Anda di halaman 1dari 16

Penyebab Perubahan Warna Gigi

Ada dua faktor penyebab perubahan warna gigi yaitu diskolorisasi ekstrinsik dan
diskolorisasi intrinsik. Penyebab perubahan warna gigi yang lain adalah diskolorisasi karena
proses penuaan.

Diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan biasanya disebabkan kebiasaan
minum minuman berwarna yang berkepanjangan seperti teh, kopi atau sirup yang dapat
menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam. Perawatan bleaching dapat menjadi
perawatan yang efektif untuk kasus ini. Faktor kebiasaan pasien tersebut harus dikurangi agar
warna gigi yang sudah dirawat bleaching dapat bertahan lebih lama. Perubahan warna gigi
dapat juga disebabkan penggunaan obat kumur klorheksidin, tetapi mekanisme terjadinya
sangat kompleks, bervariasi tergantung pada kepekaan setiap individu dan konsentrsi
klorheksidin yang digunakan.

Diskolorisasi intrinsik adalah perubahan warna yang mengenai bagian dalam struktur gigi
selama masa pertumbuhan gigi dan umumnya perubahan warna terjadi di dalam dentin
sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal. Perubahan warna gigi akibat faktor intrinsik
merupakan noda-noda yang timbul akibat faktor endogen, baik yang didapat dari sumber
lokal maupun sistemik. Faktor lokal penyebab perubahan warna intrinsik sesudah gigi erupsi
dapat disebabkan karena perdarahan akibat trauma, kesalahan prosedur perawatan gigi,
dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi saluran akar dan
pengaruh bahan-bahan restorasi.

Metode Perawatan Bleaching

Cara kerja obat bleaching adalah oksidator dari obat bleaching dapat melarutkan bahan
organik yang tidak melekat erat pada gigi tanpa melarutkan matriks email sehingga warna
gigi menjadi lebih putih. Kerja oksidator diaktivasi dengan panas dari sinar.

Bleaching dengan sinar hanya dapat dilakukan di klinik drg yang di sebut Bleaching In
Office. Lamanya waktu penyinaran adalah 45 menit yang didahului dengan persiapan isolasi
jaringan lunak mulut dengan liquid dam dan setelah penyinaran selesai dilakukan aplikasi
bahan yang mengandung Sodium Fluoride, dengan demikian efek samping seperti rasa sakit
terbakar pada gingiva dan rasa sensitif pada gigi dapat dihindari. Teknik In Office ini
tergolong aman, efektif dan efisien karena menghasilkan perubahan warna yang fantastis.
Waktu perawatan lebih singkat dan hasil perawatan dapat terlihat dalam waktu kurang lebih 1
jam.
PERKEMBANGAN OKLUSI

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi
selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.
Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, Skeletal systemdan iluscular system.
Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga
ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : centrik, excentrik, habitual, supra-infra, mesial,
distal,lingual dsb.

Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu :

 Oklusi ideal   :  Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak
mungkin terjadi pada manusia.
 Oklusi normal   :  Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang
sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan  condylus berada dalam
fossa glenoidea.

Selain itu astilah maloklusi, yaitu yang menyangkut hal –hal diluar oklusi normal. Pada oklusi normal
masih memungkinkan adanya beberap variasi dari oklusi ideal yang secara fungsi maupun estetik
masih dapat diterima/ memuaskan.

Ada dua tahap oklusi  pada manusia :

1. Perkembangan gigi geligi susu


2. Perkembangan gigi geligi permanen.

Perkembangan gigi –geligi susu

Seluruh gigi geligi susu akan lengkap erupsi pada anak berumur lebih kurang 2,5 tahun. Pada periode
ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval dengan gigitan dalam ( Deep bite ) pada overbite dan
overjet dan dijumpai adanya “ generalized interdental spacing ( celah –celah diantara gigi- geligi ). Hal
ini terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang kearah transversal untuk mempersiapkan
tempat gigi –gigi permanen yang kan tumbuh celah yang terdapat  dimenssial cainus atas dan
disebelah distal caninus bawah disebut     “primate space “ . Primate space ini diperlukan pada “ early
mesial shift “.

Adanya celah –celah ini memberi kemungkinan gigi-gigi permanen yang akan erupsi mempunyai
cukup tempat, sebaiknya bila tidak ada memberi indikasi kemungkinan terjadi gigi berjejal
( crowding ).

Hubungan molar kedua dalam arah sagital dapat  :

1. Berakhir pada satu garis terminal ( flush terminal plane ), yang merupakan garis vertikal disebelah
distal molar kedua.
2. Molar kedua mandibula letaknya lebih kedistal dari molar kedua maksila  (distal step ) .
3. Molar kedua mandibula lebih kearah mesial molar kedua maksila ( mesial step ) .

Perkembangan Oklusi gigi- geligi permanen. Foster ( 1982 ) membagi dalam tiga tahap
perkembangan : 

1.   Tahap erupsi molar pertama dan incisivi permanen.

TAHAP 1 ( TERJADI PADA UMUR ANTARA 6 – 8 TAHUN )


Terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama permanen . Pada umur 6,5 tahun
ketika incisivus sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis median prosesus alveolaris
sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai suatu keadaan frenulum yang abnormal,
keadaan ini disebut dengan istilah “ Ugly duckling stage “.

Kadang –kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi

Lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi bila terdapat
leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar mesiodistal gigi caninus, molar
pertama dan kedua susu dengan caninus premolar pertama dan kedua permanen.

Hubungan distal molar kedua susu atas dan bawah mempengaruhi hubungan molar pertama
permanen, molar pertama permanen penting peranannya pada tinggi vertikal rahang selama periode
penggantian gigi susu menjadi gigi permanen . Pada umur 8 tahun incisivi dan molar pertama
permanen telah erupsi. Apabila incivisi atas lebih dulu erupsi dari yang bawah, dapat menyebabkan
terjadinya  gigitan dalam ( deep overbite ).  Dengan adanya pertumbuhan gigitan dalam yang terjadi
dapat terkoreksi dengan occlusal adjustment yang terjadi kemudian.

2.   Tahap erupsi caninus, premolar dan molar kedua.

TAHAP 2 ( TERJADI PADA UMUR ANTARA 10 – 13 TAHUN )

Pada tahap ini bila molar susu bawah  sudah diganti oleh premolar permanen, sedangkan molar susu
atas belum, maka akan terdapat penambahan besar overbite dan bila sebaiknya maka kontak gigi
terlihat edge.

3.   Tahap erupsi molar ketiga.

TAHAP 3 ( TAHAP ERUPSINYA MOLAR KETIGA ) 

Penyesuaian oklusi ( occusal adjustment )   

Menurut Salzmann  ( 1966 ) terdapat 3 mekanisme yang berbeda pada penyesuaian oklusi normal
gigi susu keperiode gigi bercampur sampai tercapai stabilisasi pada periode gigi permanen :

 Jika bidang vertikal dari permukaan distal molar kedua susu atas terletak distal molar kedua susu
bawah maka molar prtama permanen akan menempati sesuai dengan oklusi pada gigi susu.
 Jika terdapat primate space dan bidang  vertikal molar kedua susu segaris, maka terjadi oklusi
normal pada molar pertama permanen, karena adanya pergeseran  molar susu kemesial sehingga
ruangan tersebut tertutup.
 Jika bidang vertikal sama dan molar pertama permanen hubungannya cusp, maka oklusi normal
terjadi karena adanya pergeseran kemesial yang terjadi kemudian setelah molar kedua susu tanggal.

Periode diantara periode gigi susu dan gigi –gigi permanen disebut periode gigi –gigi bercampur.  
Menurut Moyers ( 1974 ) adalah merupakan periode dimana gigi susu dan permanen berada
bersama-sama didalam mulut .

Gigi- geligi tetap yang adan dibagi atas dua kelompok :

 Successional Teeth, gigi permanen yang menggantikan gigi susu.


 Accesssional Teeth, gigi tetap yang erupsi diposterior dari gigi susu.

Dua aspek penting pada periode gigi – geligi bercampur adalah :

 Penggunaan dental arch perimeter.


 Penyesuaian perubahan oklusi yang terjadi selama pergantian gigi.

OKLUSI DAN MALOKLUSI
By anggatama

OKLUSI DAN MALOKLUSI

OKLUSI
1.definisi

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi
selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.
Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system,

Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara
langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen
sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi
berkontak dalam keadaan berfungsi

2.macam : statis,fungsional=LI
Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin
terjadi pada manusia.
Oklusi fungsional à gerakan fungsional dari mandibula shg menyebabkan kontak antar gigi geligi
Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama
dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa
glenoidea.
Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu
(1)oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam
keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik),
dan
(2)oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang melakukan
gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior).
Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp
to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan
gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter
(mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap
bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal
edge RB sampai incisal edge RA.
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang
(posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada
gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak
antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side
dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing
side.

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya.
2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula
bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke
anterior.
4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan ke lateral
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangn, keduanya
dalam keadaan kontak;
2. Unilateral balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi
keseimbangan tidak kontak;
3. Mutually protected occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi
posterior tidak kontak;
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas (Hamzah, Zahreni;
dkk).

3.syarat/karakteristik

maloklusi
1.definisi
Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi
yang tidak reguler.

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di
setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi
intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini
dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya
cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi
pemakaian gigi.1

Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :


1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula.
2.Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi postural
adaptif ke posisi interkuspal.
3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan
selama fungsi pengunyahan dari mandibula.
4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.
5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit
periodontal dan gigi.
6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.
7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.3

2.etiologi
Etiologi darimaloklusi dapat terbagi 2, yaitu :
Primary etiologi site
Etiologi pendukung
Primary etiologi site terbagi menjadi :
1.System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal / malposisi
gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.
1.Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental arch,
kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian
besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.
1.Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai macam
cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi.
Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi,
secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi
yang terlalu besar.
1.Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat dengan jelas
seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit
periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ.
Etiologi Pendukung antara lain :
1.Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat
menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah
kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi
kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan
dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak
diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome
craniofacial).
1.Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft.
1.Trauma
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk
dentofacial.
1.Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran
Hipoplasia dari mandibula
Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran.
Asymetri
Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian
pertumbuhan muka.
1.Prostnatal trauma
Retak tulang rahang dan gigi
Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.
1.Agen Fisik
1.Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
2.Makanan
Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi.
Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.
1.Habits
Mengisap jempol / jari
Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah saat
erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus
maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada
segmen leteral dari lengkung dental.
Desakan lidah

Ada 2 tipe, yaitu :


Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan.
Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir sedikit tertutup dan
lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple tounge dihubungkan dengan digital
sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah untuk mendesak ke depan
kea rah open bite untuk menjaga anterior seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge
dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut.
Lip sucking and lip biting
Menyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula ( terkadang).
Menggigit kuku
Dan lain- lain
Penyakit
Penyakit sistemik
Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi.
Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin saat postnatal
bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat
mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.
Penyakit local
Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya gigi, perubahan
pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi.
Klasifikasi angel
Class I
Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung maksila, dengan
mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula dan
mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang
diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.
Class II
Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal M1 mandibula
permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila
menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.
Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi
labiolingual dari maksila, yaitu ;
Class II – divisi I
Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.
Class II – divisi II
Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal secara
anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial
atau mesial.
Class II – sbdivisi
Saat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.
Class III
Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan cusp mesiobukal M1
permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada M1
permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2 mandibula.
Class III terbagi 2, yaitu :
Psedo class III – maloklusi
Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini mandibula bergesar ke
anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika
rahang berada pada oklusi sentrik.
Kelas III – subdivisi

Maloklusi sesuai denagn unilaterally.


Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di anteriornya
(depan-red).
Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah
depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.
Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar
atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.
Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak
lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang
disebut gigitan terbalik.

Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III
Modifikasi angle’s kelas I
1.Tipe 1
Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding.
Tipe 2
Angle Class I dengan gigi I maksila labio version
Tipe 3
Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior cross bite ).
Tipe 4
M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran normal ( cross bite
posterior ).
Tipe 5
M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut, ( contoh hilangnya M
susu lebih awal dan P2 ).
Modifikasi angle’s kelas III
1.Tipe 1
Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di
anterior terjadi edge to edge.
Tipe 2
I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah lingual ).
Tipe 3
Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding dan
lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.

klasifikasi Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angel


Neutroklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1
Distoklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2
Mesioklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3
Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi geligi menyangkut penambahan ”versi” pada
sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal.
Mesioversi
Lebih ke mesial dari posisi normal
Distoversi
Lebih ke distal dari posisi normal
Lingouversi
Lebih ke lingual dari posisi normal
labioversi
Lebih ke labial dari posisi normal
Infraversi
Lebih rendah atau jauh dari garis oklusi
Supraversi
Lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi
Axiversi
Inklinasi aksial yang salah, tipped.
Torsiversi
Rotasi pada sumbunya yang panjang
Transversi
Perubahan pada urutan posisi.

Klasifikasi Bennette
Klasifikasi ini berdasarkan etiologinya:
Kelas 1
Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.
Kelas II
Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai
kerusakan perkembangan tulang.
Kelas III
Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur
fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.

Klasifikasi Simons
Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan kranial dalam
tiga bidang ruang:
Frankfort Horizontal Plane (vertikal)
Frankfort Horizontal Plane atau bidang mata- telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus
hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal
auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam bidang
vertikal.
Attraksi
Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu
attraksi (mendekati).
Abstraksi
Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu
abstraksi (menjauhi).
Bidang Orbital (antero-posterior)
Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya, adalah:
rotraksi
Gigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.
Retraksi
Satu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.
Bidang Mid-Sagital (transversal)
Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis melintang dari bidang midsagital.
Kontraksi
Sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital
Distraksi (menjauhi)
Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal.

Klasifikasi Skeletal
Salzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan struktur lapisan skeletal.
Kelas 1 Skeletal
Maloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni dengan satu yang
lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya orthognatic.
Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental :
divisi I
Malrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar.
divisi II
Protrusi insisor maksila
divisi III
Lingouversi insisor maksila
divisi IV
protrusi bimaksilari
kelas II Skeletal
ini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal dalam hubungannya
terhadap maksila.
Dibagi menjadi dua divisi:
divisi I
lengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada regio caninus, crossbite bisa saja
ada ketinggian wajah vertikal menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya retrognatic.
divisi II
merupakan pertumbuhan berlebih mandibula dengan sudut mandibula yang tumpul. Profilnya
prognatic pada mandibula.3

Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah
depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.

Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar
atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.

Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak
lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang
disebut gigitan terbalik.

Gangguan Maloklusi
• Gangguan pengunyahan
Dapat berupa rasa tidak nyaman pada saat mengunyah,nyeri pada TMJ dan mengakibatkan nyeri
pada kepala dan leher.
Tanggalnya gigi bisa mengakibatkan perubahan pola pengunyahan ,misalnya mengunyah pada satu
sisi.ini juga bisa mengakibatkan nyeri pada TMJ
• Gangguan pembersihan
Pada gigi yang crowded dapat mengakibatkan kesulitan pada saat pembersihan dan hal ini
mengakibatkan gigi jadi lebih mudah terserang karies.
• Gangguan bicara
Maloklusi mengakibatkan ketikjelasan bicara seseorang.Apabila ciri maloklusinya adalah distoklusi
maka susuah mengucapkan huruf p dan b.Apabila ciri maloklusinya berupa m esioklusi maka akan
kesulitan mengucapkan huruf s,z,t dan n.
Menurut Bruggeman,anomali dental yang mengakibatkan gangguan bicara adalah :
- Ruang antar gigi (space) : terjadi kelainan saat pelafalan semua huruf terutama s,sh,z,zh kecuali
huruf n dan y.
- Lebar lengkung :terjadi kelainan pelafalan huruf s,z, dan th
- Open bite :terjadi kelainan pelafalan huruf s,sh,z,zh,th dan kadang-kadang t dan d.
- Derajat protrusi: terjadi kelainan pelafalan huruf s,sh,z,dan zh
- Rotasi : terjadi kelainan pelafalan hurufs,sh,z dan zh.
• Gangguan estetis
Gigi yang tidak rapi bisa mengurangi nilai estetis dari seseorang dari hal ini juga bisa
mengakibatkan masalah psikososial.
3.Penyebab maloklusi
a.Penyebab yang tidak lansung
• Keturunan / genetik
Keadaan-keadaan yang tidak baik yang berhubungan dengan susunan dan hubungan gigi yang bisa
diturunkan adalah :
- Dagu yang besar yang menonjol ke depan
- Gigi depan atas yang menjerongos ke depan
- Gigi yang besar dengan rahang yang kecil
- Gigi yang berlebih ataupun yang kurang
- Mulut yang kecil
- Gigi yang kecil dan warna yang jelek.
- Bibir atau rahang yang sumbing
- Muka yang sempit
- Gigi yang berjejal,celah gigi yang besar dan rotasi gigi
- Frenulum yang besar
- Gigitan terbalik.
• Keadaan waktu dalam kandungan
• Diet buruk
Kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan gannguan pada tumbuh kembang bayi termasuk juga
perumbuhan gigi dan rahangnya.
• Trauma
Luka parah pada ibu terutama pada masa bulan pertama kehamilan bisa mengakibatkan
kemunduran pertumbuhan dan jaringan dari bayi.
• Posisi bayi dalam kandungan
Posisi dimana tangan bayi menekan wajahnya dapat mengganggu pertumbuhan gigi.
• Penyakit anak
• Penyakit campak
Kalau anak terkena penyakit ini pada usia 1-3 tahun makan akan terjadi kerusakan pada tepi pinggir
gigi.Kalau terserang penyakit ini pada usia 3-4 tahun maka akan mengalami kerusakan pada 1/3
bagian tengah dari mahkota gigi.
• Syphilis
Syphilis yang diderita orang tua bisa mengakibatkan penyakit serupa pada anaknya.Tanda dari
syphilis ini : gigi berbentuk seperti gigi ikan hiu,gigi depan yang berlekuk seperti huruf M,gigi yang
tumbuh tanpa mahkota dll
• Riketsia
Merupakan penyakit kekurangan kalsium yang biasanya diderita pada usia 6-8 bulan.Bisa
mengakibatkan gigi desidui akan cepat tanggal sementara gigi penggantinya akan lambat tumbuh.
b.Penyebab Lansung
• Gigi susu tanggal lebih awal
Mengakibatkan gerakan gigi susu disampingnya kearah ruangan yang kosong sehingga sebagian atau
seleruh dari ruang untuk gigi permanennya akan hilang.
• Kehilangan gigi permanen
Gigi – gigi disampingnya akan bergerak begitu juga dengan gigi antagonisnya.
• Gigi permanen yang lambat tumbuh
Hal ini dapat disebabkan oleh : tidak adanya benih gigi permanen,adanya gigi lebih yang
menghalangi pertumbuhannya,adanya jaringan tulang yang terlalu keras sehingga gigi sangat sukar
menembusnya,masih ada sisa akar gigi susu yang tertanam .
• Gigi berlebih
• Bentuk dan besar gigi yang tidak normal
• Gigi yang bertukar tempat
Yang biasanya terjadi adalh gigi taring tumbuh pada daerah gigi I2.
• Gigi yang tidak aktif
Bisa mengakibatkan gangguan pada pertumbuahn rahang.
• Kebiasaan jelek
4. Pengaruh Bad Habit terhadap maloklusi
• Mengisap ibu jari
-bila permukaan jempol itu (bagian telapaknya ) mengarah keatas maka gerakannya akan
mendorong rahang atas ke depan dan rahang bawah ke belakang.
-bila telapak jari itu menghadap ke bawah maka rahang bawah akan terdorong ke depan dan gigi
depan juga terdorong ke depan sehingga bisa mengakibatkan gigitan terbuka.
• Mengisap lidah
-ujung lidah diletakkan diantara gig seri atas dan bawah kemudian menggigit sambil mengisap-
isapnya makan akan mengakibatkan gigi depan atas akan menjerongos ke depan dan bisa juga
mengakibatkan gigitan terbuka.
-menekan-nekan lidah ke pipi sambil menggit-gigitnya akan mengakibatkan gigi belakang jadi
miring ke arah dalam
• Mengisap dan menggigit bibir
Mengakibatkan gigi depan atas akan menjerongos ke depan
• Bernafas lewat mulut
Bisa mengakibatkan rahang atas menyempit,gigi belakang atas miring ke arah dalam,gigi depan atas
menjerongos.
5.Analisa orthoradiografi
- Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut,
impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap
permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untuk
membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum
erupsi.
- Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara
keseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.
- Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.
-Analisis Sefalometri
Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusi
dan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:
o Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial
o Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak
o Posisi gigi-gigi terhadap rahang
o Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium

OKLUSI DAN MALOKLUSI

OKLUSI
1.definisi
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang
terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada
kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system,

Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan
secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua
komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam
keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi

2.macam : statis,fungsional=LI
Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak
mungkin terjadi pada manusia.
Oklusi fungsional à gerakan fungsional dari mandibula shg menyebabkan kontak antar gigi
geligi
Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang
yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus
berada dalam fossa glenoidea.
Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu
(1)oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB)
dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak
berfungsi (statik), dan
(2)oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang
melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior).
Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada
posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa.
Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit
(overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara
incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi
gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan
kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut
artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan
dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan
(balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi
(oklusal guidance), bukan pada balancing side.

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan
antagonisnya.
2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi pada saat
mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara
terbatas ke lateral.
3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB
digerakkan ke anterior.
4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan
ke lateral

Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangn,
keduanya dalam keadaan kontak;
2. Unilateral balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi
keseimbangan tidak kontak;
3. Mutually protected occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang
pada gigi posterior tidak kontak;
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas (Hamzah,
Zahreni; dkk).

3.syarat/karakteristik

maloklusi
1.definisi
Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai
kondisi yang tidak reguler.

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar
lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah
kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak
reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal
dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi
gigi secara signifikan dan termodifikasi pemakaian gigi.1

Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :


1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula.
2.Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi
postural adaptif ke posisi interkuspal.
3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang
merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula.
4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.
5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya
penyakit periodontal dan gigi.
6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.
7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.3

Primary etiologi site terbagi menjadi :


1.System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal /
malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper
semua maloklusi.
1.Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental
arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi
oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi
dishamorni osseus.
1.Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai
macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat
menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi
dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan
tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar.
1.Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat
dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat
disebabkan oleh penyakit periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi
jaringan lunak termasuk struktur TMJ.

Etiologi Pendukung antara lain :


1.Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat
menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun
setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial
dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic
gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi /
tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi /
penampilan beberapa syndrome craniofacial).
1.Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft.
1.Trauma
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan
bentuk dentofacial.
1.Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran
Hipoplasia dari mandibula
Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran.
Asymetri
Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian
pertumbuhan muka.
1.Prostnatal trauma
Retak tulang rahang dan gigi
Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.
1.Agen Fisik
1.Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
1.Habits
Mengisap jempol / jari
Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah
saat erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan
Insisivus maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual
terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.
Desakan lidah

Ada 2 tipe, yaitu :


Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan.
Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir sedikit
tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple tounge dihubungkan
dengan digital sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah
untuk mendesak ke depan kea rah open bite untuk menjaga anterior seal dengan bibir selama
penelanan. Kompleks tounge dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan
mulut.
Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin saat
postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan
muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.
Penyakit local
Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya gigi,
perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi.

Selasa, 22 Desember 2009

Mengunyah Sempurna dan Tampil Percaya Diri


Dua fungsi utama gigi yang kita miliki ini adalah fungsi pengunyahan dan fungsi estetika. Kedua
saling terkait dan akan optimal jika peletakannya benar dan posisinya tepat selain juga harus ada
hubungan yang harmonis antara gigi-gigi di rahang atas dengan gigi-gigi di rahang bawah.

Gigi yang tidak terletak secara benar dan tidak pada yang posisi tepat, dalam kedokteran gigi disebut
malposisi (terletak salah), contoh kasusnya adalah gigi yang crowding (berjejal) yang biasanya
disebabkan oleh lebar lengkung rahang yang lebih sempit dari jumlah lebar gigi secara keseluruhan
atau memang ’benih’ giginya yang terletak salah.

Bisakah Malposisi ini Dicegah ?

Bisa ! Benih gigi sulung maupun permanen sudah terbentuk semenjak masih bayi meski belum
sempurna, sehingga kecil kemungkinannya melakukan manipulasi letak benih gigi dalam rahang.
Namun, dokter gigi bisa melakukan pencegahan supaya malposisi terjadi dalam batas yang wajar.
Dan tindakan pencegahan ini bisa dilakukan apabila dokter gigi sudah mendapatkan informasi
pertumbuhan gigi semenjak dini, yaitu semenjak gigi sulung mulai tumbuh. Dengan membuat
medical record (rekam medis), dokter gigi akan melakukan pemantauan pertumbuhan gigi pasiennya,
sehingga dokter gigi tahu persis apakah perlu dilakukan serangkaian pencabutan (percabutan seri)
yang sudah terencana pada gigi sulung pasien sehingga gigi permanen tidak akan tumbuh berjejal
nantinya.

Bagaimana dengan Malposisi pada Gigi Permanen ?

Tentu saja bisa, tidak ada istilah terlambat untuk melakukan perbaikan pada gigi permanen yang
sudah tumbuh dan terjadi malposisi. Dokter Gigi akan mempersiapkan peralatan ortodonsi yang
berfungsi untuk memperbaiki letak gigi. Namun perlu diperhatikan bahwa, pada taraf tertentu kasus
malposisi, masih bisa dirawat oleh Dokter Gigi umum, dan untuk beberapa kasus malposisi yang lebih
rumit, Dokter Gigi dengan spesialis Ortodonsi yang akan melakukan penanganan.

Untuk memudahkan mengetahui batasan antara dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis
ortodonsi, misalnya adalah dengan mengetahui tingkat kerumitan permasalahan yang terjadi pada
oklusi (penutupan rahang beserta gigi atas dan bawah). Kewenangan dokter gigi umum adalah
mengawasi dan menatalaksana perkembangan oklusi, dengan berbekal pengetahuan ortodonsi yang
memadai sehingga dapat melakukan intervensi bila diprediksi akan terjadi maloklusi, atau merujuk
kepada spesialis ortodonsi bila kasus yang ditangani membutuhkan perawatan yang lebih kompleks.

Bagaimana dengan Batas Usia ?

American Association of Orthodontists (AAO) merekomendasikan anak-anak usia 7 tahun untuk


melakukan pemeriksaan kepada spesialis ortodontis, karena pada usia 7 tahun keempat gigi depan
permanen dan gigi geraham pertama sudah tumbuh, sehingga terjadinya kesalahan oklusi sudah bisa
diprediksi. Perawatan ortodonsi bersifat sangat individual, peralatan ortodonsi yang digunakan juga
disesuaikan dengan usia dan kasus pada tiap-tiap individu. Sehingga tidak ada batasan umur
seseorang dalam menjalani perawatan ortodonsi.
Apakah yang akan terjadi bila Malposisi tidak dikoreksi ?

Malposisi gigi yang dibiarkan berlarut-larut dapat menyebabkan permasalahan yang lebih kompleks,
misalnya pada kasus gigi yang berjejal (crowding), letak gigi yang berjejal menyulitkan dalam
pembersihan dan apabila gigi tidak dibersihkan dengan baik maka kemudian akan menimbulkan bau
mulut (halitosis), karang gigi, karies (gigi berlubang), dan peradangan gusi. Peradangan gusi yang
parah dapat mengakibatkan gigi tanggal (lepas) dengan sendirinya.

Hubungan gigi-gigi rahang atas dan bawah yang tidak harmonis dapat mengakibatkan kelainan pada
persendian rahang sehingga menyebabkan pasien merasa kesulitan pada saat melakukan aktifitas
membuka atau menutup mulut, dan bunyi yang terdengar biasanya berupa ”klik” dan semakin keras
bunyi menunjukkan semakin parahnya kelainan pada sendi tersebut.

Ada peralatan yang bisa dikenakan pada seseorang dengan kelainan sendi rahang tadi, namun tentu
saja penyebab utamanya juga harus diperbaiki. Dan apabila penyebab utamanya adalah karena
malposisi gigi dan / atau hubungan yang tidak harmonis antara rahang atas dan bawah, maka yang
harus dilakukan adalah perawatan ortodonsi. Orodontis akan memberikan peralatan yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing orang. Bisa berupa peralatan ortodonsi lepasan apabila perawatan
dilakukan pada seseorang yang masih dalam masa gigi susu, peralalatan fungsional apabila dilakukan
pada seseorang yang masih dalam masa pertumbuhan, atau peralatan ortodonsi cekat (bracket)
apabila perawatan dilakukan pada seseorang yang sudah dalam masa gigi permanen.

Apabila gigi sudah terletak dalam lengkung yang benar serta hubungan rahang atas dan bawah
harmonis, maka ke dua fungsi gigi, baik fungsi pengunyahan maupun fungsi estetis dapat tercapai
secara optimal. Pencapaian fungsi penyunyahan akan mempengaruhi kesehatan fisik, karena dalam
proses pengunyahan, makanan akan tergerus dengan baik sehingga lambung tidak perlu menerima
makanan kasar, yang mengakibatkan lambung bekerja ekstra keras dan dapat menimbulkan
gangguan lambung di kemudian hari. Sedangkan pencapaian fungsi estetik akan mempengaruhi
kesehatan psikologik, sebab seseorang dengan estetika yang baik akan menimbulkan kepercayaan diri
yang baik sehingga lingkungan juga akan menerima dengan baik pula.

Anda mungkin juga menyukai