mesioklinasi
Beberapa persamaan istilah
- torsiversi = rotasi
- transversi = transposisi
- infraversi =infraposisi = infraoklusi
- supraversi = supraposisi = supraoklusi
 Gigi yang ektopik : tidak pada tempatnya
 - Kaninus merupakan gigi yang tumbuh ektopik, dapat
menyebabkan kerusakan pada gigi yang bersebelahan

 Ukuran Gigi :
- secara umum mempunyai ukuran tertentu
- makrodonti
- mikrodonti
 Bentuk gigi
- variasi bentuk gigi yang banyak ditemui gigi I2 atas
yang berbentuk pasak : peg shaped

-Geminasi : satu benih gigi yang bertumbuh menjadi


dua gigi secara utuh atau sebagian akarnya tetap satu

- Fusi : dua benih gigi tumbuh menjadi satu dengan


satu mahkota yang besar, akar tetap dua, sering pada
Insisif

- Dilaserasi : akar gigi tidak normal, bengkok


 Jumlah gigi
 Hiperdontia : kelebihan jumlah gigi
 Hipodontia : kekurangan jumah gigi
 Kelebihan gigi sering ditemukan di RA : mesiodens
 Laterodens : letaknya di sebelah insisif lateral

Agenesis gigi permanen


- Benih gigi tidak terbentuk, etiologi bermacam-macam
- Anodontia :keadaan ekstrim, jarang terjadi, bagian suatu
sindrom
- Hipodontia : agenesis sejumlah gigi
- Gigi yang sering mengalami agenesis : M3, P2 bawah,
I2 atas atau P2 atas
 Gigi sulung tanggal prematur
- gigi sulung yang sering tanggal prematur : m2 atas
atau bawah, dampaknya gigi-gigi disebelahnya
bergeser ke ruang tempat gigi yang tanggal, ruangan
menyempit, pemendekan lengkung, pergeseran garis
median dan gigi antagonis supraklusi.
 Malrelasi Lengkung gigi dan Klasifikasinya
- malrelasi lengkung gigi dapat terjadi pada tiga bidang
orientasi (sagital, transversal dan horizontal )

- Klasifikasi maloklusi yang umum dipakai : Klasifikasi


menurut Angle, sejak 1899, aplikasi simpel.
Berdasarkan relasi mesio-distal gigi, lengkung gigi dan
rahang. Menurut Angle gigi M1 atas merupakan kunci
oklusi, gigi M1 atas sebagai point tetap secara
anatomis di dalam lengkung rahang.

- Berdasarkan hubungan antara gigi M1 bawah dan M1


atas, Angle membagi menjadi kelas I, II, III
 Kelas I Angle : hubungan normal antar lengkung, tonjol
mesiobukal M1 atas beroklusi pada bukal groove gigi
M1 bawah (neutroklusi). Kelainan yang dapat
menyertai berupa gigi berdesakan, proklinasi, gigitan
terbuka, diastemata, dll

 Kelas II Angle : ditandai dengan tonjol distobukal gigi


M1 atas beroklusi pada bukal groove gigi M1 bawah
(distoklusi)

- kelas 2 divisi 1: ditandai dengan insisif atas proklinasi


dan overjet besar, dapat juga disertai dengan deep
bite/gigitan dalam
 Kelas II divisi 2 : ditandai dengan molar kelas II, gigi
insisif central retroklinasi, insisif lateral proklinasi, jarak
gigit dalam batas normal, sering disertai gigitan dalam

 Kelas III Angle : ditandai dengan tonjol mesiobukal gigi


M1 atas beroklusi dengan interdental gigi M1 dan M2
bawah. Kelas III Angle dibagi menjadi 2, yaitu True klas
III dan Pseudo kelas III
Klasifikasi Simon
 Berdasarkan deviasi abnormal lengkung gigi terhadap
tiga bidang : FHP, Bidang Orbital dan bidang mid
sagital

 FHP : bidang antara batas atas meatus auditus


eksternal ke titik infra orbital
- untuk klasifikasi maloklusi arah vertikal
- Atraksion : mendekat ke FHP
- Abstraksion : menjauh dari FHP
 Orbital plane : bidang tegak lurus FHP, ke arah bawah
tulang orbital, tepat di bawah pupil
- Simon Law : bidang ini harus melewati 1/3 bagian distal
kaninus atas
- bidang ini untuk menentukan maloklusi arah sagital dan
antero-posterior
- protraksi : menjauh dari bidang orbital
- retraksi : mendekati bidang orbital

 Mid-sagittal plane
- untuk menentukan maloklusi arah transversal

- distraksi : menjauh dari bidang mid sagital

- kontraksi : mendeka ke bidang mid sagital


 Daftar Pustaka :

 Bhalajhi,S.I., 2003, Orthodontics The Art and Science, 3rd


edition, Arya Publishing House, Darya Ganj, New Delhi

 Proffit, W.R., 2007, Contemporary Orthodontics, 4th edition,


Mosby Elsevier, St.Louis, Misouri

 Rahardjo, P., 2009, Dasar Ortodonti, cetakan pertama, Airlangga


University Press, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai