TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Oklusi
2.1.1. Konsep Dasar Oklusi
Oklusi didefinisikan sebagai relasi cusp gigi rahang atas dan bawah
antara satu sama lain di setiap posisi dan pergerakan mandibula. Hal itu
merupakan hasil dari kontrol neuromuskular dari komponen sistem
mastikasi, yaitu gigi, struktur periodontal, maksila dan mandibula, sendi
temporomandibular, dan otot serta ligamen yang terkait. Oklusi dapat
mengenali sebuah maloklusi, yaitu dengan membedakan jenis oklusi yang
dimiliki oleh seseorang, yaitu oklusi ideal dan oklusi normal. Selain itu,
oklusi memiliki 2 aspek, yaitu aspek statis dan dinamis. Aspek statis
mengarahkan kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi gelisi pada dan
diantara lengkung gigi dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan
penyangga. Aspek dinamis mengarah kepada fungsi sistem stomatognatik
yang terdiri dari gigi geligi, jaringa penyaggam sendi temporomandubila,
sistem neuromuskular dan nutrisi.1
Oklusi normal merupakan suatu kondisi oklusi yang yang berfungsi
secara harmonis dengan proses metabolik untuk mempertankan struktur
penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat. Oklusi dikatakan
normal jika;2
a. Susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik
b. Gigi dengan kontak proksimal
c. Hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap kranium dan
muskular disekitarnya
d. Kurva Spee nomal
e. Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi
dan minimal overbite dan overjet
f. Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar
1 mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksula berada di embrasure
antara molar 1 dan 2 mandibula serta seluruh jaringan periodontal secara
harmonis dengan kepala dan wajah.
Perubahan terhadap oklusi normal terjadi pada kondisi kehilangan gigi,
destriksu substansi gigi, migrasi gigi dan sebagai akibatnya adalah
maloklusi. Berikut gambar dari oklusi normal;2
2.2. Maloklusi
2.21. Pengertian
Maloklusi dapat didefinisikan sebagai suatu ketidaksesuaian dari
hubungan gigi atau hubungan rahang yang menyimpang dari normal.
Menurut World Health Organization (WHO), maloklusi adalah cacat atau
gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik
maupun emosional dari pasien yang memerlukan perawatan. 1,2
Maloklusi gigi terdiri dari gigi yang tidak selaras dalam lengkung gigi
untuk alasan lain selain perbedaan skeletal. Hasil maloklusi dari hubungan
abnormal dari komponen yang berbeda dari kompleks maksilofasial.
Maloklusi dapat disebabkan karena gigi atau karena perbedaan skeletal.
Maloklusi skeletal terjadi ketika rahang atas dan / atau mandibula tidak
selaras dalam kaitannya dengan tengkorak atau ketika rahang atas dan
rahang bawah yang tidak sejajar terhadap satu sama lain. Beberapa
maloklusi melibatkan komponen gigi dan tulang. 4
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang
menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang
normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan
dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor
saja, tetapi beberapa faktor saling memengaruhi. Faktor-faktor yang
memengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan, dan
perkembangan, etnik, fungsional, patologi.4
Derajat keparahan maloklusi berbeda-beda dari rendah ke tinggi yang
menggambarkan variasi biologi individu. Maloklusi dapat terjadi dalam
arah sagital, transversal, vertical, dapat diidentifikasi berdasarkan hubungan
rahang yaitu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas. Maloklusi dapat
menyebabkan tampilan wajah yang buruk, resiko karies dan penyakit
periodontal, sampai gangguan pada sendi temporo mandibula bila tidak
dikoreksi.
2.22. Klasifikasi
Maloklusi adalah diklasifikasian berdasarkan deskripsi
penyimpangan dentofasial menurut karakteristik umum atau normal
bergantung pada bagian mana dari unit mulut dan rahang yang terjadi
kesalahan. Secara garis besar, maloklusi dibagi menjadi tiga jenis yang
dapat muncul pada pasien atau dalam kombinasi yang melibatkan satu sama
lain, tergantung pada dimana kesalahan terletak pada lengkung gigi individu
atau segmen dentoalveolar atau struktur rangka yang mendasari.5 Berikut
jenis meloklusi;
1. Malposisi gigi individual
2. Hubungan yang tidak harmonis dan lengkung gigi atau segmen
dentoalveolar
3. Hubungan yang tidak harmonis pada skeletal
Edward Hingley Angle (1899) mengklasifikan maloklusi berdasarkan
hubungan mesio-distal gigi molar 1 permanen rahang atas dan rahang bawah
menjadi 3 kelas, yaitu kelas I, II, III. Berikut adalah klasifikasi Angle
1. Maloklusi Angle Kelas I
Tonjol mesiobukal gigi molar pertama rahang atas terletak
pada celah bagian bukal (buccal groove) gigi molar pertama rahang
bawah (relasi gigi Neutroklusi).5
Gambar 2.12. Klasifikasi Dewey kelas I tipe 5 – mesial drifting dari gigi
molar6
2.3. Ortodonti
2.3.1. Pengertian
Ortodontik telah didefinisikan oleh Salzmann (1943) sebagai “cabang
ilmu dan seni kedokteran gigi yang berhubungan dengan anomali
perkembangan dan posisi gigi dan rahang karena mempengaruhi kesehatan
mulut dan fisik, estetika dan mental kesejahteraan dari orangnya.” Definisi
ini mungkin sudah berusia lebih dari lima puluh tahun, namun bahkan pada
saat itu potensi ortodontik belum hilang. Penekanannya adalah pada
pemeliharaan kesehatan mulut, fisik dan mental pasien dan juga estetikanya.
Definisi ortodontik yang diusulkan oleh American Board of
Orthodontics (ABO) dan kemudian diadopsi oleh American Association of
Orthodontists menyatakan: “Ortodontik adalah bidang khusus dari profesi
kedokteran gigi yang bertanggung jawab mempelajari dan mengawasi
pertumbuhan dan perkembangan gigi. gigi-geligi dan struktur anatominya
yang terkait sejak lahir hingga kematangan gigi, termasuk semua prosedur
preventif dan korektif dari ketidakteraturan gigi yang memerlukan reposisi
gigi dengan cara fungsional dan mekanis untuk membentuk oklusi normal
dan kontur wajah yang menyenangkan.”7
2.3.2. Klasifikasi
Seni dan ilmu ortodonti dapat dibagi menjadi tiga kategori
berdasarkan sifat dan waktu intervensi yaitu Ortodontik preventif,
Ortodontik interseptif, dan Ortodontik korektif.7
1. Ortodontik Preventif
Ortodontik preventif, seperti namanya, adalah tindakan yang
diambil untuk menjaga integritas dari apa yang tampak sebagai oklusi
normal pada waktu tertentu. Ortodontik preventif membutuhkan
kemampuan untuk menilai perkembangan dan pertumbuhan dentofasial
dan umum yang normal dan pengenalan penyimpangan dari normal. Ini
memerlukan penghapusan kebiasaan lokal yang merusak yang
melibatkan struktur dentofasial; koreksi penyebab umum, seperti postur
tubuh yang salah dan malnutrisi; pemeliharaan bentuk gigi dengan
restorasi yang tepat dari masing-masing gigi; pencabutan tepat waktu
dari gigi sulung yang tertinggal; penggunaan space maintainer setelah
kehilangan dini gigi sulung, jika diindikasikan, dan rujukan untuk
perawatan terkait kelainan dan kelainan ke spesialis lain.7
2. Ortodontik Interseptif
Menurut definisi yang diberikan dalam brosur tentang ortodontik
oleh American Association of Orthodontists, Council of Orthodontic
Education, adalah "fase ilmu dan seni ortodontik, yang digunakan
untuk mengenali dan menghilangkan potensi penyimpangan dan
malposisi dalam kompleks dentofasial yang sedang berkembang". Fase
ini secara khusus berkonsentrasi pada upayanya untuk memperbaiki
kondisi lingkungan untuk memungkinkan perkembangan normal di
masa depan. Tindakan pencegahan yang dipertimbangkan mungkin
termasuk kontrol karies, restorasi anatomi gigi, pemeliharaan ruang,
koreksi kebiasaan oral sementara, anomali genetik dan kongenital, dan
mengawasi pengelupasan gigi sulung.7
Prosedur tertentu di bawah bidang ortodontik preventif dan
interseptif mungkin tumpang tindih. Oleh karena itu, terkadang tidak
mungkin untuk memisahkan keduanya, namun intersepsi selalu
mengakui adanya maloklusi atau malformasi sedangkan pencegahan
ditujukan untuk mencegah terjadinya maloklusi atau malformasi.7
3. Ortodontik Korektif
Ortodontik korektif, seperti ortodontik interseptif, mengakui adanya
maloklusi dan kebutuhan untuk menggunakan prosedur teknis tertentu
untuk mengurangi atau menghilangkan masalah dan gejala sisa yang
menyertainya. Prosedur yang digunakan dalam koreksi mungkin
mekanis, fungsional atau bedah.7
Maloklusi Mahasiswa
Komplikasi